Lapsus Bedah Nadya
Lapsus Bedah Nadya
PENDAHULUAN
Ulkus peptikum merupakan defek fokal pada mukosa gaster atau duodenum yang
meluas ke submukosa atau lebih dalam lagi. Ulkus peptikum bisa bersifat akut maupun
kronik, disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pertahanan mukosa dan faktor agresi.
terjadi di Amerika Serikat dengan prevalensi sekitar 2% dan puncak umur sekitar 70 tahun.
Angka mortalitas oleh karena ulkus peptikum sekitar 1,7 dari 100.000 individu. Ulkus gaster
memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi dibanding ulkus duodenum oleh karena
Perforasi merupakan komplikasi tersering kedua akibat ulkus peptik setelah perdarahan.
Selain itu, perforasi pada saluran cerna juga disebabkan oleh penyakit-penyakit seperti
Gambaran klinis pada pasien dengan perforasi ulkus peptik kadang-kadang tidak jelas,
sehingga kebanyakan pasien datang dengan gejala dan tanda peritonitis bahkan sepsis.
Perforasi gaster berkembang menjadi suatu peritonitis kimia yang disebabkan karena
kebocoran asam lambung kedalam rongga perut. Perforasi dalam bentuk apapun yang
Variasi gejala klinis dan keterlambatan diagnosis dan penanganan dapat menyebabkan
perburukan gejala dan penurunan kondisi klinis yang mengakibatkan hasil akhir yang buruk.
Akan tetapi resiko tinggi morbiditas dan mortalitas tetap ditemukan pada pasien yang telah
1
mendapatkan terapi pembedahan. Pada beberapa laporan terbaru, mortalitas akibat perforasi
ulkus peptik di atas 27% dan komplikasi dilaporkan pada 20-50% pasien.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Ulkus peptikum merupakan defek fokal pada mukosa gaster atau duodenum
yang meluas ke submukosa atau lebih dalam lagi. Ulkus peptikum bisa bersifat akut
faktor agresi.
Lambung berbentuk buah pir dan dibatasi di superior oleh sphincter esophagus bawah
kompeten secara fisiologis dan di inferior oleh sphincter pylorus yang mudah
3
diperlihatkan. Walaupun ia terfiksasi pada ujung atas dan bawahnya, namun bagian
tengahnya mobile. Dinding lambung mempunyai empat lapisan: tunica serosa di luar,
serabut otot polos (tunica muscularis propria), tunica submucosa dan membrana
lambung sel parietalis, sumber asam klorida (HCl) dan faktor intrinsik serta sel
pincipalis sumber utama pepsinogen. Jenis sel tambahan mencakup sel epitel
Corpus dibatasi di superior oleh cardia (bagian lambung yang tepat di bawah
corpus hanya karena jumlah sel parietalis dan principalis lebih sedikit. Bagian
maupun sel G, sumber hormon gastrin. Lambung mempunyai dua kurvatura, major
dan minor serta dua permukaan anterior dan posterior. Lambung anterior dibatasi di
superior oleh diafragma, di anterior oleh musculus rectus abdominis dan kanan oleh
adrenal sinistra, ginjal, dan diafragma. Curvatura gastrica mayor dekat dengan colon
4
Gambar 2. Anatomi topografi gaster.
yang penyediaan darahnya berasal dari jalinan interkoneksi anastomosis yang kaya.
Arteria mesenterica superior dan truncus coeliacus terlibat. Setelah muncul dari para
gastrica, hepatica, dan splenica. Arteria gastrica sinistra melayani curvatura minor dan
salah satu cabang arteria hepatica. Curvatura major menerima pelayanan darahnya
dari arteri gastro-epiploica dextra, suatu cabang arteri gastroduodenalis, dari arteri
gastroepiploica sinistra serta dari arteria gastrica breves, keduanya berasal dari arteria
splenica.
5
Gambar 3. Vascularisasi gaster.
kepentingan. Nervus vagus melewati cavitas thoracica sebagai dua cabang dekat
esophagus. Setelah membentuk suatu plexus dalam daerah hiatus esophagus, maka
nervus vagus anterior dan posterior (juga dikenal sebagai nervus Latarjet) mncul.
Truncus anterior kiri mensarafi tidak hanya lambung, tetapi juga duodenum, pancreas,
hepar, vesica felea, dan ductus bilier melalui rami hepaticinya. Truncus posterior
kanan melayani lambung dan rami coelicanya bergabung dengan untuk mensarafi
usus halus dan colon lainnya sampai tingkat flexura coli sinistra. Dari kepentingan
klinik, nervus vagus kedua mengirimnkan cabang melalui otot esophagus yang
asam proksimal. Pada gilirannya antrum dipersarafi oleh cabang kedua saraf ini,
6
Gambar 4. Persarafan dari gaster.
Lambung tersusun atas empat lapisan. Tunika serosa atau lapisan luar
meyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum kemudian terus memanjang
sampai hepar membentuk omentum minor. Lipatan peritoneum yang keluar dari satu
organ menuju organ yang lain disebut sebagai ligamentum. Tidak seperti daerah
saluran cerna lain, bagian muskularis tersusun atas tiga lapis dan bukan dua lapis otot
polos: lapisan longitudinal di bagian luar, lapisan sirkular di tengah, dan lapisan oblik
di bagian dalam. Susunan serabut otot yang unik ini memungkinkan berbagai
partikel kecil.
Getah lambung asam murni mampu mencerna semua jaringan tetapi lambung
sendiri tidak dicerna. Terdapat dua faktor yang tampaknya melindungi lambung dari
autodigesti: mukus lambung dan sawar epitel. Menurut teori dua komponen sawar
mukus dari hollander, lapisan mukus lambung yang tebal dan liat merupakan garis
7
terhadap trauma mekanis dan agen kimia. Obat anti inflamasi non steroid (NSAIDs)
mukus gastrik dan tampaknya berperan penting dalam pertahanan mukosa lambung.
pepsinogen, faktor intrinsik dan elektrolit, terutama HCl. Sekresi basal cairan ini
selalu ada dalam jumlah sedikit. Produksi asam merupakan hal yang kompleks, tetapi
untuk memudahkan proses ini dibagi atas tiga fase perangsangan, yaitu fase sepalik,
fase gastrik, dan fase intestinal ini saling mempengaruhi dan berhubungan.
C. Epidemiologi
Insidens dan prevalensi dari ulkus peptikum telah menurun pada tahun terakhir
Meskipun terjadi kemajuan dalam pengobatan ulkus ini, komplikasi tetap menjadi
masalah. Ini dapat dikarenakan oleh peningkatan pengunaan ASA dan NSAIDs dan
peningkatan usia pada beberapa negara. Penemuan dari berbagai studi menemukan
insiden tiap tahun dari perdarahan ulkus sekitar 19,4- 57,0 kasus per 100,000 individu
dan perforasi sekitar 3,8 – 14 kasus per 100,000 individu. Komplikasi ini juga sering
kembali dalam 30 hari. Mortalitas tinggi terjadi pada pasien dengan komplikasi ulkus
8
Prevalensi terjadinya ulkus peptikum hampir sama pada laki-laki dan
perempuan. Prevalensinya sekitar 11-14% pada pria dan 8-11% pada wanita.
Kecenderungan usia untuk terjadinya ulkus menurun pada pria yang lebih muda,
terutama untuk ulkus duodenum dan meningkat pada wanita yang lebih tua. Secara
klinis ulkus duodeni lebih sering dijumpai daripada ulkus lambung. Pada beberapa
negara seperti Jepang dijumpai lebih banyak ulkus lambung daripada ulkus duodeni.
merupakan organisme yang menghasilkan urease dan berkoloni pada mukosa antral
dari lambung dimana penyebab tersering ulkus duodenum dan ulkus lambung. H.
Pylori paling banyak terjadi pada orang dengan sosialekonomi rendah dan bertambah
seiring dengan usia. Penyebab lain dari ulkus peptikum adalah penggunaan NSAIDs,
kurang dari 1% akibat gastrinoma (Zollinger-Ellison syndrome), luka bakar berat, dan
faktor genetik. Faktor risiko terjadinya ulkus adalah herediter (berhubungaan dengan
E. Patogenesis
mengeluarkan pepsinogen yang oleh HCl diubah jadi pepsin dimana HCl dan pepsin
adalah faktor agresif terutama pepsin dengan pH < 4. Bahan iritan akan menimbulkan
defek barier mukosa dan terjadi difusi balik ion H+. Histamin terangsang untuk lebih
9
pembuluh kapiler, kerusakan mukosa lambung, gastritis akut/kronik dan ulkus
lambung.
Produksi asam lambung (HCl) distimulasi oleh gastrin yang disekresi oleh sel
G pada antrum, asetilkolin dilepaskan oleh nervus vagus dan histamin dilepaskan oleh
Ulkus duodenum sangat jarang terjadi pada orang yang tidak menghasilkan
asam lambung, ulkus rekuren terjadi ketika produksi asam sangat meningkat, sebagai
contoh, oleh tumor yang mensekresi gastrin. Bagaimanapun, produksi asam lambung
biasanya rendah pada orang-orang dengan ulkus lambung dan ini dapat menghasilkan
gastritis kronik.
dan pepsin dengan defensif (mukus, bikarbonat, aliran darah, PG), bisa faktor agresif
3. Prostaglandin
Faktor risiko pada ulkus peptikum meningkat pada pasien yang menggunakan
produksi prostaglandin oleh sel epitel. Oleh karena itu, risiko dari ulkus peptikum
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan asam asetil salisilat (ASA)
merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan dalam berbagai keperluan.
10
Patogenesis terjadinya kerusakan mukosa terutama gastroduodenal
penggunaan OAINS/ASA adalah akibat efek toksik/ iritasi langsung pada mukosa
yang memerangkap OAINS/ASA yang bersifat asam sehingga terjadi kerusakan epitel
dalam berbagai tingkat, namun yang paling utama adalah efek OAINS/ASA yang
menghambat kerja dari enzim siklooksigenase (COX) pada asam arakidonat sehingga
endogen sangat berperan dalam memelihara keutuhan mukosa dengan mengatur aliran
darah mukosa, proliferasi sel-sel epitel, sekresi mukus dan bikarbonat, mengatur
OAINS/ ASA melalui 4 tahap, yaitu : menurunnya sekresi mukus dan bikarbonat,
terganggunya sekresi asam dan proliferasi sel-sel mukosa, berkurangnya aliran darah
mukosa dan kerusakan mikrovaskular yang diperberat oleh kerja sama platelet dan
mekanisme koagulasi.
5. Helicobacter pylori
Bakteri spiral pada lambung telah diketahui selama lebih ratusan tahun, dan
menjadi lebih signifikan pada tahun 1982 ketika Warren dan Marshall melakukan
kultur dari 11 pasien dengan gastritis dan dr Marshall mendemonstrasikan bahwa hal
itu menyebabkan gastritis. Infeksi H. Pylori sebagian besar ditemukan pada pasien
dengan ulkus peptikum, meskipun hanya sekitar 15% dari infeksi tersebut
sendiri jarang sekali memasuki epitel mukosa lambung ataupun bagian yang lebih
dalam dari mukosa tersebut. Bila HP bersifat patogen maka yang pertama kali terjadi
11
adalah HP dapat bertahan dalam suasana asam di lambung; kemudian terjadi penetrasi
diantaranya urease memecah urea menjadi amoniak yang bersifat basa lemah yang
menyebabkan hipersekresi asam dan ulkus duodenum, sementara infeksi pada corpus
produksi asam lambung dan dihubungkan dengan gastritis, ulkus lambung, kanker
gastroprotektif, seperti lapisan mukus dan prostaglandins, dan faktor agresif, seperti
asam lambung dan efek dari merokok, alkohol, dan NSAIDs. Ulkus lambung
duodenum hampir 90% disebabkan oleh HP, penyebab lain adalah Sindrom Zollinger
Elison.
F. Gambaran Klinis
Dispepsia adalah suatu sindroma klinik/ kumpulan gejala pada saluran cerna seperti
mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa terbakar, rasa penuh dan cepat
merasa kenyang.
Pada ulkus duodenum rasa sakit timbul waktu pasien merasa lapar, rasa sakit
bisa membangunkan pasien tengah malam, rasa sakit hilang setelah makan dan minum
12
obat antasida (Hunger Pain Food Relief = HPFR). Sakit yang dirasakan seperti rasa
Pada ulkus lambung rasa sakit timbul setelah makan, rasa sakit di rasakan
sebelah kiri, anoreksia, nafsu makan berkurang, dan kehilangan berat badan.
Walaupun demikian, rasa sakit saja tidak dapat menegakkan diagnosis ulkus lambung
karena dispepsia non ulkus juga dapat menimbulkan rasa sakit yang sama. Muntah
juga kadang timbul pada ulkus peptikum yang disebabkan edema dan spasme seperti
G. Diagnosis
rasa sakit pada ulu hati); 2) pemeriksaan penunjang (radiologi dengan barium meal
kontras/ colon in loop dan endoskopi); dan 3) hasil biopsi untuk pemeriksaan kuman
H. Pylori.
Ulkus Duadenum
radiografi.
Ulkus lambung
Deteksi H. Pylori
Deteksi antibodi pada serum dan rapid urease test pada biopsi antral. Urea
breath test umumnya digunakan untuk mengetahui eradikasi dari H. Pylori jika perlu.
13
H. Terapi
mencegah komplikasi.
patofisiologi tetapi respon terhadap terapi sama. Ulkus lambung biasanya ukurannya
lebih besar, akibatnya memerlukan waktu terapi yang lebih lama. Untuk pengobatan
keganasan/kanker lambung.
Non-Medikamentosa
Diet. Walaupun tidak diperoleh bukti yang kuat terhadap berbagai bentuk diet yang
dilakukan, namun pemberian diet yang mudah cerna khususnya pada ulkus yang
aktif perlu dilakukan. Makan dalam jumlah sedikit dan lebih sering, lebih baik
pengeluaran asam lambung/ pepsin, makanan yang merangsang timbulnya nyeri dan
peneliti menganjurkan makanan biasa, lunak, tidak merangsang dan diet seimbang.
dan injeksi) tidak terbukti lebih aman. Bila diperlukan dosis OAINS diturunkan atau
inhibitor yang selektif untuk penyakit OA/RA yang kurang menimbulkan keluhan
perut. Agen inhibitor COX-2 selektif dibedakan menurut susunan sulfa (rofecoxib,
14
etoricoxib) dan sulfonamida (celecoxib, valdecoxib). Penggunaan parasetamol atau
Medikamentosa
Antasida.
Pada saat ini antasida sudah jarang digunakan, antasida sering digunakan
konstipasi dan neurotoksik tapi bila dikombinasi dapat menghilangkan efek samping.
protein pada dasar ulkus dan melindunginya terhadap pengaruh asam dan pepsin,
berikatan dengan pepsin sendiri, merangsang sekresi PG, bikarbonat, mukus. Efek
samping jangka panjang dosis tinggi khusus CBS neuro toksik. Obat ini mempunyai
efek penyembuhan hampir sama dengan ARH2 serta adanya efek bakterisidal
2x2 tablet sehari dengan efek samping berupa tinja berwarna kehitaman sehingga
Mekanisme kerjanya memblokir efek histamin pada sel parietal sehingga sel
parietal tidak dapat dirangsang untuk mengeluarkan asam lambung. Inhibisi ini
bersifat reversibel. Pengurangan sekresi asam post prandial dan nokturnal, yaitu
sekresi nokturnal lebih dominan dalam rangka penyembuhan dan kekambuhan ulkus.
15
Dosis terapeutik :
Dosis terapetik dari keempat ARH2 dapat menghambat sekresi asam dalam
potensi yang hampir sama, tapi efek samping simetidin lebih besar dari famotidin
Mekanisme kerja PPI adalah memblokir kerja enzim K+ H+ ATPase yang akan
HCl dari kanalikuli sel parietal ke dalam lumen lambung. PPI mencegah pengeluaran
asam lambung dari sel kanalikuli, menyebabkan pengurangan rasa sakit pasien ulkus,
mengurangi aktivitas faktor agresif pepsin dengan pH>4 serta meningkatkan efek
Dosis Terapetik :
16
Regimen terapi helicobacter pylori
Terapi Triple. Secara historis regimen terapi eradikasi yang pertama digunakan
adalah: bismuth, metronidazole, tetrasiklin. Regimen triple terapi (PPI 2x1, Amoxicillin
2x1000, klaritromisin 2x500, metronidazole 3x500, tetrasiklin 4x500) dan yang banyak
4. PPI 2x1 + Metronidazol 3x500 + Tetrasiklin 4x500 bila alergi terhadap klaritromisin
dan penisilin.
Ada anjuran lama pengobatan eradikasi 2 minggu, untuk kesembuhan ulkus, bisa
dilanjutkan pemberian PPI selama 3-4 minggu lagi. Keberhasilan eradikasi sebaiknya di
compliance dan resisten kuman. Infeksi dalam waktu 6 bulan pasca eradikasi biasanya
Terapi Quadripel. Jika gagal dengan terapi triple, maka dianjurkan memberikan
regimen terapi Quadripel yaitu: PPI 2x sehari, Bismuth subsalisilat 4x2 tab, MNZ 4x250,
Tetrasiklin 4x500, bila bismuth tidak tersedia diganti dengan triple terapi. Bila belum
17
Operatif
Terdapat tiga tindakan operasi yang dilakukan pada ulkus lambung, yaitu:
highly selective vagotomy (HSV), vagotomi dan drainage, vagotomi dan gastrectomi
distal.
Highly selective vagotomy (HSV), juga disebut vagotomi sel parietal atau
vagotomi gastric proximal, aman (risiko mortalitas < 0.5%) dan menyebabkan efek
samping yang minimal. Operasi ini memutuskan suplai nervus vagus ke 2/3 proksimal
dari lambung, dimana pada dasarnya terletak sel parietal. Sedangkan innervasi vagus
penekanan asam tidak adekuat dan insiden tinggi terjadinya ulkus rekuren. HSV
terhadap makanan biasa umumnya normal pada pasien setelah vagotomi sel parietal.
dilakukan sebagai pengobatan untuk tipe II (gastric dan duodenal) dan III (prepyloric)
ulkus lambung karena hipergastrinemia yang disebabkan oleh obstruksi gastic outlet
18
Vagotomi dan Drainage
vagotomi selektif dan drainage, dan HSV dan gastrojejunostomi dapat digunakan
untuk operasi ulkus pada pasien tertentu. Keuntungan dari V+D karena aman dan
dapat dilakukan dengan cepat oleh dokter bedah berpengalaman. Kerugiannya karena
efek sampingnya (10% pasien mengalami dumping atau diare), dan 10% dengan rata-
rata ulkus rekuren. Selama vagotomi truncal, perawatan harus dilakukan agar tidak
HSV, V+D secara luas diakui berhasil untuk operasi terhadap penyakit ulkus peptikum
dengan komplikasi. Ini telah dikatakan sebagai operasi yang berguna untuk mengobati
perdarahan duodenum dan ulkus lambung, perforasi duodenum dan ulkus lambung,
outlet atau penyakit berat pada duodenum proximal. Anastomosis dilakukan antara
proksimal jejenum dan bagian dari curvatura mayor lambung, salah satunya antecolic
atau retrocolic. Di sisi lain, pyloroplasti berguna pada beberapa pasien yang
ulkus duodenal posterior), pada scar fokal atau terbatas pada daerah pyloric, atau
ketikan gastrojejunostomi sulit dilakukan. Pyloroplasti yang umum terjadi adalah tipe
terjadinya kekambuhan ulkus dan penerapan operasi pada pasien dengan ulkus
19
peptikum dengan komplikasi (perdarahan duodenum dan ulkus lambung, obstruksi
ulkus peptikum, ulkus lambung yang tidak sembuh, dan ulkus rekuren). Kerugian dari
V+A adalah operasi ini memilki mortalitas tinggi dibandingkan dengan HSV atau
Distal Gastrectomi
dengan ulkus) secara tradisional menjadi prosedur pilihan untuk ulkus lambung tipe I.
ditambahkan untuk tipe II dan II ulkus lambung, atau jika pasien diyakini berisiko
untuk ulkus rekuren dan harus dipertimbangkan jika rekonstruksi Billroth II dimaksud.
Walaupun tidak secara rutin digunakan untuk pengobatan bedah untuk ulkus
peptikum, gastrectomi subtotal (75% gastrectomi distal) tanpa vagotomi dapat menjadi
pilihan untuk pasien ulkus peptikum. Diseksi periesofagus dihindari (vagotomi tidak
operasi pertama pada pasien dengan ulkus duodenal, sejak vagotomi dan antrectomi
memiliki tingkat rekurensi rendah, kurang aman, dan memiliki banyak efek samping.
I. Komplikasi
20
- Perforasi
perdarahan dan penyebab tersering dari akut abdomen. Tumpahannya dapat berupa
udara, cairan dari gaster, dan sekresi duodenum, makanan, dan bakteri. Udara bebas
rongga peritoneum.
perut. Nyeri ini timbul mendadak terutama dirasakan di epigastrium karena rangsang
peritoneum oleh asam lambung. Adanya nyeri di bahu menunjukkan adanya rangsang
peritoneum di permukaan bawah diafragma. Pada awal perforasi, belum ada infeksi
bakteri, fase ini disebut fase peritonitis kimia. Reaksi peritoneum berupa pengenceran
zat asam yang merangsang itu akan mengurangi keluhan untuk sementara sampai
hati bisa hilang akibat adanya udara bebas di bawah diafragma. Peristaltik usus
menurun sampai hilang akibat kelumpuhan sementara usus. Bila terjadi peritonitis
bakteria, suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardi, hipotensi, dan
penderita tampak letargik karena syok toksis. Secara umum episode dari perforasi
21
b. Fase intermediate. Setelah 6-12 jam pasien dapat menunjukkan penurunan
gejala nyerinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh dilusi dari cairan
c. Fase infeksi abdomen. Jika pasien belum dilakukan operasi, setelah 12-24
Perforasi akut biasanya dapat didiagnosis hanya berdasarkan pada gejala yang
timbul. Diagnosis dipastikan melalui adanya udara bebas dalam rongga peritoneal,
dinyatakan sebagai gambaran bulan sabit translusen antara bayangan hati dan
diafragma. Pemeriksaan penunjang dari perforasi gastrointestinal yang cepat dan tepat
yang segera. Teknik yang palig sering digunakan untuk deteksi pneumoperitoneum
adalah foto rontgen abdomen posisi tegak dan left lateral decubitus (LLD).
18 dengan suction berkala. Pencatatan input dan output setiap 2 jam, dicatat denyut
nadi, tekanan darah, dan temperatur. Abdomen dievaluasi untuk distensi, nyeri, dan
dengan peningkatan denyut nadi, demam, distensi abdomen atau nyeri setelah 12 jam
terapi.
- Anemia : Anemia dapat terjadi apabila terjadi kekurangan darah berlebihan dan
anemia kronik
- Gastric Outlet Obstruction : keluhan pasien akibat komplikasi ini berupa cepat
kenyang, muntah berisi makanan tak tercerna, mual, sakit perut setelah makan/ post
prandial, berat badan menurun. Obstruksi yang terjadi akibat peradangan daerah peri
22
pilorik timbul odema, spasme. Bisa obstruksi permanen akibat fibrosis dari suatu
J. Prognosis
NSAID, dan penggunaan yang tepat terapi anti sekresi. Eradikasi infeksi H pylori
Khusus untuk pasien dengan komplikasi perforasi ulkus peptik, telah banyak
dilaporkan beberapa sistem skoring untuk memprediksi hasil akhir, akan tetapi belum
ada sistem skoring yang lebih superior. Skor Boey merupakan salah satu sistem
skoring prognostik yang paling sering digunakan pada pasien dengan perforasi ulkus
peptik. Skor Boey spesifik untuk memprediksi mortalitas dan morbiditas pada pasien
perforasi ulkus peptik. Skor Boey memprediksi mortalitas dan morbiditas berdasarkan
adanya penyakit penyerta (komorbid), syok preoperatif, dan perforasi lebih dari 24
jam.
< 24 jam 0
>24 jam 1
>100 mmHg 0
<100 mmHg 1
23
Penyakit sistemik (jantung, ginjal, paru, DM, ddl)
Ada 0
Tidak Ada 1
1 0%
2 10-46%
3 100%
24
BAB III
STATUS PASIEN
A. Identitas
Nama : Tn. HD
Usia : 56 tahun
Pekerjaan : Pelaut
B. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut sejak 6 jam SMRS, nyeri
memberat bila pasien bergerak. Mual (+), muntah (-), demam (-). BAK biasa,
25
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
DM (-), hipertensi (+) tidak terkontrol, jantung (-), asam urat (+)
C. Pemeriksaan fisik
Status Generalis
Tanda-tanda vital :
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 37,6º C
26
Kepala : Normocephale, distribusi yang merata, dan tidak mudah
dicabut.
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor
Hidung : Bentuk normal, sekret -/-, deviasi septum (-), edema konka -/-
Thoraks
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama, nyeri tekan (-), krepitasi
Auskultasi: Bunyi jantung I-II reguler murni, gallop (-), murmur (-)
27
Status Lokalis
contour (-)
hati menghilang
Rectal Toucher
• Mukosa licin
D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
28
Clooting time (CT) 9 8-15 menit
SGOT 24 <31Mu/ml
Ureum 35 <50
Pemeriksaan Radiologi
Kesan: Pneumoperitonium
29
Foto Polos Abdomen 3 posisi:
30
Foto BNO polos posisi LLD
E. Diagnosis kerja
- Hipertensi Grade II
F. Diagnosis banding
- Appendisitis perforasi
- Kolelitiasis akut
- Perforasi usus
G. Penatalaksanaan
31
H. Prognosis
- Ad functionam : ad dubia
- Ad sanationam : ad dubia
- Ad vitam : ad dubia
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Del John. Peptic ulcer disease and related disorders. In: Kasper DL, Braunwald E, et
2. Price Sylvia, Wilson Lorraine. Gangguan lambung dan duodenum. Dalam: Glenda
3. Keshav Satish. The gastrointestinal system at a glance 1st ed. British: Blackwell
4. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem edisi 2. Jakarta: EGC; 1996.
5. Tarigan Pengarapen, Akil HAM. Tukak gaster dan tukak duodenum. Dalam: Sudoyo
Aru, Alwi Idrus dkk editor. Buka ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisi V. Jakarta:
6. Townsend CM, David R, Mark B, Mattox Kenneth. Sabiston textbook of surgery 17th
7. Aro Pertti. Storstrubb Tom. Peptic ulcer disease in a general adult population. USA:
8. Anand BS. Peptic ulcer disease. [online]. Update: June 20th 2011. [cited October 28th
overview#showall
10. Souba Wiley, Fink Mitchell, Jurkovich Gregory. ACS surgery: principles & practice,
33