Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEBIDANAN II

Di Susun oleh Kelompok 4 :

Hanifa Madihatillah (17.156.02.11.051)

Rada Oktavia ( 17.156.02.11.065)

Shanti Sulastri (17.156.02.11.068)

Kelas : 2B Kebidanan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

Jl. Cut Mutia Raya No.88A Sepanjang Jaya Rawalumbu

Kota Bekasi Jawa Barat 17113

Tahun Ajaran 2018-2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis pnjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya. Penulis dapat menyelesaikan tugas Asuhan Kebidanan II yang
berjudul “Asuhan Kebidanan II”
Penulis menyadari bahwa keberhasilan pengerjaan tugas ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih.
Demikian tugas ini dibuat dengan harapan dapat bermanfaat bagi yang
membacanya walaupun penulis menyadari bahwa tugas ini kurang dari kata
sempurna

Bekasi, September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................ 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Pengertian persalinan .................................................................................. 3
2.2 Pemenuhan kebutuhan fisik ibu dan keluarga ............................................. 3
2.3 Pemenuhan kebutuhan psikologis ibu dan keluarga ................................... 7
2.4 Tanda bahaya Kala 1 dan penanganannya .................................................. 8
2.4.1 Gawat Janin ........................................................................................ 8
2.4.2 Inersia Uteri ...................................................................................... 14
2.4.3 Infeksi Intrapartum ........................................................................... 18
2.4.4 Kenaikan tekanan darah ................................................................... 20
2.5 Pendokumentasian Kala 1 ......................................................................... 21
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 36
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 37

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Persalinan atau melahirkan anak adalah suatu peristiwa yang sangat besar
artinya, sebab sangat mendalam kesannya. Karena melahirkan berarti mengadakan
yang semula belum ada. Dan persalinan yang berarti melahirkan anak yang telah
lama dinanti kedatangannya.

Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis sangat diperlukan dalam proses


persalinan, Seluruh bidan harus mempunyai kemampuan untuk memberikan asuhan
sayang ibu dalam proses persalinan, asuhan tersebut meliputi kebersihan dan
kenyamanan, posisi, kontak fisik, pijatan dan perawatan kantung kemih dan perut.
Tanda bahaya kehamilan harus dikenali dan terdeteksi sejak dini sehingga
dapat ditangani dengan benar karena setiap tanda bahaya kehamilan bisa
mengakibatkan komplikasi kehamilan.

Berdasarkan penelitian, telah diakui saat ini bahwa setiap kehamilan dapat
memiliki potensi dan membawa risiko bagi ibu. WHO memperkirakan sekitar 15%
dari seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan
dengan kehamilannya dan dapat mengancam jiwanya. Bidan sebagai pemberi
pelayanan kebidanan akan menemukan wanita hamil dengan komplikasi-
komplikasi yang mungkin dapat mengancam jiwa. Karena setiap wanita hamil
beresiko mengalami komplikasi. Dan sudah tentu memerlukan kerjasama dari para
ibu-ibu dan keluarga, jika tanda-tanda bahaya ini tidak dilaporkan atau tidak
terdeteksi, dapat mengakibatkan kematian ibu.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana pemenuhan fisik dan psikologis pada ibu dan keluarga?
2. Bagaimana tanda bahaya kala 1?
3. Bagaimana cara penanganan tanda bahaya kala 1?
4. Bagaimana cara membuat pendokumentasian kala 1?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pemenuhan fisik dan psikologis pada ibu dan keluarga.
2. Mengetahui tanda bahaya dan penanganan kala 1.
3. Mengetahui pendokumentasian kala 1.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian persalinan


Persalinan atau melahirkan anak adalah suatu peristiwa yang sangat besar
artinya, sebab sangat mendalam kesannya. Karena melahirkan berarti mengadakan
yang semula belum ada. Dan persalinan yang berarti melahirkan anak yang telah
lama dinanti kedatangannya.

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

2.2 Pemenuhan kebutuhan fisik ibu dan keluarga


Lahirnya anak tidak akan begitu saja, tetapi memerlukan persiapan-
persiapan seperti persiapan fisik, persiapan mental, dan persiapan materi yang
cukup, agar kelahiran anak dapat berjalan dengan lancar serta membuat ibu dan
anak yang sehat. Dalam proses persalinan, ibu banyak mengeluarkan tenaga, untuk
membuka jalan untuk lahir bagi anaknya. Dalam proses persalinan ibu akan
mengalami rasa sakit yang makin lama makin bertambah kuat sampai anak lahir
bahkan sampai beberapa waktu setelah melahirkan anaknya. Disinilah pentingnya
persiapan untuk mengimbangi apa yang akan terjadi dalam proses melahirkan anak
atau persalinan. Pemenuhan kebutuhan fisik bagi ibu, yaitu :

1. Mengatur aktivitas dan posisi ibu

Rasa sakit akibat kontraksi akan semakin terasa sesuai dengan


bertambahnya pembukaan serviks. Ibu mungkin memerlukan bantuan untuk
mencari dan menemukan posisi yang nyaman. Disaat mulainya persalianan sambil
menunggu pembukaan lengkap. Ibu masih diperbolehkan melakukan aktivitas,
namun harus sesuai dengan kesanggupan ibu agar ibu tidak terasa jenuh dan rasa
kecemasan yang dihadapi oleh ibu saat menjelang persalinan dapat berkurang. Di
dalam kala I ibu dapat mencoba berbagai posisi yang nyaman selama persalinan
dan kelahiran. Peran suami di sisi adalah untuk membantu ibu berganti posisi yang
nyaman agar ibu merasa ada orang yang menemani di saat proses menjelang

3
persalinan. Ibu di perbolehkan berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring
atau merangkak.

Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya
kepala bayi dan seringkali mempersingkat waktu persalinan. Tenaga kesehatan di
sarankan agar membantu ibu untuk sesering mungkin berganti posisi selama
persalinan. Jangan menganjurkan ibu untuk mengambil posisi terlentang. Karena
jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus, janin, cairan ketuban, dan plasenta
akan menekan vena cava inferior. Ini akan menyebabkan turunnya aliran darah dari
sirkulasi ibu ke plasenta. Dan akan menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen
pada janin). Posisi terlentang juga akan memeperlambat proses persalinan. ( Enkin,
et,al. 2002). Posisi yang dianjurkan adalah :

1. Berdiri di belakang meja dengan rileks, Letakkan tangan pada sandaran


kursi. Kondisi ini dapat menolong selama kontraksi jika ibu masih dapat
berjalan.
2. Berdiri menghadap pasangan, Ibu berdiri menghadap suami dan
lingkarkan lengan pada lehernya, suami dapat diminta untuk dapat
memijat pinggangnya.
3. Ibu bersandar pada punggung suami secara rileks, Ibu menyandarkan
punggung pada suami dengan rileks dan suami dapat mendinginkan
wajah dengan washlap.
4. Duduk di kursi menggunakan bantal menghadap ke belakang, Ibu
duduk di kursi menggunakan bantal, lengan diletakkan pada sandaran
kursi dan menghadap ke belakang, suami dapat memijat lembut
punggung ibu.
5. Rileks dengan posisi menungging dan merebahkan kepala pada bantal,
Ibu rileks dengan posisi menungging dan merebahkan kepala pada
bantal, suami dapat mengusap lembut bagian punggung.

4
Posisi yang di sarankan saat persalinan :
NO Posisi Alasan/Rasionalisasi
1 Duduk/setengah duduk Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing
kelahiran kepala bayi dan mengamati / men-
support perineum
2 Merangkak Baik untuk persalinan dengan punggung
yang sakit, membantu bayi melakukan rotasi,
peregangan minimal pada perineum
3 Jongkok/berdiri Membantu penurunan kepala bayi,
memperbesar ukuran panggul,
memperbesar dorongan untuk meneran.
4 Berbaring miring kekiri Member rasa santai bagi ibu yang
letih,member oksigenasi yang baik bagi
bayi,mambantu mencegah terjadinya laserasi.

2. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada HIS

His merupakan kontraksi pada uterus yang mana his ini termasuk tanda-
tanda persalinan yang mempunyai sifat intermitten, terasa sakit, terkoordinasi, dan
simetris serta terkadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik dan psikis. Karena
his sifatnya menimbulkan rasa sakit, ibu di sarankan menarik nafas panjang dan
kemudian ibu di anjurkan untuk menahan nafas sebentar, kemudian dilepaskan
dengan cara meniup sewaktu ada his.

3. Menjaga Kebersihan Ibu

Saat persalinan akan berlangsung anjurkan ibu untuk mengososngkan


kandung kemihnya secara rutin selama persalinan. Ibu harus berkemih paling
sedikit setiap 2 jam atau lebih atau jka ibu terasa ingin berkemih. Selain itu, tenaga
kesehatan perlu memeriksa kandung kemih pada saat memeriksa denyut jantung
janin (saat palpasi di lakukan) tepat di atas simpisis pubis untuk mengetahui apakah
kandung kemih penuh atau tidak. Jika ibu tidak dapat berkemih di kamar mandi,

5
maka ibu dapat diberikan penampung urin. Apabila terjadi kandung kemih yang
penuh maka akan mengakibatkan :

1. Memperlambat turunnya bagian terbawah janin dan mungkinakna


menyebabkan partus macet.
2. Menyebabkan ibu tidak nyaman.
3. Meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan
atonia uteri.
4. Meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.

Saat persalinan berlangsung tenaga kesehatan (bidan) tidak dianjurkan


untuk melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin. Karena kateterisasi
hanya di lakukan pada kandung kemih yang penuh dan ibu tidak dapat berkemih
sendiri. Kateterisasi akan menimbulkan beberapa masalah seperti menimbulkan
rasa sakit, menimbulkan risiko infeksi dan perlukaan melalui kemih ibu.

4. Pemberian Cairan Dan Nutrisi

Memastikan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air)
selama persalinan dan kelahiran bayi. Karena fase aktif ibu hanya ingin
mengkonsumsi cairan. Maka di anjurkan anggota keluarga untuk menawarkan ibu
minum sesering mungkin dan makan ringan selama persalinan, karena makanan
ringan dan cairan yang cukup selama persalinan berlangsung akan memberikan
lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Bila terjadi dehidrasi akan
memperlambat kontraksi atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur.

5. Kontak fisik

Ibu mungkin tidak ingin bercakap-cakap tetapi mungkin akan merasa


nyaman dengan kontak fisik. Suaminya dianjurkan untuk memegang tangannya,
menggosok punggungnya, menyeka wajahnya dengan washlap atau hanya
mendekapnya. Bidan harus peka terhadap keinginan ibu dan menghormatinya. Ada
baiknya untuk meninggalkan kedua pasangan sendirian jika mereka
menginginkannya.

6
6. Pijatan
Ibu yang menderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan mungkin
akan merasakan pijatan yang sangat meringankan. Bidan atau suami ibu bisa
melakukan pijatan melingkar di bagian lumbosacralnya dengan menggunakan
bedak atau body lotion untuk mengurangi friksi. Pijatan mendalam diberikan
dengan menggunakan tekanan dengan telapak tangan, buku jari atau benda-benda
seperti bola tenis.
2.3 Pemenuhan kebutuhan psikologis ibu dan keluarga
1. Persiapan Untuk Persalinan

Pada suatu tahap dalam masa persalinannya semua wanita akan menyadari
keharusan untuk melahirkan anaknya.
2. Memberikan Informasi

Idealnya setiap wanita yang hamil haruslah memperoleh kesempatan untuk


membentuk hubungan dengan seorang bidan agar advis bisa diberikan secara
konsisten dan wanita tersebut akan merasa rileks dan bisa bebas meminta informasi.
Dengan demikian setiap wanita akan bisa mendapatkan informasi sebanyak yang
diinginkannya.
3. Mengurangi Kecemasan

Meskipun setiap wanita mungkin akan merasa sedikit takut tentang


beberapa aspek dari kehamilan dan persalinan, banyak diantaranya merasa bahwa
hal tersebut tidaklah berdasar.
4. Keikutsertaan Dalam Perencanaan

Pasangan yang bisa berpartisipasi dalam perencanaan asuhan mereka.


Dengan ini akan merasa bahwa hal tersebut akan dianggap penting bagi para
pemberi asuhan dan akan merasa lebih tenang dalam menghadapi seluruh
pengalaman memasuki rumah sakit. Bidan harus ingat bahwa bagi pasangan –
pasangan muda, sebuah rumah sakit itu bagaikan benda asing, lingkungan yang
belum dikenal yang dihubungkan dengan sakit dan mati dan mungkin saja mereka
belum pernah datang ke tempat seperti itu.

7
2.4 Tanda bahaya Kala 1 dan penanganannya
2.4.1 Gawat Janin

Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi janin yang tidak kondusif
untuk memenuhi tuntutan persalinan. Kondisi gawat janin ditandai dengan hipoksia
janin, yaitu suatu keadaan di mana janin tidak mendapat pasokan oksigen yang
cukup. Kondisi ini bisa terjadi sebelum persalinan (antepartum period) atau selama
proses persalinan (intrapartum period).
Gawat janin dapat disebabkan oleh berbagai hal, baik dari kondisi janin
(masalah tali pusat, infeksi pada rahim, melewati tanggal persalinan) maupun
kondisi ibu (menderita diabetes, tekanan darah tinggi atau preeklampsia, kehamilan
pada usia di atas 35 tahun, serta mengalami kehamilan dengan janin kembar atau
lebih).
Gawat janin sendiri dapat dideteksi melalui perubahan yang tidak normal
menjelang persalinan, seperti perubahan gerakan janin yang melambat. Dokter juga
dapat melakukan pemantauan detak jantung janin dan perubahan warna cairan
ketuban. Jika hasil pengamatan menunjukkan janin dalam keadaan gawat, dokter
dapat segera melakukan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi ibu dan
janin. Jika tidak tertangani atau tidak segera dilahirkan, janin dapat mengalami
kematian. Tetapi sebagian besar kasus dengan gejala gawat janin dapat dilahirkan
dengan selamat.
1. Gejala Gawat Janin
Gejala gawat janin dapat ditunjukkan melalui kondisi tidak normal menjelang
persalinan. Gejala tersebut meliputi :
a. Gerakan janin yang berkurang, dari biasanya. Gerakan bayi dapat sedikit
berkurang menjelang persalinan karena ruang gerak janin dalam rahim
berkurang, namun normalnya pergerakan janin masih tetap dapat terasa.
b. Detak jantung bertambah pelan, Detak jantung janin yang normal adalah
110 hingga 160 per menit. Jika detak jantung tersebut kurang dari 110
atau melebihi dari 160 per menit, maka kondisi ini dapat dianggap tidak
normal. Detak jantung janin dapat melambat sementara ketika rahim

8
berada pada awal kontraksi. Gawat janin dapat dipastikan apabila detak
jantung terus melambat atau menurun setelah kontraksi.
c. Warna air ketuban menjadi cokelat atau hijau, Warna cairan amniotik
dalam air ketuban biasanya jernih dengan sedikit bercak merah muda,
kuning, atau merah. Namun jika warna cairan tersebut menjadi hijau atau
cokelat, maka air ketuban telah tercampur dengan mekonium (tinja dari
janin). Warna mekonium hijau menandakan kotoran tersebut baru keluar,
sedangkan warna cokelat berarti mekonium sudah lama keluar bersama
air ketuban. Perubahan warna air ketuban dapat menimbulkan risiko
sindrom aspirasi mekonium (meconium aspiration syndrome).
2. Penyebab Gawat Janin
Penyebab utama gawat janin adalah pasokan oksigen yang kurang pada
janin (hipoksia janin). Kondisi ini dapat terjadi terkait dengan kondisi janin sendiri
atau kondisi ibu. Kondisi yang terkait dengan janin meliputi :
a. Berat badan janin yang rendah (intrauterine growth restriction/IUGR), di
mana berat janin kurang dari persentil 10 dari berat badan normal dalam
usia kehamilan yang sama.
b. Pasokan oksigen melalui tali pusat berkurang, Salah satu penyebabnya
adalah oligohidramnion, yaitu volume air ketuban sedikit.
c. Mengalami sindrom aspirasi meconium, Sindrom ini dapat mengakibatkan
iritasi pada paru-paru janin, infeksi, serta menghalangi jalan napas janin.
Sedangkan gawat janin yang terkait dengan kondisi pada ibu, di antaranya adalah :
a. Masa kehamilan lebih dari 42 minggu.
b. Memiliki penyakit anemia, diabetes, tekanan darah tinggi saat kehamilan
atau preeklamsia.
c. Kehamilan pada usia di atas 35 tahun.
d. Kehamilan dengan janin kembar atau lebih.

9
3. Diagnosis Gawat Janin
Pemeriksaan kondisi gawat janin dapat dimulai setelah gerakan bayi
dirasakan menurun. Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut
jantung janin yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau
dan kental/sedikit. Selanjutnya dapat dilakukan beberapa pemeriksaan lebih rinci
guna menetapkan diagnosis gawat janin, seperti :
a. DJJ normal dapat melambat sewaktu His, dan segera kembali normal setelah
relaksasi
b. DJJ lambat (kurang dari 100 per menit) saat tidak ada his, menunjukan
adanya gawat janin
c. DJJ cepat (lebih dari 180 permenit) yang disertai takhikardi ibu bisa karena
ibu demam, efek obat, hipertensi, atau amnionitis. Jika denyut jantung ibu
normal denyut jantung janin yang cepat sebaiknya dianggap sebagai tanda
gawat janin
d. Adanya mekonium pada cairan amnion lebih sering terlihat saat janin
mencapai maturitas dan dengan sendirinya bukan merupakan tanda gawat
janin. Sedikit mekonium tanpa dibarengi dengan kelainan DJJ merupakan
suatu peringatan untuk pengawasan lebih lanjut.
e. Mekonim kental merupakan tanda pengeluaran mekonium pada cairan
amnion yang berkurang dan merupakan indikasi perlunya persalinan yang
lebih cepat dan penanganan mekonium pada saluran nafas atas neonatus
untuk mencegah aspirasi mekonium.
f. Pada presentasi sungsang, mekonium dikeluarkan pada saat persalinan
sebagai akibat kompresi abdomen janin pada saat persalinan. Hal ini bukan
merupakan tanda kegawatan kecuali jika hal ini terjadi pada awal
persalinan.
g. USG Doppler, Alat ini digunakan untuk melihat aliran darah, baik
pembuluh darah arteri atau vena pada janin. Pemindaian dengan USG
Doppler baru bisa dilakukan setelah usia kehamilan mencapai 34 minggu
atau lebih.

10
h. Pengamatan detak jantung janin, Pengamatan ini dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu secara berkala (intermittent auscultation) atau secara terus-
menerus (continuous electronic fetal monitor). Pengamatan secara berkala
dilakukan setiap 15 menit pada tahap awal persalinan atau setiap kontraksi
rahim usai.
Sedangkan pengamatan terus-menerus dilakukan jika kehamilan
membutuhkan perawatan khusus. Pengamatan ini menggunakan alat
electronic fetal monitoring (EFM) yang dapat menunjukkan pola detak
jantung janin dan respons detak jantung terhadap gerakan janin, hipoksia
janin, serta kontraksi rahim ibu. Terdapat dua sensor pada EFM yang
dipasang pada perut ibu, satu untuk mengamati kontraksi rahim dan satu
untuk mengamati detak jantung janin. Asfiksia intrapartum dan komplikasi:
1) Skor Apgar 0-3 selama >/= 5 menit
2) Sekuele neurologis neonatal
3) Disfungsi multiorgan neonatal
4) pH arteri tali pusat 7,0
5) Defisit basa arteri tali pusat >/= 16 mmol/L
Diagnosis gawat janin ditetapkan jika hasil pengamatan
menunjukkan penurunan detak jantung dan kadar oksigen janin.
4. Penanganan gawat janin
Setelah janin didiagnosis mengalami gawat janin, dokter perlu melakukan
penanganan secepatnya. Penanganan tersebut meliputi resusitasi dalam rahim dan
pengupayaan kelahiran. Jika DJJ diketahui tidak normal dengan atau tanpa
kontaminasi mekonium pada cairan amnion, lakukan hal sebagai berikut :
1) Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah
penanganan yang sesuai
2) Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal
sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk
mencari gawat janin :
a. Jika terdapat perdarahan dan nyeri yang hilang timbul atau menetap
pikirkan kemungkinan solusio plasenta

11
b. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekter vagina berbau tajam)
berikan antibiotika untuk amnionitis.
c. Jika tali pusat terletak di bagian bawah janin atau dalam vagina, lakukan
penanganan prolap tali pusat yaitu (APN 2008):
1. Gunakan sarung tangan DTT, letakkan satu tangan di vagina dan
jauhkan kepala janin dari tali pusat yang menumbung. Tangan lain
mendorong bayi melalui dinding abdomen agar bagian terbawah janin
tidak menekan tali pusatnya (minta keluarga ikut membantu)
2. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat
ATAU
1. Minta ibu untuk mengambil posisi bersujud dimana posisi bersujud
dimana posisi bokong berada jauh di atas kepala ibu dan pertahankan
posisi ini hingga tiba di tempat rujukan
2. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat
3) Jika DJJ tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain gawat janin
(mekonium kental pada cairan amnion) rencanakan persalianan :
a. Jika seviks telah berdilatasi dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 di atas
simpisis pubis atau bagian teratas tulang kepala janin berada di stasion
0 lakukan persalian dengan ekstrasi vakum atau vorceps
b. Jika serviks tidak berdilatasi penuh dan kepala janin berada lebih lebih
dari 1/5 bagian diatas simpisis pubis atau bagian teratas tulang kepala
janin berada di atas stasion 0, lakukan persalinan dengan seksio sesaria.
Penanganan Gawat Janin :
a) Tingkatkan oksigen pada janin dengan cara ‘Resusitasi Intrauterin’ (APN
2008):
1) Mintalah ibu merubah posisi tidurnya : Baringkan ibu miring ke kiri dan
anjurkan bernafas cecara teratur

12
2) Berikan cairan kepada ibu secara oral atau IV : Pasang infus menggunakan
jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau garam
fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam
3) Berikan Oksigen
b) Periksa kembali denyut jantung janin. Bila frekuensi bunyi jantung janin
masih tidak normal, maka dirujuk, Bila merujuk tidak mungkin, siap-siap
untuk menolong BBL dengan asfiksia.
c) Anjurkan ibu hamil in-partu berbaring kesisi kiri untuk meningkatkan aliran
oksigen ke janinnya. Hal ini biasanya meningkatkan aliran darah maupun
oksigen melalui plasenta lalu ke janin. Bila posisi miring ke kiri tidak
membantu. Coba posisi yang lain (miring ke kanan, posisi sujud).
Meningkatkan oksigen ke janin dapat mencegah atau mengobati Gawat Janin.
5. Resusitasi dalam rahim
Penanganan awal ini bertujuan mengatasi kondisi gawat janin. Beberapa
cara yang dilakukan dalam resusitasi dalam rahim meliputi :
a) Memastikan ibu mendapat pasokan oksigen yang cukup. Pasokan ini
diberikan dengan memakaian masker oksigen pada ibu.
b) Memastikan asupan cairan ibu memadai dengan pemberian cairan lewat
infus.
c) Mengubah posisi ibu dengan memintanya berbaring di sisi kiri. Hal ini
bertujuan mengurangi tekanan rahim pada vena besar dalam tubuh (vena
cava) yang dapat mengurangi aliran darah pada plasenta dan janin.
d) Pemberian larutan dekstrosa hipertonik intravena (intravenous
hypertonic dextrose).
e) Tokolisis, yaitu terapi untuk menghambat persalinan dini dengan
menghentikan kontraksi rahim sementara.
f) Amnioinfusion, yaitu penambahan cairan pada rongga amniotik untuk
mengurangi tekanan tali pusat.

13
6. Mengupayakan Kelahiran
Tindakan ini dapat dilakukan jika cara resusitasi dalam rahim tidak dapat
mengatasi kondisi gawat janin. Kelahiran perlu diupayakan paling lama 30 menit
jika diketahui adanya kondisi gawat janin.
Kelahiran bisa diupayakan melalui vagina dengan bantuan vakum pada
kepala bayi. Jika cara ini tidak bisa dilakukan, maka janin harus dilahirkan melalui
operasi Caesar.
Kondisi bayi akan dimonitor secara seksama selama satu atau dua jam
setelah kelahiran, dan setiap 2 jam selama 12 jam pertama pasca kelahiran.
Pemeriksaan bayi meliputi keadaan umum, gerakan dada, warna kulit, tulang dan
otot, suhu tubuh, serta detak jantung bayi.
Jika terlihat bayi mengalami sindrom aspirasi mekonium, maka dokter perlu
membersihkan jalan napas bayi agar pernapasannya tidak terganggu. Pengamatan
tetap perlu dilakukan walaupun tidak terjadi aspirasi mekonium, terutama yang
terkait dengan gangguan pernapasan bayi.

2.4.2 Inersia Uteri


Persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya power yaitu
kekuatan his dan daya mengejan, passage (jalan lahir), passenger, psikis dan
penolong. Kekuatan his yang ada pada ibu tidak selalu menghasilkan his yang
adekuat, tetapi dapat juga timbul kelainan his. Kelainan his dapat berupa his yang
terlampau kuat (tetania uteri) atau his yang lebih lemah, singkat dan jarang yang
disebut dengan inersia uteri. Diagnosis pada inersia uteri memerlukan pengalaman
dan pengawasan yang teliti terhadap persalinan. Inersia uteri dapat menyebabkan
persalinan berlangsung lama dan menimbulkan bahaya baik terhadap ibu maupun
janin sehingga memerlukan penilaian yang seksama untuk menentukan sikap yang
harus diambil.

Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan /


sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga
menyebabkan persalinan macet (Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo, 1993).

14
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Kekuatan his lemah
dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum
kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat
hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau
primipara, serta penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada
kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif maupun pada kala pengeluaran
insersia uteri di bagi atas 2 kekuatan :

1. Insersia uteri primer


Terjadi pada permulaan fase laten, sejak awal telah terjadi his yang tidak
adekuat sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah
memasuki keadaan inpartu atau belum.
2. Insersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I dan kala II, permulaan his, baik kemudian pada
keadaan selanjutnya terdapat gangguan/kelainan.
1. Penyebab inersia uteri
Menurut Prof. dr. Sarwono Prawirohardjo (1992) penyebab inersia uteri yaitu:
1) Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya
primigravida tua.
2) Inersia uteri sering dijumpai pada multigravida.
3) Faktor herediter
4) Faktor emosi dan ketakutan
5) Salah pimpinan persalinan
6) Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah
uterus, seperti pada kelainan letak janin atau pada disproporsi
sefalopelvik
7) Kelainan uterus, seperti uterus bikornis unikolis
8) Salah pemberian obat-obatan, oksitosin dan obat penenang
9) Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau
hidramnion
10) Kehamilan postmatur

15
Menurut Rustam Mochtar (1998) sebab-sebab inersia uteri adalah :

1) Kelainan his sering dijumpai pada primipara


2) Faktor herediter, emosi dan ketakutan
3) Salah pimpinan persalinan dan obat-obat penenang
4) Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah
rahim, ini dijumpai pada kesalahan - kesalahan letak janin dan
disproporsi sevalopelvik
5) Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis unikolis
6) Kehamilan postmatur (postdatism)
7) Penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia
8) Uterus yang terlalu teregang misalnya hidramnion atau kehamilan
kembar atau macrosomia
2. Diagnosa inersia uteri

Menurut Prof. dr. Sarwono Prawirohardjo (1992) diagnosis inersia uteri


paling sulit dalam masa laten sehingga diperlukan pengalaman. Kontraksi uterus
yang disertai rasa nyeri, tidak cukup untuk membuat diagnosis bawah persalinan
sudah mulai. Untuk kesimpulan diperlukan kenyataan bahwa sebagai akibat
kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yaitu pendataran atau pembukaan.
Kesalahan yang sering terjadi pada inersia uteri adalah mengobati pasien padahal
persalinan belum dimulai (False Labour). Pada fase laten diagnosis akan lebih sulit,
tetapi bila sebelumnya telah ada kontraksi (his) yang kuat dan lama, maka diagnosis
inersia uteri sekunder lebih mudah. Inersia uteri menyebabkan persalinan akan
berlangsung lama dengan akibat-akibatnya terhadap ibu dan janin.

3. Komplikasi yang mungkin terjadi akibat inersia uteri

Inersia uteri dapat menyebabkan persalinan akan berlangsung lama dengan


akibat terhadap ibu dan janin yaitu infeksi, kehabisan tenaga dan dehidrasi.

16
4. Penanganan inersia uteri

Menurut Prf. Dr. Sarwono Prawirohardjo penanganan atau penatalaksanaan


inersia uteri adalah :

1) Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian


terbawah janin dan keadaan janin.
2) Bila kepala sudah masuk PAP, anjurkan pasien untuk jalan-jalan.
3) Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan
misalnya pada letak kepala :
a) Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dextrose 5%, dimulai
dengan 12 tetes permenit, dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes
permenit. Tujuan pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat
membuka.
b) Pemberian okstisosin tidak usah terus menerus. Bila tidak memperkuat
his setelah pemberian oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan
anjurkan ibu untuk istirahat. Pada malam hari berikan obat penenang
misalnya valium 10 mg dan esoknya diulang lagi pemberian oksitosin
drips.
c) Bila inersia uteri diserati disproporsi sefalopelvis maka sebaiknya
dilakukan seksio sesaria.
d) Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu
lemah, dan partus telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18
jam pada multi tidak ada gunanya memberikan oksitosin drips.
Sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan
dan indikasi obstetrik lainnya (Ekstrasi vakum, forcep dan seksio
sesaria).
4) Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus
diperhatikan
5) Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan dan dijelaskan tentang
kemungkinankemungkinan yang ada.

17
6) Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk dalam persalinan,
evaluasi kemajuan persalinan 12 jam, kemudian dengan periksa dalam. Jika
pembukaan kurang dari 3 cm. Porsio tebal lebih dari 1 cm, penderita
diistirahatkan, berikan sedativa sehingga pasien dapat tidur, mungkin masih
dalam “false labour”. Jika setelah 12 jam berikutnya tetap ada his tanpa ada
kemajuan persalinan, ketuban dipecahkan dan his diperbaiki dengan infus
pitosin, perlu diingat bahwa persalinan harus diselesaikan dalam waktu 24
jam setelah ketuban pecah agar prognosis janin tetap baik.
7) Pada inersia uteri sekunder, dalam fase aktif, harus segera dilakukan :
a) Penilaian cermat apakah ada disproporsi sevalopelvik dengan
pelvimentri klinik atau radiologi. Bila CPD maka persalinan segera
diakhiri dengan sectio cesarean.
b) Bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi pitocin infus.
c) Bila kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik. Bila tidak
ada kemajuan, persalinan diakhiri dengan sectio cesarean.
d) Pada akhir kala I atau pada kala II bila syarat ekstraksi vakum atau
cunam dipenuhi, maka persalinan dapat segera diakhiri dengan
bantuan alat tersebut. Hampir 50% kelainan his pada fase aktif
disebabkan atau dihubungkan dengan adanya CPD, sisanya
disebabkan oleh faktor lain seperti kelainan posisi janin, pemberian
obat sedativa atau relaksan terhadap otot uterus dan sebagainya.

2.4.3 Infeksi Intrapartum

Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam persalinan. Infeksi


dapat juga terjadi sebelum persalinan berupa korioamnionitis. Infeksi intrauterin
merupakan infeksi akut pada cairan ketuban, janin dan selaput korioamnion yang
disebabkan oleh bakteri.

Sekitar 25 % infeksi intrapartum disebabkan oleh ketuban pecah dini, makin


lama jarak antara ketuban dengan jarak persalinan, makin tinggi pula resiko
morbiditas ibu dan janin. Vagina merupakan media kultur yang sangat baik bagi

18
flora vagina, perubahan suasana vagina selama kehamilan menyebabkan turunnya
pertahanan alamiah terhadap infeksi.

Pada ketuban pecah 6 jam, risiko infeksi meningkat 1 kali. Ketuban pecah
24 jam, risiko infeksi meningkat sampai 2 kali lipat. Protokol : paling lama 2 x 24
jam setelah ketuban pecah, harus sudah partus.

1. Diagnosa infeksi intrapartum

Diagnosis klinik ditegakkan pada pasien dengan :


a. Demam lebih dari 380C tanpa ada sumber infeksi lain
b. Takikardi ibu dan janin
c. Nyeri pada uterus
d. Cairan amnion yang berbau
e. Leukositosis lebih dari 15.000/mm3 pada kehamilan atau lebih dari
20.000/mm3 pada persalinan.
Sepsis
Pemeriksaan cairan amnion
Kultur
Pemeriksaan jaringan
2. Tanda – tanda infeksi intrapartum
a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur
b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak robekan
kecil pada serviks
c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d) Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada
3. Penanganan infeksi intrapartum
Antibiotik diberikan sesuai penyebab, dapat diberikan ampisilin 4 x 500 mg
atau derivatnya. Persalinan diusahakan pervaginam. Seksio sesarea dilakukan bila
ada indikasi seperti kelainan letak, distosia, atau gawat janin.

19
2.4.4 Kenaikan tekanan darah

Tekanan darah merupakan pemeriksaan yang sangat penting dilakukan


karena berhubungan dengan fungsi jantung, sehingga tekanan darah harus dipantau
dengan sangat cermat, terutama setelah diberikan anestesi spinal atau epidural.

Tekanan darah normal pada ibu bersalin cenderung mengalami sedikit


kenaikan dari tekanan darah sebelum proses persalinan, berkaitan dengan adanya
his. Keadan hipotensi dapat terjadi akibat posisi ibu telentang, syok, atau anestesi
epidural. Pada ibu yang mengalami pre-eklamsi atau hipertensi esensial selama
kehamilan, proses persalinan akan lebih meningkatkan tekanan darah, sehingga
pemantauan tekanan darah ibu harus lebih sering dan lebih cermat. Pada kondisi
normal, tekanan darah selama kala 1 (fase laten dan fase aktif), diukur setiap 2 – 4
jam sekali.

1. Penanganan kenaikan tekanan darah


a) Baringkan ibu miring ke kiri.
b) Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau
18) dan berikan Ringer laktat atau garam fisiologi (NS).
c) Berikan dosis awal 4 gr MgSO4 20% IV selama 20 menit.
d) Suntikan 10 gr MgSO4 50% (5 gr IM pada bokong kiri dan kanan).
e) Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir.
f) Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat.

20
2.5 Pendokumentasian Kala 1

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL CARE PADA NY “F”


GESTASI 38– 40 MINGGU DENGAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI
PUSKESMAS
No. Register : 0517xx
Tanggal Masuk : Pukul WIB
Tanggal Pengkajian : Pukul WIB
Tanggal Partus : Pukul WIB
Nama pengkaji :
KALA I
A. LANGKAH I : IDENTIFIKASI DATA DASAR
1. Identitas Ibu/Suami
Nama :
Umur :
Nikah / Lamanya Tahun :
Suku :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Data Biologis/Fisiologis
a) Keluhan Utama
Nyeri perut tembus ke belakang yang di sertai pelepasan lendir dan darah
b) Riwayat Keluhan Utama
Ibu merasakan nyeri perut tembus ke belakang dan terdapat
pelepasan lendir dan darah. Sifat nyeri yang dirasakan hilang timbul dan
semakin lama semakin sering dan tidak ada pengeluaran air dari jalan lahir.
Serta usaha klien untuk mengatasi keluhannya adalah dengan mengelus-
ngelus perut dan pinggangnya.

21
3. Riwayat Menstruasi
Ibu mengatakan pertama kali haid pada usia 13 tahun, dengan siklus
haid 28-30 hari, lamanya 5-6 hari, banyaknya 2-3 kali ganti pembalut per
hari, sifat darah haidnya encer dan ibu merasakan nyeri haid pada hari
pertama.
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ini merupakan kehamilan ibu yang pertama, dan ibu tidak pernah
mengalami keguguran, ibu tidak pernah merasakan nyeri perut yang hebat
selama hamil, ibu merasakan pergerakan janinnya kuat, di bagian sebelah
kiri dan dirasakan sejak usia kehamilan 5 bulan, menurut ibu umur
kehamilannya sudah ± 9 bulan.
Ibu memeriksakan kehamilannya secara teratur, sebanyak 6 kali di
BPS yaitu trimester I sebanyak 2x , trimester II sebanyak 2x, trimester III
sebanyak 2x dan ibu telah mendapatkan suntikan Tetanus Toxoid (TT)
sebanyak 2 kali di BPS yaitu imunisasi TT I dan imunisasi TT II. Ibu
mengatakan keluhan-keluhan selama hamil yaitu pada trimester I ibu
mengalami mual muntah di pagi hari, trimester II tidak ada keluhan dan
pada trimester III ibu mengeluhkan sering kencing dan nyeri perut bagian
bawah.

5. Riwayat Kehamilan, dan Persalinan yang Lalu

Anak Tahun Usia Jenis Penolong Keadaan


Tempat BBL JK
Ke Lahir Kehamilan Persalinan Persalinan Anak

I
II
III
IV

22
6. Riwayat Nifas yang Lalu
Ibu belum mengalami persalinan sebelumnya.
7. Riwayat yang Sekarang Dan Lalu
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti jantung,
hipertensi, asma, diabetes militus, ibu tidak memiliki riwayat penyakit
menular sepertiTubercuolosis (TBC), malaria, hepatitis, dan penyakit
menular seksual (PMS).Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap
makanan maupun obat-obatan dan ibu tidak mempunyai riwayat operasi,
dan sebelumnya ibu juga tidak pernah di opname di rumah sakit maupun di
puskesmas karena penyakit yang serius.
8. Riwayat Sosial, Ekonomi, Psikososial Dan Spiritual
Ibu mengatakan kebutuhan biaya sehari-hari dalam keluarganya
mencukupi, ibu menikah 1 kali dengan suami yang sekarang dan sudah 15
tahun lamanya, ibu dan keluarga bahagia dengan kehamilannya dan ibu
akan melahirkan di puskesmas jumpandang baru, pengambil keputusan
dalam keluarga adalah suami serta ibu dan suaminya rajin beribadah.
9. Riwayat KB
Ibu mulai menjadi akseptor KB depo progestin/ suntik 3 bulan dan
berhenti dengan alasan ingin hamil lagi.
10. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a) Kebutuhan nutrisi
Kebiasaan :
1) Pola makan : nasi, sayur, lauk
2) Frekuensi : 3 kali sehari
3) Kebutuhan minum : 6-8 gelas per hari
Selama inpartu :
1) Ibu makan, tetapi hanya sedikit dan lebih banyak minum
b) Kebutuhan eliminasi
Kebiasaan:
1) BAK : 5-6 kali sehari, warna kuning muda, bau amoniak.
2) BAB : 1 kali sehari, konsistensi padat, warna kuning.

23
Selama inpartu :
1) BAK : Ibu BAK di tempat tidur karena telah terpasang popok
2) BAB : Ibu belum BAB (ibu terakhir BAB jam 6.00 di rumahnya)
c) Personal hygiene Kebiasaan:
1) Mandi, 2 kali sehari (pagi dan sore) dengan menggunakan sabun
mandi
2) Sikat gigi, 2 kali (setelah makan dan sebelum tidur) dengan
menggunakan pasta gigi
3) Keramas, 3 kali seminggu dengan menggunakan shampo
4) Ganti pakaian, 2 kali sehari
Selama inpartu :
Ibu belum mandi dan sikat gigi
d) Kebutuhan istirahat dan tidur Kebiasaan
1) Tidur siang tidak teratur, tidur malam 6-8 jam
Selama inpartu :
1) Ibu tidak pernah tidur
11. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum baik
b) Kesadaran composmentis
c) Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg S : 36.7o C
N : 80 x/Menit P : 20 x/menit
d) Inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi
1) Kepala : rambut hitam, panjang, lurus, keadaan kulit kepala bersih,
tidak ada ketombe, benjolan dan nyeri tekan
2) Wajah : tidak ada cloasma, tidak ada pembengkakan, oedema dan
nyeri tekan.
3) Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih dan tidak ikhterus.
4) Mulut : bibir lembab, keadaan mulut bersih, tidak ada caries pada
gigi, dan keadaan gigi lengkap.
5) Telinga : tidak ada serumen, pembengkakan dan nyeri tekan.

24
6) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan vena jugularis.
7) Payudara : simetris kiri/kanan, puting susu menonjol, tampak
hiperpigmentasi pada areola mammae, tidak ada benjolan,nyeri tekan
dan terdapat kolostrum apabila putting susu dipencet.
8) Abdomen : tampak pembesaran perut sesuai usia kehamilan, tampak
linea nigra, dan stiae albican, tonus otot perut tampak kendor.
Pemeriksaan Leopold
a. Leopold I : TFU 3 jrbpx, 39 cm, teraba bokong di fundus
b. Leopold II : punggung kanan
c. Leopold III : kepala
d. Leopold IV : BDP, 3/5
e. LP : 99 cm
f. TBJ : TFU x LP = 39 x 99 = 3861 gram
g. HIS : 3 kali dalam 10 menit, dengan durasi 30 – 35 detik
h. Auskultasi : DJJ terdengar jelas, kuat, dan teratur pada kuadran
kanan perut ibu bagian bawah dengan frekuensi 138 x/menit.
9) Ekstremitas : keadaan kaki dan tangan lengkap, simetris kiri dan kanan,
tidak ada oedema pada tungkai, tidak ada varises, tidak ada nyeri tekan
dan terdapat reflex patella kiri dan kanan.
10) Genitalia : keadaan genitalia bersih, tidak ada varises, tidak ada oedema,
tidak ada pembesaran kelenjar batholin, dan tampak pengeluaran lendir
dan darah.
Pemeriksaan, oleh mahasiswa “S”
1) Keadaan vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
2) Portio : Lunak dan Tipis
3) Pembukaan : 6 cm
4) Ketuban : Utuh
5) Presentase : Ubun-ubun kecil kanan lintang
6) Penurunan : Hodge II
7) Molase : Tidak ada
8) Penummbungan : Tidak ada

25
9) Kesan panggul : Normal
10) Pelepasan : Lendir dan darah
B. LANGKAH II : IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH AKTUAL
GVPIVA0
Gestasi 38 minggu 3 hari, Pu-ka, Presentase kepala, Situs
memanjang, Bergerak Dalam Pangul (BDP), Intrauterin, Tunggal, Hidup,
Keadaan ibu baik, keadaan janin baik, Inpartu Kala 1 fase aktif.
1. GVPIVA0
Data Dasar :
DS : ibu mengatakan ini kehamilannya yang kelima, dan tidak
pernah sebelumnya, ibu merasakan adanya pergerakan janin pada usia
kehamilan 5 bulan.
DO : tampak pembesaran perut yang sesuai dengan usia kehamilan,
tampak linea nigra, striae livide, terdapat denyut jantung janin dan, otot
perut telah kendor, dan pada pameriksaan Leopold di dapatkan hasil :
Leopold I : TFU 3 jrbpx, 39 cm, teraba bokong di fundus
Leopold II : punggung kanan
Leopold III : kepala
Leopold IV : BDP, 3/5 DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur pada
kuadran kanan perut ibu bagian bawah dengan frekuensi 138 x/menit
Analisis dan interpretasi data :
Pada pemeriksaan kulit perut tampak adanya linea nigra, striae livide
yang menandakan kehamilan yang kelima, terdapatnya denyut jantung janin
dan terabanya bagian-bagian janin pada saat di palpasi hal ini merupakan
merupakan salah satu dari tanda-tanda pasti kehamilan, serta dan otot
perutsudah kendor menandakan perut ibu sudah pernah mengalami
peregangan sebelumnya (prawirohardjo, 2014 : 179).

26
2. Gestasi 38 minggu 3 hari
Data Dasar :
DS : HPHT
DO : pemeriksaan leopold I, tinggi fundus uteri 3 jari di bawah
processus xiphoideus, dan hari tafsiran persalinan berdasarkan rumus
Neagle.
Analisis dan interpretasi data :
Dari hasil pemeriksaan dilihat dengan menggunakan rumus negle
mulai dari HPHT tangga 20 Agustus 2016 sampai tanggal pengkajian, maka
umur kehamilan 38 minggu 3 hari (Prawirohardjo, 2014 : 279).
3. Intrauterin
Data Dasar :
DS : Ibu merasakan janinnya bergerak dengan kuat dan ibu tidak
pernah merasakan nyeri perut yang hebat selama kehamilannya.
DO : Ibu tidak merasakan nyeri perut ketika dipalpasi, TFU
sesuai umur kehamilan, dan pada palpasi leopold teraba bagian bagian janin
yaitu :
Leopold I : TFU 3 jrbpx, 39 cm, teraba bokong di fundus
Leopold II : punggung kanan
Leopold III : kepala
Leopold IV : BDP, 3/5
Analisis dan interpretasi data :
Bagian dari uterus yang merupakan tempat janin dapat tumbuh dan
berkembang adalah kavum uteri dimana rongga ini merupakan tempat yang
luas bagi janin untuk dapat bertahan hidup sampai aterm tanpa ada rasa
nyeri perut yang hebat. Tempat tersebut berada dalam korpus uteri yang
disebut dengan kehamilan intrauterin (Baety, 2012:9).
4. Situs Memanjang
Data Dasar :
DS : Ibu mengatakan janinnya bergerak kuat pada bagian
sebelah kiri perut ibu.

27
DO : pada palpasi Leopold didapatkan hasil :
Leopold I : TFU 3 jrbpx, 39 cm, teraba bokong di fundus
Leopold II : punggung kanan
Leopold III : kepala
Leopold IV : BDP, 3/5 DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur pada
kuadran kanan perut ibu bagian bawah dengan frekuensi 138 x/menit
Analisis dan interpertasi data :
Dengan teraba bagian besar janin yaitu bokongdi fundus dan
kepalapada bagian terendah, DJJ terdengar jelas pada kuadran kanan bawah
dan gerakan janin yang dirasakan ibu pada salah satu sisi perut ibu
menunjukan bahwa sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu
(Prawirohardjo, 2014 : 205-206).
5. Tunggal
Data Dasar :
DS : ibu merasakan pergerakan janinnya kuat pada satu sisi perut yaitu
sisi perut bagian sebelah kiri.
DO : pada palpasi abdomen di dapatkan hasil leopold dimana pada
Leopold I : teraba bokong di fundus yang bulat dan lunak serta tidak
melenting,
Leopold II : teraba punggung kanan
Leopold III : teraba bagian bulat dan melenting (kepala)
Pada auskultasi hanya terdapat satu denyut jantung janin (DJJ) yaitu
terdengar jelas, kuat dan teratur pada kuadran kiri bawah perut ibu dengan
frekuensi 138 kali per menit, serta tinggi fundus uteri sesuai dengan umur
kehamilan.
Analisis dan interpretasi data :
Didalam kehamilan, janin dikatakan tunggal jika pembesara perut
sesuai dengan usia kehamilan. Saat palpasi teraba satu kepala dan satu
punggung, sedangkan auskultasi denyut jantung janin terdengar jelas, kuat
dan teratur pada kuadran kiri bawah perut ibu (Baety, 2012 : 10-11).

28
6. Hidup
Data Dasar :
DS : ibu merasakan pergerakan janinnya aktif, dan kuat pada usia
kehamilan 5 bulan sampai sekarang, dan ibu merasakan pergerakan
janinnya 12 kali dalam sehari.
DO : Pada auskultasi DJJ terdengar jelas, kuat, dan teratur pada kuadran
kanan perut ibu, dengan frekuensi 140 x/menit.
Analisis dan interpretasi data :
Adanya gerakan janin dan denyut jantung janin (DJJ), merupakan
tanda bahwa janin hidup. Janin yang dalam keadaan sehat, bunyi jantungnya
teratur dan frekuensinya antara 120-160 kali per menit, selain itu tanda janin
hidup juga dapat dilihat dari pergerakan janin yang dirasakan kuat oleh ibu
satu kali per jam atau lebih dari 10 kali per hari dan pembesaran uterus
menandakan janin hidup dan bertumbuh(Prawirohardjo, 2014 : 285).
7. Keadaan ibu baik
Data Dasar :
DS : Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit
DO : Tanda-tanda vital dalam batas normal, dengan konjungtiva
berwarna merah muda, sklera putih dan tidak ikhterus, serta tidak ada
oedama pada wajah dan tungkai.
Analisi dan interpretasi data :
Pada pemeriksaan fisik di dapat hasil pemeriksaan dimana tidak
adanya tanda preklamsi atau eklamsi, anemia, hiperemesis gravidarum,
dimana TTV dalam batas normal, konjungtiva merah muda, tidak ada
oedama pada wajah dan tungkai menandakan ibu dalam keadaan baik.
8. Keadaan janin baik
Data Dasar :
DS : ibu merasakan pergerakan janin kuat dan biasanya bergerak 12
kali dalam sehari.
DO : Denyut jantung janin (DJJ) terdengar jelas, kuat dan teratur pada
kuadran kanan bawah perut ibu dengan frekuensi 138 kali per menit.

29
Analisis dan interpretasi data :
Pergerakan janin yang kuat dan sering serta denyut jantung janin
(DJJ) yang terdengar jelas, kuat dan teratur dengan frekuensi 138 x/menit,
menandakan keadaan janin dalam keadaan baik, dimana di dinilai dari
normal DJJ yaitu 120-160x/menit(Prawirohardjo, 2014 : 222).
9. Inpartu kala I fase aktif
Data Dasar :
DS : Ibu mengatakan nyeri perut tembus ke belakang dirasakan dan ibu
mengatakan adanya pengeluaran lendir dan darah sejak pukul 21.00 wita.
DO : Tampak pengeluaran lender dan darah, Kontraksi uterus 3 x 10
menit, dengan durasi 30 – 35 detik.
Hasil pemeriksaan oleh mahasiswa “S” :
1) Portio : Lunak dan tipis
2) Pembukaan : 6 cm
3) Presentase : Ubun-ubun kecil kanan lintang
4) Penurunan : Hodge II
5) Pelepasan : Lendir dan darah
Analisis dan interpretasi data :
Nyeri perut yang terjadi karena terbukanya mulut rahim di sertai
peregangan otot polos rahim yang menimbulkan nyeri karena adanya
penekanan pada ujung syaraf sewaktu uterus berkontraksi.Kontraksi uterus
yang terjadi secara teratur dan teraba portio lunak dan tipis serta pembukaan
6 cm merupakan inpartu kala I fase aktif yang dimulai dari pembukaan 4-
10 cm (Widia, 2015 : 4).
C. LANGKAH III : IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadinya infeksi jalan lahir
DS : Ibu mengatakan adanya pegeluaran lendir dan darah
DO : tampak pelepasan lendir dan darah

30
Analisa dan interpretasi data :
Dengan adanya pelepasan lender dan darah,serta tebukanya jalan
lahir memungkinkan masuknya mikroorganisme patologis yang merupakan
penyebab infeksi jalan lahir.
D. LANGKAH IV : IDENTIFIKASI PERLUNYA TINDAKAN
SEGERA/KOLABORASI.
a. Mandiri : Tidak ada
b. Kolaborasi : Tidak ada
c. Merujuk : Tidak ada
E. LANGKAH V : RENCANA TINDAKAN
1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
bahwa keadaan ibu dan janinnya dalam keadaan baik.
Rasional : Agar ibu dan keluarga mengetahui keadaan ibu dan
janinnya, ibu dan keluarga merasa tenang dalam menghadapi proses
persalinannya dan kecemasan ibu berkurang, serta keluarga dapat
memberikan dukungan psikologis yang dapat mengurangi kecemasan
ibu dan siap menghadapi persalinan.
2. Observasi tanda-tanda vital, dan VT setiap 2-4 jam (kecuali nadi tiap 30
menit).
Rasional : Observasi tanda-tanda vital dan VT untuk memantau
keadaan ibu dan kemajuan persalinan, serta mempermudah dalam
melakukan tindakan.
3. Observasi DJJ setiap 30 menit.
Rasional : Saat ada kontraksi, DJJ bisa berubah sesaat, sehingga
apabila ada perubahan dapat diketahui denan cepat dan dapat bertindak
secara cepat dan tepat.
4. Observasi His setiap 30 menit.
Rasional : Karena kekuatan kontraksi uterus dapat berubah setiap saat
sehingga mempengaruhi turunnya kepala dan dilatasi serviks.

31
5. Ajarkan ibu teknik relaksasi dan pengaturan nafas pada saat kontraksi,
ibu menarik nafas melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut selama
timbul kontraksi.
Rasional : Teknik relaksasi memberikan rasa nyaman dan mengurangi
rasa nyeri dan memberikan suplai okseigen yang cukup kejanin.
6. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin
selama persalinan.
Rasional : Kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi
kontraksi, mencegah penekanan pada vena cava inferior oleh uterus
yang membesar, dan menghalangi penurunan kepala bayi serta
memberikan perasaan yang tidak nyaman pada ibu.
7. Memberikan intake minuman dan makanan pada ibu
Rasional : Agar ibu memiliki tenaga pada saat meneran.
8. Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan
untuk menolong persalinan serta tempat penerangan dan lingkungan
BBL.
Rasional : Agar penolong lebih mudah dalam menambil dan
menggunakan alat saat melakukan tindakan yang diperlukan untuk
menolong persalinan.
9. Mendokumentasikan hasil pemantauan Kala I dalam partograf.
Rasional : Merupakan Standarisasi dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan dan memudahkan pengambilan keputusan klinik.
10. Observasi tanda dan gejala kala II
Rasional : Untuk mengetahui kapan ibu memasuki tahap kala II
persalinan.
F. LANGKAH VI : PELAKSANAAN TINDAKAN ASUHAN
KEBIDANAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
2. Mengobservasi Tanda-tanda vital
3. Mengobservasi DJJ, Nadi dan his setiap 30 menit

32
Melakukan pemerikasaan oleh mahasiswa “S” :
a. Keadaan vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
b. Portio : Tipis
c. Pembukaan : 10 cm
d. Ketuban : Pecah
e. Presentase : Ubun-ubun kecil dibawah simpisis
f. Penurunan : Hodge IV
g. Molase : Tidak ada
h. Penumbungan : Tidak ada
i. Kesan panggul : Normal
j. Pelepasan : Lendir, darah bercampur dengan
ketuban
4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pengaturan nafas pada saat
kontraksi, ibu menarik nafas melalui hidung dan dikeluarkan melalui
mulut selama timbul kontraksi.
5. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin
selama persalinan.
6. Memberikan intake minuman dan makanan pada ibu.
7. Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan
untuk menolong persalinan serta tempat penerangan dan lingkungan
BBL, meliputi :
a) Alat Perlindingan Diri (APD) : Penutup kelapa, masker, kacamata,
celemek, sepatu tertutup (sepatu boot)
b) Partus Set : Handscoon steril, 2 buah klem kocher, ½ kocher, 1 buah
gunting episiotomy, 1 buah gunting tali pusat, 1 buah kateter
nelaton, Kassa steril, pengisap lender, penjepit tali pusat.
c) On steril : 2 buah handuk kering dan bersih, pakaian bersih ibu dan
bayi meliputi baju, pembalut, sarung, celana dalam, pakaian bayi,
popok, topi/tutup kepala, sarung tangan/kaki, kain selimut untuk
membedong.

33
d) Heacting set : 1 buah pinset sirurgik, 1 buah pinset antomi, nal
puder, 2 buah jarum (1 jarum circle dan 1 jarum V1 circle), gunting
benang, benang cromic, 1 pasang sarung tangan stril
e) Obat-obatan esensial : Lidocain 1 ampul, oksytosin 10 IU 1 ampul,
cairan RL, Infus set 5.1, spoit 3 cc dan spoit 1 cc, meteregin 1 ampul.
f) Peralatan lain : Larutan Clorin 0,5 o/o, air DTT, kantong plastic,
tempat sampah kering dan basah, safety box, bengkok, was lap, dan
tempat plasenta. Menyiapkan tempat, penerangan dan lingkungan
untuk kelahiran bayi,dengan memastikan ruangan sesuai kebutuhan
bayi baru lahir , meliputi ruangan bersih, hangat, pencahayaan cukup
dan bebas dari tiupan angin.
8. Mendokumentasikan hasil pemantauan Kala I dalam partograf
9. Mengobservasi tanda dan gejala kala II
a. Ibu merasakan dorongan untuk meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau
vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
e. Meningkatnya pengeluaran lender bercamput dengan darah.
f. Tampak rambut bayi pada vulva.
G. LANGKAH VII : EVALUASI HASIL ASUHAN KEBIDANAN
1) Ibu mengerti bahwa keadaannya dan janinnya saat ini dalam keadaan
baik, sehingga ibu lebih tenang dan kecemasan ibu berkurang.
2) keadaan ibu dan janin baik yang ditandai dengan :
a. Tanda – tanda vital dalam batas normal :
TD : 110/70 mmHg S : 36.7o C
N : 82 x/menit P : 20 x/menit
b. DJJ 150 x/menit, yang terdengar jelas kuat dan teratur
c. Ibu sudah makan, jenis roti 1 potong dan minum air putih dan air
teh 1 gelas.

34
d. Ibu mengerti dan sudah mampu melakukan tekhnik relaksasi.
e. Ibu tidak ingin berkemih dan kandung kemih ibu kosong.
3. Peralatan, bahan – bahan, obat-obatan sudah disiapkan dan tempat serta
penerangan untuk bayi telah disiapkan.
4. Kala I fase aktif berlangsung ditandai dengan :
a. His yang adekuat 5 x 10 dalam 10 menit dengan durasi 40 – 45 detik
b. Adanya tekanan pada anus, rectum, dan vagina, perineum menonjol,
sfingter ani membuka, dan tefdapat pengeluaran air ketuban.
c. Dinding vagina licin, portio tidak teraba, pembukaan lengkap 10 cm
± 1 jam setelah VT pertama, dan penurunan kepala Hodge IV UUK
searah jam 12, air ketuban jernih, dan tidak ada molase.
5. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
6. Mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan di partograf.

35
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan atau melahirkan anak adalah suatu peristiwa yang sangat
besar artinya, sebab sangat mendalam kesannya. Karena melahirkan berarti
mengadakan yang semula belum ada. Dan persalinan yang berarti
melahirkan anak yang telah lama dinanti kedatangannya.
Lahirnya anak tidak akan begitu saja, tetapi memerlukan persiapan-
persiapan seperti persiapan fisik, persiapan mental, dan persiapan materi
yang cukup, agar kelahiran anak dapat berjalan dengan lancar serta
membuat ibu dan anak yang sehat. Dalam proses persalinan, ibu banyak
mengeluarkan tenaga, untuk membuka jalan untuk lahir bagi anaknya.
Dalam proses persalinan ibu akan mengalami rasa sakit yang makin lama
makin bertambah kuat sampai anak lahir bahkan sampai beberapa waktu
setelah melahirkan anaknya. Disinilah pentingnya persiapan untuk
mengimbangi apa yang akan terjadi dalam proses melahirkan anak atau
persalinan.
Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi janin yang tidak
kondusif untuk memenuhi tuntutan persalinan. Kondisi gawat janin ditandai
dengan hipoksia janin, yaitu suatu keadaan di mana janin tidak mendapat
pasokan oksigen yang cukup. Kondisi ini bisa terjadi sebelum persalinan
(antepartum period) atau selama proses persalinan (intrapartum period).

36
DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/documents/pemenuhan-kebutuhan-fisik-dan-psikologis-
pada-ibu-dan-keluarga.html

https://www.alodokter.com/gawat-janin

https://id.scribd.com/doc/128211350/Inersia-Uteri

https://id.scribd.com/doc/248676725/INFEKSI-INTRAPARTUM

https://id.scribd.com/document/44033291/Tanda-Bahaya-KALA-I

37

Anda mungkin juga menyukai