Asuhan Kebidanan Ii Fix
Asuhan Kebidanan Ii Fix
Kelas : 2B Kebidanan
Puji syukur penulis pnjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya. Penulis dapat menyelesaikan tugas Asuhan Kebidanan II yang
berjudul “Asuhan Kebidanan II”
Penulis menyadari bahwa keberhasilan pengerjaan tugas ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih.
Demikian tugas ini dibuat dengan harapan dapat bermanfaat bagi yang
membacanya walaupun penulis menyadari bahwa tugas ini kurang dari kata
sempurna
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan atau melahirkan anak adalah suatu peristiwa yang sangat besar
artinya, sebab sangat mendalam kesannya. Karena melahirkan berarti mengadakan
yang semula belum ada. Dan persalinan yang berarti melahirkan anak yang telah
lama dinanti kedatangannya.
Berdasarkan penelitian, telah diakui saat ini bahwa setiap kehamilan dapat
memiliki potensi dan membawa risiko bagi ibu. WHO memperkirakan sekitar 15%
dari seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan
dengan kehamilannya dan dapat mengancam jiwanya. Bidan sebagai pemberi
pelayanan kebidanan akan menemukan wanita hamil dengan komplikasi-
komplikasi yang mungkin dapat mengancam jiwa. Karena setiap wanita hamil
beresiko mengalami komplikasi. Dan sudah tentu memerlukan kerjasama dari para
ibu-ibu dan keluarga, jika tanda-tanda bahaya ini tidak dilaporkan atau tidak
terdeteksi, dapat mengakibatkan kematian ibu.
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pemenuhan fisik dan psikologis pada ibu dan keluarga.
2. Mengetahui tanda bahaya dan penanganan kala 1.
3. Mengetahui pendokumentasian kala 1.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
3
persalinan. Ibu di perbolehkan berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring
atau merangkak.
Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya
kepala bayi dan seringkali mempersingkat waktu persalinan. Tenaga kesehatan di
sarankan agar membantu ibu untuk sesering mungkin berganti posisi selama
persalinan. Jangan menganjurkan ibu untuk mengambil posisi terlentang. Karena
jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus, janin, cairan ketuban, dan plasenta
akan menekan vena cava inferior. Ini akan menyebabkan turunnya aliran darah dari
sirkulasi ibu ke plasenta. Dan akan menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen
pada janin). Posisi terlentang juga akan memeperlambat proses persalinan. ( Enkin,
et,al. 2002). Posisi yang dianjurkan adalah :
4
Posisi yang di sarankan saat persalinan :
NO Posisi Alasan/Rasionalisasi
1 Duduk/setengah duduk Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing
kelahiran kepala bayi dan mengamati / men-
support perineum
2 Merangkak Baik untuk persalinan dengan punggung
yang sakit, membantu bayi melakukan rotasi,
peregangan minimal pada perineum
3 Jongkok/berdiri Membantu penurunan kepala bayi,
memperbesar ukuran panggul,
memperbesar dorongan untuk meneran.
4 Berbaring miring kekiri Member rasa santai bagi ibu yang
letih,member oksigenasi yang baik bagi
bayi,mambantu mencegah terjadinya laserasi.
His merupakan kontraksi pada uterus yang mana his ini termasuk tanda-
tanda persalinan yang mempunyai sifat intermitten, terasa sakit, terkoordinasi, dan
simetris serta terkadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik dan psikis. Karena
his sifatnya menimbulkan rasa sakit, ibu di sarankan menarik nafas panjang dan
kemudian ibu di anjurkan untuk menahan nafas sebentar, kemudian dilepaskan
dengan cara meniup sewaktu ada his.
5
maka ibu dapat diberikan penampung urin. Apabila terjadi kandung kemih yang
penuh maka akan mengakibatkan :
Memastikan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air)
selama persalinan dan kelahiran bayi. Karena fase aktif ibu hanya ingin
mengkonsumsi cairan. Maka di anjurkan anggota keluarga untuk menawarkan ibu
minum sesering mungkin dan makan ringan selama persalinan, karena makanan
ringan dan cairan yang cukup selama persalinan berlangsung akan memberikan
lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Bila terjadi dehidrasi akan
memperlambat kontraksi atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur.
5. Kontak fisik
6
6. Pijatan
Ibu yang menderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan mungkin
akan merasakan pijatan yang sangat meringankan. Bidan atau suami ibu bisa
melakukan pijatan melingkar di bagian lumbosacralnya dengan menggunakan
bedak atau body lotion untuk mengurangi friksi. Pijatan mendalam diberikan
dengan menggunakan tekanan dengan telapak tangan, buku jari atau benda-benda
seperti bola tenis.
2.3 Pemenuhan kebutuhan psikologis ibu dan keluarga
1. Persiapan Untuk Persalinan
Pada suatu tahap dalam masa persalinannya semua wanita akan menyadari
keharusan untuk melahirkan anaknya.
2. Memberikan Informasi
7
2.4 Tanda bahaya Kala 1 dan penanganannya
2.4.1 Gawat Janin
Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi janin yang tidak kondusif
untuk memenuhi tuntutan persalinan. Kondisi gawat janin ditandai dengan hipoksia
janin, yaitu suatu keadaan di mana janin tidak mendapat pasokan oksigen yang
cukup. Kondisi ini bisa terjadi sebelum persalinan (antepartum period) atau selama
proses persalinan (intrapartum period).
Gawat janin dapat disebabkan oleh berbagai hal, baik dari kondisi janin
(masalah tali pusat, infeksi pada rahim, melewati tanggal persalinan) maupun
kondisi ibu (menderita diabetes, tekanan darah tinggi atau preeklampsia, kehamilan
pada usia di atas 35 tahun, serta mengalami kehamilan dengan janin kembar atau
lebih).
Gawat janin sendiri dapat dideteksi melalui perubahan yang tidak normal
menjelang persalinan, seperti perubahan gerakan janin yang melambat. Dokter juga
dapat melakukan pemantauan detak jantung janin dan perubahan warna cairan
ketuban. Jika hasil pengamatan menunjukkan janin dalam keadaan gawat, dokter
dapat segera melakukan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi ibu dan
janin. Jika tidak tertangani atau tidak segera dilahirkan, janin dapat mengalami
kematian. Tetapi sebagian besar kasus dengan gejala gawat janin dapat dilahirkan
dengan selamat.
1. Gejala Gawat Janin
Gejala gawat janin dapat ditunjukkan melalui kondisi tidak normal menjelang
persalinan. Gejala tersebut meliputi :
a. Gerakan janin yang berkurang, dari biasanya. Gerakan bayi dapat sedikit
berkurang menjelang persalinan karena ruang gerak janin dalam rahim
berkurang, namun normalnya pergerakan janin masih tetap dapat terasa.
b. Detak jantung bertambah pelan, Detak jantung janin yang normal adalah
110 hingga 160 per menit. Jika detak jantung tersebut kurang dari 110
atau melebihi dari 160 per menit, maka kondisi ini dapat dianggap tidak
normal. Detak jantung janin dapat melambat sementara ketika rahim
8
berada pada awal kontraksi. Gawat janin dapat dipastikan apabila detak
jantung terus melambat atau menurun setelah kontraksi.
c. Warna air ketuban menjadi cokelat atau hijau, Warna cairan amniotik
dalam air ketuban biasanya jernih dengan sedikit bercak merah muda,
kuning, atau merah. Namun jika warna cairan tersebut menjadi hijau atau
cokelat, maka air ketuban telah tercampur dengan mekonium (tinja dari
janin). Warna mekonium hijau menandakan kotoran tersebut baru keluar,
sedangkan warna cokelat berarti mekonium sudah lama keluar bersama
air ketuban. Perubahan warna air ketuban dapat menimbulkan risiko
sindrom aspirasi mekonium (meconium aspiration syndrome).
2. Penyebab Gawat Janin
Penyebab utama gawat janin adalah pasokan oksigen yang kurang pada
janin (hipoksia janin). Kondisi ini dapat terjadi terkait dengan kondisi janin sendiri
atau kondisi ibu. Kondisi yang terkait dengan janin meliputi :
a. Berat badan janin yang rendah (intrauterine growth restriction/IUGR), di
mana berat janin kurang dari persentil 10 dari berat badan normal dalam
usia kehamilan yang sama.
b. Pasokan oksigen melalui tali pusat berkurang, Salah satu penyebabnya
adalah oligohidramnion, yaitu volume air ketuban sedikit.
c. Mengalami sindrom aspirasi meconium, Sindrom ini dapat mengakibatkan
iritasi pada paru-paru janin, infeksi, serta menghalangi jalan napas janin.
Sedangkan gawat janin yang terkait dengan kondisi pada ibu, di antaranya adalah :
a. Masa kehamilan lebih dari 42 minggu.
b. Memiliki penyakit anemia, diabetes, tekanan darah tinggi saat kehamilan
atau preeklamsia.
c. Kehamilan pada usia di atas 35 tahun.
d. Kehamilan dengan janin kembar atau lebih.
9
3. Diagnosis Gawat Janin
Pemeriksaan kondisi gawat janin dapat dimulai setelah gerakan bayi
dirasakan menurun. Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut
jantung janin yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau
dan kental/sedikit. Selanjutnya dapat dilakukan beberapa pemeriksaan lebih rinci
guna menetapkan diagnosis gawat janin, seperti :
a. DJJ normal dapat melambat sewaktu His, dan segera kembali normal setelah
relaksasi
b. DJJ lambat (kurang dari 100 per menit) saat tidak ada his, menunjukan
adanya gawat janin
c. DJJ cepat (lebih dari 180 permenit) yang disertai takhikardi ibu bisa karena
ibu demam, efek obat, hipertensi, atau amnionitis. Jika denyut jantung ibu
normal denyut jantung janin yang cepat sebaiknya dianggap sebagai tanda
gawat janin
d. Adanya mekonium pada cairan amnion lebih sering terlihat saat janin
mencapai maturitas dan dengan sendirinya bukan merupakan tanda gawat
janin. Sedikit mekonium tanpa dibarengi dengan kelainan DJJ merupakan
suatu peringatan untuk pengawasan lebih lanjut.
e. Mekonim kental merupakan tanda pengeluaran mekonium pada cairan
amnion yang berkurang dan merupakan indikasi perlunya persalinan yang
lebih cepat dan penanganan mekonium pada saluran nafas atas neonatus
untuk mencegah aspirasi mekonium.
f. Pada presentasi sungsang, mekonium dikeluarkan pada saat persalinan
sebagai akibat kompresi abdomen janin pada saat persalinan. Hal ini bukan
merupakan tanda kegawatan kecuali jika hal ini terjadi pada awal
persalinan.
g. USG Doppler, Alat ini digunakan untuk melihat aliran darah, baik
pembuluh darah arteri atau vena pada janin. Pemindaian dengan USG
Doppler baru bisa dilakukan setelah usia kehamilan mencapai 34 minggu
atau lebih.
10
h. Pengamatan detak jantung janin, Pengamatan ini dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu secara berkala (intermittent auscultation) atau secara terus-
menerus (continuous electronic fetal monitor). Pengamatan secara berkala
dilakukan setiap 15 menit pada tahap awal persalinan atau setiap kontraksi
rahim usai.
Sedangkan pengamatan terus-menerus dilakukan jika kehamilan
membutuhkan perawatan khusus. Pengamatan ini menggunakan alat
electronic fetal monitoring (EFM) yang dapat menunjukkan pola detak
jantung janin dan respons detak jantung terhadap gerakan janin, hipoksia
janin, serta kontraksi rahim ibu. Terdapat dua sensor pada EFM yang
dipasang pada perut ibu, satu untuk mengamati kontraksi rahim dan satu
untuk mengamati detak jantung janin. Asfiksia intrapartum dan komplikasi:
1) Skor Apgar 0-3 selama >/= 5 menit
2) Sekuele neurologis neonatal
3) Disfungsi multiorgan neonatal
4) pH arteri tali pusat 7,0
5) Defisit basa arteri tali pusat >/= 16 mmol/L
Diagnosis gawat janin ditetapkan jika hasil pengamatan
menunjukkan penurunan detak jantung dan kadar oksigen janin.
4. Penanganan gawat janin
Setelah janin didiagnosis mengalami gawat janin, dokter perlu melakukan
penanganan secepatnya. Penanganan tersebut meliputi resusitasi dalam rahim dan
pengupayaan kelahiran. Jika DJJ diketahui tidak normal dengan atau tanpa
kontaminasi mekonium pada cairan amnion, lakukan hal sebagai berikut :
1) Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah
penanganan yang sesuai
2) Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal
sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk
mencari gawat janin :
a. Jika terdapat perdarahan dan nyeri yang hilang timbul atau menetap
pikirkan kemungkinan solusio plasenta
11
b. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekter vagina berbau tajam)
berikan antibiotika untuk amnionitis.
c. Jika tali pusat terletak di bagian bawah janin atau dalam vagina, lakukan
penanganan prolap tali pusat yaitu (APN 2008):
1. Gunakan sarung tangan DTT, letakkan satu tangan di vagina dan
jauhkan kepala janin dari tali pusat yang menumbung. Tangan lain
mendorong bayi melalui dinding abdomen agar bagian terbawah janin
tidak menekan tali pusatnya (minta keluarga ikut membantu)
2. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat
ATAU
1. Minta ibu untuk mengambil posisi bersujud dimana posisi bersujud
dimana posisi bokong berada jauh di atas kepala ibu dan pertahankan
posisi ini hingga tiba di tempat rujukan
2. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat
3) Jika DJJ tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain gawat janin
(mekonium kental pada cairan amnion) rencanakan persalianan :
a. Jika seviks telah berdilatasi dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 di atas
simpisis pubis atau bagian teratas tulang kepala janin berada di stasion
0 lakukan persalian dengan ekstrasi vakum atau vorceps
b. Jika serviks tidak berdilatasi penuh dan kepala janin berada lebih lebih
dari 1/5 bagian diatas simpisis pubis atau bagian teratas tulang kepala
janin berada di atas stasion 0, lakukan persalinan dengan seksio sesaria.
Penanganan Gawat Janin :
a) Tingkatkan oksigen pada janin dengan cara ‘Resusitasi Intrauterin’ (APN
2008):
1) Mintalah ibu merubah posisi tidurnya : Baringkan ibu miring ke kiri dan
anjurkan bernafas cecara teratur
12
2) Berikan cairan kepada ibu secara oral atau IV : Pasang infus menggunakan
jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau garam
fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam
3) Berikan Oksigen
b) Periksa kembali denyut jantung janin. Bila frekuensi bunyi jantung janin
masih tidak normal, maka dirujuk, Bila merujuk tidak mungkin, siap-siap
untuk menolong BBL dengan asfiksia.
c) Anjurkan ibu hamil in-partu berbaring kesisi kiri untuk meningkatkan aliran
oksigen ke janinnya. Hal ini biasanya meningkatkan aliran darah maupun
oksigen melalui plasenta lalu ke janin. Bila posisi miring ke kiri tidak
membantu. Coba posisi yang lain (miring ke kanan, posisi sujud).
Meningkatkan oksigen ke janin dapat mencegah atau mengobati Gawat Janin.
5. Resusitasi dalam rahim
Penanganan awal ini bertujuan mengatasi kondisi gawat janin. Beberapa
cara yang dilakukan dalam resusitasi dalam rahim meliputi :
a) Memastikan ibu mendapat pasokan oksigen yang cukup. Pasokan ini
diberikan dengan memakaian masker oksigen pada ibu.
b) Memastikan asupan cairan ibu memadai dengan pemberian cairan lewat
infus.
c) Mengubah posisi ibu dengan memintanya berbaring di sisi kiri. Hal ini
bertujuan mengurangi tekanan rahim pada vena besar dalam tubuh (vena
cava) yang dapat mengurangi aliran darah pada plasenta dan janin.
d) Pemberian larutan dekstrosa hipertonik intravena (intravenous
hypertonic dextrose).
e) Tokolisis, yaitu terapi untuk menghambat persalinan dini dengan
menghentikan kontraksi rahim sementara.
f) Amnioinfusion, yaitu penambahan cairan pada rongga amniotik untuk
mengurangi tekanan tali pusat.
13
6. Mengupayakan Kelahiran
Tindakan ini dapat dilakukan jika cara resusitasi dalam rahim tidak dapat
mengatasi kondisi gawat janin. Kelahiran perlu diupayakan paling lama 30 menit
jika diketahui adanya kondisi gawat janin.
Kelahiran bisa diupayakan melalui vagina dengan bantuan vakum pada
kepala bayi. Jika cara ini tidak bisa dilakukan, maka janin harus dilahirkan melalui
operasi Caesar.
Kondisi bayi akan dimonitor secara seksama selama satu atau dua jam
setelah kelahiran, dan setiap 2 jam selama 12 jam pertama pasca kelahiran.
Pemeriksaan bayi meliputi keadaan umum, gerakan dada, warna kulit, tulang dan
otot, suhu tubuh, serta detak jantung bayi.
Jika terlihat bayi mengalami sindrom aspirasi mekonium, maka dokter perlu
membersihkan jalan napas bayi agar pernapasannya tidak terganggu. Pengamatan
tetap perlu dilakukan walaupun tidak terjadi aspirasi mekonium, terutama yang
terkait dengan gangguan pernapasan bayi.
14
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Kekuatan his lemah
dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum
kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat
hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau
primipara, serta penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada
kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif maupun pada kala pengeluaran
insersia uteri di bagi atas 2 kekuatan :
15
Menurut Rustam Mochtar (1998) sebab-sebab inersia uteri adalah :
16
4. Penanganan inersia uteri
17
6) Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk dalam persalinan,
evaluasi kemajuan persalinan 12 jam, kemudian dengan periksa dalam. Jika
pembukaan kurang dari 3 cm. Porsio tebal lebih dari 1 cm, penderita
diistirahatkan, berikan sedativa sehingga pasien dapat tidur, mungkin masih
dalam “false labour”. Jika setelah 12 jam berikutnya tetap ada his tanpa ada
kemajuan persalinan, ketuban dipecahkan dan his diperbaiki dengan infus
pitosin, perlu diingat bahwa persalinan harus diselesaikan dalam waktu 24
jam setelah ketuban pecah agar prognosis janin tetap baik.
7) Pada inersia uteri sekunder, dalam fase aktif, harus segera dilakukan :
a) Penilaian cermat apakah ada disproporsi sevalopelvik dengan
pelvimentri klinik atau radiologi. Bila CPD maka persalinan segera
diakhiri dengan sectio cesarean.
b) Bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi pitocin infus.
c) Bila kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik. Bila tidak
ada kemajuan, persalinan diakhiri dengan sectio cesarean.
d) Pada akhir kala I atau pada kala II bila syarat ekstraksi vakum atau
cunam dipenuhi, maka persalinan dapat segera diakhiri dengan
bantuan alat tersebut. Hampir 50% kelainan his pada fase aktif
disebabkan atau dihubungkan dengan adanya CPD, sisanya
disebabkan oleh faktor lain seperti kelainan posisi janin, pemberian
obat sedativa atau relaksan terhadap otot uterus dan sebagainya.
18
flora vagina, perubahan suasana vagina selama kehamilan menyebabkan turunnya
pertahanan alamiah terhadap infeksi.
Pada ketuban pecah 6 jam, risiko infeksi meningkat 1 kali. Ketuban pecah
24 jam, risiko infeksi meningkat sampai 2 kali lipat. Protokol : paling lama 2 x 24
jam setelah ketuban pecah, harus sudah partus.
19
2.4.4 Kenaikan tekanan darah
20
2.5 Pendokumentasian Kala 1
21
3. Riwayat Menstruasi
Ibu mengatakan pertama kali haid pada usia 13 tahun, dengan siklus
haid 28-30 hari, lamanya 5-6 hari, banyaknya 2-3 kali ganti pembalut per
hari, sifat darah haidnya encer dan ibu merasakan nyeri haid pada hari
pertama.
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ini merupakan kehamilan ibu yang pertama, dan ibu tidak pernah
mengalami keguguran, ibu tidak pernah merasakan nyeri perut yang hebat
selama hamil, ibu merasakan pergerakan janinnya kuat, di bagian sebelah
kiri dan dirasakan sejak usia kehamilan 5 bulan, menurut ibu umur
kehamilannya sudah ± 9 bulan.
Ibu memeriksakan kehamilannya secara teratur, sebanyak 6 kali di
BPS yaitu trimester I sebanyak 2x , trimester II sebanyak 2x, trimester III
sebanyak 2x dan ibu telah mendapatkan suntikan Tetanus Toxoid (TT)
sebanyak 2 kali di BPS yaitu imunisasi TT I dan imunisasi TT II. Ibu
mengatakan keluhan-keluhan selama hamil yaitu pada trimester I ibu
mengalami mual muntah di pagi hari, trimester II tidak ada keluhan dan
pada trimester III ibu mengeluhkan sering kencing dan nyeri perut bagian
bawah.
I
II
III
IV
22
6. Riwayat Nifas yang Lalu
Ibu belum mengalami persalinan sebelumnya.
7. Riwayat yang Sekarang Dan Lalu
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti jantung,
hipertensi, asma, diabetes militus, ibu tidak memiliki riwayat penyakit
menular sepertiTubercuolosis (TBC), malaria, hepatitis, dan penyakit
menular seksual (PMS).Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap
makanan maupun obat-obatan dan ibu tidak mempunyai riwayat operasi,
dan sebelumnya ibu juga tidak pernah di opname di rumah sakit maupun di
puskesmas karena penyakit yang serius.
8. Riwayat Sosial, Ekonomi, Psikososial Dan Spiritual
Ibu mengatakan kebutuhan biaya sehari-hari dalam keluarganya
mencukupi, ibu menikah 1 kali dengan suami yang sekarang dan sudah 15
tahun lamanya, ibu dan keluarga bahagia dengan kehamilannya dan ibu
akan melahirkan di puskesmas jumpandang baru, pengambil keputusan
dalam keluarga adalah suami serta ibu dan suaminya rajin beribadah.
9. Riwayat KB
Ibu mulai menjadi akseptor KB depo progestin/ suntik 3 bulan dan
berhenti dengan alasan ingin hamil lagi.
10. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a) Kebutuhan nutrisi
Kebiasaan :
1) Pola makan : nasi, sayur, lauk
2) Frekuensi : 3 kali sehari
3) Kebutuhan minum : 6-8 gelas per hari
Selama inpartu :
1) Ibu makan, tetapi hanya sedikit dan lebih banyak minum
b) Kebutuhan eliminasi
Kebiasaan:
1) BAK : 5-6 kali sehari, warna kuning muda, bau amoniak.
2) BAB : 1 kali sehari, konsistensi padat, warna kuning.
23
Selama inpartu :
1) BAK : Ibu BAK di tempat tidur karena telah terpasang popok
2) BAB : Ibu belum BAB (ibu terakhir BAB jam 6.00 di rumahnya)
c) Personal hygiene Kebiasaan:
1) Mandi, 2 kali sehari (pagi dan sore) dengan menggunakan sabun
mandi
2) Sikat gigi, 2 kali (setelah makan dan sebelum tidur) dengan
menggunakan pasta gigi
3) Keramas, 3 kali seminggu dengan menggunakan shampo
4) Ganti pakaian, 2 kali sehari
Selama inpartu :
Ibu belum mandi dan sikat gigi
d) Kebutuhan istirahat dan tidur Kebiasaan
1) Tidur siang tidak teratur, tidur malam 6-8 jam
Selama inpartu :
1) Ibu tidak pernah tidur
11. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum baik
b) Kesadaran composmentis
c) Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg S : 36.7o C
N : 80 x/Menit P : 20 x/menit
d) Inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi
1) Kepala : rambut hitam, panjang, lurus, keadaan kulit kepala bersih,
tidak ada ketombe, benjolan dan nyeri tekan
2) Wajah : tidak ada cloasma, tidak ada pembengkakan, oedema dan
nyeri tekan.
3) Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih dan tidak ikhterus.
4) Mulut : bibir lembab, keadaan mulut bersih, tidak ada caries pada
gigi, dan keadaan gigi lengkap.
5) Telinga : tidak ada serumen, pembengkakan dan nyeri tekan.
24
6) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan vena jugularis.
7) Payudara : simetris kiri/kanan, puting susu menonjol, tampak
hiperpigmentasi pada areola mammae, tidak ada benjolan,nyeri tekan
dan terdapat kolostrum apabila putting susu dipencet.
8) Abdomen : tampak pembesaran perut sesuai usia kehamilan, tampak
linea nigra, dan stiae albican, tonus otot perut tampak kendor.
Pemeriksaan Leopold
a. Leopold I : TFU 3 jrbpx, 39 cm, teraba bokong di fundus
b. Leopold II : punggung kanan
c. Leopold III : kepala
d. Leopold IV : BDP, 3/5
e. LP : 99 cm
f. TBJ : TFU x LP = 39 x 99 = 3861 gram
g. HIS : 3 kali dalam 10 menit, dengan durasi 30 – 35 detik
h. Auskultasi : DJJ terdengar jelas, kuat, dan teratur pada kuadran
kanan perut ibu bagian bawah dengan frekuensi 138 x/menit.
9) Ekstremitas : keadaan kaki dan tangan lengkap, simetris kiri dan kanan,
tidak ada oedema pada tungkai, tidak ada varises, tidak ada nyeri tekan
dan terdapat reflex patella kiri dan kanan.
10) Genitalia : keadaan genitalia bersih, tidak ada varises, tidak ada oedema,
tidak ada pembesaran kelenjar batholin, dan tampak pengeluaran lendir
dan darah.
Pemeriksaan, oleh mahasiswa “S”
1) Keadaan vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
2) Portio : Lunak dan Tipis
3) Pembukaan : 6 cm
4) Ketuban : Utuh
5) Presentase : Ubun-ubun kecil kanan lintang
6) Penurunan : Hodge II
7) Molase : Tidak ada
8) Penummbungan : Tidak ada
25
9) Kesan panggul : Normal
10) Pelepasan : Lendir dan darah
B. LANGKAH II : IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH AKTUAL
GVPIVA0
Gestasi 38 minggu 3 hari, Pu-ka, Presentase kepala, Situs
memanjang, Bergerak Dalam Pangul (BDP), Intrauterin, Tunggal, Hidup,
Keadaan ibu baik, keadaan janin baik, Inpartu Kala 1 fase aktif.
1. GVPIVA0
Data Dasar :
DS : ibu mengatakan ini kehamilannya yang kelima, dan tidak
pernah sebelumnya, ibu merasakan adanya pergerakan janin pada usia
kehamilan 5 bulan.
DO : tampak pembesaran perut yang sesuai dengan usia kehamilan,
tampak linea nigra, striae livide, terdapat denyut jantung janin dan, otot
perut telah kendor, dan pada pameriksaan Leopold di dapatkan hasil :
Leopold I : TFU 3 jrbpx, 39 cm, teraba bokong di fundus
Leopold II : punggung kanan
Leopold III : kepala
Leopold IV : BDP, 3/5 DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur pada
kuadran kanan perut ibu bagian bawah dengan frekuensi 138 x/menit
Analisis dan interpretasi data :
Pada pemeriksaan kulit perut tampak adanya linea nigra, striae livide
yang menandakan kehamilan yang kelima, terdapatnya denyut jantung janin
dan terabanya bagian-bagian janin pada saat di palpasi hal ini merupakan
merupakan salah satu dari tanda-tanda pasti kehamilan, serta dan otot
perutsudah kendor menandakan perut ibu sudah pernah mengalami
peregangan sebelumnya (prawirohardjo, 2014 : 179).
26
2. Gestasi 38 minggu 3 hari
Data Dasar :
DS : HPHT
DO : pemeriksaan leopold I, tinggi fundus uteri 3 jari di bawah
processus xiphoideus, dan hari tafsiran persalinan berdasarkan rumus
Neagle.
Analisis dan interpretasi data :
Dari hasil pemeriksaan dilihat dengan menggunakan rumus negle
mulai dari HPHT tangga 20 Agustus 2016 sampai tanggal pengkajian, maka
umur kehamilan 38 minggu 3 hari (Prawirohardjo, 2014 : 279).
3. Intrauterin
Data Dasar :
DS : Ibu merasakan janinnya bergerak dengan kuat dan ibu tidak
pernah merasakan nyeri perut yang hebat selama kehamilannya.
DO : Ibu tidak merasakan nyeri perut ketika dipalpasi, TFU
sesuai umur kehamilan, dan pada palpasi leopold teraba bagian bagian janin
yaitu :
Leopold I : TFU 3 jrbpx, 39 cm, teraba bokong di fundus
Leopold II : punggung kanan
Leopold III : kepala
Leopold IV : BDP, 3/5
Analisis dan interpretasi data :
Bagian dari uterus yang merupakan tempat janin dapat tumbuh dan
berkembang adalah kavum uteri dimana rongga ini merupakan tempat yang
luas bagi janin untuk dapat bertahan hidup sampai aterm tanpa ada rasa
nyeri perut yang hebat. Tempat tersebut berada dalam korpus uteri yang
disebut dengan kehamilan intrauterin (Baety, 2012:9).
4. Situs Memanjang
Data Dasar :
DS : Ibu mengatakan janinnya bergerak kuat pada bagian
sebelah kiri perut ibu.
27
DO : pada palpasi Leopold didapatkan hasil :
Leopold I : TFU 3 jrbpx, 39 cm, teraba bokong di fundus
Leopold II : punggung kanan
Leopold III : kepala
Leopold IV : BDP, 3/5 DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur pada
kuadran kanan perut ibu bagian bawah dengan frekuensi 138 x/menit
Analisis dan interpertasi data :
Dengan teraba bagian besar janin yaitu bokongdi fundus dan
kepalapada bagian terendah, DJJ terdengar jelas pada kuadran kanan bawah
dan gerakan janin yang dirasakan ibu pada salah satu sisi perut ibu
menunjukan bahwa sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu
(Prawirohardjo, 2014 : 205-206).
5. Tunggal
Data Dasar :
DS : ibu merasakan pergerakan janinnya kuat pada satu sisi perut yaitu
sisi perut bagian sebelah kiri.
DO : pada palpasi abdomen di dapatkan hasil leopold dimana pada
Leopold I : teraba bokong di fundus yang bulat dan lunak serta tidak
melenting,
Leopold II : teraba punggung kanan
Leopold III : teraba bagian bulat dan melenting (kepala)
Pada auskultasi hanya terdapat satu denyut jantung janin (DJJ) yaitu
terdengar jelas, kuat dan teratur pada kuadran kiri bawah perut ibu dengan
frekuensi 138 kali per menit, serta tinggi fundus uteri sesuai dengan umur
kehamilan.
Analisis dan interpretasi data :
Didalam kehamilan, janin dikatakan tunggal jika pembesara perut
sesuai dengan usia kehamilan. Saat palpasi teraba satu kepala dan satu
punggung, sedangkan auskultasi denyut jantung janin terdengar jelas, kuat
dan teratur pada kuadran kiri bawah perut ibu (Baety, 2012 : 10-11).
28
6. Hidup
Data Dasar :
DS : ibu merasakan pergerakan janinnya aktif, dan kuat pada usia
kehamilan 5 bulan sampai sekarang, dan ibu merasakan pergerakan
janinnya 12 kali dalam sehari.
DO : Pada auskultasi DJJ terdengar jelas, kuat, dan teratur pada kuadran
kanan perut ibu, dengan frekuensi 140 x/menit.
Analisis dan interpretasi data :
Adanya gerakan janin dan denyut jantung janin (DJJ), merupakan
tanda bahwa janin hidup. Janin yang dalam keadaan sehat, bunyi jantungnya
teratur dan frekuensinya antara 120-160 kali per menit, selain itu tanda janin
hidup juga dapat dilihat dari pergerakan janin yang dirasakan kuat oleh ibu
satu kali per jam atau lebih dari 10 kali per hari dan pembesaran uterus
menandakan janin hidup dan bertumbuh(Prawirohardjo, 2014 : 285).
7. Keadaan ibu baik
Data Dasar :
DS : Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit
DO : Tanda-tanda vital dalam batas normal, dengan konjungtiva
berwarna merah muda, sklera putih dan tidak ikhterus, serta tidak ada
oedama pada wajah dan tungkai.
Analisi dan interpretasi data :
Pada pemeriksaan fisik di dapat hasil pemeriksaan dimana tidak
adanya tanda preklamsi atau eklamsi, anemia, hiperemesis gravidarum,
dimana TTV dalam batas normal, konjungtiva merah muda, tidak ada
oedama pada wajah dan tungkai menandakan ibu dalam keadaan baik.
8. Keadaan janin baik
Data Dasar :
DS : ibu merasakan pergerakan janin kuat dan biasanya bergerak 12
kali dalam sehari.
DO : Denyut jantung janin (DJJ) terdengar jelas, kuat dan teratur pada
kuadran kanan bawah perut ibu dengan frekuensi 138 kali per menit.
29
Analisis dan interpretasi data :
Pergerakan janin yang kuat dan sering serta denyut jantung janin
(DJJ) yang terdengar jelas, kuat dan teratur dengan frekuensi 138 x/menit,
menandakan keadaan janin dalam keadaan baik, dimana di dinilai dari
normal DJJ yaitu 120-160x/menit(Prawirohardjo, 2014 : 222).
9. Inpartu kala I fase aktif
Data Dasar :
DS : Ibu mengatakan nyeri perut tembus ke belakang dirasakan dan ibu
mengatakan adanya pengeluaran lendir dan darah sejak pukul 21.00 wita.
DO : Tampak pengeluaran lender dan darah, Kontraksi uterus 3 x 10
menit, dengan durasi 30 – 35 detik.
Hasil pemeriksaan oleh mahasiswa “S” :
1) Portio : Lunak dan tipis
2) Pembukaan : 6 cm
3) Presentase : Ubun-ubun kecil kanan lintang
4) Penurunan : Hodge II
5) Pelepasan : Lendir dan darah
Analisis dan interpretasi data :
Nyeri perut yang terjadi karena terbukanya mulut rahim di sertai
peregangan otot polos rahim yang menimbulkan nyeri karena adanya
penekanan pada ujung syaraf sewaktu uterus berkontraksi.Kontraksi uterus
yang terjadi secara teratur dan teraba portio lunak dan tipis serta pembukaan
6 cm merupakan inpartu kala I fase aktif yang dimulai dari pembukaan 4-
10 cm (Widia, 2015 : 4).
C. LANGKAH III : IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadinya infeksi jalan lahir
DS : Ibu mengatakan adanya pegeluaran lendir dan darah
DO : tampak pelepasan lendir dan darah
30
Analisa dan interpretasi data :
Dengan adanya pelepasan lender dan darah,serta tebukanya jalan
lahir memungkinkan masuknya mikroorganisme patologis yang merupakan
penyebab infeksi jalan lahir.
D. LANGKAH IV : IDENTIFIKASI PERLUNYA TINDAKAN
SEGERA/KOLABORASI.
a. Mandiri : Tidak ada
b. Kolaborasi : Tidak ada
c. Merujuk : Tidak ada
E. LANGKAH V : RENCANA TINDAKAN
1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
bahwa keadaan ibu dan janinnya dalam keadaan baik.
Rasional : Agar ibu dan keluarga mengetahui keadaan ibu dan
janinnya, ibu dan keluarga merasa tenang dalam menghadapi proses
persalinannya dan kecemasan ibu berkurang, serta keluarga dapat
memberikan dukungan psikologis yang dapat mengurangi kecemasan
ibu dan siap menghadapi persalinan.
2. Observasi tanda-tanda vital, dan VT setiap 2-4 jam (kecuali nadi tiap 30
menit).
Rasional : Observasi tanda-tanda vital dan VT untuk memantau
keadaan ibu dan kemajuan persalinan, serta mempermudah dalam
melakukan tindakan.
3. Observasi DJJ setiap 30 menit.
Rasional : Saat ada kontraksi, DJJ bisa berubah sesaat, sehingga
apabila ada perubahan dapat diketahui denan cepat dan dapat bertindak
secara cepat dan tepat.
4. Observasi His setiap 30 menit.
Rasional : Karena kekuatan kontraksi uterus dapat berubah setiap saat
sehingga mempengaruhi turunnya kepala dan dilatasi serviks.
31
5. Ajarkan ibu teknik relaksasi dan pengaturan nafas pada saat kontraksi,
ibu menarik nafas melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut selama
timbul kontraksi.
Rasional : Teknik relaksasi memberikan rasa nyaman dan mengurangi
rasa nyeri dan memberikan suplai okseigen yang cukup kejanin.
6. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin
selama persalinan.
Rasional : Kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi
kontraksi, mencegah penekanan pada vena cava inferior oleh uterus
yang membesar, dan menghalangi penurunan kepala bayi serta
memberikan perasaan yang tidak nyaman pada ibu.
7. Memberikan intake minuman dan makanan pada ibu
Rasional : Agar ibu memiliki tenaga pada saat meneran.
8. Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan
untuk menolong persalinan serta tempat penerangan dan lingkungan
BBL.
Rasional : Agar penolong lebih mudah dalam menambil dan
menggunakan alat saat melakukan tindakan yang diperlukan untuk
menolong persalinan.
9. Mendokumentasikan hasil pemantauan Kala I dalam partograf.
Rasional : Merupakan Standarisasi dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan dan memudahkan pengambilan keputusan klinik.
10. Observasi tanda dan gejala kala II
Rasional : Untuk mengetahui kapan ibu memasuki tahap kala II
persalinan.
F. LANGKAH VI : PELAKSANAAN TINDAKAN ASUHAN
KEBIDANAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
2. Mengobservasi Tanda-tanda vital
3. Mengobservasi DJJ, Nadi dan his setiap 30 menit
32
Melakukan pemerikasaan oleh mahasiswa “S” :
a. Keadaan vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
b. Portio : Tipis
c. Pembukaan : 10 cm
d. Ketuban : Pecah
e. Presentase : Ubun-ubun kecil dibawah simpisis
f. Penurunan : Hodge IV
g. Molase : Tidak ada
h. Penumbungan : Tidak ada
i. Kesan panggul : Normal
j. Pelepasan : Lendir, darah bercampur dengan
ketuban
4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pengaturan nafas pada saat
kontraksi, ibu menarik nafas melalui hidung dan dikeluarkan melalui
mulut selama timbul kontraksi.
5. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin
selama persalinan.
6. Memberikan intake minuman dan makanan pada ibu.
7. Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan
untuk menolong persalinan serta tempat penerangan dan lingkungan
BBL, meliputi :
a) Alat Perlindingan Diri (APD) : Penutup kelapa, masker, kacamata,
celemek, sepatu tertutup (sepatu boot)
b) Partus Set : Handscoon steril, 2 buah klem kocher, ½ kocher, 1 buah
gunting episiotomy, 1 buah gunting tali pusat, 1 buah kateter
nelaton, Kassa steril, pengisap lender, penjepit tali pusat.
c) On steril : 2 buah handuk kering dan bersih, pakaian bersih ibu dan
bayi meliputi baju, pembalut, sarung, celana dalam, pakaian bayi,
popok, topi/tutup kepala, sarung tangan/kaki, kain selimut untuk
membedong.
33
d) Heacting set : 1 buah pinset sirurgik, 1 buah pinset antomi, nal
puder, 2 buah jarum (1 jarum circle dan 1 jarum V1 circle), gunting
benang, benang cromic, 1 pasang sarung tangan stril
e) Obat-obatan esensial : Lidocain 1 ampul, oksytosin 10 IU 1 ampul,
cairan RL, Infus set 5.1, spoit 3 cc dan spoit 1 cc, meteregin 1 ampul.
f) Peralatan lain : Larutan Clorin 0,5 o/o, air DTT, kantong plastic,
tempat sampah kering dan basah, safety box, bengkok, was lap, dan
tempat plasenta. Menyiapkan tempat, penerangan dan lingkungan
untuk kelahiran bayi,dengan memastikan ruangan sesuai kebutuhan
bayi baru lahir , meliputi ruangan bersih, hangat, pencahayaan cukup
dan bebas dari tiupan angin.
8. Mendokumentasikan hasil pemantauan Kala I dalam partograf
9. Mengobservasi tanda dan gejala kala II
a. Ibu merasakan dorongan untuk meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau
vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
e. Meningkatnya pengeluaran lender bercamput dengan darah.
f. Tampak rambut bayi pada vulva.
G. LANGKAH VII : EVALUASI HASIL ASUHAN KEBIDANAN
1) Ibu mengerti bahwa keadaannya dan janinnya saat ini dalam keadaan
baik, sehingga ibu lebih tenang dan kecemasan ibu berkurang.
2) keadaan ibu dan janin baik yang ditandai dengan :
a. Tanda – tanda vital dalam batas normal :
TD : 110/70 mmHg S : 36.7o C
N : 82 x/menit P : 20 x/menit
b. DJJ 150 x/menit, yang terdengar jelas kuat dan teratur
c. Ibu sudah makan, jenis roti 1 potong dan minum air putih dan air
teh 1 gelas.
34
d. Ibu mengerti dan sudah mampu melakukan tekhnik relaksasi.
e. Ibu tidak ingin berkemih dan kandung kemih ibu kosong.
3. Peralatan, bahan – bahan, obat-obatan sudah disiapkan dan tempat serta
penerangan untuk bayi telah disiapkan.
4. Kala I fase aktif berlangsung ditandai dengan :
a. His yang adekuat 5 x 10 dalam 10 menit dengan durasi 40 – 45 detik
b. Adanya tekanan pada anus, rectum, dan vagina, perineum menonjol,
sfingter ani membuka, dan tefdapat pengeluaran air ketuban.
c. Dinding vagina licin, portio tidak teraba, pembukaan lengkap 10 cm
± 1 jam setelah VT pertama, dan penurunan kepala Hodge IV UUK
searah jam 12, air ketuban jernih, dan tidak ada molase.
5. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
6. Mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan di partograf.
35
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan atau melahirkan anak adalah suatu peristiwa yang sangat
besar artinya, sebab sangat mendalam kesannya. Karena melahirkan berarti
mengadakan yang semula belum ada. Dan persalinan yang berarti
melahirkan anak yang telah lama dinanti kedatangannya.
Lahirnya anak tidak akan begitu saja, tetapi memerlukan persiapan-
persiapan seperti persiapan fisik, persiapan mental, dan persiapan materi
yang cukup, agar kelahiran anak dapat berjalan dengan lancar serta
membuat ibu dan anak yang sehat. Dalam proses persalinan, ibu banyak
mengeluarkan tenaga, untuk membuka jalan untuk lahir bagi anaknya.
Dalam proses persalinan ibu akan mengalami rasa sakit yang makin lama
makin bertambah kuat sampai anak lahir bahkan sampai beberapa waktu
setelah melahirkan anaknya. Disinilah pentingnya persiapan untuk
mengimbangi apa yang akan terjadi dalam proses melahirkan anak atau
persalinan.
Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi janin yang tidak
kondusif untuk memenuhi tuntutan persalinan. Kondisi gawat janin ditandai
dengan hipoksia janin, yaitu suatu keadaan di mana janin tidak mendapat
pasokan oksigen yang cukup. Kondisi ini bisa terjadi sebelum persalinan
(antepartum period) atau selama proses persalinan (intrapartum period).
36
DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/documents/pemenuhan-kebutuhan-fisik-dan-psikologis-
pada-ibu-dan-keluarga.html
https://www.alodokter.com/gawat-janin
https://id.scribd.com/doc/128211350/Inersia-Uteri
https://id.scribd.com/doc/248676725/INFEKSI-INTRAPARTUM
https://id.scribd.com/document/44033291/Tanda-Bahaya-KALA-I
37