Disusun Oleh :
A. Konsep Penyakit
1. Defenisi
B. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat
a. Keluhan Utama
Klien dengan CHF biasanya mengeluh sesak napas, nyeri,
kelelahan, nyeri ulu hati, dan batuk.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan klien yang dirasakan saat ini yang berhubungan dengan
keluhan utama.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien pernah mengalami sakit sebelumnya yang tidak
berhubungan atau yang berhubungan dengan penyakit sekarang.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Meliputi pekerjaan klien saat ini, keadaan ekonomi keluarga klien
saat ini. Apakah ekonomi klien kurang, cukup, atau lebih.
2. Pola Gordon
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat
istirahat.
2) Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda
vital berubah pad aktivitas.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya,
penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok
septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
2) Tanda :
a) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
b) Tekanan Nadi ; mungkin sempit (tidak teraba)
c) Irama Jantung ; Disritmia.
d) Frekuensi jantung ; Takikardia.
e) Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah posisi
secara inferior ke kiri.
f) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
g) Murmur sistolik dan diastolic.
h) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
i) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
kapiler lambat.
j) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
k) Lien : pembesaran / dapat teraba.
l) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
m) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
khususnya pada ekstremitas.
c. Integritas ego
1) Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan
dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya
perawatan medis)
2) Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas,
marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
d. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap,
berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
e. Makanan/cairan
1) Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah,
penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada
ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi
garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.
2) Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi
abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dn
pitting).
f. Higiene
1) Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas
Perawatan diri.
2) Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan
personal.
g. Neurosensori
1) Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
2) Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku
dan mudah tersinggung.
h. Nyeri/Kenyamanan
1) Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen
kanan atas dan sakit pada otot.
2) Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku
melindungi diri.
i. Pernapasan
1) Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau
dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan
sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan
pernapasan.
2) Tanda :
a) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot
asesori pernpasan.
b) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk
terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
c) Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih
(edema pulmonal)
d) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
e) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
f) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
j. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental,
kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
k. Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial
yang biasa dilakukan.
3. Pemeriksaan Fisik
Udjianti (2011 menjelaskan bahwa pemeriksaan fisik perlu
yang dilakukan pada pasien gagal jantung antara lain:
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan
mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing.
Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas
bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas
tambahan seperti snoring.
2) Breathing
Pemeriksaan breathing antara lain: frekuensi napas, apakah ada
penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding dada,
adanya sesak napas saat aktifitas, tidur sambil duduk atau
dengan beberapa bantal. Palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan
seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
3) Circulation
Riwayat Hipertensi, infark miokard akut, gagal jantung
kongesttif sebelumnya, penyakit katup jantung, anemia, syok
dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi
apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang,
perubahan dalam denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan
punggung, kuku pucat atau sianosis, hepatomegali, bunyi nafas
krakles atau ronki, edema.
b. Pengkajian Sekunder
1) Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah,
dispnea saat istirahat atau aktifitas, perubahan status mental,
tanda vital berubah saat beraktifitas.
2) Integritas ego
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung.
3) Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih
pada malam hari, diare/ konstipasi.
4) Makanan/ cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB
signifikan. Pembengkakan ekstremitas bawah, diet tinggi
garam penggunaan diuretik distensi abdomen, oedema umum,
dll.
5) Hygiene
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
6) Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
7) Nyeri/ kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot,
gelisah
8) Interaksi sosial: penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan,
distress, sikap dan tingkah laku klien
Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
a) Nilai normalnya tergantung: umur dan jenis kelamin
b) Nilai rata-rata sistolik: 110-140 mmHg
c) Nilai rata-rata diastolic: 80-90 mmHg
2) Nadi
a) Frekuensi
b) Regularitas
c) Isi (volume)
d) Batuk
e) Perabaan arteri (keadaan dinding arteri)
3) Pernapasan
a) Frekuensi: apakah bradipnea, atau takipnea
b) Keteraturan
c) Amplitudo
4) Suhu Badan
Metabolisme menurun, suhu menurun
d. Head to toe
1) Kepala
a) Mata: konjungtiva: apakah anemis, ikterik, atau tidak
b) Mulut: adakah tanda infeksi
c) Telinga: kotor atau tidak, ada serumen atau tidak,
kesimetrisan
d) Muka: ekspresi, pucat, bentuk
e) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe,
distensi vena jugularis.
f) Dada: gerakan dada, deformitas
g) Abdomen : ada ascites atau tidak, pembesaran hati, dan
limpa
2) Ekstremitas
Lengan- tangan: reflex, warna dan tekstur kulit, edema,
clubbing, bandingkan arteri radialis kiri dan kanan
e. Pemeriksaan khusus
1) Inspeksi
a) Mid sternal line
b) Mid clavikular line
c) Anterior aksilar line
d) Para sternal line
2) Palpasi Jantung
a) Pulsasi ventrikel kiri
b) Pulsasi ventrikel kanan
c) Getar jantung
3) Auskulatsi
BJ I dan II, BJ tambahan
4. Pemeriksaan Penunjang
Diagnostik sangat perlu ditegakkan sebelum mulai
memberikan penatalaksanaan. Alat diagnostic dasar untuk gagal
jantung semuanya bersifat non-invasif, yaitu ekokardiografi,
elektrokardiografi (EKG), dan foto sinar X dada (Udjianti, 2012).
1. Ekokardiografi
Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat pertama
dalam diagnosis dan manajemen gagal jantung. Sifatnya tidak
invasive, dan segera dapat memberikan diagnosis disfungsi
jantung serta informasi yang berkaitan dengan penyebabnya.
Pemeriksaan ekokardiografi dapat digunakan untuk
memperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel kiri.
2. Rontgen Dada
Foto sinar X dada posterior dan anterior dapat menunjukkan
adanya hipertensi vena, edema paru, atau kardiomegali. Bukti
pertama adanya peningkatan tekanan vena paru adalah adanya
diversi aliran darah ke daerah atas dan adanya peningkatan ukuran
pembuluh darah.
3. Elektrokardiografi
Meskipun memberikan informasi yang berkaitan dengan
penyebab, EKG tidak dapat menunjukkan gambaran yang spesifik.
EKG normal menimbulkan kecurigaan akan adanya diagnosis
yang salah.
Gambar EKG pada klien gagal jantung.
Pada pemeriksaan EKG pada klien gagal jantung di atas, ditemukan
kelainan EKG, yaitu:
a. Tidak menunjukkan adanya RBBB atau LBBB.
b. Terdapat depresi ST dan T inversi pada V1-V5, menunjukkan
adanya penyakit jantung iskemik.
c. Terdapat S yang dalam pada V1-V3, menunjukkan adanya
hipertrofi ventrikel kiri karena adanya beban tekanan (adanya
stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi).
4. Radiografi thoraks
Menunjukkan adanya pembesaran jantung rasio karditorasik
(CTR) > 50%, edema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa
CHF.
5. Tes Darah
Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang
rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan
retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah.
6. Scan Jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
jantung.
7. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau
insufisiensi serta mengkaji potensi arteri koroner. Pada gagal
jantung kiri didapatkan (VEDP) 10 mmHg atau Pulmonary arterial
wedge Pressure > 12 mmHg dalam keadaan istirahat. Curah
jantung lebih rendah dari 2,7 lt/mnt/m2 luas permukaan tubuh.
8. Enzim jantung
Enzim jantung meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-
jaringan jantung, misal infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK,
isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
9. Pengukuran tekanan preload, afterload dan curah jantung dapat
diperoleh melalui lubang-lubang yang terletak pada berbagai
interfal sepanjang kateter. Pengukuran CVP (N 15-20 mmHg)
dapat menghasilkan pengukuran preload yang akurat. PAWP atau
pulmonary artery wedge pressure adalah tekanan penyempitan
arteri pulmonal dimana yang diukur adalah tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri. Curah jantung diukur dengan suatu lumen
termodelusi yang dihubungkan dengan komputer.
10. Analisa Gas Darah
Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Muttaqin (2012) berdasarkan patofisiologi dan dari
pengkajian, diagnosis keperawatan utama untuk klien gagal jantung
adalah sebagai berikut:
1. Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan
dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan
frekuensi, irama, dan konduksi elektrikal.
2. Aktual/risiko tinggi nyeri dada yang berhubungan dengan
kurangnya suplai darah ke miokardium, perubahan metabolisme,
dan peningkatan produksi asam laktat.
3. Aktual/risiko tinggi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan
dengan perembesan cairan, kongesti paru sekunder, perubahan
membrane kapiler alveoli, dan retensi cairan interstisial.
4. Aktual/ resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan
dengan pengenbangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru.
5. Aktual/ risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan
dengan menurunnya curah jantung.
6. Aktual/risiko tinggi tehadap kelebihan volume cairan yang
berhubungan dengan penurunan perfusi organ.
7. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder
penurunan curah jantung.
8. Aktual/risiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake, mual,
anoreksia.
C. Intervensi Keperawatan
Dx 1: Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan
dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi,
irama, dan konduksi elektrikal.
Intervensi Rasional
Atur posisi tirah baring yang Klien dengan gagal jantung kongestif
ideal. Kepala tempat tidur dapat berbaring untuk mengurangi
harus dinaikkan 20 sampai 30 kesulitan bernapas dan mengurangi jumlah
cm atau klien didudukkan darah yang kembali ke jantung sehingga
dikursi. dapat mengurani kongesti paru.
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan dan terdapat penurunan
respon nyeri dada.
Intervensi Rasional
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan sesak atau terdapat
penurunan respon sesak napas.
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Kolaborasi:
Intervensi Rasional
Kaji adanya kongesti hepar Sebagai dampak gagal jantung kanan, jika
pada abdomen kanan atas. berat akan ditemukan adanya tanda
kongesti.
Intervensi Rasional
Kolaborasi:
Intervensi Rasional
Berikan diet sesuai kebutuhan Untuk mencegah retensi cairan dan edema
(pembatasan air dan Na). akibat penurunan kontraktilitas jantung.
Intervensi Rasional
DAFTAR PUSTAKA
Aru W. Sudoyo. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Interna
Publishing. Jakarta
Corwin Elizabeth J. Buku saku pathofisiologi. Edisis 3, alih bahasa Nike Budi
Subekti, Egi Komara Yuda, Jakarta: EGC, 2012.
Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4,
United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2012
Guyton, Arthur C, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Panyakit, Edisi 3, Jakarta:
EGC, 2011. Heni, Elly dan Anna, Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler,
Edisi Pertama Jakarta: Bidang Pendidikan dan Pelatihan Pusat Kesehatan
Jantung dan Pembuluh Darah Nasional “Harapan Kita”, 2012.
Herdman T.Heather, Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan definisi dan
klasifikasi, Penerbit buku EGC Tahun 2011 : Jakarta Maas, Morhead,
Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2014.
Jayanti, N. 2010. Gagal jantung Kongestif. Dimuat dalam
http://rentalhikari/2010/03/22/Ip-gagal-jantung-kongestif.
H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2012.
Today Deal $50Off:https://goo.gl/efW8Ef Today Deal $50 Off :
https://goo.gl/efW8Ef