KELOMPOK 17
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Gagal Gagal Ginjal Kronis
1
Disusun Oleh:
Kelompok 17
NAMA NIM
Ns. Chrisyen Damanik, S.Kep., M.Kep. Ns. Kiki Hardiyansyah S, M.Kep., Sp. Kep.MB
NIK: 113072.83.11.023 NIK:
Tim Penyusun
2
Keterangan
No Nama NIM Jabatan Tugas
Sudah Belum
1 Fakhrur Razi Aini 16.0371.706.01 Ketua BAB I,BAB II,BAB III √
2 Nur Azifatullailia 16.0402.737.01 Sekretaris BAB I,BAB II,BAB III √
Zumiatullah Al
3 16.0426.761.01 Anggota BAB I,BAB II,BAB III √
Ultari
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan
3
judul “Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Perkemihan yang Mengalami Gagal
Ginjal Kronis”
Makalah ini kami susun berdasarkan berbagai macam sumber buku-buku referensi, dan
media elektronik. Kami mengharapkan agar para pembaca dapat mengetahui dan memahami
tentang hak dan kewajiban pasien.
Selama penyusunan makalah ini kami banyak mendapat masukan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Chrisyen Damanik, S.Kep, M.Kep selaku dosen dan pembimbing Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II yang penuh semangat dan sabar dalam membimbing dan mengarahkan serta
2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan baik bersifat moril maupun
material.
3. Rekan-rekan yang sama-sama melakukan penyusunan dan penelitian dalam makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, semoga para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian dan dapat
dijadikan acuan terhadap penyusunan makalah berikutnya.
Kelompok 17
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................................................................................................. i
4
TIM PENYUSUN ............................................................................................................................................................................. iii
1. Definisi ................................................................................................................................................................... 13
2. Etiologi dan faktor resiko ................................................................................................................................. 18
3. Manifestasi klinis.................................................................................................................................................. 18
4. patofisiologi .......................................................................................................................................................... 20
7. Pencegahan........................................................................................................................................................... 23
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT PERKEMIHAN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS ........
27
A. Pengkajian .......................................................................................................................................................................... 27
A. Kesimpulan ........................................................................................................................................................................ 38
B. Saran .................................................................................................................................................................................... 38
DAFTAR GAMBAR
5
Gambar 2.1. : Anatomi Ginjal ............................................................................................................................................ 4
Gambar 2.2. : Struktur Ginjal ............................................................................................................................................. 5
DAFTAR LAMPIRAN
6
Lampiran 1 : Pathway ......................................................................................................................................................... 40
Lampiran 2 : lembar konsultasi ....................................................................................................................................... 44
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut United State Renal Data System di Amerika Serikat prevalensi penyakit ginjal kronis
meningkat 20-25% setiap tahun. Gagal ginjal kronik merupakan melakukan suatu masalah kesehatan
yang penting mengingat selain prevalensi dan angka kejadiannya semakin meningkat juga
pengobatan pengganti ginjal yang harus dialami oleh penderita gagal ginjal merupakan pengobatan
yang mahal butuh waktu dan kesabaran yang harus di tanggung oleh penderita gagal ginjal dan
keluarganya. (Harrison,2013)
Menurut WHO memperkirakan di Indonesia akan terjadi peningkatan penderita gagal ginjal
pada tahun 1995-2025 sebesar 41,4% dan menurut data dari Persatuan Nefrologi Indonesia
7
(PERNEFRI). Diperkirakan terdapat 70.000 penderita gagal ginjal di Indonesia, angka ini akan terus
meningkat sekitar 10% setiap tahunnya. Gagal ginjal baik akut maupun kronik mencapai 50%
sedangkan yang diketahui dan mendapatkan pengobatan hanya 25% dan 12,5% yang terobati
Gagal ginjal kronis merupakan perkembangan gagal ginjal yang berifat progresive dan
lambat, dan biasanya berlangsung selama satu tahun. Ginjal kehilangan kemampuan untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal (Price
and Wilson,2006).
B. TUJUAN
1. Mengetahui manajemen Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami gagal ginjal
kronis
2. Mengetahui peran perawat dalam menjalankan intervensi pada pasien yang mengalami
C. MANFAAT
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan atau system urinaria adalah sistem tubuh tempat terjadinya proses
filtrasi atau penyaringan darah sehingga darah terbebas dari zat-zat yang tidak digunakan
lagi oleh tubuh. Selain itu pada system ini juga terjadi proses penyerapa zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang sudah tidak dipergunakan lagi oleh tubuh akan larut
9
2. Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih
4. Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing untuk kemudian dikeluarkan
a. Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ retropineal yang integral dengan homeostatis tubuh
darah, serta metabolism kalsium dan fosfor. Ginjal membuang sisa metabolism dan
menyesuaikan ekskresi air dan pelarut. Ginjal mengatur cairan tubuh, asiditas dan elektrolit,
Ginjal memiliki bentuk seperti biji kacang yang jumlahnya ada dua buah yaitu di sebelah
kiri dan kanan. Ginjal kiri memiliki ukuran lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya
ginjal laki-laki memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan ginjal wanita.
Sumber : https://www.google.com/search/gambar+anatomi+ginjal
Fungsi ginjal selain untuk menyaring kotoran dalam darah, ginjal mempunyai fungsi-fungsi
sebagai berikut :
a. Mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh, antara lain : urea, asam urat,
amoniak, creatinin, garam anorganik, bakteri dan juga obat-obatan. Jika zat-zat tersebut
10
tidak di ekskresikan oleh ginjal, maka manusia tidak akan bisa bertahan hidup. Hal ini
dikarenakan tubuhnya akan diracuni oleh kotoran yang dihasilkan oleh tubuhnya
sendiri. Bagian ginjal yang memiliki tugas untuk menyaring adalah nefron.
Zat-zat penting yang larut dalam darah akan ikut masuk ke dalam nefron, lalu kembali
ke aliran darah. Akan tetapi, apabila jumlahnya didalam darah berlebihan, maka
ekstraseluler
Cairan tubuh yang larut dalam darah, jumlahnya diatur oleh darah. Oleh karena itu
volume darah harus tetap dalam jumlah seimbang agar tidak terjadi kekurangan atau
kelebihan cairan.
d. Mengatur konsntrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah
Jika konsentrasi garam dalam darah berlebihan maka akan terjadi pengikatan air oleh
garam. Dampaknya adalah cairan akan menumpuk diintra vaskuler. Selain itu banyaknya
zat kimia yang tidak berguna bagi tubuh didalam darah, maka tubuh akan bekerja
secara berlebihan dan pada akhirnya akan mengalami berbagai macam gangguan.
e. Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion
hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsul fibrosa dan memiliki dua
lapisan yang berbeda yaitu korteks yang cokelat kemerahan yang mendapat banyak darah
dan medulla pada bagian dalam, yaitu tempat ditemukannya satuan fungsional ginjal yaitu
11
nefron (Coad and Dunstall, 2007)
Sumber : https://www.google.com/search?q=gambar+ginjal
Garis-garis yang terlihat di piramid disebut tubulus nefron yang merupakan bagian
terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomelurus, tubulus proksimal (tubulus kontorti satu),
ansa henle, tubulus distal (tubulus kontorti dua) dan tubulus urinarius (papilla vateri).
Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat menyaring
darah 170 liter. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal, lubang-lubang
yang terdapat pada piramid renal masing-masing membentuk simpul dari kapiler satu
badan malfigi yang disebut glomelurus. Pembuluh aferen yang bercabang membentuk
kapiler menjadi vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior
Nefron
12
Gambar 2.3 Nefron
Sumber : https://www.google.com/search?q=gambar+ginjal
Setiap nefron bermula dengan suatu kapsul (kapsula bowman) yang mengelilingi
kapiler glomelurus, yang mengumpulkan filtrat diikuti oleh tubulus proksimal,ansa henle,
tubulus distal, dan awal duktus kolektivus. Terdapat dua jenis nefron, yaitu nefron kortikal
Tubulus proksimal berkelok-kelok saat keluar dari kapsula bowman, akan tetapi menjadi
lurus sebelum menjadi ansa henle bagian desendens dari medulla. Dinding tubulus
proksimaltersusun dari sel epitel kolumnar dengan brush-border mikrovili pada permukaan
lumen yang meningkat luas permukaan hingga ~ 40 kali lipat. Tight junction
(persambungan erat) yang berada didekat sisi lumen membatasi difusi melalui celah antar
sel. Terminology rongga intra seluler lateral seringkali digunakan intuk menyebutkan ruang
diantara interdigitasi dan membrane basal dan diantara dasar sel-sel yang berdekatan.
Fungsi utama dari tubulus proksimal adalah reabsorbsi.
Ansa henle tipis (tebal ~ 20µm) terbentuk dari sel-sel squamosa tipis tanpa mikrovili.
Ansa henle asendens tebal memiliki sel epitel kolumnar yang serupa dengan tubulus
proksimal, namun dengan sedikit mikrovili. Pada titik dimana ansa henle berhubungan
dengan apparatus jukstaglomelurus, setelah memasuki korteks kembali, dinding ansa
terbentuk dari sel macula densa yang telah dimodifikasi. Ansa henle penting untuk
memproduksi urine yang pekat.
13
Tubulus distal secara fungsional serupa dengan duktus kolektivus kortikal. Keduanya
mengandung sel-sel yang serupa dengan sel-sel pada ansa henle asendens tebal. Di duktus
kolektivus, sel-sel principal terletak berselang-seling dengan sel interkalasi yang memiliki
morfologi dan fungsi berbeda. Susunan ini berperan untuk keseimbangan asam-basa.
Duktus kolektivus berperan penting dalam homeostatis air (Ward et all, 2009).
b. Ureter
Sumber : https://www.google.co.id/search?q=gambar+ureter
Merupakan perpanjangan dari tubular yang terdiri dari2 saluran pipa berotot, masing-
masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria, panjangnya ± 25-30 cm,
dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
akan mendorong air kemih masuk kedalam kandung kemih (vesika urinaria). gerakan
peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieksresikan oelh ginjal dan di semprotkan
14
dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk kedalam kandung kemih.
Pars abominalis ureter dalam kavum abdomen ureter terletak dibelakang peritoneum
sebelah media anterior m. psoas mayor ditutupi oleh fasia subserosa. Vasa
spermatika/ovarika menyilang ureter secara oblique, selanjutnya ureter akan mencapai
kanan bawah dan disilang oleh kolon dekstra dan vosa iliaka iliokolika,dekat apertura pelvis
akan dilewati oleh bagian bawah mesenterium dan bagian akhir ilium. Ureter kiri disilang
oleh vasa koplika sinistra dekat apertura pelvis superior dan berjalan dibelakang kolon
sigmoid dan mesentrium.
Pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral pada kavum pelvis sepanjang
tepi anterior dari insura iskhiadikamayor dan tertutup oleh peritoneum. Ureter dapat
ditemukan di depan arteri hipogastrika bagian dalam nervus obturatoris arteri vasialia
anterior dan arteri hemoroidialis media. Pada bagian bawah insura ishkiadika mayor, ureter
agak miring ke bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika urinaria.
Ureter pada pria terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh duktus
deferens dan di kelilingi oleh leksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan oblique sepanjang
2 cm di dalam dinding vesika urinaria,pada sudut lateral dari trigonum vesika. Sewaktu
menembus vesika urinaria, dinding atas dan dinding bawah ureter akan tertutup dan pada
waktu vesika urinaria penuh akan membentuk katup (valvula) dan mencegah pengambil
Ureter pada wanita terdapat dibelakang fossa ovarika urinaria dan berjalan ke bagian
medial dan ke depan bagian lateralis serviks ureter bagian atas, vagina untuk mencapai
fundusvesika urinaria. Dalam perjalananny, ureter di dampingi oleh arteri teria sepanjang 2,5
cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ekatas diantara lapitas
ligamentum. Ureter mempunyai 2 cm dair sisi serviks uteri. Ada tiga tempat yang penting
dari ureter yang mudah terjadi penyumbatan yaitu pada sambungan ureter yang mudah
terjadu penyumbatan yaitu pada sambungan ureter pelvis diamter 2 mm, penyilangan
vosailaika diameter 4 mm dan pada saat masuk ke vesika urinaria yang berdiameter 1-5 cm.
15
c. Vesika urinaria
Vesika urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet, terletak dibelakang simfisis pubis didalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih
seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis medius.
Sumber : https://www.google.com/search?gambar+vesika+urinari
1) Funduns yaitu, bagian yang menghadap kearah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh jairngan ikat duktus
3) Verteks bagian yang mancung kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umibilikalis.
Kandung kemih juga terdiri dari otot polos dan berfungsi segabai penampung urin.
Kandung kemih di kosongkan secara intermitten dibawah pengaruh kesadaran.reseptor
16
keinginan alami untuk berkemih sudah muncul apabila jumlah urin di dalam kandung kemih
mencapai sekitar 300 ml. Sedangkan pada wanita, karena kandung kemih terletak
dibelakang uterus, maka kapasitas kandung kemih bisa terganggu oleh semakin
membesarnya uterus semasa hamil (coal dan dunstall, 2007).
d. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih ang berfungsi
Gambar 2.6Uretra
Sumber : https://www.google.com/search?q=gambar+uretra
Uretra pria
menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang fubis ke bagian penis panjangnya kurang
lebih 20 cm. Uretra pada laki-laki terdiri dari:
a. Uretra prostatia
b. Uretra membranosa
c. Uretra kevernosa
Lapisan uretra laki-laki terdiir lapisan mukosa (lapisan puling dalam). dan lapisan
submukosa.
17
Uretra mulai dari orifisium uretra interna di dalam vesika urinaria sampai orfisium
eksterna. Pada penis panjangnta 17,5-20 cm yang terdiri dair bagian-bagian berikut:
permukaan anterior.
Uretra pars membranasea ini merupakan saluran yang paling pendek dan paling
dangkal, berjalan mengarah ke bawah dan ke depan diantara apaks glandula prostatadan
bulbus uretra. Pars memvranesea membungkus diagragma urogenitalis, panjangnya kira-
kira 2,5 cm, dibelakang simfisi pubis diliputi oleh jaringan sfingter uretra membranosea. Di
depan saluran ini teradapat vena doralis penis yang mencapai pelvis diantra ligammnetum
Uretra kavemosus merupakan saluran terpanjang dari uretra dan terdapat di dalam
korpus kavernosus uretra, panjangnya kira-kira 15 cm, mulai dari pars membranosea sampai
ke ujung orifisium dair diafraghma urogenetelis. Pars kavernosus uretra berjalan kedepan
dan ketas menuju bagian depan simfisi pubis. Pada keadaan penis berkontraksi, pars
kavernosus akan membelokkan kebawha dan kedepan. Pars kavernosus ini dangkal sesuai
dengan korpus penis 6 mm dan berdilatasi kebelakang, bagian depan berdilatasu didalam
glans penis yang akan membentuk fossa navikularis uretra.
Oriflisium uretra eksterna merupakan bagian erektor syang paling berkontraksi berupa
sebuah celah ventrikal ditutupi oleh kedua sisi bibir kecil dan panjangnya 6 mm. Glandula
terdapat dibawah tunika mukosa di bawah korpus kavernosus uretra (glandula pars
uretralis). lakuna bagian dalam epitelium. Lakuna yang lebih besar dipermukaan atas di
sebut lakuna magma orilifisium dan lakuna ini menyebar disepan sehingga dengan mudah
menghalangu ujung kateter yang di lalui sepanjang saluran.
Uretra wanita
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis berjalan miring sedikit ke arah
atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Lapisan uretra wanita terdiri atas tunika muskularis
( sebelah luar ). lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa
(lapisan sebelah dalam). muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara
18
klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi. Apabila tidak
berdilatasi diameternya 6 cm, uretra ini menembus fasia diafragma urogenitalis dan
orifisium eksterma langsung di depan permukaan vagina, 2,5 cm di belakang glans klitoris.
Galandula uretra bermuara ke uretra, yang terbesar diantaranya adalah glandula pars
uretralis (skene) yang bermuara ke dalam orifsium uretra yang hanya berfungsi sebagai
saluran ekskresi.
terdiri lapisan otot polos yang diperkuat oleh sfingter otot rangka pada muaranya
penonjolan berupa kelenjar dan jaringan ikat fibrosa longgar yang ditandai dengan banyak
19
Sumber : http://sehat.link/patofisiologi-pathway-kanker-paru.info
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang
bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular
kurang dari 50 ml/min. gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
Meskipun ginjal biasanya pulih dari cedera akut, banyak kondisi kronik yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan ginjal progresif dan kehilangan fungsi. Unit nefron hilang dan
massa ginjal berkurang, dengan perburukkan progresif pada filtrasi glomerulus, sekresi tubulus, dan
reabsorpsi. Proses ini dapat berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun tanpa dikenali.
Penyakit ginjal kronik ( chronic kidney disease, CKD ) ditandai dengan adanya kerusakan ginjal selama
tiga bulan atau lebih dan tingkat fungsi ginjal ( National Kidney Foundation [NKF], 2002). Akhirnya,
ginjal stadium akhir (ESRD), tahap akhir CKD. Insidens ESRD meningkat, khususnya pada lansia. Pada
tahun 2006, lebih dari 110.000 orang memulai terapi ESRD untuk total sekitar 503.000 orang yang
1) Klasifikasi
a. Tahap 1 : Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat (>90 mL/min/1.73
m2)
Di bawah ini terdapat 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis sebagai berikut:
20
a. Stadium 1 (glomerulo filtrasi rate/GRF normal (> 90 ml/min)
Seorang perlu waspada akan kondisi ginjalnya berada pada stadium 1 apabila kadar ureum
atau kreatinin berada di atas normal, didapati darah atau protein dalam urin, adanya bukti visual
kerusakan ginjal melalui pemeriksaan MRI, CT scan, ultrasound atau contast x-ray, dan salah satu
keluarga menderita penyakiy gagal ginjal polikistik. Cek serum kreatinin dan protein dalam urin
secara berkala dapat menunjukkan sampai berapa jauh kerusakan ginjal penderita. Bagi penderita
GGK stadium 1 dianjurkan untuk melakukan diet sehat diantaranya :
a) Mengkonsumsi roti dan sereal gandum whole grain, buah segar dan sayur-sayuran,pilih
asupan rendah kolestrol dan lemak, batasi asupan makanan olahan yang banyak
mengandung kadar gula dan sodium tinggi, batasi penggunaan garam dan racikan
yang mengandung sodium tinggi saat memasak makanan pertahankan kecekupan
kalori, pertahankan berat tubuh yang ideal, asupan kalium dan fosfor biasanya tidak
dibatasi kecuali bagi yang kadar di dalam kadar dalam darah diatas normal dan
pertahankan tekanan darah pada level normal, yaitu: 1276/75 bagi penderita diabetes,
130/85 bagi penderita non diabetes proteinuria, serta 125/75 bagi pederita diabetes
dengan proteinuria.
f) Berenti merokok.
Seseorang perlu waspada akan kondisi ginjalnya berada pada stadium 2 apabila : kadar ureum
atau kreatini n berada diatas normal, didapati darah atau protein dalam urine, adanya bukti visual
kerusakan ginjal melalui pemeriksaan MRT,CT scan, ultrasound atau contrast x-ray dan salah satu
keluarga menderita penyakit ginjal polikistik.
Seseorang yang menderita GGK stadium 3 mengalami penurunan GFR moderat yaitu diantara 30 s/d
59 ml/min. dengan penurunan pada tingkat ini akumulasi sisa-sisa metabolisme akan menumpuk
21
dalam darah yang di sebut uremia. Pada stadium ini muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi
b) Kelebihan cairan,: seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak dapat lagi
mengatur komposisi cairan yang ada di dalam tubuh. Hal ini membuat penderita akan
mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah atau tangan. Penderita juga
dapat mengalami sesak nafas akibat terlalu banyak cairan yang berada dalam tubuh.
c) Perubahan pada urin: urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya kandungan
protein diurin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan menjadi coklat,orannye tua, atau
merah apabila bercampur dengan darah. Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan
terkadang penderita seiring terbangun untuk buang air kecil di tengah malam
d) Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat dialami oleh
sebagian penderita yang mempunyai masalah hinjal seperti polikistik dan infeksi.
e) Sulit tidur: sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur di sebabkan munculnya
Penderita GGK pada stadium ini biasanya akan diminta untuk menjaga kecukupan protein
namun tetap mewaspadai kadar fosfor yang ada dalam makanan tersebut, karena menjaga fosfor
dalam darah tetap rendah penting bagi kelangsungan fungsi ginjal. Selain penderita juga harus
membatasi asupan kalsiumapabila kandungan dalam darah terlalu tinggi. Tidak ada pembatasan
kalium kecuali didapati kadr dalam darah diatas normal. Membatasi karbohidrat biasanya juga
dianjurkan bagi penderita yang juga mempunyai diabetes. Mengontrol minum diperlukan selain
pembatasan sodium untuk penderita hipertensi.
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar hanya sekitar 15-30% saja dan apabila seseorang
berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam waktu dekat diharuskan menjalani terapi
pengganti ginjal/dialysis atau melakukan transplantasi. Kondisi dimana terjadi penumpukan racun
dalam darah atau uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu besar kemungkinan muncul
komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia, penyakit tulang, masalah pada jamtumg
Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4 adalah : fatique : rasa lemah/ lelah yang
22
biasanya diakibatkan oleh anemia, kelebihan cairan, perubahan pada urin : urin yang keluar dapat
berbusa yang menandakan adanya kandungan protein diurin, rasa sakit pada ginjal, slit tidur, nausea:
muntah atau rasa ingin muntah, perubahan cita rasa makanan, pernafasan yang tidak enak, dan sulit
berkontraksi.
Pada penderita GGK stadium 4 dianjurkan untuk melakukan diet sehat antara lain :
a) Mengkonsumsi roti dan sereal gandum whole grain, buah segar dan sayur-sayuran. Namun
konsumsi beberapa jenis sayuran, buah dan sereal gandum perlu dibatasi apabila kadar fosfor
c) Menjaga asupan protein sesuai dengan kecukupan gizi yang dianjurkan unutk orang sehat yaitu
0,8 gram protein per kilogram berat badan.
d) Batasi asupan makanan olahan yang banyak mengandung kadar gula dan sodium tinggi,
e) Pertahankan berat tubuh yang ideal., salah satunya dengan melakukan aktivitas olahraga yang
f) Menjaga kecukupan asupan protein, namun perlu diperhatikan konsumsi makanan yang
h) Membatasi asupan fosfor dan kalsium dan kalium apabila kadar dalam darah diatas normal.
Rekomendasi untuk memulai terapi pengganti ginjal adalah apabila fungsi ginjal hanya
tinggal 15% ke bawah. Uraian diatas adalah upaya-upaya dilakukan untuk memperpanjang
fungsi ginjal serta menunda terapi dialysis atau trasplantasi selama mungkin.
Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk bekerja secara optimal.
Untuk itu diperlukan suatu terapi ginjal (dialisis) atau transplantasi agar penderita dapat bertahan
hidup. Gejala yang timbul pada stadium 5 antara lain, kehilangan nafsu makan, nausea,sakit kepala,
bengkak, tertama di seputar gatal-gatal, urin tidak keluar atau hanya sedikit sekali, bengkak tertama
di seputar wajah, mata dan pergelangan kaki gagal ginjal terminal disarankan untuk melakukan
hemodialysis, peritoneal dialysis atau transplantasi ginjal.
Diet sehat bagi penderita gagal ginjal terminal yang menjalani dialysis antara lain:
23
a. Mengkonsumsi roti dan sereal gandum whole grain buah segar dan sayur-sayuran. Namun
konsumsi beberapa jenis sayuran, buah dan sereal gandum yang mengandung kadar fosfor dan
kalium yang tinggi perlu dibatasi atau dihindari.
c. Menjaga asupan protein sesuai dengan kecukupan gizi yang dianjurkan untuk seseorang sehat
d. Batasi asupan makanan olahan yang banyak mengandung kadar gula dan sodium tinggi.
e. Pertahankan berat tubuh yang ideal dengan mmengkonsumsi cukup kalori salah satunya dengan
melakukan aktivitas olahraga yang sesuai dengan kemampuan.
f. Meningkatkan asupan protein sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu penderita yang
ditentukan oleh ahli gizi.
h. Membatasi asupan fosfor tidak lebih dari 1000 mg atau sesuai dengan kebutuhan individu
Membatasi asupan kalium tidak lebih dari 2000 mg s/d 3000 mg atau disesuaikan dengan kebutuhan
C. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronis antara lain:
g. Nefropatik toksik
h. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih).
kardiovaskular dan diabetes mellitus sering menjadi penyakit pernyerta CKD, maka pengobatan yang
agresif terhadap penyakit dan faktor risiko dapat memperlambat perkembangan penyakit dan
membatasi morbiditas dan mortatilitas (baca Menerjemahkan bukti menjadi praktik Mengatur
24
Hipertensi pada klien Diabetes untuk Memperlambat perkembangan penyakit ginjal,Penyebab CKD
stadium 5 (ERSD), sangatlah banyak. Proses cedera penyakit yang mungkin mengakibatkan gagal
ginjal. Glomerulonefritis kronis, ARF, penyakit ginjal polikistik, obstruksi, episode pielonefritis
berulang, dan nefrotoksin adalah contoh penyebabnya. Penyakit sistemik, seperti diabetes mellitus,
hipertensi, lupus eritematosus, poliarteritis , penyakit sel sabit, dan amyloidosis, dapat menyebabkan
CKD. Diabetes mellitus adalah penyebab utama dan terjadi lebih dari 30% klien yang menerima
dialysis. Hipertensi adalah penyebab utama ESRD kedua. Untuk menurunkan risiko CKD, klien harus
diperiksaa dengan teliti dan harus menerima pengobatan yang cukup untuk mengontrol atau
memperlambat perkembangan masalah ini sebelum berkembang menjadi ESRD. Beberapa kondisi,
seperti lupus dan diabetes mellitus, dapat berkembang menjadi gagal ginjal walaupun dengan
pengobatan yang tepat .
D. Manifestasi Klinik
Penyakit ginjal kronik seringkali teridentifikasi hingga tahap uremik akhir tercapai. Uremia,
yang secara harfiah berarti “urine dalam darah,” adalah sindrom atau kumpulan gejala yang terkait
dengan ESRD. Pada uremia, keseimbangan cairan dan elektrolit terganggu, pengaturan dan fungsi
endokrin ginjal rusak, dan akumulasi produk sisa secara esensial memengaruhi setiap sistem organ
lain.
Manifestasi awal uremia mencakup mual, apatis, kelemahan, dan keletihan, gejala yang kerapkali
keliru dianggap sebagai infeksi virus atau influenza. Ketika kondisi memburuk, muntah sering,
peningkatan kelemahan, letargi, dan kebingungan muncul. Manifestasi klinis CKD stadium 5 muncul
di seluruh tubuh lain. Kemudian, adanya perubahan ginjal termasuk ketidakmampuan ginjal
mengosentrasikan urine dan mengatur pengeluaran elektrolit. Poliuri berkembang menjadi anuria,
dan klien kehilangan pola pengosongan diurnal normal. Selanjutnya, fungsi normal ginjal, seperti
pengaturan keseimbangan asam basa, pengaturan tekanan darah, sintesis 1,25
25
E. Komplikasi dan Rangkaian
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah
(Baughman,2000) :
1. Penyakit tulang
2. Penyakit kardiovaskuler
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik secara sistemik berupa hipertensi, kelainan
lipid, intoleransi glukosa, dan kelainan hemodinamik (sering terjadi hipertrofi
ventrikel kiri)
3. Anemia
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dala rangkaian hormonal
(endokrin). Sekresi eritropoetin yang mengalami defisiensi di ginjal akan
4. Disfungsi seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal , maka libido sering mengalami penurunan
dan terjadi impotensi pada pria. Pada wanita, dapat terjadi hiperprolaktinemia.
F. Patofisiologi
Pada gagal ginjal kronis, fungsi ginjal menurun secara drastis yang berasal dari nefron.
Insifiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% sampai 50% dalam hal GFR ( Glomelural Filtration
Rate ). Pada penurunan fungsi rata-rata 50%, biasanya muncul tanda dan gejala azotemia
sedang, poliuri, nokturia, hipertensi, dan sesekali terjadi anemia. Selain itu, selama terjadi
kegagalan fngsi ginjal maka keseimbangan cairan dan elektrolit pun terganggu. Pada
hakikatnya tanda dan gejala ginjal kronis hampir sama dengan gagal ginjal akut, namun
26
awitan waktunya saja yang membedakan. Perjalanan dari gagal ginjal kronis membawa
dampak yang sistemik terhadap seluruh sistem tubuh dan sering mengakibatkan komplikasi
(Madara,2008)
G. Pemeriksaan Diagnostic
1) Pemeriksaan Laboratorium
1. Urine
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tak keluar (anuria)
Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus bakteri, lemak, partikel
koloid, forfat atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, HB, mioglobin.
Berat jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mosm/kg menunjukan kerusakan tubular, dan rasio urine/serum
sering 1:1
Protein : Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan kerusakan glomerulus bila
SDM dan fragmen juga ada.
2. Darah
BUN / Kreatin : Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi kadar kreatinin 16 mg/dL diduga
27
SDM : Waktu hidup menurun pada defisiensi aritropoetin seperti pada azotemia.
GDA : pH : Penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan
ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat
atau pengeluaran jaringan. Pada tahap akhir, perubahan EKG mungkin tidak terjadi sampai
kalium 6,5 MPq atau lebih besar.
Magnesium/Fosfat : Meningkat
Kalsium : Menurun
Protein (khususnya Albumin) : Kadar serum menurun dapat menunjukkan kehilangan protein
melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, atau penurunan sintesis karena
kurang asam amino esensial.
Osmolalitas Serum : Lebih besar dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan urine.
KUB fota : Menunujukkan ukuran ginjal / ureter / kandung kemih dan adanya obstruksi (batu)
Piolegram Retrograd : Menunujukkan abnormallitas pelvis ginjal dan ureter.
Ultrasono Ginjal : Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista, obstruksi pada saluran
perkemihan bagian atas.
Biopsi Ginjal : Mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histoligis.
Endoskopi Ginjal, Nefroskopi : Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria
dan pengangkatan tumor selektif.
H. Penatalaksanaan
Mengingat fungsi ginjal yang rusak sangat sulit untuk dilakukan pengembalian, maka tujuan dari
penatalaksanaan klien gagal ginjal kronik adalah untuk mengoptimalkan fungsi ginjal yang ada dan
28
serius, sehingga akan meminimalisirkan komplikasi dan meningkatkan harapan hidup klien.
Oleh karena itu, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penatalaksanaan pada
klien gagal ginjal kronik (Robinson, 2013, Baughman,2000)
Gunakan sabung yang mengandung lemak dan lotion tanpa alkohol untuk mengurangi rasa
gatal. Jangan gunakan gliserin/ sabun yang mengandung gliserin karena akan mengakibatkan
Lakukan perawat oral hygiene melalui sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut/spon.
Kurangi konsumsi gula (bahan makanan manis) untuk mengurangi rasa tidak nyaman di
mulut.
c. Beri dukungan nutrisi
Kolaborasi dengan nutrionist untuk menyediakan menu makanan favorit sesuai dengan
anjuran diet. Beri dukungan intake tinggi kalori,rendah natrium dan kalium
dan diarea. Selain itu pemantauan hiperkalemia dengan hasil ECG. Hiperkalemia bisa diatasi
dengan dialisis
1. Pencegahan
Pencegahan Penyakit Gagal Ginjal Kronis. Untuk dapat menghindari dan mengurangi resiko gagal
tertera pada kemasan. Penggunaan obat dengan dosis yang terlalu tinggi dan berlebihan
akan dapat merusak ginjal. Jika mempunyai sejarah keturunan berpenyakit ginjal,
29
peningkatan resiko gagal ginjal agar segera diatasi.
A. Terapi konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara progresif,
a. Peranan diet Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau mengurangi
toksin azotemia, tetapi untuk iangka lama dapat merugikan terutama gangguan keseimbangan
negatif nitrogen.
b. Kebutuhan iumlah kalori Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat
dengan tuiuan utama yaitu mempertahankan keseimbangan positil nitrogen, memelihara status
nutrisi dan memelihara status gizi.
c. Kebutuhan cairan Bila ureum serum > '150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah
diuresis mencapai 2 liter Per hari.
d. Kebutuhan elektrolit dan mineral .Kebutuhan iumlah mineral dan elektrolit bersifat individual
tergantung dari LFG dan penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).
B. Terapi Simptomatik
Asidosis metabolik
1) harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium (hiperkalemia). Untuk mencegah dan
mengobati asidosis metabolik dapat diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat)
harus segera diberikan intavena bila pH < 7,35 atau serum bikarbonat < 20 mEq/l.
2) Anemia
Transfusi darah misalnya Paked Red Cel/ (PRC) merupakan salah satu pilihan terapi alternatif,
murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus hati-hati karena dapat menyebabkan
kematian mendadak.
3) Keluhan gastrointestinal
Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering dijumpai pada GGK.
Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama (c/rief complaint) dari GGK. Keluhan
gastrointestinalyang lain adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang
harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan si mtomatik.
4) Kelainan kulit
30
Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit.
5) Kelainan neuromuscular.
Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis reguler yang adekuat,
6) Hipertensi
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi
tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).
a. Pengobatan Farmakologi
a. golongan ACE inhibitor yaitu Captopril (36%). Penggunaan Captopril ini dirasa lebih
efektif karena obat ini bekerja dengan menghambat Sistem Renin Angiotensin
Sjamsiah,2005).
b. OAT golongan Calcium Channel Blocker (CCB) yaitu Nifedipine sebesar 27%. Terapi ini
juga dirasa cukup efektif karena pada pasien dengan gangguan ginjal,
penggunaan CCB golongan dihidropiridin long acting sangat menguntungkan karena
ginjal disamping untuk mengontrol tekanan darah adalah untuk mengurangi terjadinya
resiko infark, jantung koroner, mengurangi kebutuhan O2 dari jantung, serta untuk
a. Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau mengurangi toksin
31
azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama gangguan keseimbangan
negatif nitrogen.
b. Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat dengan tujuan utama,
c. Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah diuresis
mencapai 2 L per hari.
d. Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu pilihan terapi
alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus hati-hati karena dapat
e. Transplantasi ginjal
f. Hemodialisis
g. Pengaturan asupan lemak: 30-40% dari kalori total dan mengandung jumlah yang sama
m. Besi: 10-18mg/hari
32
J. MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIS
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
Keluhan anoreksia, mual, kenaikan berat badan, atau edema. Tetapi saat ini (jika ada), termasuk
jenis dan frekuensi dialysis atau transplasntasi ginjal sebelumnya, penyakit kronik seperti
diabetes, gagal jantung, atau penyakit ginjal.
penyambung, gangguan kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik dan
neropatik obstruktif.
Lingkungan yang tercemar, sumber air tinggi kalsium beresiko untuk gagal ginjal kronik,
kebanyakan menyerang umur 20-50 tahun, jenis kelamin lebih banyak perempuan, kebanyakan
a. Pemeriksaan Fisik
33
Disfungsi dari ginjal akan sangat berpengaruh pada semua system tubuh, maka pengkajian
secara menyeluruh sangatlah diperlukan. Selain itu pengkajian secara spesifik pada system
perkemihan juga sangatlah diperlukan.
dengan penyakit penyerta yang lain. Hipertensi, edema tungkai, dan ginekomasti dapat
merupakan tanda dari kelainan pada sistem perkemihan.
1. Pemeriksaan Ginjal
Pada pemeriksaan ginjal, beberapa hal yang perlu diamati pada saat melakukan inspeksi
diantaranya adalah adanya pembesaran merupakan akibat dari adanya hidronefrosis atas. Tumor
pada daerah retroperitoneal. Sementara itu untuk palpasi harus dilakukan secara bimanual
(dengan dua tangan), tangan kiri diletakkan pada sudut kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal
ke atas, sedangkan tangan kanan digunakan untuk meraba ginjal dan depan. Untuk perkusi
(pemeriksaan ketok ginjal) dilakukan dengan memberikan ketokan secara perlahan pada daerah
dan akan lebih sulit untuk ginjal sebelah kiri. Hal ini dikarenakan secara anatomis ginjal kanan
memiliki posisi anatomis yang lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri. Pada palpasi daerah
angulus kosto vertebralis akan muncul gejala nyeri pada pasien dengan penyakit renal.
2. Pemeriksaan Buli-buli
Inspeksi dan palpasi pada buli buli harus memperhatikan adanya benjolan atau jaringan parut
bekas irisan/operasi di suprasimfisis. Pada buli-buli normal sulit untuk diraba, kecuali apa bila
buli-buli sudar terisi urine minimal 150 ml. adanya massa pada daerah tersebut dapat merupakan
manifestasi dari tumor ganas buli buli atau adanya buli buli yang terisi penuh yang diakibatkan
oleh retensi urine. Sementara itu untuk palpasi dan perkusi digunakan untuk menentukan batas
adanya kelainan pada penis seperti mikropenis,, makropenis, hipospadia, kordae, epispadia,
stenosis pada meatus uretra eksterna, fimosis, fistel uretro kutan, dan tumor penis. Strriktura
uretra anterior yang berat dapat menyebabkan fibrosis korpus spongiosum yang teraba pada
palpasi di sebelah ventral penis, berupa jaringan keras yang dikenal sebagai spongiofibrosis.
34
4. Pemeriksaan skrotum dan isinya
Pada pemeriksaan skrotum, perlu di perhatikan adanya pembesaran pada skrotum, perasaan
nyeri saat diraba, atau adanya hipoplasia pada kulit skrotum yang sering dijumpai pada
kriptoksimus. Untuk membedakan antara massa padat dengan massa kistus pada isi skrotum
dalam lubang dubur. Pada pemeriksaan ini, dinilai (1) tonus sfingter ani dan refleks bulbo-
kavernosus dinilai dengan merasakan adanya reflek jepitan ani pada jari akibat rangsangan sakit
diberikan pada glanis penis. Pada wanita yang sudah berkeluarga dapat dilakukan pula colok
vagina untuk menilai kemungkinan adanya kelainan pada alat kelamin wanita, seperti massa di
serviks, darah di vagina, dan massa buli-buli.
6. Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologi ditunjukan mencari kemungkinan adanya kelainan neurologik yang
berakibat kelainan pada sistem urogenitalia, seperti lesi motor neuron atau lesi saraf perifer yang
merupakan penyebab dari buli buli neurogen (Purnomo 2011) .
Metode pemeriksaan ini dimaksudnya untuk mengetahui ada pembesara pada ginjal sebagai
akibat dari peragangan dari kapsula ginjal.
diperlukan)
3. Kedua tangan disamping atau dilipat diatas dada. Bila tangan diatas kepala akan menarik
35
4. Telapak tangan pemeriksa harus cukup hangat, dan kuku harus pendek. Dengan jalan
6. Jika perlu ajak pasien berbicara sehingga pasien akan lebih relak
7. Jika pasien sangat sensitive dan penggeli mulailah palpasi dengan tangan pasien sendiri
8. Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan rawut muka dan emosi pasien
Palpasi Ginjal
1. Ginjal kanan
Letakkan tangan kanan di bawah dan paralel dengan iga 12 dengan ujung jari menyentuh sudut
costovertebral. Angkat dan dorong ginjal kanan kearah anterior. Letakkan tangan kanan secara
gentle di kwadrant kanan atas sebelah lateral dan paralel dengan muskulus rektus abdominis
dekstra suruh pasien bernafas dalam. Saat pasien dipuncak inspirasi, tekan kanan cepat dan
dalam kwdrant kanan atas dibawah pinggir arcus costarum dan ginjal kanan akan teraba
diantara-antara tangan.
2. Ginjal kiri
Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri pasien. Gunakan tangan kanan untuk
mendorong dan mengangkat dari bawah, kemudian gunakan tanga kiri menekankwdrant kiri
atas lakukan seperti sebelumnya. Pada keadaan normal ginjal kiri jarang teraba
3. Diagnosa Keperawatan
a. Konstipasi
Definisi :
Penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai kesulitan atau pengeluaran feses
36
Batasan Karakteristik
1. Anoreksia
3. Nyeri abdomen
4. Peningkatan abdomen
Definisi :
Domain 2 nutrisi
Kelas 1 makan
Batasan Karakteristik
Definisi :
Penurunan cairan intravaskular, intertisial, dan/ atau intraselular ini mengacu pada
dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.
Domain 2 nutrisi
37
Kelas 5 hidrasi
Batasan karakteristik
a. Kelemahan
38
No Diagnosa NOC NIC
Definisi : Definisi :
Definisi :
Penurunan frekuensi Pembentukan dan pemeliharaan pola
NURSING normal
CARE PLANE Keparahan ketidaknyamanan
defekasi yang yang teratur dalam hal eliminasi
mental atau fisik yang diamati
disertai kesulitan atau saluran cerna
atau dilaporkan
pengeluaran feses tidak
tuntas dan/atau feses
Setelah di lakukan tindakan
yang keras, kering , dan Aktivitas-aktivitas :
keperawatan selama ..x 24 jam di
banyak
harapkan pasien memenuhi 1. Catat tanggal buang air besar
6. Anjurkan anggota
2. Status nutrisi : asupan
pasien/keluarga untuk mencatat
makanan dan cairan
warna, volume dan frekuensi dan
konsistensi tinja.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang
bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular
kurang dari 50 ml/min. gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal
ginjal yang berifat progresive dan lambat, dan biasanya berlangsung selama satu tahun. Ginjal
kehilangan kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan
asupan makanan normal
Dalam gagal ginjal kronis perawat hendaknya mengikuti berbahai pelatihan sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kompetensi dari perawat dalam penanganan kasus
B. PERAN PERAWAT
Perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik. Dalam hal ini melakukan
penyuluhan mengenai pentingnya mengetahui gagal ginjal kronik pencegahan akan berdaya
40
guna untuk menghindari gagal ginjal kronik . Selain itu, perawat harus memberikan pengetahuan
pada masyarakat mengenal gagal ginjal kronik secara jelas dan lengkap. Terutama mengenai
tanda-tanda, penanganan dan pencegahannya
DAFTAR PUSTAKA
Joyce M. Black & Jane Hokanson Hawaks.(2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Buku 2.
Singapore : Elsevier
Priscillia leMone. Karen M. Burke dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah:
Burner & Sudrath, 2002 ,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta ,
EGC
Interna Publishing
Tim Pelaksana Skills Lab, 2012, Seri Keterampilan Pemeriksaan Fisik, Padang, FK. Universitas
Andalas.
Zubir N. dkk,2008. Buku Ajar Diagnosis Fisik. Padang, Penerbit Bagan Ilmu Penyakit Dalam
41
PATHWAY
Glomerulonefritis
Infeksi kronis
Kelainan kongenital
Nephrolithiasis
Proses hemoalisa
Vol. vaskuler
kontinyu Vol. vaskuler turun
meningkat
HCL meningkat
jumlah eritrosit,banyaknya hemoglobin atau volum sel bekerja dengan menghambat secara selektif
darah masukknya ion Ca2+ melewati slow channel yang
efek untuk meningkatkan absorbs kalsium efusi pleura yaitu penumpukan cairan diantra jaringan
yang melapisi dada dan paru-paru
Disorioentasi yaitu hilangnya tingkah laku yang tepat,
atau keadaan kekacauan mental dalam mengenal Elektrolit yaitu suatu zat yang terlarut atau terurai
43
endoskop.ks. endoscopic jaringan ikat fibrosa yang berlebihan pada suatu organ
meliputi esophagus, lambung, usus halus, dan usus Glomerulus yaitu berkas kecil atau tumpukan ,seperti
besar glomerulus yang tersusun dari pembuluh darah atau
pembentuk darah, serta fisiologi dan pataologinya Hipertrofi yaitu peningkatan volume organ atau
jaringan akibat pembesaran komponen sel
Neuromuskular yaitu berhubungan dengan otot dan
saraf,atau hubungan diantara keduanya Hipoksia yaitu kondisi kekurangan pasokan oksigen
disel dan dijaringan tubuh untuk menjalankan fungsi
Korteks yaitu bagian terluar dari batang atau akar
normalnya
tumbuh yang dibatasi di bagian luar endodermis
kapiler yaitu pembuluh darah terkecil didalam tubuh
Medulla yaitu bagian dari ginjal yang letaknya berada
paling dalam dan termasuk salah satu bagian dari Kreatinin yaitu produk limbah kimia yang berada
system ekskresi pada ginjal dalam darah,limbah ini kemudian disaring oleh ginjal
Peritoneum yaitu membran mukosa yang melapisi Nefrotoksin yaitu toxin yang mempunyai efek
dinding rongga abdomen dan pelvis dan melapisi destruktif spesifik pada sel ginjal
visera, kedua lapisan tersebut menutupi ruang
Nifedipine yaitu obat dengan fungsi untuk mencegah
potensial,rongga peritoneum, ksperitoneal.
beberapa tipe nyeri dada tertentu
Pleuritis yaitu jaringan yang melapisi paru-paru dan
Oliguria yaitu produksi urin sedikit,biasanya kurang
rongga dada
dari 400 ml / hari pada orang dewasa dan dapat
simfisis pubis yaitu sendi tulang rawan garis tegah menjadi salah satu tanda awal dari gejala gagal ginjal
menyatukan rami superior kiri dan tulang kemaluan dan masalah urologi lainnya penyumbatan di dalam
yang tepat saluran kemih
Sianosis yaitu suatu kondisi yang menyebabkan kulit Prostaglandin yaitu seperti hormone berfungsi
44
dan selaput lendir (dalam mulut,tepi mata,dll) berubah layaknya senyawa sinyal tetapi hanya bekerja di dalam
warna menjadi kebiruan karena terlalu sediit oksigen sel tempat mereka tersintesis
dalam aliran darah
Proteinuria yaitu adanya protein serum yang
Uretra yaitu saluran membranosa yang mengalirkan selaput pelindung saraf (meilin) dalam otak dan saraf
urine dari kandung kemih keluar tubuh tulang belakang
Urine yaitu cairan yang dieksresi oleh ginjal,disimpan Hemodialysis yaitu pembuangan elemen-elemen
dalam kandung kemih, dan di keluarkan melalui uretra tertentu dari darah dengan memanfaatkan perkerjaan
laju difusinya melalui selaput semipermeable ketika
Urinerifus yaitu tempat terjadinya proses penyaringan
disirkulasikan diluar tubuh
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang masih di
perlukan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih Renin Angiotensin Aldosteron yaitu bagian
di pergunakan oleh tubuh perputaran umpan balik kompleks yang berfungsi
pengobatan anemia
Kelompok : 17
45
Nama Dosen : Ns. Chrisyen Damanik, S.Kep., M.Kep
2.
3.
46