Anda di halaman 1dari 6

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 JENIS RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode observasi dengan desain
cross sectional. untuk mengetahui perbedaan kejadian menggigil pasca anestesia spinal antara
pasien seksio sesarea yang mendapat bupivakain hiperbarik 0,5% 20 mg dengan ajuvan
fentanyl 25 mcg intratekal dengan yang tidak mendapat bupivakain hiperbarik 0,5% 20 mg
dengan ajuvan fentanyl 25 mcg intratekal dalam mengurangi kejadian dan derajat menggigil
pasca anestesia spinal.

Pasien yang memenuhi kriteria


penerimaan

Randomisasi

Kelompok fentanyl Kelompok tanpa fentanyl

Diberikan bupivakain 0,5% 20 mg Hanya diberikan bupivakain 0,5%


+ fentanyl 25 mcg intratekal 20 mg

Kejadian dan derajat menggigil


Diperiksa TD, Nadi, Suhu timpani tiap 5
menit selama operasi sampai dengan 120
menit pasca tindakan spinal

Analisis data
KRITERIA PENERIMAAN, PENOLAKAN DAN PENGELUARAN
3.1.1 Kriteria penerimaan
a. Wanita hamil yang menjalani operasi seksio sesarea dengan anestesia spinal
b. Usia 18-40 tahun
c. Status fisik ASA I-II
d. Bersedia menjadi peserta penelitian dan menandatangani pernyataan persetujuan.
3.1.2 Kriteria penolakan
a. Mempunyai riwayat alergi terhadap fentanyl
b. Pasien mendapat obat yang mempengaruhi termoregulasi
c. Suhu awal pasien diatas 38ºC atau dibawah 36ºC
3.1.3 Kriteria Pengeluaran
a. Terjadi penyulit seperti alergi sistemik, reaksi anafilaktik dan henti jantung
b. Terjadi perdarahan >20% dari EBV
c. Jika operasi berlangsung <20 menit atau >120 menit
d. Ketinggian blok anestesi > Thorakal 4 atau < Thorakal 6
e. Menggigil terjadi sebelum pemberian obat percobaan
f. Gagal spinal
g. Jika operasi memerlukan konversi ke anestesia umum
h. Jika diperlukan tambahan tindakan operasi lain seperti perluasan daerah operasi
i. Pasien mendapat obat yang mempengaruhi termoregulasi (seperti misoprostol)
3.2 ALAT DAN BAHAN KERJA
3.2.1 Alat yang digunakan
1. Alat monitor tekanan darah non invasif otomatik
2. Alat monitor EKG
3. Alat monitor denyut oksimetri
4. Alat pengukur suhu
5. Alat pengukur suhu ruangan
6. Kanul vena 18 G
7. Jarum spinal no 27, tipe Quincke (SpinocainR, PT B-Braun)
8. Spuit 3 cc, 5 cc, 10 cc
9. Kasa steril
10. Infus set
11. Pencatat waktu (stop watch)
12. Alat tulis dan lembar penelitian
3.2.2 Bahan yang digunakan
1. Cairan Ringer Laktat yang disimpan dalam suhu ruangan
2. Bupivacain hiperbarik 0,5% 4 ml (20 mg)
3. Fentanyl 25 mcg (0,5 ml)

3.3 CARA KERJA


1. Setelah mendapat persetujuan medis, pasien disiapkan untuk dilakukan tindakan
anestesi
2. Dilakukan randomisasi sederhana menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang mendapat
ajuvan fentanyl intratekal dan kelompok yang tidak mendapat ajuvan fentanyl
intratekal
3. Obat percobaan diambil dengan spuit 3 ml tanpa diencerkan dan diberikan oleh ahli
anestesiologi lain yang tidak mengetahui isi obat
4. Wanita hamil tidak mendapat obat premedikasi sebelumnya
5. Dilakukan pemasangan alat monitor EKG, oksimetri denyut dan NIBP
6. Dilakukan pengukuran tekanan darah, frekuensi nadi dan suhu axilla
7. Suhu ruangan operasi dipertahankan antara 22ºC-24ºC dengan mengatur suhu AC dan
suhu ruangan dilihat melalui termometer ruangan
8. Suhu axilla diukur dengan cara memasang thermometer dengan bagian reservoir tepat
di tengah ketiak dan pasien dianjurkan menyilangkan tangan di atas dadanya.
Kemudian thermometer diambil setelah ±10 menit atau setelah berbunyi.
9. Sebelum dilakukan anestesi spinal, dilakukan coloading dengan Ringer Laktat yang
disimpan pada suhu ruangan (20ºC -23ºC) sebanyak 10 ml/kgbb dalam 10 menit
10. Dijaga sterilitas cairan infus dengan cara melakukan desinfeksi menggunakan alkohol
pada tempat penusukan selang infus untuk mencegah kontaminasi dengan agen yang
bersifat pirogen
11. Dilakukan persiapan tindakan anestesi menggunakan jarum spinal 27G tipe Quincke
dengan analgetik lokal bupivakain hiperbarik 0,5% sebanyak 4 ml (20 mg)
12. Wanita hamil diposisikan lateral dekubitus kiri atau duduk
13. Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis sebagaimana mestinya
14. Dilakukan anestesi spinal dengan lokasi penusukan jarum spinal pada sela vertebra
segmen L4-L5 atau L3-L4
15. Setelah LCS keluar dilakukan aspirasi untuk meyakini bahwa LCS mengalir bebas dan
dimasukan bupivakain 0,5% sebanyak 20 mg dan ajuvan fentanyl intratekal 25 mcg
pada kelompok fentanyl dan pada kelompok tanpa fentanyl hanya diberikan bupivakain
0,5% sebanyak 20 mg
16. Dilakukan anestesi spinal dengan mengusahakan ketinggian blok spinal antara vertebra
thorakal 6. Saat dilakukan anestesia spinal dengan ajuvan obat percobaan, dihitung
sebagai titik waktu nol (T0).
17. Segera setelah dilakukan anestesi spinal pasien diposisikan terlentang
18. Dilakukan tes ketinggian dengan cara pin prick test. Kemudian segera dilakukan
pengukuran tekanan darah, frekuensi nadi dan suhu axilla
19. Diberikan suplemen oksigen melalui kanul hidung 2-3 liter/menit
20. Wanita hamil ditutupi dengan 1 lapis kain yang menutupi dada, lengan atas dan daerah
diluar lapangan operasi
21. Apabila terjadi penurunan tekanan darah >20% dari nilai dasar, diberikan efedrin 5 mg
dan bila masih kurang dapat dilakukan pemberian ulang efedrin dan dilakukan
pencatatan jumlah efedrin yang diberikan
22. Dilakukan observasi kejadian menggigil dan penilaian derajat menggigil serta
pengukuran tekanan darah, frekuensi nadi dan suhu axilla tiap lima menit sampai menit
ke 120 dimulai dari T0 menurut skala Crossley dan Mahajan.
23. Bila pasien menggigil dengan minimal derajat 2, obat dinyatakan tidak efektif dan
diberikan petidin 25 mg IV dan dapat diulang tiap 15-20 menit sampai menggigil
terkontrol dan dicatat waktunya.
24. Apabila pasien mengalami kesakitan pada saat operasi diberikan fentanyl 25 mcg.
25. Apabila pasien mengalami mual atau muntah diberikan ondansetron dengan dosis 4
mg.
26. Setelah operasi selesai, dilakukan pencatatan lama operasi, jumlah perdarahan yang
terjadi dan jumlah cairan yang diberikan
27. Kemudian pasien dilanjutkan observasi di ruang pulih sampai menit 120 setelah T0.
Dilakukan pengukuran tekanan darah, frekuensi nadi dan suhu membran timpani.
Diukur suhu ruang pulih. Dilakukan juga pencatatan efek samping mual, muntah dan
efek samping lain yang mungkin timbul
28. Dinilai regresi sensorik dan dicatat pada menit keberapa pasien mulai merasa nyeri.

3.4 BATASAN OPERASIONAL


1. Keefektifan dinilai melalui kejadian menggigil dan derajat mengigil yang terjadi,
dimana obat itu dikatakan efektif bila tidak timbul kejadian menggigil dan derajat
menggigil ringan (derajat 0-1 berdasarkan skala Crossley & Mahajan). Sehingga yang
dicatat sebagai menggigil adalah mulai dari derajat menggigil 2 dan seterusnya.
2. Hipotermia adalah suhu inti tubuh lebih rendah dari 36ºC
3. Menggigil adalah fasikulasi otot tubuh yang terdeteksi pada daerah wajah, kepala,
rahang, badan atau ekstremitas yang berlangsung lebih dari 15 detik.
4. Menggigil pascaanestesi adalah menggigil yang diamati dari mulai menit pertama
setelah dilakukan spinal sampai menit ke-120.
5. Intensitas menggigil diukur dengan skala dari Crossley dan Mahajan. Berdasarkan
skala tersebut derajat menggigil dilihat dari tanda klinis:
Derajat 0: tidak ada menggigil
Derajat 1: piloereksi atau vasokontriksi perifer
Derajat 2: aktifitas muskuler pada satu grup otot
Derajat 3: aktifitas muskuler pada lebih dari satu grup otot tetapi tidak terlihat
menggigil secara umum
Derajat 4: aktifitas muskuler secara umum di seluruh tubuh
6. Suhu inti tubuh adalah suhu yang didapat dari pengukuran suhu axilla. Pengukuran
dilakukan dengan alat pengukur suhu digital.
7. Suhu kamar operasi adalah suhu yang diatur dengan mengatur skala suhu pada AC dan
dilihat dari termometer ruangan
8. Ketinggian blok adalah ketinggian dermatom yang tidak merasakan sensasi motorik
saat dilakukan pinprick point.
9. Jenis anestesia adalah: anestesia spinal yaitu anestesia dengan memasukan zat anestesi
lokal ke dalam ruang subaraknoid sehingga terjadi blok sensorik, motorik maupun
simpatis di bagian bawah tubuh yang terkena blok.
10. Gagal spinal adalah tidak berhasilnya anestesia memberikan hasil yang tidak
diharapkan, sehingga harus dilakukan konversi ke anestesia umum.
11. Efek samping adalah efek yang tidak diharapkan yang timbul akibat obat percobaan
12. Perdarahan lebih >20% EBV adalah perdarahan yang terjadi melebihi 20% dari EBV
(Estimation blood volume). EBV dihitung dengan menggunakan 65 cc/kg bb.
13. Mual adalah suatu perasaan tidak nyaman di daerah epigastrik
14. Muntah adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut
15. Usia adalah umur pasien sesuai dengan kartu identitas yang ada

Anda mungkin juga menyukai