Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberi
kesempatan, taufik dan hidayah, serta inayahnya sehingga tugas makalah Pendidikan Agama
Islam dengan judul “MORAL” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW. keluarganya berserta para sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan yang gelap
gulita menuju jalan yang terang benderang yang diridhoi oleh allah SWT.

Tak lupa pula kami mengucapkan banyak terimah kasih kepada teman-teman kami yang telah
memberikan petunjuk dalam terselesaikannya tugas makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan kami telah berusaha
semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah yang sangat sederhana ini. Oleh sebab
itu, kami sangat mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi perbaikan tugas
makalah ini kedepannya. Semoga makalah ni dapat berguna dan bemanfaat untuk kita semua.
Amin

Jakarta, 19 agustus 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang hadir untuk menyampaikan segala ajaran yang baik dan bermoral di
muka bumi ini.Di dalam makalah ini terdapat pembahasan mengenai etika sosial dalam islam
dan moral. Tema tentang Etika dan Moral menjadi bahasan penting dalam wacana pemikiran
filsafat kontemporer. Namun, pembicaraan tentang etika kurang begitu berkembang dalam
Islam. Justru yang berkembang adalah kajian tentang moralitas melalui sudut pandang fiqih
Islam. Moralitas yang menjadi obyek kajian etika Islam masih berbicara seputar etika secara
individual, yaitu bagaimana memperbaiki diri dan kepribadian dalam bertutur kata, bersikap,
dan berbuat. Sedang etika sosialnya masih kurang mendapat tempat yang luas dalam kajian
Islam. Sebagai agama terakhir, Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas dibandingkan
dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui berbagai liberatur yang berbicara
tentang Islam dapat dijumpai uraian mengenai penger tian agama Islam, sumber, dan ruang
lingkup ajarannya serta cara untuk memahaminya.

Islam sebagai agama moral sudah kaya akan konsep-konsep, baik terkait dengan ketuhanan
maupun kemanusiaan, konsep relasi yang sehat secara vertikal dan horizontal, seperti konsep
tauhid, keadilan, persamaan, toleransi, sampai yang terkait dengan kebersihan. Konsep-konsep
ini diturunkan dan disyariatkan adalah sebagai ajaran moral demi terciptanya relasi yang sakral
vertikal antara manusia dengan Tuhannya dan relasi harmonis, dinamis, dan konstruktif
fungsional horizontal yang duniawi antara manusia dengan manusia, serta dengan makhluk di
seluruh.

Melalui tulisan ini kami mengajak kita semua untuk kembali memahami dengan seksama
pesan-pesan inti agama, yaitu pesan moral, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari, baik secara individu maupun sosial. Dengan kata lain kita hanya mementingkan
sisi formalitasnya saja tanpa menerapkan sisi spiritualnya. Tujuan akhir dari transformasi
ajaran moral agama Islam ini adalah praktik sosial dalam masyarakat, baik dalam ekonomi,
sosial, budaya dan sebagainya agar tercipta masyarakat yang aman dan tentram.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian moral dalam konsep islam?

2. Apa saja faktor-faktor penyebab turunya moral dikalangan masyarakat?

3. Apa saja solusi untuk menanggulangi moral yang rusak?

4. Bagaimana perwujudan moral dalam kehidupan?

5. Bagaimana hubungan ahklak/moral dengan kehidupan beragama?

C.Tujuan Makalah

1. Memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Study Islam.

2. Mengetahui arti moral dalam konsep islam, faktor-faktor penyebab turunya moral, serta
cara menumbuhkan moral yang sudah mulai terkikis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Moral dalam Konsep Islam

Moral dalam Islam identik dengan akhlak. Di mana kata akhlak berasal dari bahasa Arab,
bentuk jama’ dari kata “khulk”, khulk di dalam kamus al-Munjid berarti budi pekerti atau
perangai.

Di dalam kitab “Ihya’ Ulumaldin”, karya Imam al Ghozali diungkapkan bahwa:

‫الخلق اراة عن هيئة في الفغس وامخه عنها بصدر االنفعال سهوله ويسر من غير حاجة الفقر ورؤية‬

“Al-khulk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan perimbangan” (Al-Ghazali,
Ihya’ Ulumaldin, Vol, III:56)

Jadi pada hakekatnya akhlak (budi pekerti) ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap
dalam jiwa dan telah menjadi kepribadian, hingga dari situ timbul berbagai macam perbuatan
dengan cara mudah dan spontan tanpa dibuat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari
kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal
pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti yang mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan
yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.

Selain itu juga disyari’atkan, bahwa suatu perbuatan dapat dinilai baik jika timbulnya perbuatan
itu dengan mudah sebagai suatu kebiasaan tanpa memerlukan pemikiran. Mengenai syari’at
tersebut, Asmara AS menegaskan bahwa dalam menetapkan suatu perbuatan, itu lahir dalam
kehendak dan disengaja sehingga dapat nilai baik atau buruk ada dua syarat yang perlu
diperhatikan (Asmara,1994:11).

1. Situasi memungkinkan adanya pilihan (bukan karena paksaan) adanya kemauan bebas,
sehingga tidak dilakukan dengan sengaja.

2. Tahu apa yang dilakukan yakni mengenai nilai baik buruknya.

Suatu perbuatan dapat dikatakan baik atau buruk manakala memenuhi syarat-syarat di atas.
Dalam Islam, faktor kesengajaan merupakan penentu tingkah laku dalam penetapan nilai
tingkah laku/tindakan seseorang. Seorang muslim tidak berdosa karena melanggar syari’at, jika
ia tidak tahu bahwa ia berbuat salah menurut hukum Islam.

3
B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Turunya Moral di Masyarakat.

Masalah moralitas masyrakat Indonesia baik itu usia remaja hingga dewasa, sekarang ini sudah
menjadi problema umum dan merupakan pertanyaan yang belum ada jawabannya. Seperti
mengapa para remaja kita sudah mengkonsumsi obat-obatan terlarang? mengapa para remaja
kita dengan bebasnya bergau dengan lawan jenis tanpa merasa risih dan malu? megapa para
pemiimpin di negeri kita sugguh mudah tersinggung, dan tidak malu juga mempertontonkan
pertengkaran di muka umum? Mengapa begitu banyak para pemimpin ini tidak merasa malu
mengambil hak-hak orang kecil, seperti melakuka korupsi?. Pertanyaan-pertanyaan seperti
yang telah dikemukakan meruapakan sederetan kecil dari masalah moral yang masih belum
bisa hadapi.

Ketika berbicara tentang moral, kita perlu tahu bahwa hal ini erat kaitannya dengan perilaku
masyarakat itu sendiri. Perilaku masyarakat yang menyimpang dari aturan yang seharusnya
membuat moral bangsa kita semakin buruk di mata negara lain. Kemerosotan moral ini
bukanlah suatu hal yang bisa dibanggakan karena hal itulah yang membuat negara kita tampak
kurang berwibawa di dunia internasional. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi
kemerosotan moral bangsa Indonesia dan hal itu perlu diketahui sehingga kita mampu
menemukan solusi yang terbaik dan membantu dalam penyelesaian masalah tersebut.

1. Penyalalah gunaan sebagian ajaran moral

Tidak diragukan lagi bahwa sebagian ajaran moral telah dan masih terus akan disalahgunakan
dalam berbagai bentuk dan cara. Mereka yang telah dirasuki ketamakan, terutama apabila
mempunyai kekuatan dan pengaruh, tidak akan ragu-ragu dalam memakai segala cara untuk
mencapai tujuannya. Penelitian ilmiah, terlepas dari kebenaran landasannya, terkadang
di[ergunakan untuk melakukan penindasan, tirani, menyiksa kelas buruh.

2. Penyalahgunaan Konsep-Konsep Moral

Sama hal nya dengan ajaran moral, konsep-konsep dari moral pun disalahgunakan. Seringkali
ditemui, kemerdekaan ditindas atas nama kemerdekaan, dan ketidakadilan diterapkan atas
nama keadilan dan persamaan. Setiap hal yang baik dan bermamfaat bisa disalahgunakan.
Meskipun demikian, bagaimanapun nama keadilan itu disalahgunakan tidak akan sama halnya
dengan ketidakadila itu sendiri. Keduanya tetap berbeda. Demikian juga, bagaimanapun nama
kemerdekaan disalahterapkan, tetapi kemerdekaan sejati tidak akan sama dengan perbudakan.

4
Jadi tidak diragukan lagi ajaran Islam telah dieksploitasi untuk tujuan pribadi dan kelompok
tertentu. Tetapi tidak berarti bahwa ajaran-ajaran tersebut palsu atau rancu. Sebaliknya,
keadaan tersebut menuntut kewaspadaan sebagian masyarakat agar ajaran tersebut tdak rusak,
dan nilai-nilainya tidak disalahgunakan.

3. Masuknya Budaya Westernisasi (budaya kebarat-baratan)

Masuknya budaya barat bisa dikatakan sebagai penyebab turunnnya moral bangsa Indonesia
saat ini. Sebenarnya budaya tersebut tidaklah salah, yang salah adalah individu yang tidak
mampu menyaring hal-hal yang baik untuk dirinya. Dengan budaya asing yang masuk ke
negara kita sekarang ini, banyak orang menganggap bahwa free sex atau materialisme adalah
hal yang biasa. Keadaan ini sangat memprihatinkan mengingat banyak remaja yang melakukan
hal tersebut dan hal itu yang sering jadi masalah remaja saat ini. Tumbuhnya budaya
materialisme juga bisa diliat dari banyaknya orang-orang yang sangat memperhatikan gaya
hidup yang terkesan mewah tanpa memperdulikan sekitar dan masa depannya.

4. Perkembangan Teknologi

Turunnya moral bangsa Indonesia juga diakibatkan oleh perkembangan teknologi saat ini.
Dengan kemudahan akses internet, banyak orang memanfaatkan fasilitas tersebut untuk
mencari gambar atau video porno. Hal ini jika dilakukan terus menerus akan merusak moral
bangsa karena pikiran mereka sudah dimasuki oleh doktrin-doktrin barat yang kadang salah
tersebut.

5. Lemahnya Mental Generasi Bangsa

Penurunan kualitas moral dari generasi bangsa juga dapat disebabkan karena lemahnya mental
dari generasi bangsa yang terbentuk sejak dini, sehingga membentuk karakter yang kurang
baik. Karakter tersebut akan menjadi watak perilku seseorang dalam menjalani kehidupan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu diupayakan pembentukan karakter sejak dini

6. Kurangnya Materi Aplikasi tentang Budi Pekerti

Kurangnya materi pengapliasian dari budi pekerti adalah salah satu penyebab turunnya moral
bangsa kita baik itu dalam bangku sekolah, dan kurangnya perhatian dari guru sebagai pendidik
dalam hal pembentukan karakter peserta didik, sehingga peserta didik lebih banyak terfokus
pada aspek kognitif dan kurang memperhatikan aspek afektif dalam pembelajaran. Hasilnya

5
adalah peserta didik pintar dalam hal pelajaran tertentu, namun mempunyai akhlak/moral yang
kurang bagus. Banyak di antara peserta didik yang pintar jika mengerjakan soal pelajaran,
namun tidak hormat terhadap gurunya, suka mengganggu orang lain, tidak mempunyai sifat
jujur, malas, dan sifat-sifat buruk lainnya.

Tingginya angka kenakalan dan kurangnya sikap sopan santun peserta didik, dipandang
sebagai akibat dari kurang efektifnya sistem pendidikan saat ini. Ditambah lagi dengan masih
minimnya perhatian guru terhadap pendidikan dan perkembangan karakter peserta didik.
Sehinga sebagian peserta didik tidak mempunyai karakter positif. Pendidikan tanpa karakter
hanya akan membuat individu tumbuh secara parsial, menjadi sosok yang cerdas dan pandai,
namun kurang memiliki pertumbuhan secara lebih penuh sebagai manusia. Hal tersebut sudah
dicontohkan dalam sistem pendidikan kita pasca reformasi. Kurikulum yang dibangun untuk
mencerdaskan kehidupan justru berujung kepada penurunan moral dari sebagian perserta
didiknya.

C. Solusi Untuk Menanggulangi Akhlak/Moral yang Rusak.

1. Memandang Martabat Manusia

Rasulullah Saw, telah mengatakan bahwa ia diutus untuk menyempurnakan martabat dan
derajat manusia.

Orang yang meceritakan tradisi tersebut bertanya kepada Sayidina Ali k.w. tentang sifat-sifat
tersebut. Sayidina Ali menjawab “alim, toleran, tahu berterima kasih, sabar, murah hati,
berani, mempunyai harga diri, bermoral, berterus terang, dan jujur.

Memiliki harga diri (self-respect) artinya kapan saja dia bekerja untuk kepentingannya dan
untuk memenuhi kebutuhannya, dia harus memperhitungkan segala sesuatu yang sekiranya
bisa memalukan da merendahkan posisinya, seperti tidak konsisten denga martabatnya sebagai
manusia, dan mempertimbangkan segala tindakan yang akan bisa mengembangkan
kematangan spiritualnya, dan mengangkat posisinya agar bisa dibanggakan.

Sebagai contoh, setiap orang sadar bahwa sifat cemburu dan iri hati hanya akan menghina dan
memalukan dirinya sendiri. Orang yang iri hati tidak akan tahan dengan kemajun dan
prospek orang lain. Ia tidak senang dengan prestasi-prestasi mereka. Reaksi satu-
satunya adalah bagaimana caranya bisa menimbulkan bencana bagi orang lain dan
mengganggu rencana-rencana mereka. Da tidak akan merasa puas jika orang lain tidak
kehilangan nasib baiknya, dan tidak seperti dia. Setiap orang saddar akan memiliki sifat seperti

6
itu hanya merupakan cerminan kepicikan belaka. Seseorang yang tidak menghargai
keberhasilan orang lain adalah manusia yang tak berharga tak berkepribadian.

Sama halnya dengan sifat iri hati. Orang yang iri hati adalah orang yang begitu terpesona
dengan kekayaanya sehingga ia enggan utuk menyisihkan atau membelanjakannya, bahkan
bukan untuk kepentingan sendiri dan keluarganya. Dia tidak mau mendermakan kekayaan yang
dimilikinya. Nampaknya orang semacam itu menjadi tawanan dari kekayaannya sendiri. Dia
merendahkan martabat di depa matanya sendiri.

Dengan demikian kita mengetahui bahwa rasa harga diri adalah perasaan sejati manusia. Kita
merasa senag jika memberika amal, bertindak toleran, sederhana dan bekerja tekun, dan
sebagainya. Sedangan sifat munafik, menjilat, cemburu dan sombong akan menghina dirinya
sendir, tanpa terikat pada ajaran atau kebiasaan dan tradisi yang ada pada masyarakat tertentu.
Islam mengutuk keras sifat-sifat jelek seperti itu, dan melarang eras mengembangkannya.

Beberapa sifat tertentu seperti toleran dan pengorbanan diri adalah masalah penghargaan diri
dan tanda keterbukaan hati dan kebesaran jiwa. Orang yang selalu sikap berkrban dan melatih
kendalu dirinya, da ditandai denga kepribadian yang baik seperti itu sehingga dia menjalani
kepentingannya demi untuk kebaika orang lain dan untuk mempertahankan tujuan yang
diharapkan.

Merendahkan hati dalam pengertian menghormati orang lain dan mengakui prestasi mereka
dan bukan dalam pengertian memalukan diri sendiri untuk tunduk pada kekuatan, juga
merupakan sifat yang mulia dan sesuai dengan martabat manusia. Kualitas seperti ini dipunyai
oleh mereka yang selalu bisa mengendalikan diri dan tidak egois (self-centered), dan dengan
realistis mengakui hal-hal baik dalam diri orang lain dan menghormatinya.

Sifat-sifat mulia tersebut yang membentuk landasan karakter yag mulia, adalah bagian fari
nilai-nilai moral Islam yang tinggi. Kita mempunyai contoh-contoh yang tak terhitung
mengenai sifat-sifat seperti itu, dan semua masalah etika mungkin diperhitungkan berkaitan
dengan martabat manusia. Karena itu Nabi Besar Umat Islam dalam menyimpulkan pesan
etikanya, menggambarkan sifat-sifat itu sebagai karakter manusia yang sempurna dan mulia.

2. Mendekatkan Manusia dengan Alloh

Hanya sifat-sifat mulia yang telah disebutkn diatas yang akan mendekatkan manusia dengan
Alloh . Dngan demikian manusia-manusia harus memiliki dan mengembagkan sifat-sifat
tersebut apabila kita membahas sifat-sifat Alloh, dan sebaliknya. Dia Maha mengetahui, Maha

7
Kuasa dan Maha Kompeten. Semua tindakan-Nya telah dierhtungkan dengan baik-baik. Dia
Maha Adil, Maha Pengasih dan Penyayang. Semua merasakan karunia-Nya. Dia menyukai
kebenaran dan membenci keburukan. Dan selanjutnya dan seterusnya. Manusia dekat dengn
Alloh sesuai dengan kualitas-kualitas yang dia miliki. Jika sifat-sifat tersebut mendarah daging
dalam drinya dan menjadi pelengkapnya, bisa dkatakan bahwa ia telah mendapatkan nilai-nilai
moral islam. Rasululloh bersabda :

“Binalah diri sendir sesuai dengan sifat-sifat Alloh”

Manusia Islam, terlepas dari keuntungan dan kerugian yang didapatkan dari tidakan dan
kebiasaannya, selalu mampu untuk mengetahui apakh tindakan atau sifat tertentu akan menjaga
martabat kemanusiannya, dan apakah akan membantunya dalam perjalanan mendekatkan diri
kepada Alloh. Dia menganggap bahwa yang diinginkan adalah segala tindakan yang akan
mengangkat martabat manusia mendekatkan dirinya dengan Alloh. Demikian pula dia akan
enggan dan menghindarkan diri dari segala tindakan yang akan merusak martabat manusia an
memperlemah hubungan dengan Alloh. Dia menyadari bahwa perhatianya terhadap kedua
kriteria tersebut secara otomatis akan membangkkitkan gairah dan berantusias untuk berkarya
denga sadar untuk kepentingannya dan kepentingan kemanusiaan secara luas.

3. Kontribusi di bidang pendidikan

Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pada
Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak Mulia, berilmu, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Namun, jika kita melihat kondisi pendidikan di
Indonesia sekarang ini, ternyata masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Proses
pendidikan belum sepenuhnya berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter
positif. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal membangun karakter. Banyak
lulusan sekolah dan sarjana pintar dalam bangku sekolah atau perkuliahan dan piawai dalam
menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi lemah dalam hal mental, penakut, dan perilakunya
tidak terpuji. Di sisi lain, pendidikan yang bertujuan mencetak manusia yang cerdas dan kreatif
serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, belum sepenuhnya terwujud. Hal

8
ini terlihat dari banyaknya kasus pelajar yang terlibat tawuran, kasus kriminal, narkoba, seks
di luar nikah, dan kasus-kasus yang lain.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan, untuk
memperbaiki moral generasi bangsa melalui pendidikan. Namun keinginan tersebut ternyata
belum membuahkan hasil yang signifikan. Pemerintah dalam melaksanakan pendidikan, masih
lebih banyak menitikberatkan pada kemampuan kognitif siswa, dengan mengesampingkan
kemampuan afektif atau perilaku siswa dan psikomotorik atau keterampilan

Salah satu solusi agar pendidikan moral menjadi efektif adalah dengan menerapkan pendidikan
karakter di setiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai pada pendidikan
tinggi. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi konsumen pengetahuan, kesadaran dan kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
lingkungan maupun ke bangsa sehingga menjadi insan kamil. Dengan penerapan pendidikan
karakter, maka karakter dari peserta didik akan terbentuk sejak mereka berada di bangku
sekolah dasar, kemudian dilanjutkan pada sekolah menengah dan perguruan tinggi. Dengan
terbentuknya karakter tersebut, maka akan menjadi perisai atau kontrol dalam diri seseorang,
sehingga akan mengendalikan perilaku orang tersebut. Intinya adalah, jika karakter sudah
terbentuk, maka akan sulit untuk mengubah karakter tersebut.Dengan menanamkan nilai-nilai
kebaikan dalam setiap proses pendidikan, akan membantu proses pembentukan karakter dari
peserta didik yang bermoral dan bermartabat. Dengan terbentuknya karakter tersebut, maka
karakter tersebut akan sulit hilang sehingga akan menjadi watak perilaku seseorang dalam
menjalani masa yang akan datang. Penerapan pendidikan karakter dalam sistem kurikulum
pendidikan dapat dilaksanakan dengan cara :

· Menyisipkan nilai–nilai moral di setiap proses belajar mengajar

· Membentuk kelas motivasi (motivation class), yang dalam hal ini lebih menekankan pada
penggugahan motivasi internal peserta didik

· Menambah mata pelajaran tentang pendidikan moral, dan peserta didik dipersyaratkan
lulus mata pelajaran tersebut

· Mata pelajaran yang substansinya sudah mengandung nilai-nilai moral hendaknya lebih
aplikatif, tidak hanya text book semata

9
· Menyeimbangkan porsi antara materi belajar akal (cerdas) dan hati (moral). Dalam hal ini
guru, Departemen Pendidikan Nasional, dan masyarakat pemerhati pendidikan untuk bersama-
sama mengupayakan penerapan pendidikan karakter ke dalam sistem kurikulum pendidikan.

D. Perwujudan Moral dalam Kehidupan.

Dengan demikian jelaslah bahwa agama menjadi sumber dari akhlak yang mulia, maka salah
satu jalan untuk menegakkan akhlak ini prinsip-prinsip agama harus dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari.

Dalam mewujudkan nilai-nilai moral/akhlak yang mulia ada beberapa kewajiban yang perlu
ditunaikan:

Membersihkan hati serta mensucikan hubungan dengan Allah SWT. Keyakinan semacam ini
harus tertanam dalam hati, dikerjakan dan diamalkan serta disampaikan pada orang lain.
Kesucian hatinya nampak dalam perilakunya sehari-hari dan menyatakan bahwa yang baik itu
adalah yang diakui baik oleh Islam, sedang yang buruk adalah yang dinyatakan oleh Islam
buruk pula.

Memperhatikan seluruh perintah dan larangan agama. Karena percuma beragama kalau tidak
diiringi amal. Banyak orang mengaku beragama Islam, tetapi tidak dikerjakannya seruhan
agama atau tidak dihentikannya semua larangan. Orang yang demikian selamanya tidaklah
merasakan kelezatan cinta menjadi seorang Muslim.

Belajar melawan kehendak diri dan menaklukkannya kepada kehendak Allah SWT. Pekerjaan
ini amat berat dan sulit, hanya orang-orang yang mempunyai kemauan teguh dan hati yang
sabar serta tahan yang dapat mengerjakannya. Nabi Muhammad bersabda, “Bahwa peperangan
di antara akal dan hawa nafsu, di antara seruan kebenaran dengan suara setan. Lebih besar
daripada segala macam peperangan di dalam dunia ini.” Setelah beliau kembali dari
peperangan sekecil-kecilnya, kepada peperangan yang sebesar-besarnya yakni peperangan
memerangi hawa nafsu.

Setelah sanggup berjuang melawan hawa nafsu sendiri, harus sanggup berjuang dengan musuh-
musuh yang hendak menghinakan agama atau melanggar batas-batas keyakinanya.

Menegakkan persaudaraan di dalam Islam, bertolong-tolongan di antara sesama muslim.

10
Agama Islam adalah agama kemanusiaan, manfaatnya tidaklah dirasakan oleh umat Islam saja,
tetapi oleh seluruh umat manusia. Kedatangan Islam telah membawa nikmat dan rahmat ke
seluruh muka bumi tidak membedakan segala bangsa dan kaum.

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa program utama dan perjuangan pokok segala
usaha ialah pembinaan akhlak/moral mulia. Ia harus ditanamkan dan ditegakkan kepada
seluruh lapisan dan tingkatan masyarakat, mulai dari tingkatan atas sampai lapisan masyarakat
terbawah. Pada lapisan atas itulah yang pertama-tama wajib memberikan teladan yang baik
kepada masyarakat dan rakyat, dan ini akan dapat terwujud manakala para pemimpin berani
memberikan contoh-contoh moral yang buruk.

E. Hubungan Akhlak/Moral dengan Kehidupan Beragama.

Jadi moral atau akhlak dalam Islam sendiri tidak dapat dipisahkan dari kehidupan beragama.
Karena nilai-nilai yang tegas, pasti tetap tidak bisa berubah karena keadaan. Tempat dan waktu
adalah nilai-nilai yang bersumber dari agama.

Ari Ginanjar Agustian, dalam bukunya ESQ (Emotional Spiritual Question), juga menjelaskan
bahwa kekuatan berpikir (manusia) memiliki potensi yang besar bagi hidup manusia. Di mana
iman yang dimaksud adalah keyakinan dalam hati, mengucapkan dalam lisan serta
mengamalkan perbuatan iman sebagai dasar rujukan dalam proses berpikir secara aktual yang
dimanifestasikan dalam bentuk amal sholeh yaitu suatu bentuk aktivitas kerja, kreatifitas yang
ditempah oleh semangat tauhid untuk mewujudkan rahmatan lil alamin. Keseimbangan bagi
alam dan segala isinya (Agustian, 2002:66).

Hal ini sesuai dengan akhlak/moral Islam yang merupakan suatu sikap dan laku perbuatan yang
luhur, yang mempunyai hubungan dengan dzat yang Maha Kuasa: Allah SWT. Bahwasanya
akhlak Islam juga adalah produk dari keyakinan atas kekuasaan dzat ke-Esa-an Tuhan, jadi Dia
adalah produk dari jiwa tauhid (Amin, 1997:9).

Meskipun akhlak Islam berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, bukan berarti Islam tidak
memandang akal sebagai tolak ukur perbuatan itu baik atau buruk. Peranan akal dalam
mempertimbangkan baik atau buruknya suatu perbuatan juga sangat besar. Karenanya
perbuatan bisa dinilai baik jika menurut pikirannya bahwa perbuatan itu baik, dan buruk atau
tercela jika melakukan perbuatan yang diputuskan akalnya buruk. Namun perlu diketahui pula

11
bahwa akal manusia hanya merupakan suatu kekuatan yang dimiliki manusia untuk mencari
kebaikan atau keburukan dan keputusannya. Bermula dari pengalaman empiris kemudian
diolah menurut kemampuan pengetahuannya. Oleh karena itu, keputusan yang diberikan akal
hanya bersifat spekulatif dan subyektif.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Moral dalam Islam identik dengan akhlak. Di mana kata akhlak berasal dari bahasa Arab,
bentuk jama’ dari kata “khulk”, khulk di dalam kamus al-Munjid berarti budi pekerti atau
perangai.Jadi pada hakekatnya akhlak (budi pekerti) ialah suatu kondisi atau sifat yang telah
meresap dalam jiwa dan telah menjadi kepribadian, hingga dari situ timbul berbagai macam
perbuatan dengan cara mudah dan spontan tanpa dibuat dan tanpa memerlukan
pemikiran. Faktor-faktor yang menyebabkan turunya moral di masyarakat antara lain
: penyalalah gunaan sebagian ajaran moral, penyalahgunaan konsep-konsep moral, masuknya
budaya westernisasi (budaya kebarat-baratan), perkembangan teknologi, lemahnya mental
generasi bangsa dan lain sebagainya.

B. Saran

1. Bagi dosen diharapkan dapat memantau dan lebih memotivasi mahasiswa dalam
pengerjaan makalah, sehingga segala kesulitan mahasiswa bisa terpecahkan atau terselesaikan.

2. Bagi mahasiswa diharapkan tetap semangat dan ciptakan rasa tanggung jawab dalam
mengerjakan makalah, mendengarkan segala sesuatu yang disampaikan dosen.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Prof.DR.Rosihon, M.Ag, dkk. Pengantar Studi Islam. Jakarta : Pustaka Setia. 2009

Dr. M. Nurhakim, M.Ag.Metodologi Studi Islam .2004

http://kafeilmu.com/moral-menurut-pandangan-islam/ diakses pada tanggal 12 November


2014.

http://goenable.wordpress.com/tag/pendidikan-moral-menurut-pandangan-islam/ diakses pada


tanggal 12 November 2014

https://ichsanwebblog.wordpress.com/2014/11/20/makalah-pendidikan-agama-islam-etika-
moral-dan-akhlak/

14

Anda mungkin juga menyukai