Anda di halaman 1dari 12

JST 6 (1) (2017)

JURNAL SENI TARI

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst

NILAI ESTETIKA BARONGAN WAHYU AROM JOYO DI DESA


GUNUNGSARI KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN
PATI
Isti Komariyah , Joko Wiyoso

Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Barongan Wahyu Arom Joyo merupakan salah satu kelompok kesenian Barongan di
Diterima April 2017 Kabupaten Pati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan nilai estetika
Disetujui Mei 2017 Barongan yang dilihat dari bentuk, isi dan penampilan. Metode yang digunakan yaitu deskriptif
kualitatif melalui pendekatan estetis dan koreografis.Peneliti juga menggunakan pendekatan
Dipublikasikan Juni 2017
Emik dan Etik. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisa tari berdasarkan teori
Adshead. Teknik keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai estetika Barongan dapat dilihat dari bentuk, isi dan penampilan.
Keyword: aesthetic value, form,
Bentuk pertunjukan Barongan nampak pada pola pertunjukannya yaitu pembuka, inti dan
Barongan
penutup serta aspek-aspek yang mendukung pertunjukan yaitu gerak, tema, alur cerita atau alur
dramatik, penari, pola lantai, ekspresi wajah/polatan, rias, busana, musik, panggung, properti,
pencahayaan, dan setting. Isi pertunjukan nampak pada gagasan yang berasal dari tema dan
cerita yang dibawakan, suasana yang ramai dan pesan yang berisi semangat kehidupan.
Penampilan nampak pada bakat dan keterampilan dari latihan.Pertunjukan Barongan tersusun
dari gerak yang peniruan binatang dan bersifat improvitatif dengan iringan yang meriah
memberikan kesan pertunjukan Barongan yang khas dan unik.

Abstract
Barongan Wahyu Arom Joyo is one of Barongan group in Pati regency. This study aims to describe the
aesthetic value of Barongan by the form, content and appearance. The method using descriptive qualitative
with aesthetic and choreographic approach. Researcher also using emic and etic approaches. Data collection
techniques in this study using observation, interview and documentation. Data were analyzed using dance
analysis based on the Adshead’s theory. Technique of authenticity data using triangulation techniques. The
result shows that the aesthetic value of Barongan Wahyu Arom Joyo Art can be seen by the form, content and
appearance of the Barongan performances. The structures of performance are opening, the core and the cover,
and the supporting aspects Barongan performances are motion, theme, storyline or groove dramatic, dancer,
patterns, expressions, make up, costume, music, stage, property, lighting, and setting. The contents of
performance appeared on idea from theme and story, the noisy atmosphere and and the message to contain
spirit of life. Appearance appears on the talents and skills from the practice. Barongan performances
composed of imitate an animal motion and improvisation with music to complete distinctive and unique of
Barongan performances.


Alamat korespondensi: © 2017 Universitas Negeri Semarang
Gedung B2 Lantai 2 FBS Unnes ISSN 2252- 6625
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: istikomariyahjateng@gmail.com
Isti Komariyah /Jurnal Seni Tari 6 (1) (2017)

PENDAHULUAN tariannya jika dilihat orang lain tampak menarik


dan menyenangkan. Setidaknya dimaksudkan
Barongan merupakan salah satu kesenian agar orang lain tahu, bahwa ia sedang melakukan
yang hidup dan berkembang di lingkungan atraksi menari apapun wujudnya (Wadiyo 2008:
masyarakat Pati. Kesenian Barong adalah sebuah 128).
tarian yang memakai kedok menggambarkan Barongan sebagai salah satu kesenian
sebagai binatang buas, pada umumnya Barong kerakyatan di Kabupaten Pati masih menyimpan
adalah sejenis binatang yang menyerupai singa keasliannya dengan mempertahankan fenomena
untuk memberikan hiburan di kalangan anggota kesurupan dalam setiap pertunjukannya sehingga
masyarakat, terutama masyarakat pedesaan pertunjukan Barongan ditampilkan di arena
(Efendi dan Kusumastuti 2012: 2). Kesenian terbuka. Tontonan disajikan di tengah
Barong ini banyak tumbuh dan berkembang di masyarakat, lengkap dengan lingkungan serta
pulau Jawa khususnya di Jawa Tengah yang sosial budaya yang menyertai. Semua unsur yang
masyarakat menyebutnya sebagai Barongan. ada di sekitar tempat pertunjukan menjadi bagian
Barongan merupakan bentuk tarian yang dari struktur pertunjukan (Martono 2012: 22).
menggunakan topeng besar berbentuk harimau Keindahan Barongan dapat dilihat dari
raksasa yang disebut Singabarong. Barongan bentuk, isi dan penampilannya. Berbagai unsur
dimainkan oleh dua orang penari yang disebut yang membangun pertunjukan Barongan
pembarong, yang masing-masing bertugas di menjadi alasan peneliti untuk mengkaji
depan sebagai kepala dan di bagian belakang mengenai Nilai Estetika Barongan Wahyu Arom
sebagai ekor (Slamet 2003: 2). Kesenian Joyo di Desa Gunungsari Kecamatan Tlogowungu
Barongan memberikan hiburan kepada Kabupaten Pati.
masyarakat serta memiliki nilai kepercayaan Masalah dalam penelitian ini adalah
mistis dan ritual yang sesuai dengan kepercayaan bagaimana nilai estetika Barongan dengan kajian
masyarakat setempat. Masyarakat juga mampu pokok bentuk, isi dan penampilan pertunjukan
memperoleh pengetahuan dan nilai-nilai Barongan Wahyu Arom Joyo di Desa Gunungsari
kehidupan sosial yang baik melalui jalan cerita Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati.
yang dimainkan dalam pertunjukan kesenian Berkaitan dengan itu, tujuan yang hendak
Barongan. Barongan hadir sebagai produk dicapai melalui penelitian ini adalah mengetahui
budaya yang dapat dipandang masyarakat dan mendiskripsikan nilai estetika Barongan
sebagai seni ritual dan seni hiburan masyarakat dengan tujuan kajian pokok yaitu bentuk, isi dan
yang memiliki nilai keindahan tersendiri. penampilan Barongan Wahyu Arom Joyo di Desa
Barongan Wahyu Arom Joyo merupakan Gunungsari Kecamatan Tlogowungu Kabupaten
salah satu kelompok kesenian tradisional Pati.
kerakyatan yang mementaskan kesenian Menurut Herimanto dan Winarno (2010:
Barongan di Kabupaten Pati khususya di Desa 30) estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang
Gunungsari Kecamatan Tlogowungu yang keindahan atau seni. Estetika berkaitan dengan
dipimpin oleh Sutomo. Kesenian Barongan ini nilai indah-jelek (tidak indah). Nilai estetik
banyak dipentaskan pada acara-acara warga berarti nilai tentang keindahan. Keindahan dapat
masyarakat baik dalam acara budaya seperti diberi makna secara luas, secara sempit, dan
sedekah bumi dan tradisi lamporan serta dalam estetik murni. Secara luas yaitu keindahan
acara pribadi seperti khitanan, pernikahan, dan mengandung ide kebaikan, secara sempit yaitu
acara tasyakuran lainnya. Barongan juga mampu keindahan terbatas pada lingkup persepsi
memberikan kesan keindahan melalui penglihatan (bentuk dan warna) dan secara
pertunjukan yang dibawakan. estetik murni yaitu menyangkut pengalaman
Barongan Pati tidak semata-mata disajikan estetik seseorang dalam hubungannya dengan
sekedar atraksi gerak Barongan saja melainkan segala sesuatu yang diresapinya melalui
dikonsep sedemikian rupa agar lebih bisa penglihatan, pendengaran, perabaan dan
dinikmati dan diminati oleh penonton. perasaan, yang semuanya dapat menimbulkan
Pertunjukan Barongan disajikan dengan persepsi (anggapan) indah.
kombinasi tari Gambyong Parianom, atraksi- Nilai estetis dapat dijelaskan menurut
atraksi, dan campursari sebagai kemasan properti dari sesuatu yang dinilai, menurut
pertunjukan yang menarik dan memiliki nilai dirinya sendiri, atau menurut kaitan dengan
estetetis tersendiri. Pertunjukan Barongan Pati sumber nilai lainnya. Nilai estetis terkait dengan
memiliki ciri khas tari kerakyatan masih sangat nilai sosial dan menjadi isu kebijakan publik
melekat. Tari kerakyatan sebagai sebuah bentuk dalam masyarakat. Sesuatu dianggap secara
tari yang bersifat spontan sekalipun, yang estetika bernilai ketika perhatian dan refleksi
ditarikan oleh perorangan dan/atau beberapa terhadap suatu properti intrinsik menghasilkan
orang secara bersama-sama yang tidak memakai kesenangan atau memberi kontribusi secara
rancangan gerak khusus, juga ditujukan agar positif pada urusan manusiawi lainnya. Nilai
Isti Komariyah /Jurnal Seni Tari 6 (1) (2017)

estetis adalah persoalan respons individual dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan
terhadap sesuatu dan konteks sosial budaya dari analisa tari berdasarkan teori Adshead yang
respons tersebut (Muelder 2010: 184). menganalisa tari dari ke dalam empat tahap yang
Menurut Djelantik (1999: 17) semua benda meliputi mengenali dan mendeskripsikan
atau peristiwa kesenian mengandung tiga aspek komponen-komponen pertunjukan tari seperti
yang mendasar yaitu wujud atau rupa gerak, penari, aspek visual, dan elemen-elemen
(appearance), bobot atau isi (content, Subtance) dan auditif. Tahap yang kedua yaitu memahami
penampilan atau penyajian (presentation). hubungan antara komponen pertunjukan dalam
Wujud dimaksudkannya kenyataan yang perjalanan ruang dan waktu: bentuk dan struktur
nampak secara konkrit (berarti dapat dipersepsi koreografi. Tahap ketiga berupa melakukan
dengan mata atau telinga) maupun kenyataan interpretasi berdasarkan konsep dan latar
yang tidak nampak secara konkrit, yakni yang belakang sosial, budaya, konteks pertunjukan,
abstrak, yang hanya bisa dibayangkan seperti gaya dan genre, tema/isi tarian, dan konsep
suatu yang diceritakan atau dibaca dalam buku. interpretasi spesifik. Tahap terakhir yang
Menurut Maryono (2012: 52) unsur-unsur tari dilakukan yaitu melakukan evaluasi. Teknik
yang berbentuk nonkebahasaan terdiri dari: 1) keabsahan data menggunakan teknik triangulasi
tema, 2) alur cerita atau alur dramatik, 3) gerak, atau pembanding.
4) penari, 5) pola lantai, 6) ekspresi
wajah/polatan, 7) rias, 8) busana, 9) musik, 10) HASIL DAN PEMBAHASAN
panggung, 11) properti, 12) pencahayaan, dan Bentuk Pertunjukan Barongan
13) setting. Bentuk pertunjukan kesenian Barongan
Isi atau bobot dari benda atau peristiwa Wahyu Arom Joyo dapat dilihat pada Pola
kesenian meliputi bukan hanya yang dilihat pertunjukannya yaitu pertunjukan yang
semata-mata tetapi juga apa yang dirasakan atau mendukung pertunjukan Barongan yaitu gerak,
dihayati sebagai makna dari wujud kesenian itu. tema, alur cerita atau alur dramatik, penari, pola
Bobot kesenian mempunyai tiga aspek yaitu lantai, ekspresi wajah/polatan, rias, busana,
suasana (mood), gagasan (idea), ibarat atau pesan musik, panggung, properti, pencahayaan, dan
(message). setting.
Penampilan dimaksudkan sebagai cara
bagaimana kesenian itu disajikan, disuguhkan Pola Pertunjukan Barongan
kepada yang menikmatinya yaitu sang pengamat. Pola pertunjukann Barongan di Desa
Untuk penampilan kesenian tiga unsur yang Gunungsari Kecamatan Tlogowungu Kabupaten
berperan yaitu bakat (talent), keterampilan (skill), Pati dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu
sarana atau media (medium atau vehicle). bagian awal atau pembuka, bagian inti dan
bagian penutup.
METODE Bagian awal pertunjukan dimulai
Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan dibunyikan lagu-lagu (gendhing) sebagai
kualitatif, dengan tujuan untuk menggambarkan penghantar. Rangkaian gendhing yang sudah
dan menjelaskan suatu keadaan sebagaimana ditentukan ini disebut talu atau patalon. Talu yang
adanya serta dapat dipertanggungjawabkan dimaksudkan adalah membunyikan beberapa
kebenarannya. Peneliti menggunakan gendhing dan nyanyian dengan karawitan Jawa
pendekatan penelitian estetis dan yang fungsinya untuk memberikan
koreografis.Pendekatan pertama yang digunakan penghormatan kepada para hadirin yang datang
sebagai landasan berfikir yaitu pendekatan estetis lebih awal sebelum acara dimulai. Gendhing yang
yang merupakan pendekatan yang mengarah digunakan yaitu Gendhing palaran sinom parijotho
pada suatu keindahan hasil karya atau suatu dan Ayun-ayun tanjung gunung. Pertunjukan
pertunjukan yang dikaji dari segi bentuk, isi dan Barongan dibuka dengan pertunjukan tari
penampilan Barongan. Pendekatan yang kedua Gambyong Parianom sebagai pertanda pembuka
yaitu koreografis yaitu untuk membantu pertunjukan dan sebagai penghormatan kepada
mengkaji mengenai struktur yang ada dalam para penonton yang telah hadir. Rangkaian
pertunjukan Barongan.Peneliti juga mengambil pembuka selanjutnya yaitu Reyogan yang
pendekatan Emik dimana data diperoleh dari merupakan tarian yang dibawakan sepasang
pengkategorian fenomena budaya menurut penari yang terdiri dari satu pria dan satu wanita
warga setempat yang memberi gambaran dengan membawa kuda dan tombak. Gerak yang
secermat mungkin mengenai suatu individu, dilakukan yaitu gerak-gerak sederhana dengan
keadaan, gejala atau kelompok-kelompok langkah-langkah kaki dan gerak perang antar
tertentu serta Etik dimana data yang diperoleh penari.
dari sudut pandang peneliti. Teknik Bagian inti pertunjukan Barongan
pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai dengan pembarong melakukan ritual.
menggunakan teknik observasi, wawancara dan Sebelum pembarong mengenakan topeng
Isti Komariyah /Jurnal Seni Tari 6 (1) (2017)

Barongan, maka Barongan terlebih dahulu Tema dalam pertunjukan Barongan


Barongan dibacakan doa-doa dengan alat sesaji mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat
berupa kembang boreh, dan kemenyan. Mulut diperoleh dari pertunjukan Barongan yaitu nilai
Barongan dibuka agar asap dupa dan kemenyan kerukunan, kebersamaan, sifat keteladanan,
masuk ke dalam tubuh Barongan. Hal ini dikenal kegotong-royongan, keharmonisan, dan
sebagai upaya memberi makan Barongan. kebahagiaan. Tema yang diambil dalam
Setelah mulut Barongan dibuka, Barongan tidak pertunjukan Barongan yaitu menampilkan tema
langsung dipakai oleh pembarong melainkan keprajuritan yaitu kebaikan melawan kejahatan.
kepala Barongan dibuat gerak caplokan atau Jenis tema yang dipilih dalam pertunjukan
thathakan dan dikibas-kibaskan agar terlebih Barongan bersumber dari cerita Geger Kediri.
dahulu menyatu dengan doa yang telah Cerita Geger Kediri dipadukan dengan guyon
dilakukan dan menyatu pula dengan pembarong. maton biasa dipentaskan pada siang hari
Pertunjukan Barongan dimulai dengan Barongan sedangkan pada malam hari lebih sering
nrunthung atau kiprahan Barongan. Fenomena mengangkat Guyon Maton saja. Kesatuan yang
kesurupan dalam gerak Barongan merupakan utuh dari tema yang diangkat dalam pertunjukan
satu kesatuan yang utuh. Pemain yang bertugas Barongan yaitu tema keprajuritan mampu
sebagai kepala lebih sering kesurupan pada memiliki nilai estetik sehingga maksud dari tema
pertengahan tarian sehingga harus berganti pertunjukan akan tersampaikan kepada
pemain Barongan yang berada di kepala. Tarian penonton, sehingga nilai-nilai kerukunan,
Barongan berakhir setelah Barongan perang kebersamaan, sifat keteladanan, kegotong-
melawan badut dan Barongan kalah sehingga royongan, keharmonisan, dan kebahagiaan akan
menandakan kalahnya keburukan atau benar-benar dirasakan oleh para penikmat
kejahatan. Barongan.
Pada bagian penutup pertunjukan
kesenian Barongan terdapat 4 bagian sebelum Alur Cerita atau Alur Dramatik
pertunjukan selesai yaitu laburan, ledhekan, males Pertunjukan Barongan Wahyu Arom Joyo
laburan dan atraksi-atraksi. Adegan laburan menggunakan alur cerita atau alur dramatik yang
merupakan adegan lawakan yang dimainkan dibentuk dari cerita. Pertunjukan Barongan
oleh pemain dagelan dengan ditandai adanya dibentuk dari cerita geger kediri dipadukan
laburan yaitu saling memoles wajah antar penari dengan guyon maton yaitu dagelan atau lawakan.
dengan tepung yang dicairkan dengan air Cerita Barongan bersumber dari
sehingga terjadi canda tawa penonton kemudian cuplikan cerita Geger Kediri yaitu Mbok Rondo
dilanjutkan ledhekan. Adegan ledhekan yaitu Dadapan mempunyai anak bernama Pahing.
bagian hiburan yang menampilkan penari-penari Pahing mempunyai rupa yang jelek, kerdil dan
wanita sejumlah penari yang merangkap menari cacat. Pahing memiliki keinginan untuk
Gambyong Parianom di bagian awal. Bagian ini mempersunting Dewi Sekartaji padahal
menampilkan hiburan campursari dan tayuban. sebenarnya Dewi Sekartaji sudah dijodohkan
Para penari menyanyikan lagu-lagu campursari dengan Inu Kertopati atau Badut. Saat Pahing
sesuai permintaan penonton dan dilanjutkan dan Badut hendak melamar Dewi Sekartaji, di
dengan tayuban yaitu penari wanita menari jalan bertemu dengan musuh yaitu Gembong
bersama dengan penonton atau penari laki-laki Kamijoyo yang berwujud Barongan yang diutus
yang ada. Bagian penutup pertunjukan Barongan Prabu Klana Jaya. Badut dan Barongan akhirnya
selanjutnya yaitu males laburan yaitu adegan perang sampai diantara Badut dan Barongan
lawakan yang membalas orang-orang yang belum ada yang kalah dan kembali ke asal tanpa
memoles wajah dengan tepung baru kemudian di ada hasil.
tutup dengan atraksi-atraksi. Atraksi tersebut Nilai estetis pertunjukan Barongan
berupa atraksi jaran kepang mangan pari, jaran Wahyu Arom Joyo dari segi alur cerita nampak
kepang mangan lompong, kethek-kethekan, kekebalan, dari cerita yang ada dalam pertunjukan
atraksi celeng, bajing mangan klopo, atraksi tidur di Barongan. Alur cerita Barongan diwujudkan
atas pedang, atraksi menjilat pedang panas, dan dengan kesatuan yang utuh dari cerita yang
laesan yaitu seorang penari pria ditali rapat dibawakan yang tersaji melalui gerak, iringan,
badannya kemudian ditutup dengan kurungan rias busana, serta lawakan-lawakan dan atraksi-
yang dibalut kain dan diputari oleh penari atraksi.
lainnya setelah kurungan dibuka maka penari
yang diikat akan lepas ikatannya dan hal itu Penari
berarti pula untuk menutup pertunjukan kesenian Penari dalam pertujukan Barongan
Barongan. merupakan bagian pokok jalannya pertunjukan
Barongan. Penari Barongan selain sebagai
Aspek-Aspek Pertunjukan Kesenian Barongan penyampai isi juga sebagai penyampai nilai
Tema estetis sajian Barongan untuk penonton.
Isti Komariyah /Jurnal Seni Tari 6 (1) (2017)

Kelompok kesenian Barongan Wahyu Arom Joyo penonton untuk menikmati nilai estetika
terdiri dari pemain pria dan wanita yang berusia pertunjukan Barongan.
20 tahun sampai 55 tahun. Jumlah penari yang
ada dalam pementasan Barongan berjumlah 17 Gerak
orang yang masing-masing memiliki peran dan Ragam gerak yang dilakukan dalam
tugas masing-masing. Penari wanita dalam pertunjukan Barongan Wahyu Arom Joyo
pertunjukan Barongan yang berjumlah 5 orang menggunakan semua elemen tubuh baik kepala,
yang bertugas dalam tari Gambyong dan tangan, badan dan kaki. Arah hadap yang
merangkap ledhekan dan satu orang penari digunakan yaitu menghadap ke arah penonoton
reyogan. Penari pria berjumlah 11 orang yang karena penonton bisa melihat gerak penari dari
terdiri 4 orang pelawak, 1 orang reyogan, 2 orang berbagai arah baik depan, belakang, pojok kanan
pembarong, 1 orang badut dan 3 orang sebagai dan juga pojok kiri. Gerak yang dilakukan penari
pemain atraksi. Keterbatasan jumlah pemain Barongan lebih bersifat improvitatif karena gerak
Barongan membuat penari harus merangkap atau penari Barongan tidak ada hitungan tetap, hanya
memainkan dua peran dalam sekali pementasan. mengikuti alunan iringan gamelan dan gerak
Contohnya penari Gambyong merangkap penari yang dilakukan bersifat spontanitas namun tetap
ledhekan, pemain atraksi merangkap menjadi memberi nilai estetis gerak Barongan.
pembarong dan penari merangkap pemusik. Ragam gerak yang inti dalam
Peran yang dibawakan para pemain pertunjukan Barongan yaitu dekeman, caplokan,
yaitu penari Gambyong, penari ledhekan, penari tolehan, kucingan, glundhungan, makan sesaji,
reyogan, pembarong, badut, pelawak dan pemain caplokan, kesurupan, tolehan berdiri, Barongan
atraksi. Penari Gambyong merupakan penari mengitari rumah yang punya hajat dan perang
wanita yang menarikan tari Gambyong Parianom dengan badut.
pada awal sajian biasanya berjumlah 4-6 orang. Ragam gerak yang terdapat dalam
Penari ledhekan bertugas menyanyi dan menari pertunjukan Barongan Wahyu Arom Joyo mampu
lagu-lagu campursari dan tembang-tembang menimbulkan kesan dinamis, enerjik, gagah, dan
bercirikan tayub yang biasanya terdiri dari 4-6 mistis sehingga memberi nilai artistik bagi para
orang yang dibawakan oleh penari wanita. penikmatnya. Hal tersebut nampak pada
Penari reyogan merupakan sepasang penari pria koordinasi antara unsur tubuh yang digunakan
dan wanita yang menari dengan membawa kuda untuk bergerak antar penari yang bertugas
dan tongkat. Pembarong merupakan penari yang sebagai kepala dan penari yang bertugas sebagai
bertugas memainkan Barongan, satu bertugas ekor yang meliputi unsur kepala, tangan, badan
memegang kepala dan satunya bertugas sebagai dan kaki. Kesan dinamis, enerjik dan gagah
ekor. Badut merupakan orang yang menjadi terdapat pada gerak kepala Barongan dengan
Panji Inu Kerta Pati yang ditampilkan oleh penai tolehan yang patah-patah, gerak tangan yang
pria. Pelawak adalah orang yang bertugas cekatan untuk menggerakkan Barongan dan
melucu sesuai tema yang dibawakan dalam perilaku tangan hewan, sikap badan yang selalu
pertujukan Barongan. Pemain atraksi adalah berubah-ubah, gerakan kaki yang lincah pada
orang yang bertugas memainkan atraksi-atraksi saat bergerak. Kesan mistis juga terdapat pada
yang dibawakan oleh pemain pria. saat gerak memakan sesaji dan gerak kesurupan
Nilai estetis penari nampak pada peran- karena penari menjadi tidak kontrol geraknya.
peran yang dibawakan serta yang melekat dalam Kesan-kesan yang nampak pada gerak yang
diri penari. Penari Gambyong memiliki keindahan dilakukan oleh penari barong mampu
gerak yang lembut namun terkesan genit, busana memberikan nilai estetis.
yang pas dengan ukuran badan, serta rias wajah Ekspresi pembarong diwujudkan melalui
dan rambut yang memberi kesan anggun. gerak topeng Barongan seperti gerak spontan ke
Keindahan penari ledhekan nampak pada suara kanan dan kiri mengekspresikan Barongan yang
yang nyaring, goyangan pinggul yang memberi sedang melihat suasana disekelilingnya juga
kesan erotis, rias wajah dan rambut yang untuk melihat mangsa. Ekspresi wajah/polatan
memberi kesan cantik, segar dan genit. pemain barong lainnya seperti penari Gambyong,
Pembarong memiliki keindahan pada ketegasan ledhekan, reyogan, guyon maton dan pemain atraksi
pemakaian Barongan dan gerak-gerak yang lebih banyak mengekspresikan sesuai tugas atau
dilakukan. Badut memiliki keindahan pada gerak peran yang dimainkan. Penari Gambyong dan
yang dilakukan bersama dengan Barongan. ledhekan lebih banyak mengekspresikan
Keindahan pelawak nampak pada rias wajah kegembiraan. Penari guyon maton lebih
yang lucu dan lawakan yang dibawakan serta mengekspresikan kelucuan dan kegembiraan.
pemain atraksi memiliki kekebalan tubuh yang Badut dan pemain atraksi lebih banyak
kuat, bentuk keunikan atraksi yang dibawakan mengekspresikan keseriusan, ketegasan dan
yang bervariasi sehingga menambah minat ketajaman gerak.
Isti Komariyah /Jurnal Seni Tari 6 (1) (2017)

Nilai estetis gerak Barongan akan goresan warna kuning dan merah serta memiliki
nampak pada koordinasi elemen-elemen tubuh dua gigi di bawah hidung. Cara pemakaiannya
baik kepala, tangan, badan dan kaki. Koordinasi yaitu tempelkan di wajah dan di tali pada kepala
gerak antara pemain Barongan yang bertugas bagian belakang. Bentuk topeng yang sederhana
sebagai kepala dengan ekor yang seimbang akan memberi kesan kesederhanaan dan halus.
nampak lebih indah. Ragam gerak yang terdapat Rias yang digunakan oleh pemain guyon
dalam pertunjukan Barongan yang menimbulkan maton/dagelan adalah bentuk rias-rias yang lucu.
kesan dinamis, enerjik, gagah, dan mistis Rias yang digunakan hanya menambah bulatan-
sehingga memberi nilai artistik. Nilai estetis bulatan pada wajah seperti di hidung, pipi, dagu
Barongan juga ditambah dengan pola lantai yang dan jidat. Tujuan rias ini untuk menghibur
bersifat sederhana sehingga tidak ada pola lantai penonton dengan wajah yang lucu sehingga
baku dalam setiap pertunjukan. Gerak yang goresan rias antar pemain yang satu dengan yang
dilakukan tari Barongan cenderung berlevel lain berbeda. Tata hubungan yang dirias dari
rendah dengan ditambah ekspresi pembarong yang bentuk bulatan di hidung, warna eyeshadow yang
diwujudkan melalui gerak topeng Barongan cerah dan berwarna warni, serta lipstick yang
seperti gerak spontan ke kanan dan kiri merah dan dibentuk melebar memberi kesan lucu
mengekspresikan Barongan yang sedang melihat dan menghibur.
suasana disekelilingnya dan melihat mangsa. Ciri khas rias wajah penari reyogan putri
Ekspresi yang ditampilkan para penari menyatu yaitu rias yang digunakan cenderung lebih tebal,
menjadi sajian pertunjukan yang menarik garis-garis rias yang dibuat penari lebih tegas
perhatian penonton. seperti pada alis hitam dan mata. Warna
Rias dan Busana eyeshadow menggunakan merah dipadu warna
Tata rias pada pertunjukan Barongan kuning emas serta dengan menggunakan lipstik
Wahyu Arom Joyo diperlukan untuk dan perona pipi dengan warna merah yang lebih
menggambarkan watak-watak yang diperankan menyala sehingga memberi kesan cantik namun
pemain dan pendukung dalam pertunjukan berani. Ciri khas penari reyogan putra cenderung
Barongan. Tata rias yang digunakan antar penari tebal, warna eyeshadow cokelat, alis hitam tebal
berbeda-beda sesuai dengan peran dan tugas sehingga memberi kesan yang gagah dan berani.
masing-masing penari. Nilai estetis rias dalam pertunjukan
Pembarong yang terdiri dari pembarong Barongan Wahyu Arom Joyo nampak pada
kepala dan ekor tidak menggunakan rias wajah kesatuan yang utuh dari bagain-bagian yang
namun hanya memakai topeng barong. Bentuk dirias baik mata, hidung, pipi, bibir dan wajah
topeng yang digunakan seperti harimau dengan secara keseluruhan. Keunikan rias yang
gigi taring kanan dan kiri. Bentuk wajah berbulu bervariasi antara penari yang satu dengan yang
dengan mata yang tajam dan rambut dari bulu- lain sesuai dengan peran yang dibawakan akan
bulu. Cara pemakaiannya yaitu penari masuk ke menambah nilai artistik pertunjukan Barongan.
dalam kepala Barongan. Topeng Barongan Bentuk topeng barong yang memberi kesan ganas
memberi kesan keindahan berupa ganas, seram dan garang menjadi nilai estetik Barongan. Rias
dan buas. wajah yang dipakai oleh penari Gambyong dan
Tata rias yang digunakan penari penari ledhekan juga memiliki nilai estetis pada
Gambyong dan penari ledhekan yaitu tata rias pemilihan warna yang cerah dan menyala seperti
korektif dengan ciri khas rias yang digunakan pada eyeshadow merah atau emas, perona pipi
cenderung lebih tebal karena penari Gambyong di merah dan lipstick merah memberi kesan cantik,
awal pertunjukan merangkap lagi sebagai penari segar, genit dan terkesan menggoda penonton
ledhekan di tengah-tengah pertunjukan. Garis- yang melihatnya. Lain halnya dengan rias
garis goresan rias yang dibuat penari lebih tegas pemain pelawak/dagelan yang terkesan lucu
seperti pada alis dan mata. Warna eyeshadow karena menggunakan bentuk-bentuk garis rias
menggunakan warna-warna terang seperti warna yang unik seperti bulat-bulatan di hidung.
kuning emas dan merah. Lipstik dan perona pipi Keunikan-keunikan yang dimiliki oleh rias dan
menggunakan warna merah yang lebih menyala. topeng yang dipakai oleh pemain Barongan
Penggunaan warna-warna cerah dan menyala Wahyu Arom Joyo akan menjadi nilai estetik
pada eyeshadow, lipstick, dan perona pipi memberi pertunjukan Barongan.
kesan genit, dan menggoda. Tata hubungan yang Setelah mengetahui rias wajah yang
dirias dari bentuk alis yang meninggi, bulu mata digunakan oleh para penari maka salah satu hal
yang tebal, bedak yang tebal, eyeshadow, lipstick, penting yang melengkapi pertunjukan adalah
dan perona pipi yang merah menyala memberi busana. Busana tari merupakan segala sesuatu
kesan penari cantik, segar, genit dan menggoda. yang melekat di badan yang mendukung sajian
Badut tidak menggunakan rias wajah tari. Fungsi busana dalam tari adalah untuk
namun hanya memakai topeng. Bentuk topeng mendukung tema atau isi tari, dan untuk
yang digunakan yaitu berwarna hitam dengan memperjelas peran-peran dalam suatu sajian tari.
Isti Komariyah /Jurnal Seni Tari 6 (1) (2017)

Tata busana yang digunakan antar penari Busana yang dipakai penari ledhekan
berbeda-beda sesuai dengan peran dan tugas meliputi rok panjang pres badan dan baju lengan
masing-masing penari. pendek dengan penataan rambut berponi dan
Busana pembarong yang terdiri dari pembarong rambut menjulang tinggi dengan diberi hiasan
kepala dan ekor menggunakan busana yang bunga-bunga serta memakai aksesoris anting-
sederhana. Busana yang digunakan terdiri dari anting atau giwang dan kalung. Warna busana
celana panjang komprang atau lebar, kaos dan yang dipakai penari berwarna terang dan
ikat kepala. Pakaian pembarong sederhana dan terkesan meriah seperti warna merah, jingga, dan
hanya memakai kaos tujuannya yaitu agar penari merah muda. Keseluruhan tatanan busana penari
merasa nyaman apabila masuk ke dalam ledhekan memberi kesan cantik. Pemakaian
Barongan. Kostum inti Barongan pada busana yang sesuai dengan bentuk badan dan
pertunjukan Barongan terdiri dari tiga bagian menggunakan warna yang cerah ditambah
yaitu topeng Barongan, badan Barongan dan dengan penataan rambut yang tinggi dengan
ekor. Topeng Barongan berbentuk kepala hiasan aksesoris bunga memberi kesan penari
harimau raksasa, berambut gimbal. Topeng cantik, genit dan menggoda.
terbuat dari kayu dhadhap dan dilapisi dengan Penari reyog yang terdiri dari satu penari
kulit harimau, rambut dari ijuk. Topeng putra dan satu penari putri memiliki bentuk
Barongan dipakai oleh pembarong depan yang busana yang berbeda-beda. Penari reyog putra
bertugas sebagai kepala. Badan Barongan terbuat memakai celana pendek, rompi, kain jarik, slepe,
dari kain motif kulit harimau. Ekor terbuat dari dan ikat kepala. Kesatuan tata hubungan busana
ekor lembu yang dipegang pembarong belakang. yang dipakai penari putra memberi kesan gagah
Bentuk topeng barong ini memberi kesan seram, berani. Adapun busana yang digunakan penari
gagah dan buas. reyog putri memakai kain jarik, celana leging,
Busana yang dikenakan oleh penari streples atau kamisol, baju lengan pendek, slepe
Gambyong berbeda pada Gambyong umumnya. dan jamang serta mamakai aksesoris giwang atau
Busana yang digunakan sama dengan penari anting-anting dan kalung. Kesatuan tata
ledhek tayub di Pati. Sehingga busana yang hubungan busana yang dipakai penari putri
digunakan lebih sederhana. Busana yang dipakai memberi kesan cantik namun tetap memberi
penari terdiri dari kain jarik, stagen, baju kebaya kesan gagah berani.
pendek, sampur, dan sabuk. Pelengkap busana Nilai estetis busana pada pertunjukan
agar lebih menarik yaitu dengan penataan Barongan nampak pada variasi busana yang
rambut dengan menggunakan sanggul tekuk berbeda-beda yang disesuaikan dengan peran
dengan dihiasi melati di atasnya. Busana penari yang dibawakan oleh para penari. Busana
yang sederhana dengan pemakaian baju dan kain pembarong yang sederhana memberi kesan gagah
jarik yang pas dengan ukuran badan memberi dan tangkas. Busana penari Gambyong memberi
kesan menggoda, ditambah dengan penataan kesan cantik dan anggun. Busana penari reyogan
rambut yang memakai sanggul tekuk memberi memberi kesan prajurit yang gagah, berani,
kesan wanita Jawa yang anggun dan cantik. namun tetap tidak meninggalkan kesan cantik
Penambahan aksesoris giwang, kalung dan dan tampan. Busana dagelan mencerminkan sifat
bunga melati memberi kesan cantik dan anggun, yang lucu. Pemilihan busana yang bersifat
keseluruhan tata hubungan rias wajah, busana sederhana namun memberi kenyamanan kepada
dan rambut membuat penari Gambyong terkesan para penari yang memakainya. Busana dipilih
anggun, cantik, segar dan menggoda. dengan warna-warna yang cerah memberi kesan
Badut menggunakan busana yang meriah, ceria dan bersifat menghibur. Warna
sederhana yaitu celana motif pendek, kaos yang digunakan yaitu merah, jingga, kuning, dan
bergaris, rompi, slendang, dan ikat kepala. biru yang mencerminkan keceriaan para
Keseluruhan pemakaian kostum badut memberi pemakainya.
kesan sederhana namun tetap gagah berani. Nilai estetis rias dan busana dalam
Busana yang dikenakan pemain guyon pertunjukan Barongan Wahyu Arom Joyo terletak
maton/dagelan berbeda-beda antar penari. Ada pada kesatuan yang utuh dari bagain-bagian yang
yang lebih suka memakai rompi dan ada pula dirias mulai dari wajah, rambut, dan seluruh
yang berlengan panjang. Busana yang dikenakan anggota badan. Variasi rias dan busana yang
terdiri atas celana pendek, kain jarek, stagen, berbeda-beda dengan disesuaikan peran yang
baju lengan panjang atau rompi, dan ikat kepala. dibawakan oleh para penari menjadi nilai estetis
Pemakaian kostum yang berbeda-beda antar tersendiri bagi pertunjukan Barongan. Bentuk
pemain memberi kesan kesederhanaan namun topeng barong yang dipadu dengan kain motif
tetap lucu sesuai peran yang dibawakan. bergaris seperti kulit hewan harimau lebih
Kesatuan antara rias wajah dan pemakaian memberi kesan ganas dan garang Barongan
busana semakin menambah pemain terkesan sebagai penari utama. Selain itu, penggunaan
lucu. warna-warna yang cerah pada pemilihan rias
Isti Komariyah /Jurnal Seni Tari 6 (1) (2017)

wajah dan busana yang dikenakan pemain badut menggunakan tempo yang sedang.
Barongan Wahyu Arom Joyo yang bersifat Perbedaan irama gendhing membuat pertunjukan
sederhana dan hanya seadanya memberi kesan gerak Barongan tidak memberi kesan
lebih menghibur, segar, genit dan terkesan membosankan. Perpindahan gendhing dan
menggoda penonton. Keunikan-keunikan yang tembang sebagai penanda perpindahan adegan
dimiliki oleh rias dan topeng yang dipakai oleh yang dilakukan dalam pertunjukan gerak
pemain Barongan menjadi nilai estetik Barongan menjadi ciri khas pertunjukan
pertunjukan Barongan Wahyu Arom Joyo. Barongan. Keramaian alat musik yang
digunakan dari perpaduan kendhang Jawa dan
Musik/Iringan kendhang jaipong, kempul, gong, kenong, demung,
Pertunjukan Barongan Wahyu Arom Joyo saron, saron penerus, jidor, simbal, kecrek, keprak,
menggunakan musik pengiring berupa gamelan dan ditambah dengan ketipung untuk menambah
Jawa yaitu seperangkat gamelan pelog dan ramainya tembang-tembang campursari dengan
slendro. Musik dalam pertunjukan Barongan dinamika tempo cempat dan lambat memiliki
Wahyu Arom Joyo berfungsi sebagai iringan atau sumbangan yang penting untuk gerak Barongan
partner gerak, sebagai penegasan gerak, dan sehingga menjadi satu kemasan pertunjukan
sebagai ilustrasi atau membangun suasana Barongan yang lengkap.
dalam pertunjukan Barongan agar dapat
mendukung karakter dalam tarian. Alat musik Panggung atau Tempat Pertunjukan
yang digunakan yaitu kendhang Jawa dan Tempat yang digunakan untuk
kendhang jaipong, kempul, gong, kenong, demung, pertunjukan kesenian Barongan Wahyu Arom
saron, saron penerus, jidor, simbal, kecrek, keprak, dan Joyo membutuhkan ruang dan arena yang luas,
ketipung. sehingga dalam pertunjukan pertunjukan
Penyajian iringan gamelan ini Barongan berada di arena terbuka dengan posisi
dikombinasikan dengan sindhen yang penonton melingkari area pertunjukan. Jenis
melantunkan tembang-tembang Jawa. Sinden penggung atau tempat pertunjukan Barongan
merupakan penyanyi wanita pada seni gamelan. Wahyu Arom Joyo disebut sebagai panggung
Gendhing yang digunakan pada saat tarian terbuka. Panggung terbuka yang berbentuk
Barongan yaitu gambuh kapalan, trunthungan atau halaman dan sifatnya alami atau tepat untuk
kiprahan Barongan dan srepeg mataram. Tidak ada pertunjukan jenis-jenis tari rakyat seperti
patokan tembang wajib namun hanya Barongan Wahyu Arom Joyo. Penonton dapat
menggunakan tembang-tembang campursari. menyaksikan pertunjukan Barongan dari
Tembang yang sering digunakan yaitu tembang berbagai arah baik dari depan, belakang kanan
Sri huning dan Ali-ali. dan kiri. Tempat Pertunjukan Barongan lebih
Notasi garap yang ada dalam sering bertempat di tanah langsung dan tidak
pertunjukan Barongan Wahyu Arom Joyo yaitu berada di atas panggung. Bagian atas tempat
terdiri dari lancaran gambuh kapalan, truntungan pertunjukan hanya diberi terpal sebagai penutup
bajag lan kayon srepeg 6 dan srepeg metaram. agar menghindarkan penari dari panas. Nilai
Gambuh kapalan digunakan sebelum Barongan estetis tempat pertunjukan Barongan nampak
melakukan gerak yaitu pada saat membakar pada tempat pertunjukan yang sederhana dan
kemenyan pada mulut Barongan. Begitu masuk berada langsung di atas tanah serta menyatu
pada trunthungan atau kiprahan Barongan maka dengan penonton sehingga nampak keaslian dan
menggunakan iringan truthungan bajag lan kayon ciri khas dari pertunjukan Barongan.
srepeg 6. Pada iringan ini ditambah pula dengan
tembang-tembangan yaitu Sri huning dan Ali-ali. Properti
Pada bagian perang antara Barongan dengan Properti dalam pertunjukan Barongan
badut maka iringan berganti menggunakan Srepeg memiliki berbagai fungsi baik sebagai senjata,
Metaram. sarana ekspresi dan sarana simbolik. Properti
Nilai estetis Barongan nampak pada yang digunakan dalam pertunjukan kesenian
keselarasan antara iringan dengan gerak yang Barongan yaitu Barongan, kuda/jaran kepang,
dilakukan pembarong. Pembarong bergerak tongkat, kapak, topeng badut dan pecut.
mengikuti alunan-alunan gendhing yang ada Nilai estetis properti dalam pertunjukan
sebagai patokan gerak karena gerak Barongan Barongan nampak pada variasi bentuk-bentuk
lebih banyak menggunakan gerak-gerak properti serta kegunaan properti yang digunakan
improvitatif. Penggunaan iringan selalu dalam pertunjukan Barongan. Properti juga
menggunakan tempo yang bervariasi. Pada awal mampu menegaskan karakter dari setiap peran
gerak Barongan menggunakan tempo iringan yang dibawakan oleh penari. Bentuk Barongan
yang pelan, pada kiprahan Barongan sebagai properti utama memberi kesan gagah,
menggunakan tempo iringan yang kuat dan cepat berani dan terkesan menakutkan dengan dibantu
sedangkan pada perangan Barongan melawan cambukan dari pecut atau cambuk. Kuda atau
Isti Komariyah /Jurnal Seni Tari 6 (1) (2017)

jaran kepang dan tongkat merupakan kesatuan selamat. Peletakan sesaji dan tebu sebagai setting
properti yang dipakai dalam reyogan sehingga juga menunjang gerak yang dilakukan para
menambah keindahan penari dengan pemain. Pembarong dalam gerak memakan sesaji
menggunakan properti kuda atau jaran kepang tentu memakan sesaji yang ada di sebelah kanan
dan tongkat sehingga terkesan berani dan itu, sedangkan peletakan tebu di tiang biasanya
tangkas. Kapak dan topeng badut membantu sebagai media atraksi para pemain atraksi seperti
memperindah gerak badut dan memberi kesan dalam atraksi kethek-kethekan atau atraksi celeng.
yang berani. Kesan-kesan yang nampak dari Adapun sesaji yang digunakan dalam
penggunaan properti dalam pertunjukan pementasan Barongan meliputi kupat, lepet,
Barongan memberi nilai keindahan pertunjukan kembang boreh, serbab degan, cengkarok, sego bucet,
Barongan. sego golong, gedhang setangkep, panggang ayam,
jagong bakar, wedhang pahit, dan telo bakar.
Pencahayaan Kesakralan setting panggung
Pencahayaan bukanlah sekedar sebagai pertunjukan Barongan menjadi ciri khas dan nilai
penerang semata melainkan berfungsi untuk estetis pertunjukan Barongan. Setting panggung
menciptakan suasana dan menarik perhatian dengan benda-benda yang menjadi penunjang
penonton. Pertunjukan kesenian Barongan gerak para pemain dan kesakralan pertunjukan
Wahyu Arom Joyo menggunakan tata cahaya yang Barongan menjadi salah satu cara kelompok
alami. Pada pertunjukan siang hari Barongan untuk mempertahankan keaslian
memanfaatkan sinar matahari langsung pertunjukan Barongan. Penempatan setting
sedangkan pada pertunjukan diwaktu malam hari panggung yang sederhana dan menggunakan
hanya menggunakan lampu yang berfungsi sesaji-sesaji menambah pertunjukan Barongan
sebagai penerang saja. Lampu yang digunakan memiliki kesan mistis.
adalah lampu neon berwarna putih.
Pencahayaan yang sederhana menuntut sajian Isi Pertunjukan Barongan Wahyu Arom Joyo
pertunjukan Barongan harus menarik perhatian Gagasan
penonton. Ide atau gagasan dalam pertunjukan
Kesederhanaan dalam pencahayaan Barongan Wahyu Arom Joyo yaitu memiliki tema
pertunjukan Barongan Wahyu Arom Joyo menjadi keprajuritan yaitu simbol kebaikan melawan
ciri khas dan menjadi nilai estetis pertunjukan kejahatan sehingga dapat diperoleh nilai-nilai
Barongan. Kesederhanaan lampu yang kehidupan dari pertunjukan Barongan yaitu nilai
digunakan berupa lampu neon putih pada malam kerukunan, kebersamaan, sifat keteladanan,
hari dan sinar matahari pada siang hari tetap kegotong-royongan, keharmonisan, dan
memberi nilai keindahan pertunjukan Barongan kebahagiaan. Jenis tema yang dipilih dalam
karena menuntut pertunjukan Barongan akan pertunjukan Barongan bersumber dari dari cerita
terekspos atau terlihat terus oleh penonton Geger Kediri yang dipadukan dengan lawakan
sehingga menuntut penari agar menyuguhkan guyon maton yaitu lawakan bebas yang berfungsi
pertunjukan yang menarik dengan dibantu menghibur penonton.
kemeriahan iringan, kualitas gerak, rias busana Menurunnya minat masyarakat untuk
yang menarik dan sesuai peran yang dibawakan menanggap atau menyajikan pertunjukan
sehingga pencahayaan pertunjukan Barongan Barongan dalam hajat yang dilakukan
memberi kesan sederhana dan bersifat alami. masyarakat, membuat kelompok Barongan
Wahyu Arom Joyo mengkombinasikan gerak tari,
Setting lawakan dan campursari untuk meningkatkan
Setting panggung disebut juga sebagai minat masyarakat. Sesuai dengan pernyataan
dekoratif yang ada di atas panggung. Setting Sutomo dalam wawancara bersama peneliti yang
panggung dalam pertunjukan Barongan Wahyu menyatakan bahwa masyarakat lebih menyukai
Arom Joyo menggunakan setting tempat yang kesenian-kesenian yang menghibur seperti
sederhana. Pemain musik berada di bagian tayuban dan dangdutan sehingga pertunjukan
belakang panggung. Setting panggung Barongan gerak Barongan perlu dikombinasikan dengan
tidak hanya sebagai penghias pertunjukan lawakan dan campursari agar masyarakat lebih
namun memiliki fungsi spiritual. Peletakan sesaji berminat dan menyukai pertunjukan Barongan.
di samping kanan tempat pertunjukan dan tiang Penggabungan gagasan pertunjukan yang bukan
panggung dipasang tebu yang diikat di tiang. mutlak Barongan dan reyogan saja namun
Peletakan tersebut merupakan keharusan dan hal ditambah dengan gerak tari, lawakan, dan lagu-
wajib dalam pertunjukan Barongan. Benda- lagu campursari pada ledhekan menjadi ciri khas
benda tersebut dipasang sebagai bentuk pertunjukan Barongan Wahyu Arom Joyo tanpa
penghormatan kepada nenek moyang yang meninggalkan keasliannya sehingga pertunjukan
dipercaya sebagai penunggu Barongan agar Barongan Wahyu Arom Joyo menjadi lebih meriah
pertunjukan Barongan berjalan lancar dan dan menarik perhatian masyarakat.
Isti Komariyah /Jurnal Seni Tari 6 (1) (2017)

Barongan nampak pada permainan Barongan


Suasana yang berbentuk topeng yang besar dan memberi
Susana yang muncul pada saat kesan buas menjadikan gerak-gerak Barongan
pertunjukan Barongan disajikan adalah ramai, terlihat lebih gagah. Pola-pola gerak yang
meriah, dan tidak membosankan namun juga menirukan gerak binatang dan improvisasi gerak
ada kesan menakutkan dan berbau mistis. yang bebas mengikuti alunan iringan musik
Suasana tersebut muncul karena adanya variasi- menambah keunikan sajian gerak Barongan.
variasi dalam setiap adegan pembuka, inti dan Ekpresi Barongan juga turut serta
penutup yang ada dalam pertunjukan Barongan membangun suasana pertunjukan Barongan.
Wahyu Arom Joyo. Variasi adegan pembuka yang Penjiwaan pembarong juga dilakukan dengan
berupa tari Gambyong dan reyogan memberi memakan sesaji dan mendekati penonton dengan
suasana pembuka yang ramai dan menarik. Pada ekspresi mengintai atau menerkam sehingga
inti pertunjukan yaitu trunthungan Barongan atau dapat memberi kesan terjadinya komunikasi baik
kiprahan Barongan dan perang Barongan dengan antar penari maupun dengan penonton yang
badut memberi suasana yang ramai namun menyaksikan sehingga sesuai dengan isi dan
menegangkan dan berisi suasana mistis. Pada maksud pertunjukan Barongan Wahyu Arom Joyo.
adegan penutup berupa lawakan dan ledhekan
meningkatkan suasana pertunjukan semakin Pesan
ramai dan meriah serta ditutup dengan atraksi- Pertunjukan Barongan Wahyu Arom Joyo
atraksi yang memberi suasana tegang dan bersumber dari dari cerita Geger Kediri. Cerita
membuat penonton penasaran sehingga Barongan geger Kediri dipadukan dengan lawakan
penonton tidak meninggalkan tempat guyon maton yaitu lawakan bebas yang berfungsi
pertunjukan sampai pertunjukan Barongan menghibur penonton. Pesan yang disampaikan
berakhir. Selain itu tempo iringan musik yang dalam pertunjukan Barongan ini melalui cerita
mengiringi pertunjukan Barongan Wahyu Arom yang diambil yaitu geger kediri dengan
Joyo memiliki iringan yang terkesan ramai dan penggambaran kejahatan melawan kebaikan
divariasi dengan tembang-tembang campursari maka dimanapaun kebaikan akan selalu menang.
sehingga tidak membosankan. Hal ini diwujudkan dengan adanya perangan
Bentuk topeng yang besar dan memberi badut dan Barongan. Selain itu guyonan para
kesan buas menjadikan gerak-gerak Barongan dagelan juga mengandung pesan-pesan moral
terlihat lebih gagah. Pola-pola gerak yang dari sikap Barongan bahwa segala seuatu harus
menirukan gerak binatang dan improvisasi gerak dilakukan dengan niat baik dan tidak mengusik
yang bebas mengikuti alunan iringan musik orang lain.
menambah keunikan sajian gerak Barongan. Nilai-nilai kehidupan yang dapat
Suasana mistis juga nampak pada pembakaran diperoleh dari pertunjukan Barongan yaitu nilai
dupa sebelum Barongan dipakai untuk menari kerukunan, kebersamaan, sifat keteladanan,
dan pada gerak Barongan yang memakan sesaji kegotong-royongan, keharmonisan, dan
juga menambah suasana mistis. Selain itu kebahagiaan. Nilai-nilai ini nampak pada
suasana mistis juga nampak pada adegan pemain berkumpulnya warga masyarakat untuk
Barongan yang kesurupan sehingga menambah menyaksikan pertunjukan Barongan sehingga
ciri khas pertunjukan Barongan Wahyu Arom terjadi kebersamaan antar warga. Nilai-nilai
Joyo. Dengan demikian, semua elemen yang ada tersebut juga diperoleh pada kebersamaan antar
dalam pertunjukan Barongan Wahyu Arom Joyo pemain Barongan baik penari maupun pemusik
mampu membangun suasana pertunjukan yang bersama-sama berkumpul menyuguhkan
Barongan Wahyu Arom Joyo yang meriah. pertunjukan Barongan. Berkumpulnya seluruh
Suasana pertunjukan Barongan juga elemen baik penari, pemusik, dan penonton
dibangun dari penjiwaan atau penghayatan yang menjadikan pertunjukan Barongan memiliki
dilakukan oleh para penari. Pengahayatan nilai-nilai kehidupan yang dapat disampaikan.
pembarong tidak hanya pada penghayatan gerak
melainkan penghayatan terhadap iringan. Penari Penampilan Pertunjukan Barongan Wahyu
dalam pertunjukan Barongan harus melakukan Arom Joyo
penghayatan yang utuh seperti penghayatan Bakat
terhadap karakter tokoh/peran, jenis karakter Bakat yang dimiliki penari Barongan
gerak, dan ekspresi yang harus dimunculkan agar Wahyu Arom Joyo merupakan potensi
lebih membangun suasana pertunjukan. kemampuan khas yang dimiliki oleh penari yang
Penjiwaan dalam pertunjukan Barongan Wahyu didapatkan berkat keturunannya. Para pembarong
Arom Joyo yaitu rasa yang muncul saat penikmat kebanyakan memiliki bakat membarong dari
Barongan menyaksikan pertunjukan Barongan ayah yang dahulu juga anggota pemain
Wahyu Arom Joyo melalui gerak-gerak yang Barongan. Sistem belajar dari orang tua yang
dilakukan oleh penari barong. Penjiwaan penari menjadi pembarong lebih banyak menurunkan
Isti Komariyah /Jurnal Seni Tari 6 (1) (2017)

bakatnya kepada anaknya untuk mengikuti jejak melakukan latihan, eksplorasi, dan penjelajahan
orang tua yang menjadi pembarong. Bakat penari secara berkelanjutan agar kualitas kepenariannya
Barongan ada karena sering menyaksikan dapat dipertahankan dan ditingkatkan namun
permainan Barongan sehingga mendarah daging juga melakukan persiapan nonfisik. Persiapan
dan memicu untuk mempelajarinya. nonfisik bagi penari kelompok Barongan Wahyu
Pembarong yang kurang bakatnya dapat Arom Joyo dapat berupa kepekaan rasa dan emosi
mencapai kemahiran dalam sesuatu dengan yang merupakan kondisi rohani yang harus
melatih dirinya setekun-tekunnya. Pembarong diberdayakan secara optimal. Bagi pembarong dan
akan mencapai ketrampilan yang tinggi, pemain atraksi kesiapan baik fisik maupun
walaupun mungkin kurang dari temannya yang nonfisik menjadi hal yang utama karena
berbakat dan berlatih dengan ketekunan yang berkaitan dengan hal-hal yang dianggap mistis.
sama. Melalui latihan yang berkala maka orang Hal ini karena Barongan Wahyu Arom Joyo tetap
yang tidak memiliki bakat membarong dapat mempertahankan kekhasan ritualnya terbukti
belajar memainkan Barongan dan menjadi dengan diadakannya ritual penyucian Barongan
pemain Barongan. pada jumat wage dan jumat legi untuk
menghormati apa yang ada dalam Barongan.
Keterampilan Segala hal yang berkaitan dengan hal-hal mistis
Keterampilan kelompok kesenian perlu adanya persiapan non fisik bagi para
Barongan Wahyu Arom Joyo menuju pertunjukan pembarong agar mampu menyajikan pertunjukan
Barongan yang berkulaitas dilakukan dengan Barongan yang berkualitas.
dicapai dengan latihan. Sebelum menjadi
kelompok kesenian Barongan maka para penari Sarana atau media
melakukan latihan agar memiliki keterampilan Sarana atau media dalam pertunjukan
untuk memainkan peran-peran tarian yang ada Barongan Wahyu Arom Joyo terdiri dari faktor-
dalam pertunjukan Barongan seperti pembarong, faktor sarana yang mempengaruhi atas
penari reyogan dan penari Gambyong. Para penari penampilan karya kesenian Barongan yang
tidak melatih keterampilan dari bangku berupa tempat pertunjukan/panggung,
pendidikan seni melainkan dari para senior pencahayaan, dan setting.
penari Barongan yang lebih dahulu menjadi Tempat pertunjukan Barongan yang
penari Barongan. Para penari belajar teknik- sederhana dan berada langsung di atas tanah
teknik memainkan Barongan, teknik dasar serta menyatu dengan penonton menjadi ciri
menari reyog, dan teknik dasar menari Gambyong. khas dari pertunjukan Barongan. Tempat
Teknik-teknik memainkan Barongan dipelajari pertunjukan Barongan berada di arena terbuka
mulai dari cara memegang, menggerakkan sehingga penonton dapat menyaksikan Barongan
hingga penyesuaian dengan gerak penari barong dari berbagai arah. Pencahayaan menggunakan
yang bertugas sebagai ekor. Teknik tubuh para tata cahaya yang alami. Pada pertunjukan siang
penari yang dipelajari dari para senior yaitu hari memanfaatkan sinar matahari langsung
dengan mempraktekkan secara langsung teknik sedangkan pada pertunjukan diwaktu malam hari
menggunakan Barongan dalam gerak dekeman, hanya menggunakan lampu yang berfungsi
caplokan, glundhungan, dan kucingan. Teknik tubuh sebagai penerang saja. Lampu yang digunakan
yang harus dipahami yaitu simpuh menggigit adalah lampu neon berwarna putih.
Barongan pada gerak dekeman, menggerakkan Kesederhanaan media yang digunakan dalam
mulut Barongan dengan tangan di depan dada pementasan Barongan menjadikan Barongan
pada gerak caplokan, menirukan gerak hewan memiliki ciri khas pertunjukan yang berbeda
harimau pada gerak kucingan, dan merebah dengan kesenian lainnya.
kanan kiri pada gerak glundungan.
Para penari Barongan pada saat SIMPULAN
pertunjukan lebih banyak menggunakan gerak Dari penelitian yang dilakukan peneliti,
improvisasi yang berupa gerak-gerak sederhana maka dapat disimpulkan bahwa Nilai estetika
tanpa ada aturan gerak baku sehingga tidak Kesenian Barongan Wahyu Arom Joyo di Desa
memerlukan keterampilan khusus. Tidak ada Gunungsari Kecamatan Tlogowungu Kabupaten
latihan bersama secara keseluruhan penari dan Pati dapat dilihat dari bentuk, isi dan penampilan
pemusik karena pekerjaan yang berbeda-beda dari pertunjukan Barongan. Bentuk pertunjukan
dan para pemain sering tanggapan sendiri-sendiri kesenian Barongan Wahyu Arom Joyo nampak
yang bergabung dengan kelompok ketoprak atau pada pola pertunjukannya yaitu pertunjukan
kelompok tayuban sehingga para penari dan pembuka, inti dan penutup serta aspek-aspek
pemusik sudah dianggap faham pada bidang yang mendukung pertunjukan Barongan yaitu
masing-masing. gerak, tema, alur cerita atau alur dramatik,
Keterampilan para penari Barongan penari, pola lantai, ekspresi wajah/polatan, rias,
tidak hanya diwujudkan secara fisik yang berupa
Isti Komariyah /Jurnal Seni Tari 6 (1) (2017)

busana, musik, panggung, properti, SARAN


pencahayaan, dan setting. Berdasarkan hasil penelitian tentang
Nilai estetis Barongan dari segi bentuk Nilai Estetika Barongan Wahyu Arom Joyo di Desa
pertunjukannya nampak pada gerak yang Gunungsari Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati,
dilakukan penari Barongan yang lebih bersifat maka peneliti memberikan saran untuk
spontan dan lebih banyak melakukan improvisasi kelompok kesenian Barongan Wahyu Arom Joyo,
gerak dan mengikuti alunan iringan dengan alat masyarakat Kabupaten Pati, dan Dinas
musik ang menimbulkan kesan ramai. Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pati.
Koordinasi gerak antara pemain Barongan yang Kelompok Kesenian Barongan Wahyu
bertugas sebagai kepala dengan ekor yang Arom Joyo hendaknya menambah latihan
seimbang akan nampak lebih indah. Ragam bersama agar meningkatkan kualitas kepenarian
gerak yang terdapat dalam pertunjukan Barongan dari anggota Barongan agar keindahan
yang menimbulkan kesan dinamis, enerjik, pertunjukan Barongan ada serta
gagah, dan mistis. Gerak yang dilakukan tari mendokumentasikan pertunjukan Barongan
Barongan cenderung berlevel rendah dengan sebagai dokumen kelompok Barongan.
ditambah ekspresi pembarong diwujudkan melalui Masyarakat Kabupaten Pati hendaknya
gerak topeng Barongan seperti gerak spontan ke lebih mengapresiasi adanya kesenian-kesenian
kanan dan kiri mengekspresikan Barongan yang yang ada di Kabupaten Pati. Langkah yang
sedang melihat suasana disekelilingnya juga dilakukan yaitu dengan menyajikan atau
untuk melihat mangsa. Bentuk topeng barong menyuguhkan kesenian setempat dalam acara
yang dipadu dengan kain motif bergaris seperti pribadi maupun acara besar seperti dalam
kulit hewan harimau lebih memberi kesan ganas sedekah bumi, sedekah laut, hajatan, lamporan,
dan garang Barongan sebagai penari utama. dan acara-acara lainnya.
Tempat pertunjukan Barongan di area terbuka Pihak pemerintah Kabupaten Pati
dengan menggunakan pencahayaan dari lampu khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
neon pada malam hari dan sinar matarahari pada Kabupaten Pati hendaknya lebih
siang hari. Setting panggung dengan sesaji-sesaji mengembangkan potensi kesenian dengan
menjadi salah satu cara kelompok Barongan mengadakan pentas seni budaya rutin setiap
untuk mempertahankan keaslian pertunjukan tahunnya dengan melibatkan kelompok-
Barongan. kelompok kesenian daerah setempat agar
Isi pertunjukan Barongan Wahyu Arom masyarakat menikmati keindahan Barongan.
Joyo nampak pada gagasan, suasana dan pesan
yang ada dalam pertunjukan Barongan. DAFTAR PUSTAKA
Pertunjukan Barongan Wahyu Arom Joyo
bersumber dari dari cerita Geger Kediri. Cerita Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah
Barongan geger Kediri dipadukan dengan lawakan Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni
guyon maton yaitu lawakan bebas yang berfungsi Pertunjukan Indonesia.
menghibur penonton. Pesan yang disampaikan Efendi, junarto dan Eni kusumastuty. 2012.
dalam pertunjukan Barongan ini melalui cerita “Seni Barongan Jogo Rogo dalam Tradisi
yang diambil yaitu geger kediri dengan Selapan Dino di Desa Gabus Kabupaten Pati”.
penggambaran kejahatan melawan kebaikan Jurnal Seni Tari. 2012. Nomor 1. Hlm. 1.
maka dimanapaun kebaikan akan selalu menang Semarang: FBS UNNES.
sehingga penonton akan memperoleh nilai-nilai Herimanto dan Winarno. 2010. Ilmu Sosial dan
kehidupan dari pertunjukan Barongan yaitu nilai Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
kerukunan, kebersamaan, sifat keteladanan, Martono, Hendro. 2012. Koreografi Lingkungan
kegotong-royongan, keharmonisan, dan Revitalisasi Gaya Pemanggungan Dan Gaya
kebahagiaan. Penciptaan Seniman Nusantara.
Penampilan kesenian Barongan Wahyu Yogyakarta: Cipta Media.
Arom Joyo nampak pada bakat, keterampilan dan Maryono. 2012. Analisa Tari. Surakarta: ISI Press
sarana atau media. Bakat yang dimiliki penari Solo.
Barongan merupakan potensi kemampuan khas Muelder Eaton, Marcia. 2010. Persoalan-Persoalan
yang dimiliki oleh penari yang didapatkan berkat Dasar Estetika. Terjemhan Embun
keturunannya. Keterampilan penari Barongan Kenyowati Ekosiwi. Jakarta: Salemba
menuju pertunjukan Barongan yang berkualitas Humanika.
dilakukan dengan dicapai dengan latihan baik Slamet M.D. 2003. Barongan Blora. Surakarta:
latihan fisik maupun non fisik. Sarana atau STSI Press Surakarta.
media dalam pertunjukan Barongan terdiri dari Wadiyo. 2008. Sosiologi Seni (Sisi Pendekatan Multi
tempat pertunjukan/panggung, pencahayaan, Tafsir). Semarang: Universitas Negeri
dan setting. Semarang Press.

Anda mungkin juga menyukai