Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PEDIATRIK

RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (RDS) PADA NEONATUS


Mata Kuliah : Keperawatan Kritis
Dosen : Ns. Aris Abiyoga, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Fakhrurrazi Aini 16.0371.706.01


Grace Debora 16.0376.711.01
Muhammad Suhaimi 16.0391.726.01
Novi Trisnawati 16.0400.735.01
Nur Sriwahyuni 16.0404.739.01
Rachmah Maiyana 16.0407.742.01
Sabilliani Susanti 16.0412.747.01

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-nya kepada penyusun, sehingga dapat menyelesaikan makalah kegiatan
ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pediatrik Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Pada Neonatus”.

Makalah ini kami buat berdasarkan berbagai macam sumber buku referensi, media
elektronik dan dari hasil pemikiran kami sendiri. Kami mengharapkan agar para pembaca
dapat mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pediatrik respiratory distress
syndrome (RDS) pada neonatus.

Penyusunan menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penyusun harapkan demi
kesempurnaan laporan pendahuluan ini.

Akhir kata penyusun kami sampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah pendahuluan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin

Samarinda, 19 Oktober 2019

Penyusun
Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan .................................................................................................. 2
BAB II KONSEP DASAR ................................................................................................ 1
A. Definisi ................................................................................................................... 1
B. Etiologi ................................................................................................................... 1
C. Patofisiologi ............................................................................................................ 1
D. Manifestasi Klinis ................................................................................................... 1
E. Komplikasi ............................................................................................................. 1
F. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................................... 1
G. Penatalaksanaan ...................................................................................................... 1
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PEDIATRIK .................................................... 1
A. Pengkajian .............................................................................................................. 1
B. Diagnosa ................................................................................................................. 1
C. Nursing Care Plan .................................................................................................. 1
D. Evaluasi .................................................................................................................. 1
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 1
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 1
B. Saran ....................................................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 1
LAMPIRAN 1. Media Penyuluhan ................................................................................. 1

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus
a.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis

1
BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi
RDS (Respiratory Distress Syndrom) adalah gangguan pernafasan yang sering
terjadi pada bayi prematur saat lahir atau segera setelah lahir, lebih sering pada bayi
dengan usia gestasi dibawah 32 minggu yang mempunyai berat dibawah 1500 gram.
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD),
merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan dalam paru
prematur neonatus. RDS ditandai dengan takipnea (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis
pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-
ray thorak yang spesifik.
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk
berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor kritis
dalam terjadi RDS, ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya tersebut disebabkan oleh
kekurangan atau tidak adanya surfaktan. Surfaktan adalah substansi yang merendahkan
tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi dan
mampu menahan sisa udara fungsional/kapasitas residu fungsional. Surfaktan juga
menyebabkan ekspansi yang merata dan menjaga ekspansi paru pada tekanan
intraalveolar yang rendah.

B. Etiologi
Penyebab terjadinya RDS yaitu kurang/tidak adanya surfaktan dalam paru-paru.
Namun terdapat faktor predisposisi, diantaranya :
1. Bayi premature (usia gestasi dibawah 32 minggu)
2. Bayi dari ibu diabetes
3. Persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu
4. Kehamilan multijanin
5. Bayi premature yang lahir dengan persalinan SC
6. Persalinan cepat
7. Asfiksia
8. Stress dingin
9. Riwayat bayi sebelumnya terkena RDS

2
C. Patofisiologi
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat
yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas
disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan
mencapai maksimum pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein
(10%). Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga
tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir ekspirasi,
kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia,
retensi CO2 dan asidosis.
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya oksigenasi jaringan menurun sehingga
terjadi metabolisme anerobik dengan penimbunan asam laktat dan asam organik lain yang
menyebabkan terjadinya asidosis metabolik. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus
alveolarisyang akan menyebabkan terjadinya transudasi kedalam alveoli dan
terbentuknya fibrin, selanjutnya fibrin dan jaringan epitel yang nekrotik membentuk suatu
lapisan membrane hialin. Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya
sirkulasi jantung, penurunan aliran darah keparu dan mengakibatkan hambatan
pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis. Sel tipe II ini sangat
sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan
kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan
kehamilan kembar. RDS atau sindrom gangguan pernapasan adalah penyakit yang dapat
sembuh sendiri dan mengikuti masa deteriorasi (kurang lebih 48 jam) dan jika tidak ada
komplikasi, paru akan membaik dalam 72 jam. Proses perbaikan ini, terutama dikaitkan
dengan meningkatkan produksi dan ketersediaan materi surfaktan.

D. Manifestasi Klinis
1. Kesulitan dalam memulai respirasi normal.
2. Dengkingan (grunting) pada saat ekspirasi, diamati pada saat bayi tidak dalam
keadaan menangis merupakan tanda/indikasi awal.
3. Nafasnya pendek dan ketika menghembuskan nafas terdengar suara ngorok.
4. Refraksi sternum dan interkosta.
5. Nafas cuping hidung.
6. Sianosis pada udara kamar.
7. Respirasi cepat atau kadang lambat jika sakit parah.
8. Edema ekstremitas.

3
E. Komplikasi
1. Ruptur Alveoli, bila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothorak,
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel), pada bayi dengan
RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi
atau adanya asidosis yang menetap.
2. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan
adanya perubahan jumlah leukosit dan trombositopeni. Infeksi dapat timbul karena
tindakan invasif seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat respirasi.
3. Perdarahan intrakranial dan leukomalasia periventricular, dapat terjadi pada 20-40%
bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
4. PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi
dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya.

Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :


1. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD)
Merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada
bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume
dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya
infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan
menurunnya masa gestasi.
2. Retinopathy Prematur
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan
dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Seri rontgen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diaphragma dengan
overdistensi duktus alveolar.
2. Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
3. Analisa gas darah dengan PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60
mmHg, saturasi oksigen 92% – 94%, pH 7,31 – 7,45
4. Profil paru, untuk menentukan maturitas paru dengan bahan cairan amnion (untuk
janin yang mempunyai predisposisi RDS)
a. Lecitin/Sphingomielin (L/S) ratio 2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas
paru
4
b. Phospatidyglicerol, meningkat saat usia gestasi 35 minggu
c. Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel alveolar
yang rusak.

G. Penatalaksanaan
1. Farmakologi yang biasa diberikan selama fase akut :
a. Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
b. Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan cairan
paru
c. Fenobarbital
d. Vitamin E menurunkan produksi radikal bebas oksigen
e. Metilksantin (teofilin dan kafein) untuk mengobati apnea dan untuk
pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik
f. Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan
RDS adalah pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber alami misalnya
manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk
surfaktan buatan).
2. Non farmakologi
a. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan
bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %
b. Pantau selalu tanda vital
c. Jaga patensi jalan nafas
d. Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
e. Jika bayi mengalami apneu, lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang
diperlukan
3. Diit
Makanan peroral sebaiknya tidak diberikan dan bayi diberi cairan intravena
yang disesuaikan dengan kebutuhan kalorinya. Pemberian cairan ini bertujuan untuk
memberikan kalori yang cukup, menjaga agar bayi tidak mengalami dehidrasi,
mempertahankan pengeluaran cairan melalui ginjal dan mempertahankan
keseimbangan asam basa tubuh. Dalam 48 jam pertama biasanya cairan yang
diberikan terdiri dari glukosa atau dekstrose 10% dalam jumlah 100 ml/kg BB/hari.
Dengan pemberian secara ini diharapkan kalori yang dibutuhkan (40 kkal/kg
BB/hari) untuk mencegah katabolisme tubuh dapat terpenuhi.

5
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PEDIATRIK

A. Pengkajian

B. Diagnosa Keperawatan

C. Nursing Care Plan

D. Evaluasi

6
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

7
DAFTAR PUSTAKA

Muna, Lailul. 2018. ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN RDS


(RESPIRATORY DISTRESS SYDNROM). https://www.academia.edu/35381409/ASUH
AN_KEPERAWATAN_PADA_BAYI_DENGAN_RDS. Diakses pada tanggal 19
Oktober 2019.

Dao, Apuse K. hyaline membrane disease (HMD). https://www.academia.edu/33907041/HY


ALIN_MEMBRANE_DISEASE_HMD. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai