PENDAHULUAN
1
dan dengan unsur kimiawi yang dimiliki oleh ludah yang mengandung enzim
Amilase (Ptyalin) akan mempermudah proses sistem pencernaan manusia
dengan menghancurkan makanan menjadi serpihan-serpihan yang lebih kecil,
pada tahap berikutnya saat melewati mulut, tenggorokan, kerongkongan dan
menuju lambung merupakan tahap dimana makanan dipecah dan diproses
menjadi zat-zat gizi yang selanjutnya diserap oleh tubuh melalui usus dan
sirkulasi darah. Dalam sistem pencernaan tak terkecuali sistem pencernaan
manusia bahwa makanan yang dikonsumsi tak sepenuhnya menjadi zat-zat
gizi yang dapat diserap, sisa-sisa makanan inilah yang nantinya akan
dikeluarkan melalui anus sebagai proses metabolisme tubuh Selain yang telah
disebutkan diatas sistem pencernaan manusia juga memiliki organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan seperti pankreas, hati dan kandung empedu.
Organ-organ tubuh memiliki peranan penting pada sistem pencernaan pada
manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pencernaan dan fungsi organ pada sistem pencernaan
(systema digestivus) manusia ?
2. Apa saja kelainan dan penyakit yang menyerang sistem pencernaan
(systema digestivus) pada manusia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pencernaan serta fungsi organ pada sistem
pencernaan yang terjadi pada manusia.
2. Untuk mengetahui kelainan dan penyakit yang menyerang sistem
pencernaan (systema digestivus) pada manusia.
1.4 Manfaat
1. Untuk memberikan informasi tentang proses sistem pencernaan yang
terjadi pada manusia
2. Untuk mengetahui fungsi organ pada sistem pencernaan (systema
digestivus) pada manusia.
2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Fungsi Organ dan Proses Pencernaan Pada Sistem Pencernaan
(Systema Digestivus) Manusia
3
Berikut adalah organ-organ yang terdapat pada sistem pencernaan
(systema digestivus) pada manusia :
1. Mulut (Oris)
4
Ptyalin
Amilum Polisakarida
2. Tekak (Pharynx)
5
1. Tunika mukosa
Sifatnya kuat dan elastis, berhubungan longgar dengan tunika
muscularis, melebar ke arah bawah secara relatif
2. Tunika muscularis
Terdiri dari otot berlapis, M. Levatores dan M.kontstriktores
faringis
3. Tunika adventisa
Gerakan perubahan faring pada peristiwa menelan dan
berbicara.
Peristiwa Menelan
Peristiwa menelan dibagi menjadi atas 3 bagian
1. Stadium volunter
Bolus melalui tiang depan istmus fausium. Makanan siap untuk
ditelan secara sadar. Makanan di dorong ke belakang mulut. Oleh
tekanan lidah keatas dan kebelakang terhadap palatum. Lidah
memaksa bolus makanan masuk ke dalam faring. Proses menelan
hampir semuanya berjalan secara otomatis dan tidak dapat
dihentikan.
6
2. Stadium faringeal
Apabila bolus telah didorong ke belakang mulut, bolus akan
merangsang reseptor menelan yang terletak disekitar pintu faring
melalui serangkaian kontraksi otot faring otomatis. Kemudian
palatum mole di dorong ke atas menutup faring posterior dengan
mencegah refleks makanan kedalam rongga hidung.
3. Stadium esofageal
Dalam stadium makanan yang sudah ditelan dari faring ke
lambung dengan pergerakan khusus yang disesuaikan dengan
pergerakan peristaltik dengan dua jenis gerakan
a) Gelombang peristaltik primer
b) Gelombang peristaltik sekunder
3. Kerongkongan (Esofagus)
7
Kerongkongan bertemu dengan faring yang menghubungkan
dengan rongga mulut (cavum oris) pada ruas ke-6 tulang belakang
(columna lumbar VI). Menurut histologi, kerongkongan dibagi
menjadi tiga bagian yaitu antara lain :
1. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3. Bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
Bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang
memiliki fungsi untuk menyalurkan makanan dari mulut ke lambung
melalui gerak peristaltis. Oesofagus diselaputi oleh epitel berlapis
gepeng tanpa tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat kelompokan
kelenjar-kelenjar oesofagea yang mensekresikan mukus. Pada bagian
ujung distal oesofagus, lapisan otot hanya terdiri sel-sel otot polos,
pada bagian tengah, campuran sel-sel otot lurik dan polos, dan pada
ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik.
4. Lambung (Gaster)
8
1. Menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan
tersebut dapat ditampung pada bagian bawah saluran pencrnaan.
2. Mencampur makanan dengan sekret lambung sampai membentuk
suatu campuran setengah padat yang disebut khimus.
3. Mengeluarkan makanan perlahan-lahan dari lambung, masuk ke
usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan
absorpsi oleh usus halus.
Pada saat makanan masuk lambung, ia membentuk gastrikum
lingkaran-lingkaran konsentris pada korpus dan fundus gastrikus.
Dalam keadaan normal, korpus gastrikum dan fundus gastrikus
mempunyai tonus yang relatif sedikit pada dinding ototnya, sehingga
ia dapat menonjol keluar dengan progresif. Dinding lambung tersusun
menjadi 4 lapisan yaitu :
1. Tunika Mucosa
Lapisan ini berbentuk palung untuk memperbesar
perbandingan antara luas dan volume, sehingga memperbanyak
volume getah lambung yang dapat dikeluarkan. Pada lapisan
mucosa terdapat 3 jenis sel yang berfungsi dalam proses
pencernaan, yaitu :
a. Sel Goblet (goblet cell) yang berfungsi untuk memproduksi
mucus yang menjaga lapisan terluar sel agar tidak rusak karena
enzim pepsin dan asam lambung.
b. Sel Parietal (parietal cell) berfungsi untuk memproduksi asam
lambung yang berguna dalam pengaktifan enzim pepsin.
c. Sel chief (chief cell) berungsi untuk memproduksi pepsinogen,
yaitu enzim pepsin dalam bentuk tidak aktif, agar enzim tersebut
tidak mencerna protein yang dimiliki oleh sel tersebut.
9
2. Tunika Submucosa
Lapisan dimana terdapat pembuluh darah arteri dan vena
yang berfungsi untuk menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel
abdomen sekaligus membawa nutrisi yang diserap seperti urea dan
CO2.
3. Tunika Muscularis
Lapisan otot yang membantu dalam proses pencernaan
mekanis. Lapisan ini dibagi menjadi 3 lapisan otot, yakni otot
melingkar, memanjang, dan menyerong. Gerakan dari ketiga otot
tersebut mengakibatkan gerakan perstaltik, sehingga mengaduk-
aduk makanan yang berada di lambung.
4. Tunika Serosa
Lapisan pelindung, dimana sel-sel padalapisan ini
mengeluarkan cairan yang berfungsi untuk mengurangi gaya
gesekan yang terjadi antara perut dengan anggota tubuh lainnya.
1. Fase serebral
Adanya rangsangan sensoro yang diterima oleh reseptor di
korteks serebri dan melalui nervus vagus akan menstimulasi
10
pembentukan asetilkolin di akson terminal saraf parasimpatis pada sel
parietal lambung. Selanjutnya, asetilkolin inilah yang diduga
merangsang parietal sel dan chief sel untuk menghasilkan HCL dan
pepsinogen.
2. Fase gastrik
Fase gastrik dimulai setelah makanan berada di lambung.
Sekresi pada fase gastrik diperantarai oleh hormon gastrin. Pelepasan
hormon gastrin distimulasi oleh rangsangan neurogenik, rangsangan
vagal, maupun karena mekanisme peregangan akibat adanya
makanan.
Hormon gastrin menstimulasi sel parietal untuk mensekresi
asam lambung, sekresi pepsin, peningkatan sekresi instrinsik faktor.
Di samping itu, hormon gastrin dapat meningkatkan aliran darah
lambung, merangsang aktivitas lambung, serta merangsang pelepasan
insulin.
3. Fase intestinal
Fase intestinal dimulai ketika makanan masuk ke usus alus setelah
diasamkan di lambung. Pada fase ini, sekresi pepsin, mukus, dan asam
lambung menurun, karena dihambat oleh adanya pelepasan hormon
sekretin. Hormon sekretin juga berperan dalam proses pengosongan
lambung.
Lambung mengasilkan getah lambung sekitar 2500 ml/hari.
Adapun hasil sekresi getah lambung adalah HCL, intrinsik faktor,
pepsin, dan mukus.
HCL
HCL dihasilkan oleh sel parietal , pHnya sekitar 1,5-3 dan bersifat
korosif pada lapisan mukosa lambung, tetapi dapat dinetralisir oleh
adanya mukus, air, pepsin dan sodium bikarbonat (NaHCO3).
Sekresi asam lambung distimulus oleh histamin atau hormon
gastrin dan asetilkolin dan dihambat oleh prostalglandin,
enterogastrone, somastatin dan sekretin. HCL berfungsi untuk
11
mengaktifkan amilase saliva, menghambat dan mencegah infeksi
karena bakteri, mengubah pepsinogen menjadi pepsin.
Intrinsik faktor
Intrinsik faktor merupakan senyawa glikoprotein yang dihasilkan
oleh sel parietal lambung. Fungsi dari intrinsik faktor adalah
membantu absorpsi vitamin B12 di ileum. Vitamin B12 merupakan
komponen yang sangat penting dalam mempertahankan fungsi
serabut saraf dan pembentukan myelin di sumsum tulang belakang
serta berperan dalam eritropoisis ( pembentukan sel darah merah)
di sumsum tulang. Kekurnagn vitamin B 12 mengakibatkan anemia
megaloblastik.
Pepsin
Chief cell lambung mensekresi pepsinogen yang merupakan
prekusor pepsin. Pepsingen dengan cepat berubah menjadi pepsin
pada ph di bawah 5 dan kerja pepsin akan optimum pada pH 2.
Pepsin merupakan enzim proteolitik yang dapat memecah protein
menjadi polipeptida. Stimulasi produksi pepsinogen dipengaruhi
oleh adanya asetilkolin, gastrin dan sekretin selama proses
pencernaan makanan, dan kerja pepsinogen akan dihambat oleh
lingkungan yang alkali seperti pada duodenum.
Mukus
Mukus diproduksi oleh sel-sel mukus pada bagian leher, kardia dan
pylorik lambung. Mukus tersusun oleh protein mucin dan
glikoprotein dan menutupi lapisan mukosa.
12
Setelah lambung terisi penuh, kontraksi di daerah fundus mlai melemah
dan korpus menekan isi lambung. Kontraksi akan meningktakan tonus lambung
menyebar ke daerah korpus. Keaktifan antrum mencampur dan mengaduk isi
lambung secara cepat dan saksama dengan sekresi lambung, memecah
makanan menjadi partikel yang lebih kecil serta mengeluarkan isi lambung
yang sudah berupa khimus secara perlahan menuju duodenum karena pompaan
antrum pilorus. Kontraksi antrum akan diikuti oleh kontraksi pilorus dan
duodenum. Intensitas peristaltik antrum merupakan salah satu faktor utama
yang menentukan kecepatan pengosongan lambung. Bila tonus pilorus normal,
tiap gelombang peristaltik antrum yang kuat memaksa beberapa mililiter
khimus masuk ke duodenum.
Kecepatan pengosongan lambung diatur oleh isyarat dari lambung dan dari
duodenum. Isyarat dari lambung disebabkan oleh peregangan lambung oleh
makanan dan adanya hormon gastrin yang dikeluarkan dari mukosa antrum
akibat respon terhadap regangan dan adanya makanan dalam lambung. Kedua
isyarat tersebut meningkatkan tenaga pompa pilorus dan pada saat yang sama
menghambat poilorus, sehingga mempermudah proses pengosongan lambung.
Sebaliknya, isyarat dari duodenum menekan aktivitas pompa pilorus dan
pada umumnya meningkatkan tonus pilorus. Bila volume khimus yang masuk
pada duodenum berlebihan, maka terjadi umpan balik negatif yang kuat, yang
menekan pompa pilorus dan meningkatkan spingter pilorikum. Isyarat umpan
balik ini mencegah lebih banyak khimus masuk ke duodenum sampai ia dapat
diproses oleh usus halus.
Hormon gastrin yang dikeluarkan dari mukosa antrum mempunyai efek
yang kuat terhadap sekresi getah lambung yang sangat asam oleh glandula
gastritika dan mempunyai efek rangsangan yang kuat pada fungsi motorik
lambung. Namun, yang paling utama, gastrin berperan penting untuk
meningkatkan aktivitas pompa pilorus, sedangkan pada sat yang sama
merelaksasi pilorus itu sendiri.
Bila khimus memasuki duodenum, isyarat refleks saraf dihantarkan
kembali ke lambung untuk menghambat peristaltik antrum dan untuk
13
meningkatkan tonus pilorus. Hal ini disebut sebagai refleks enterogastrik.
Refleks enterogastrik ini berfungsi untuk membatasi pengosongan lambung
sampai usus halus dapat mengangkut khimus. Refleks enterogastrik
dihantarkan terutama melalui serabut saraf eferen dalam nervus vagus ke
batang otak dan kemudian kembali melalui serabut saraf eferen ke lambung.
Kecepatan pengosongan lambung bergantung pada jenis makanan yang
terdapat dalam lambung. Pengosongan lambung membutuhkan waktu sampai 5
jam dan dapat menjadi lebih lama apabila makanan banyak mengandung
lemak. Keadaan di duodenum dipengaruhi oleh volume peregangan dinding
lambung, keasaman lambung, hasil pencernaan protein, dan hasil sekresi
lemak. Keaktifan kuat lambung yang kosong dapat dirasakan dan menimbulkan
rasa nyeri samar disertai rasa lapar.
14
absorpsi dan memperluas permukaannya. Pada ujung dan pangkalnya
terdapat katup.
15
lakteal. Kemudian berjalan melalui pembuluh limfe masuk ke dalam
pembuluh kapiler darah di vili usus dan masuk ke vena porta untuk
mengalami beberapa perubahan.
16
kembali ke hati. Dari sini dipergunakan lagi untuk mengemulsi lemak
lagi dengan cara menyalurkan ke usus halus lagi.
Penyerapan protein
Di dalam usus halaus protein telah terhidrolisis secara lengkap
menjadi asam amino. Protein akan mengalamai proses konjugasi
dengan piridoksal-fosfat. Asam amino yang berasal dari derivat D
biasa diserap dengan proses difusi biasa. Dipeptida dan tripeptida
kadang-kadang juga dapat diabsorpsi maka biasanya terbentuk
antibodi dan biasanya banyak mengeluarkan histamin, keadaan inilah
yang dinamakan alergi.
17
mendekatkan kimus dengan permukaan mukosa yang dirangsang
oleh saraf simpatis.
4. Kontraksi vilus
Kontraksinya tidak teratur terutama bagian proksimal usus halus
membantu mengosongkan pembuluh lakteal sentral dan
meningkatkan aliran limfe.
5. Sfingter iliosekalis
Sfingter ileus melemas bila eristaltik ilium sampai di sfingter.
Sejumlah kecil kimus masuk ke dalam sekum. Regangan ilium
menjadi relaksasi untuk membantu pengososngan ileum. Regangan
sekum berkontraksi untuk pengososngan lebih lanjut terutama
dikordinasikan oleh neuron pleksus intrinsik.
6. Refleks gastroileal
Peningkatan fungsi sekresi dan motorik lambung. Kimus masuk ke
dalam sekum melalui refleks panjang.
18
yang lebih sederhana yang dapat diserap melalui dinding usus
halus ke dalam aliran darah dan limfe.
4. Mengabsorpsi air garam dan vitamin, protein dalam bentuk
asam amino, karbohidrat dalam bentuk monoksida. Makanan
yang telah diserap tersebut akan dikumpulkan di dalam vena-
vena halus kemudian berkumpul dalam vena yang besar,
bermuara ke dalam vena porta dan langsung dibawa ke hati. Di
samping itu, melalui sistem saluran limfe dari seluruh limfe
masing-masing akan bermuara ke dalam saluran limfe yang
besar (ductus thorasicus)masuk ke dalam vena jugularis.
5. Menggerakkan kandungan usus : Sepanjang usus halus oleh
kontraksi segmental pendek dan gelmbang cepat yang
menggerakkan kandungan usus sepanjang usus menjadi lebih
cepat.
Usus besar jauh lebih besar dari usus kecil dan dapat dibagi
menjadi 6 daerah yang berbeda, sekum, kolon asendens, kolon
transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, dan rektum.
19
a) Sekum
b) Kolon Asenden
Kolon adalah bagian terpanjang dari usus besar dan dimulai
dengan usus asenden, yang disebut demikian karena mulai di dasar
perut (kanan) dan bergerak ke atas menuju hati.
c) Kolon transversum
Kolon transversum bergerak dari kanan ke kiri, di perut.
Selain itu, usus besar transversum juga melekat pada perut oleh
sekelompok dari jaringan yang disebut omentum yang lebih besar.
d) Kolon desenden
Berjalan ke bawah dari kolon transversum adalah kolon
desenden yang terletak di sisi kiri perut dan berakhir ke bagian
terakhir dari usus besar disebut kolon sigmoid.
e) Kolon sigmoid
Terletak di sisi kiri bawah perut, kolon sigmoid adalah
struktur ‘berbentuk S’ bergabung dengan kolon desenden dan
rektum. Bagian dari usus besar dilapisi dengan jaringan otot yang
kuat yang memberikan usus besar kekuatannya untuk mengusir
sampah ke dalam rektum.
20
f) Rektum
Bagian terakhir dari usus besar disebut rektum. Rektum
berfungsi untuk menyimpan bahan limbah dalam bentuk feses
sampai diekskresikan keluar dari anus.
7. Pankreas (Pancreas)
21
berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam
lambung.
Fungsi Pankreas :
1. Fungsi Eksokrin
Fungsi Eksokrin, yang membentuk getah pankreas yang
berisi enzim-enzim pencernaan dan larutan berair yang
mengandung ion bikarbonat dalam konsentrasi tinggi. Produk
gabungan sel-sel asinar mengalir melalui duktus pankreas yang
menyatu melalui duktus empedu komunis dan masuk ke
duodenum di titik ampula hepatopankreas. Getah pankreas ini
dikirim ke dalam duodenum melalui duktus pankreatikus, yang
bermuara pada papila vateri yang terletak pada dinding
duodenum. Pankreas menerima darah dari arteri pankreatika
dan mengalirkan darahnya ke vena cava inferior melalui vena
pankreatika.
2. Fungsi Endokrin
Merupakan sekelompok kecil sel epitelium yang
berbentuk pulau-pulau kecil atau kepulauan langerhans, yang
bersama-sama membentuk organ endokrin yang
mensekresikan insulin dan glukagon yang langsung di alirkan
ke dalam peredaran darah dibawa ke jaringan tanpa melewati
duktus untuk membantu metabolisme karbohidrat.
22
mencerna protein dan polipeptida besar untuk membentuk
polipeptida dan peptida yang lebih kecil.
2. Kemotripsin, teraktivasi dari kemotripsinogen oleh tripsin.
Kemotripsin memiliki fungsi yang sama seperti tripsin terhadap
protein.
3. Karboksipeptidase, aminopeptidase, dan dipeptidase adalah enzim
yang melanjutkan proses pencernaan protein untuk menghasilkan
asam-asam amino bebas.
b) Lipase Pankreas
Yang menghidrolisi lemak menjadi asam lemak dan gliserol
setelah lemak di emulsi oleh garam-garam empedu.
c) Amilase Pankreas
Yang menghidrolisis zat tepung yang tidak tercerna oleh amilase
saliva menjadi disakarida (maltosa, sukrosa, laktosa)
23
8. Kantung Empedu (Gall Bladder)
24
9. Hati (Hepar)
25
1. Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah.
Aliran darah melalui hati sekitar 1100 ml darah mengalir
dari vena porta kesinosoid hati tiap menit, dan tambahan sekitar
350 ml lagi mengalir kesinosoid dari arteri hepatica, dengan total
rata-rata 1450 ml/menit.
2. Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian
besar sistem metabolisme tubuh.
Hepar melakukan fungsi spesifik dalam metabolisme
karbohidat, mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa,
glukoneogenesis membentuk banyak senyawa kimia penting dan
hasil perantara metabolisme karbohidrat serta menyimpan
glikogen.
3. Fungsi sekresi dan ekskresi
Yang berperan membentuk empedu yang mengalir melalui
saluran empedu ke saluran pencernaan.
4. Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
Dalam fungsinya sebagai metabolisme lemak, asam lemak
dipecah menjadi beberapa komponen, yaitu : Senyawa 4 karbon
(KETON BODIES), Senyawa 2 karbon – ACTIVE ACETATE ,
Pembentukan cholesterol, Pembentukan dan pemecahan
fosfolipid.
26
β – globulin hanya dibentuk di dalam hati.albumin mengandung ±
584 asam amino dengan BM 66.000.
27
kejenuhan oksigen hanya 70% sebab beberapa oksigen telah
diambil oleh limpa dan usus. Darah ini membawa kepada hati zat
makanan yang telah di absorbsi oleh mukosa usus halus. Vena
hepatika mengembalikan darah dari hati ke vena kava inferior.
Terdapat empat pembuluh darah utama yang menjelajahi
keseluruh hati, dua yang masuk yaitu arteri hepatika dan vena
porta, dan dua yang keluar yaitu vena hepatika dan saluran
empedu. Sinusoia mengosongkan isinya kedalam venulel yang
berada pada bagian tengah masing-masing lobulus hepatik dan
dinamakan vena sentralis, vena sentralis bersatu membentuk vena
hepatika yang merupakan drainase vena dari hati dan akan
mengalirkan isinya kedalam vena kava inferior didekat diafrafma
jadi terdapat dua sumber yang mengalirkan darah masuk kedalam
hati dan hanya terdapat satu lintasan keluar.
28
Fase pengendalian Gastrointesinal :
1. Fase sefalik
Fase ini dimulai dengan perangsangan reseptor di kepala (safelik).
Rangsangannya berupa penglihatan,pengecapan,dan mengunyah serta
berbagai keadaan emosional. Jalur eferen untuk perubahan refleks yang
ditimbulkan berbagai rangsangan yang melibatkan serat parasimpatis (nervus
vagus) dan serat simpatis. Serat ini mengaktifkan neuron dalam pleksus saraf
yang ada. Pada gilirannya mempengaruhi kegiatan sekresi dan kontraksi.
2. Fase gastrik
Merupakan pengaturan refleks yang dimulai oleh rangsangan yang
diberikan pada dinding lambung saat makanan mencapai lambung.
Rangsangannya berupa peregangan, asam, dan peptida hasil pencernaan
parsial protein. Jawaban atas rangsang tersebut berlangsung dengan perantara
pleksus saraf refleks pendek, saraf ekstrinsik (refleks panjang) dan pelepasan
hormon (gastrin).
3. Fase intestinal
Fase ini dimulai oleh rangsangan dalam lumen usus dengan
peregangan, keasaman, osmolaritas, beragai hasil pencernaan karbohidrat,
lemak, dn protein. Berlangsung dengan perantara refleks saraf panjang dan
pendek dengan pelepasan hormon sekretin dan CCK. Fase ini berlangsung
tida secara berurutan kecuali pada permulaan makan. Selama makan dan
periode absorpsi refleks yang khas untuk ketiga fase ini berlangsung
simultan.
Gerakan fungsional gastrointestinal meliputi gerakan propulsif dan
gerakan mencampur.
1. Gerakan propulsif (peristaltik). Gerakan ini menyebabkan makanan
bergerak maju sepanjang saluran dengan kecepatan yang sesuai, untuk
terjadinya pencernaan dan absorpsi. Peristaltik merupakan sifat yang
29
dimiliki banyak tabung otot polos, sintrum duktus-duktus kelenjar lain di
seluruh tubuh, ureter, dan otot lain di seluruh tubuh. Rangsangan umum
untuk peristaltik adalah peregangan usus yaitu sejumlah makanan
terkumpul pada bagian manapun dalam usus akan merangsang sistem
saraf enterik. Untuk menimbulkan kontraksi usus yang dapat
menimbulkan gerak peristaltik.
2. Gerakan mencampur. Gerakan mencampur berguna agar isi usus
sungguh-sungguh tercampur setiap waktu. Gerakan mencampur sifatnya
berbeda pada bsetiap bagian sistem pencernaan. Pada beberapa tempat
kontraksi peristaltik terjadi sebagian besar pencampuran. Bila pergerakan
maju maka isi usus dihambat oleh sebuah sfingter, sehingga gelombang
peristaltik dapat mengaduk isi usus dan menahan dorongan ke depan.
Pada saat lain kontraksi lokal terjadi setiap beberapa sentimeter dalam
dinding usus.
2. Hepatitis
Hepatitis adalah penyakit infeksi oleh virus yang menyerang organ hati
dan bersifat akut (tiba-tiba). 6 jenis virus penyebab hepatitis
30
menyebabkan tipe hepatitis yang berbeda yaitu virus hepatitis
A,B,C,D,E dan G. Gejala klinis awal terdapat keluhan seperti tidak
nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, dan lain-lain. Gejala ini terjadi
pada 1-2 minggu pertama sebelum akhirnya terjadi perubahan warna
urine. Selain itu warna pada mata dan kulit menjadi kuning menyolok
dan disertai rasa gatal pada kulit.
Jenis hepatitis
a) Hepatitis A
Disebabkan oleh virus hepatitis A yang menular dengan kontak
langsug dari tangan yang kotor dan dikeluarkan melalui tinja,
sehingga bila terkontaminasi akan menyebar ke orang lain. Gejala
Hepatitis A pada umumnya adalah badan panas ±39º celcius. Namun
biasanya penyakit ini bisa sembuh sendiri. Warna kuning dan warna
tinja akan normal dalam 4minggu sejak munculnya gejala klinis.
b) Hepatitis B
Disebabkan oleh virus hepatitis B yang banyak ditularkan melalui
jarum suntik atau seorang ibu kepada bayinya yang dilahirkan. Virus
hepatitis B dapat ditemukan hampir disemua cairan tubuh seperti air
ludah, air mata, cairan semen, cairan otak, bahkan air susu ibu (ASI).
c) Hepatitis C
Disebabkan oleh virus hepatitis C yang ditularkan melalui
transplantasi organ atau hubungan seksual (kontak yang erat pada
penderita). Hepatitis C kemungkinan menjadi hepatitis kronis lebih
besar sehingga tidak jarang berpuluh tahun kemudian penderita
dapat menjadi penderita sirosis (pengerasan sel hati) atau sel hati.
3. Maag (Gastritis)
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh
diet yang tidak benar, atau makanan yang berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit. Menurut Mansjoer, 2001 penyebab
gastritis adalah :
31
a) Gastritis Akut
1. Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan obat anti inflamasi
nonsteroid dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi
mukosa lambug.
2. Alkohol. Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada
dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan
terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
3. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar
4. Stress. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka
bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan
perdarahan pada lambung.
b) Gastritis Kronik
Pada gastritis kronik penyebabnya tidak jelas, tetapi berhubungan
dengan Helicobacter pylori, apalagi ditemukan ulkus pada
pemeriksaan penunjang.
4. Tukak Lambung
Tukak lambung merupakan salah satu gangguan gastrointestinal
utama, yang dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan dari faktor
agresif (asam lambung dan pepsin) dan faktor defensif (sekresi mukosa,
sekresi bikarbonat, aliran darah mukosa dan regenerasi epitel).
5. Kanker Lambung
Kanker lambung sering dimulai pada sisi dimana lapisan lambung
meradang. Tetapi banyak ahli yakin bahwa peradangan adalah akibat
dari kanker lambung, bukan sebagai penyebab kanker. Beberapa ahli
berpendapat, ulkus gastrikum bisa menyebabkan kanker. Tapi
kebanyakan penderita ulkus dan kanker lambung, kemungkinan sudah
mengidap kanker yang tidak terdeteksi sebelum tukaknya terbentuk.
Helicobacter pylori, kuman yang memegang peranan penting dalam
32
ulkus duodenalis, juga bisa berperan dalam terjadinya kanker lambung.
Polip lambung, suatu pertumbuhan jinak yang berbentuk bundar, yang
tumbuh ke dalam rongga lambung, diduga merupakan pertanda kanker
dan oleh karena itu polip selalu diangkat. Kanker mungkin terjadi
bersamaan dengan jenis polip tertentu, yaitu polip yang lebih besar dari
1,8 cm atau polip yang jumlahnya lebih dari 1.
33
Parotitis : Penyakit gondong yaitu penyakit yang disebabkan oleh
virus yang menyerang kelenjar air ludah di bagian bawah telinga,
akibatnya kelenjar ludah menjadi bengkak atau membesar.
Xerostomia adalah istilah bagi penyakit pada rongga mulut yang
ditandai dengan rendahnya produksi air ludah. Kondisi mulut yang
kering membuat makanan kurang tercerna dengan baik.
7. Refluks Gastroesofageal
Penyakit Refluks Gastroesofageal adalah suatu kondisi medis yang
ditandai dengan mengalirnya kembali isi dari lambung ke esofagus,
yang menyebabkan terjadinya peradangan pada esofagus. Kondisi ini
umumnya dikenal sebagai GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)
atau refluks asam lambung. Hal ini terjadi ketika bagian bawah dari
sfingter esofagus (lower esofageal sphincter /LES) terbuka secara
spontan dan tidak menutup dengan baik, yang menyebabkan isi dari
lambung naik kembali ke atas ke esofagus. Ketika refluks asam lambung
mencapai lapisan esofagus, hal ini menyebabkan heartburn. Heartburn
adalah sensasi terbakar pada dada atau tenggorokan. GERD adalah suatu
kondisi yang kronis dan biasanya berlangsung seumur hidup. Penyakit
Refluks Gastroesofageal yang berat dan lama dapat menyebabkan
esofagus Barrett, suatu kondisi medis dimana paparan jangka panjang
terhadap asam lambung menyebabkan perubahan abnormal pada sel-sel
di bagian bawah esofagus. Hal ini dapat meningkatkan resiko untuk
berkembangnya kanker esofagus.
8. Disfagia
Kesadaran subjektif akan adanya gangguan tansfor aktif zat yang
dimakan dari faring, merupakan gejala utama penyakit faring / esofagus.
Disfagia terjadi pada gangguan non esofagus yang merupakan akibat
penyakit otot atau neurologis (gangguan peredaran darah otak, miatenia
gravis : distropi otot dan polio bulbaris). Sebab-sebab motorik disfagia
34
dapat berupa ganguan peristaltik yang dapat berkurang, tidak ada atau
terganggu atau akibat difungsi sfingter atas atau bawah.
10. Odinofagia
35
12. Kanker Usus Besar
Kanker usus besar adalah jenis kanker yang cukup sering ditemui,
utamanya pada pria dan wanita berusia 50 tahun atau lebih. Pada pria,
kanker usus besar menempati urutan ketiga sebagai kanker tersering yang
ditemui setelah kanker prostat dan paru, sementara pada wanita, kanker
usus besar menempati urutan ketiga setelah kanker payudara dan serviks.
36
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem pencernaan adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi
untuk menerima makanan, dan kemudian mencernanya menjadi zat-zat gizi
dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut
dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu. Dimana pada tiap-tiap
organ memiliki fungsi yang spesifik sesuai dengan kegunaan organ tersebut.
Pada sistem pencernaan ini tiap organ yang ada didalamnya memiliki
keterkaitan satu dengan yang lainnya. Namun ada kalanya fungsi tersebut
tidak dapat berjalan dengan baik yang akhirnya menimbulkan suatu kelainan
pada organ pencernaan sehingga dapat mengganggu proses pencernaan itu
sendiri.
3.2 Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
Birawa, arga dkk. Nutrisi dan Pencernaan Makanan. [online] didapat dari
http://biologi.fst.unair.ac.id/matkul_S1bio/SemesterGasal/Bio.Umum/Kul.U
mum/nutrisidanpencernaanmanusia.ppt. diakses pada 30 November 2014
pukul 14:19 WIB
Limbong, Chandra, dkk. 2011. Makalah Biomedis Anatomi Dan Fisiologi Tubuh
Manusia [online] diakses pada 4 Desember 2014 pukul 12.34 WIB
Novel, Sinta Sasika, dkk. 2012. Biomedik. CV. Trans Info Medika; Jakarta.
38
Persify.2014.Penyakit Refluks Gastroesofageal [online] didapat dari
http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-
diseases/penyakit-refluks-gastroesofageal diakses pada 1 Desember 2014
pukul 06:23 WIB
Stikes Bakti Indonesia. Konsep Dasar Gangguan Esofagus. [online] didapat dari
http://baktiindonesia.net63.net/index.php?pilih=hal&id=10. diakses pada 26
November 2014 pukul 18:39 WIB
39