Anda di halaman 1dari 26

SINTAKSIS KALIMAT

MAKALAH

MATAKULIAH KEBAHASAAN BAHSA INDONESIA

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Andoyo Sastromiharjo, M.PD. dan Dr. Nuny Sulistiani Indris, M.Pd.

oleh :
- IMAN DONI LESMANA (1907545)
- AYI HERIWIYADI R. (1907288)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji serta rasa syukur sudah sepantasnya penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT. yang atas segala limpahan karunia-Nya penulis dapat
menjalani segala aktivitas dimuka bumi yang fana ini. Penulis dapat menjalani
aktivitas perkuliahan di sekolah pasca sarjana UPI, tiada lain hanya atas rido dan
kehendak Allah SWT. Secara lebih khusus lagi penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah yang diberi judul “SINTAKSIS KALIMAT”.
Bahsan tenang sintaksi itu mencakup frasa, klausa, dan kalimat. Dalam
makalah ini hanya akan dibatasi pembahannya khusus mengenai sintaksis
klimat. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan tambahan wawasan bagi
kami penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Penusil menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan masukan sangat kami
harapkan untuk perbaikan dikemudian hari dalam penyusunan-penyusunan
makalah berikutnya.
Akhirnya penusil ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
berkontribusi dalam penulisan makalah ini. Semoga Allah membalas segala
kebaikan yang telah diberikan.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I ....................................................................................................................... i

PENDAHULUAN ................................................................................................... i

A. LATAR BELAKANG ................................................................................. i

B. RUMUSAN MASLAH .............................................................................. ii

C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................ ii

D. METODE PEMECAHAN MASALAH .................................................... ii

E. SISTEMATIKA PENULISAN .................................................................. ii

BAB II ................................................................................................................... iii

KAJIAN PUSTAKA DAN PEMAPARAN ........................................................ iii

A. Hakikat/Pengertian Sintaksis ............................................................. iii

B. Struktur Sintaksis .................................................................................. iv

C. Wilayah Kajian Sintaksis ..................................................................... iv

1) Kata sebagai Satuan Sintaksis.................................................... iv

2) Frasa .................................................................................................... v

3) Klausa ................................................................................................. v

4) Kalimat ............................................................................................... vi

BAB III ................................................................................................................. xxi

SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ xxi

A. SIMPULAN ............................................................................................. xxi

B. SARAN .................................................................................................... xxi

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xxii

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusisa sebagai makhluk sosial tidak bisa berdiri sendiri, hidup
dalam kesendirian tanpa orang lain disamping dan sekitarnya. Manusia
hidup berdampingan dan saling membutuhkan satu sama lainnya. Dalam
pemenuhan kebutuhan tersebut manusia saling berkomunikasi melalui
Bahasa. Agar ketika saling berkepentingan manusia tercipta sebuah
kesepemahaman.
Bahasa sebagaimana dimaksud adalah Bahasa yang diartikan
sebagai sebuah system simbol yang tersetruktur dan bermakna. Seperti
diungkpakan Djardjowidjojo (2008:10) bahwa yng dimaksud dengan bahsa
adalah sebuah sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota
suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar
sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama.
Satuan Bahasa yang digunakan manusis dalam berkomunikasi dimulai dari
kata, frasa, dan kalimat secar tidak disadari manusia tuturkan dalam
kesehariannya berkomunikasi. Permasalahnnya kadang dalam
berkomunikasi manusia sering terjadi salah tanggap. Hal ini dekarenakan
bebrapa factor, yaitu kesalahan penggunaan kosakata, penyusunan frasa,
klausa dan kalimatnya. Sehingga lawan berbicara kita kurang atau bahkan
tidak dapat memahami apa yang dikatakan si pembicara.
Penyusunan kaimat yang tepat dalam berkomunikasi akan
menghindari gejala salah komunikasi. Penyusunan kalimat, akan berawal
dari pemahaman mengenai makna kata sebagai penyusun kalimat tersebut,
yang selanjutnya akan membentuk sebuah frasa, klausa, dan pada akhirnya
terbentuklah sebuah kalimat untuk berkomunikasi. Sehingga pentinglah
pemahaman mengenai sintaksis sebagai sebuah cabang linguistik atau ilmu
bahasa untuk diketahui para penutur bahasa Indonesia agar komunikasi
menjadi efektif dan efisien.
Bagi seseorang yang sedang menuntut ilmu entah itu pejar lebih
khusu lagi para mahiswa kekampuan berkomunikasi yang efektif dan efisien
adalah sebuah keharusan. Pemahaman mengenai tata kalimat yang baik
dan benar sangat diperlukan. Untuk itulah kami dalam makalah ini akan
membahas sintaksis dari segi sintaksis kalimatnya saja. Komponen sintakis
yang lain dibahas secar terpisah.

B. RUMUSAN MASLAH
Dalam makalah ini kami membatasi permasalahan, yang bertujuan
agar pengkajiannya lebih terarah dan tepat sasaran. Adapun rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Sintakis?
2. Apa saja wilayah kajian dalam sistaksis?
3. Bagaimana kajian sintakis kalimat?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi dari sintaksis
2. Untuk mengetahui objek atau wilayah apa saja dalam kajian sintaksis
3. Untuk mengetahui bagaimana pembahasan mengenai sitaksis kalimat.

D. METODE PEMECAHAN MASALAH


Metode pemecahan masalah yang digunakan oleh penulis adalah
menggunakan metode studi pustaka dengan cara mencari berbagai macam
buku sumber yang relevan dengan rumusan permasalahan. Selain itu kami
pun melakukan pencarian sumber-sumber dari media internet sebagai bahan
rujukan. Dari data-data yang kami peroleh kemudian kami olah untuk dapat
dijadikan sebuah penyelesaian dari rumusan permaslahan.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PEMAPARAN
Terdiri atas pengertian sintaksis serta wilayah kajian sintaksis yakni struktur
internal kalimat yang dibahas dalam sintaksis, meliputi frasa, klausa, dan
kalimat itu sendiri. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

ii
Terdiri atas simpulan dan saran

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PEMAPARAN

A. Hakikat/Pengertian Sintaksis
Sintaksis secara etiomologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘sun’
artinya dengan dan ‘tattein’ artinya menempatkan. Jadi, secara etimologis
sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata menjadi kelompok kata
atau kalimat. Sintaksis yang berasal dari bahasa Belanda yaitu syntaxsis.
Sedangkan dalam bahasa Inggris adalah syntax.
Secara defenisi pengertian sintaksis adalah:
 Sintaksis adalah cabang tata bahasa mengenai studi penghimpunan
kata-kata dalam kalimat-kalimat dan alat dengan mana hubungan
seperti itu terlihat. Misalnya tertib kata atau infleksi
 Sintaksis berkenaan dengan penemuan jenis-jenis kalimat dasar dengan
pemberian penggantian yang muncul dari setiap unsur dari jenis unsure
itu.
 Sintaksis adalah studi dan aturan-aturan dari hubungan kata-kata satu
sama lainnya sebagai penyatuan gagasan dan sebagai bagian-bagian
dari struktur-struktur kalimat, studi dan ilmu bangun kalimat.

iii
 Sintaksis menurut Ramlan (1981:1) mengatakan” sintaksis ialah bagian
atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana,
kalimat, klausa, dan frase.
 Ringkasnya sintaksis adalah studi penghimpunan dan tautan timbal balik
antara kata-kata, frase-frase, klausa-klausa dalam kalimat.
 Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frase,
kalusa,dan kalimat. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang
dituturkan orang dalam bentuk kalimat.

B. Struktur Sintaksis

Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek


(S), predikat (P), objek (O), dan keterangan. Menurut Verhar (1978)
fungsi-fungsi sintaksis itu yang terdiri dari unsur-unsur S, P, O, dan K itu
merupakan “kotak-kotak kosong” atau “tempat0tempat kosong” yang
tidak mempunyai arti apa-apa karenan kekosongannya. Tempat-tempat
kosong itu akan diisi oleh sesuatu yang berupa kategori dan memiliki
peranan tertentu.
Contoh kalimat: Nenek melirik kakek tadi pagi.
Tempat kosong yang bernama subjek disi oleh kata nenek yang
berkategori nomina, tempat kosong yang bernama predikat diisi oleh
kata melirik yang berkategori verba, tempat kosong yang bernama
objek diisi oleh kata kakek yang berkategori nomina, dan tempat
kosong yang bernama keterangan diisi oleh frasa tadi pagi yang
berkategori nomina.

C. Wilayah Kajian Sintaksis


1) Kata sebagai Satuan Sintaksis

Dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar


(satuan terkecilnya adalah morfem), tetapi dalam tataran
sintaksis kata merupakan satuan terkecil yang secara hierarkial
menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar,
yaitu frase. Kata sebagai satuan sintaksis, yaitu dalam hubungannya
dengan unsure-unsur pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar,

iv
yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Sebagai satuan terkecill dalam
sintaksis, kata berperanan sebagai pengisi fungsi sintaksis, sebagai
penanda kategori sintaksis, dan sebagai perangkai dalam penyatuan
satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis. Dalam
pembicaraan kata sebagai pengisi satuan sintaksis, pertama-pertama
harus kita bedakan dulu adanya dua macam kata, yaitu yang disebut
kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword). Kata penuh
adalah kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai
kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas
terbuka, dan dapat bersendiri sebagai sebuah satuan tuturan.
Sedangkan yang disebut kata tugas adalah kata yang
secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses
morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di dalam pertuturan dia
tidak dapat bersendiri.

2) Frasa
Frasa atau frase adalah sebuah makna linguistik. Lebih
tepatnya, frasa merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari
kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frasa adalah kumpulan
kata nonpredikatif. Artinya frasa tidak memiliki predikat dalam
strukturnya. Itu yang membedakan frasa dari klausa dan kalimat.
Contoh: Nenekku, di pohon, bayi sehat.

3) Klausa
Klausa merupakan tataran dalam sintaksis yang berada di
atas tataran frase dan di bawah tataran kalimat.
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata
berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada kom-
ponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat;
dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai
keterangan.
Sebuah konstruksi disebut kalimat kalau kepada konstruksi
itu diberikan intonasi final atau intonasi kalimat. Jadi, konstruksi

v
nenek mandi baru dapat disebut kalimat kalau kepadanya diberi
intonasi final kalau belum maka masih berstatus klausa.Tempat
klausa adalah di dalam kalimat. Dapat juga dikatakan, klausa
adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata
yang mengandung unsur predikatif (Keraf, 1984:138). Klausa
berpotensi menjadi kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan bahwa
yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir
satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan
klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa
intonasi berita, tanya, perintah, dan kagum. Widjono (2007:143)
membedakan klausa sebagai berikut.

4) Kalimat
Pengertian kalimat dari beberapa sumber:
a. Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri
sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri atas
klausa menurut Cook (dalam Tarigan, 2009: 5). Satuan bahasa
itu membentuk hierarkis, mulai dari kata, frasa, kalimat, klausa,
gugusan kalimat, paragraf, gugusan paragraf, sampai wacana.
Akan tetapi tataran itu tidak statis karna kadang-kadang terjadi (1)
pelompatan tataran, (2) penurunan, dan (3) penyematan menurut
Kridalaksana (dalam Miftahul dan Sakura, 2015: 146).
b. Kalimat ada yang terdiri dari satu kata,
misalnya Ah!: Kemarin: ada yang terdiri dari dua kata,
misalnya itu toko ; Ia mahasiswa.; ada yang terdiri dari tiga kata.
Misalnya Ia sedang membaca.; mereka akan berangkat.; dan ada
yang terdiri dari empat, lima, enam kata dan seterusnya.
Sesungguhnya yang menetukan satuan kalimat bukannya
banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya.
Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang
disertai nada akhir turunan atau naik.

vi
c. Menurut Sutan Takdir Alisyahbana/STA (Suhardi, 2013: 61-62),
merumuskan batasan kalimat sebagai satuan kumpulan kata-kata
yang terkecil dan mengandung pikiran lengkap. Maksud dari
pikiran yang lengkap adalah informasi atau maksud yang jelas.
Sementara yang dimaksud dengan satuan kumpulan kata-kata
terkecil adalah memenuhi syarat sebagai bangun kalimat yang
telah ditetapkan dalam kaidah-kaidah berbahasa. Jika dua hal ini
telah dipenuhi., STA menggolongkannya ke dalam hal yang
disebut sebagai kalimat.
d. Menurut Sutan Muhammad Zein (Suhardi, 2013: 62), memberikan
batasan kalimat satuan sebagai susunan kata-kata yang disusun
atas sistem yang berlaku dan berguna untuk menyampaikan
maksud atau buah pikiran si pembicara pada lawan bicaranya.
Batasan kalimat yang dikemukakan Sutan Muhammad Zein ini
lebih mengarah kepada bahasa lisan. Selain itu dari pandangan
Sutan Muhammad Zein tersebut terkandung unsur-unsur yang
membangun kalimat. Unsur tersebut adalah kata-kata
sistem./kaidah, dan maksud/pikiran. Jika ketiga unsur ini ada,
menurut Zein dapat dikelompokkan sebagai kalimat
e. Menurut Fokker (Suhardi, 2013: 62), merumuskan batasan
kalimat sebagai ucapan bahasa yang memiliki arti penuh (pikiran
atau maksud) dan turunnya suara menjadi cirinya sebagai batas
keseluruhan. Fokker memberikan ciri-ciri sebuah kalimat adalah
ucapan atau bahasa, yang memiliki pikiran, memiliki maksud dan
ditandai turunnya suara. Jika memenuhi keempat syarat tersebut,
dapat digolongkan ke dalam hal yang disebut kalimat
f. Menurut C.A. Mees (Suhardi, 2013: 62), merumuskan batasan
kalimat sebagai kata-kata yang teratur, menyatakan buah pikiran
seseorang dengan cukup jelas untuk mereka yang mengetahui
bahasanya. Berdasarkan pandangan Mees tersebut, tersirat
bahwa kalimat disusun atas kata-kata yang teratur dan berisi
buah pikiran seseorang
g. Menurut Anton M Moeliono (Suhardi, 2013: 63), memberikan
batasan kalimat sebagai bagian terkecil ujaran atau teks yang
mengungkapkan pikiran atau utuh secara ketatabahasaan.

vii
Rumusan yang dikemukakan Moeliono ini lebih menekankan
bahwa kalimat adalah bagian ujaran yang mengungkapkan
pikiran secara utuh
h. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan
pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran
(Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan
membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis.
Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang
mempunyai ciri sebagai berikut:
1) Satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata,
gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa,
yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal
mengandung satu subjek dan prediket, baik unsur fungsi itu
eksplisit maupun implisit;
2) Satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal,
diselingi atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri
dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu
intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum.
3) Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali
oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,),
titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang
intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru
(!). Ciri-ciri kalimat Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri
kalimat sebagai berikut.
4) Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri
dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda
seru, Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket.
Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai
pelengkap. Mengandung pikiran yang utuh. Mengandung urutan
logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi
(subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan
menurut fungsinya. Mengandung satuan makna, ide, atau pesan
yang jelas.

viii
5) Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-
kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling
berhubungan. 3.2. Fungsi sintaksis dalam kalimat Fungsi
sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat
diisi oleh bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi
sintaksis adalah subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap
(Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat harus
mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis
yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan prediket,
sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan
merupakan unsur penunjang dalam kalimat.

6) Fungsi sintaksis unsur kalimat dijelaskan sebagai berikut ini.


a. Subjek
Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah
kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau dijelaskan oleh
fungsi sintaksis lain, yaitu prediket. Ciri-ciri subjek adalah
sebagai berikut: jawaban apa atau siapa, dapat didahului oleh
kata bahwa, berupa kata atau frasa benda (nomina) dapat
diserta kata ini atau itu, dapat disertai pewatas yang, tidak
didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan
lain-lain, tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi
dapat diingkarkan dengan kata bukan. Hubungan subjek dan
prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain (S) Ibu memasak. S

b. Predikat
Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau
menjelaskan pokok kalimat atau subjek. Hubungan predikat
dan pokok kalimat dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah
ini. Adik bermain. (S) Adik adalah pokok kalimat bermain
adalah yang menjelaskan pokok kalimat. Ibu memasak. S P
Ibu

c. Objek

ix
Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya
dituntut oleh verba transitif pengisi predikat dalam kalimat
aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba transitif
pengisi predikat yang mendahuluinya seperti yang terlihat
pada contoh di bawah ini.
Dosen menerangkan materi. S P O menerangkan adalah
verba transitif.
Ibu menyuapi adik. S P O Menyuapi adalah verba transitif.
Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berupa nomina
atau frasa nominal seperti contoh berikut, Ayah membaca
koran. S P O Koran adalah nomina. Adik memakai tas baru. S
P O Tas baru adalah frasa nominal berada langsung di
belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti
contoh berikut, Ibu memarahi kakak. S P O Guru
membacakan pengumuman. S P O dapat diganti enklitik –nya,
ku atau –mu, seperti contoh berikut,
Kepala sekolah mengundang wali murid. S P O Kepala
sekolah mengundangnya. S P O objek dapat menggantikan
kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan,
seperti contoh berikut, Ani membaca buku. S P O Buku dibaca
Ani. S P Pel.

d. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi
melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi
struktur kalimat. Pelengkap (pel.) bentuknya mirip dengan
objek karena sama-sama diisi oleh nomina atau frasa nominal
dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang
predikat. Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat
pada contoh berikut. Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi.
S P pel. ket. Bu Minah menjual sayur di pasar pagi. S P O ket.
Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pelengkap
kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba
yang dilekati oleh prefiks ber dan predikat pasif yang diisi oleh
verba yang dilekati oleh prefiks di- atau ter-, seperti contoh

x
berikut. Bu Minah berjualan sayur di pasar pagi. S P Pel. Ket.
Buku dibaca Ani. S P Pel. pelengkap merupakan fungsi
kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif
pengisi predikat seperti contoh berikut.
Ayah membelikan adik mainan. S P O Pel.
membelikan adalah verba dwitransitif. pelengkap merupakan
unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi
oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, seperti
contoh berikut.
Budi menjadi siswa teladan. S P Pel.Kemerdekaan adalah hak
semua bangsa. S P Pel. dalam kalimat, jika tidak ada objek,
pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi kalau
predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di belakang
objek, seperti pada contoh berikut. Pak Ali berdagang buku
bekas. S P Pel. Ibu membelikan Rani jilbab. S P O Pel.
pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti
contoh berikut. Ibu memanggil adik. S P O Ibu memanggilnya.
S P O Pak Samad berdagang rempah. S P Pel.Pak Samad
berdagangnya (?) satuan bahasa pengisi pelengkap dalam
kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila
kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif seperti contoh berikut.
Pancasila merupakan dasar negara. S P Pel. Dasar negara
dirupakan pancasila (?)

e. Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan
keterangan kepada seluruh kalimat. Sebagian besar unsur
keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat.
Keterangan sebagai unsur tambahan dalam kalimat dapat
dilihat pada contoh berikut.
Ibu membeli kue di pasar. S P O Ket. Tempat
Ayah menonton TV tadi pagi. S P O Ket. Waktu
Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: umumnya
merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib
dalam kalimat, seperti contoh berikut. Saya membeli buku. S

xi
P O
Saya membeli buku di Gramedia. S P O Ket. Tempat
keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur
dan makna kalimat, seperti contoh berikut. Dia membuka
bungkusan itu dengan hati-hati. S P O Ket. Cara Dengan hati-
hati dia membuka bungkusan itu. Ket. cara S P O keterangan
diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival,
dan klausa terikat, seperti contoh berikut.
Ali datang kemarin. S P Ket. Waktu Ibu berangkat kemarin
sore. S P Ket. Waktu

5) Jenis-jenis kalimat

a. Kalimat Inti dan kalimat Non-Inti


Kalimat inti biasa juga disebut kalimat dasar adalah kalimat
yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif,
aktif, atau netral, dan afirmatif. Kalimat inti dapat diubah
menjadi kalimat non-inti dengan berbagai proses transformasi.
b. Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Perbedaan Kalimat tunggal dan kalimat majemuk berdasarkan
banyaknya klausa yang ada di dalam kalimat itu, kalau
klausanya hanya satu maka disebut kalimat tunggal, kalau
klausa dalam sebuah kalimat lebih dari satu maka disebut
kalimat majemuk
c. Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Pembedaan kalimat mayor dan kalimat minor dilakukan
berdasarkan lengkap dan tidaknya klausa yang menjadi
konstituen dasar kalimat itu kalau klausanya lengkap
sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat maka
kalimat itu disebut kalimat mayor. Kalau klausanya tidak
lengkap entah terdiri dari subjek, predikat, objek, atau
keterangan saja maka kalimat tersebut disebut kalimat minor
d. Kalimat Verbal dan Kalimat Non-Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal
atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase yang

xii
berkategori verbal sedangkan kalimat non verbal adalah
kalimat y6ang predikatnya bukan kata atau frase verbal, bisa
nominal, ajektifal, adverbial, atau juga numeralia.

e. Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat


Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk
menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah
paragraph atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks
lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat adalah
kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap
atau menjadi pembuka paragraph atau wacana tanpa bantuan
konteks.

f. Jenis Kalimat Berdasarkan Kalimat Aktif


Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai
perilaku atau aktor menurut Cook (dalam Tarigan, 2009: 14).
Contoh:
Bahasa Indonesia:
Saya menulis surat.
Kamu mencangkul kebun
Dia memanggil nenek
Ibu makan nasi
Ayah minum kopi.
Kalimat aktif adalah kalimat yang di dahului oleh peran aktor
(subyek berperan sebagai pelaku atau pengalam).
Contoh:
1) Delapan mentri perwakilan pemerintah mengikuti rapat kerja
DPR.
Pelaku (S/aktor) perbuatan (p) Sasaran (0/undergoer)
2) Mereka telah mendengar desisan ular tersebut
Pengalam S/aktor) pengalaman (p) sasaran
(0/undergeor)\

g. Jenis kalimat berdasarkan kalimat pasif

xiii
Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya berperan
sebagaai penderita menurut Cook (Tarigan, 2009: 15)
contoh:
Bahasa Indonesia:
Surat itu telah kutulis.
Kebun itu kau cangkul.
Nenek dipanggil oleh adik.
Nasi itu sudah dimakan oleh ibu.
Kopi itu diminum oleh ayah.
Kalimat pasif adalah kalimat yang didahului
oleh undergoer (subjek berperan sebagai sasran, hasil, atau
peruntungan).

h. Jenis kalimat berdasarkan kategori predikatnya


1. Kalimat Nominal
Yakni kalimat yang predikatnya berkategori nomina, atau
dibentuk dari sebuah klausa nominal dan intonasi final.
Contoh:
- Orang itu Petani
S p
Contoh lain:
- Pak Yusuf guru SMP
- Kera itu binatang primata
Catatan:
1) (Antara S pan P dapat diberi kata pemisah adalah,
jadi, menjadi, atau merupakan
2) Persyaratan untuk kategori nomina yang bisa
menjadi S dan P
2. Kalimat Ajektifal
Yakni kalimat yang predikatnya berkategori ajektifa,
dibentuk dari sebuah klausa ajektifal dan intonasi final.
Contoh:
- Siska Cantik sekali.

xiv
S P
Contoh lain;
- Rumahnya Beras.
- Pakian mereka kontor-kotong.

3. Kalimat Proposisional
Yakni kalimat yang predikatnya berupa frase preposisional,
atau dibentuk dari sebuah klausa preposisional dan
intonasi final.
Contoh:
- Guru kami Dari Medan
S P
Contoh lain:
- Mereka dari Banda Aceh
- Anak-anak itu di masjid
Catatan:
Dalam bahasa formal harus dimunculkan predikat
verbalnya, sehingga frase preposisionalnya hanya menjadi
pengisi fungsi keterangan.

4. Kalimat Numeral
Yakni kalimat yang predikat berupa frase numeral, dibentuk
dari sebuah klausa numeral dan intonasi final.
Contoh:
- Gaji beliau lima juta Sebulan
S P Ket.
Contoh lain:
- Anaknya sembilan orang
- Jaraknya dua kilometer dari sini
i. Kalimat berdasarkan jumlah klausa
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa
bebas tanpa klausa terikat menurut Cook dalam (Tarigan,
2009: 6)
Contoh:

xv
Bahasa Indonesia.
Saya makan.
Dia pergi.
Elinor rajin.
2. Kalimat Bersusun
Kalimat bersusun adalah kalimat yang terdiri atas satu
klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat
Cook dalam (Tarigan, 2009: 6).
Contoh
Bahasa Indonesia
Dia pergi sebelum kami bangun
Kami mau datang klau mereka pergi
3. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas beberapa
klausa bebas
Contoh
- Dia mengambil sebuah buku dari dalam lemari,
kemudian membacanya sampai tamat.
-
Kalimat Majemuk
Menurut Suhardi (2013: 74-79) mengatakan bahwa kalimat
majemuk adalah kalimat yang memiliki beberapa predikat
atau dibangun atas beberapa klausa. Berdasrkan bentuk
klausa yang membangunnya, kalimat majemuk dapat
dikelompokkan menjadi empat, yaitu (1) kalimat majemuk
setara, (2) kalimat majemuk bertingkat, (3) kalimat
majemuk campuran, dan (4) kalimat majemuk rapatan.

1) Kalimat majemuk setara


Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang
dibangun atas dua kalimat tunggal. Kedua kalimat
tersebut memiliki predikat yang kedudukannya sejajar
(setara) di dalam kalimat. Biasanya kalimat majemuk
setara menggunakan kata hubung: dan, tetapi, atau.
Contoh:

xvi
a. Ani belajar dan Budi membaca koran.
b. Dia tidak belajar tetapi mengobrol di kelas.
c. Kamu suka yang ini atau kamu suka yang itu?

2) Kalimat majemuk bertingkat


Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk
yang dibangun atas dua kalimat tunggal. Kedua
kalimat tunggal tersebut memiliki kedudukan yang
berbeda. Biasanya dibangun atas dua, yaitu anak
kalimat dan induk kalimat. Letak anak kalimat dapat
berada setelah induk kalimat atau boleh juga
mendahului induk kalimat.
Contoh (anak kalimat berada setelah induk kalimat):
a) Ia sudah duduk di rumah ketika saya kembali dari
kampus.
b) Saya akan menunaikan ibadah haji ke Mekkah jika
saya memiliki uang cukup.
Contoh (anak kalimat mendahului induk kalimat):
a) Ketika saya kembali dari kampus, Ali sudah
menunggu di depan rumah saya.
b) jika saya memiliki uang cukup, saya akan
menunaikan ibadah haji ke Mekkah.

3) Kalimat majemuk campuran


Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk
yang dibangun atas campuran beberapa kalimat
majemuk (setara dan bertingkat).
Contoh:
a) Amir berangkat ke sekolah dan Meri pergi ke
kantor ketika rombongan guru-guru SMAN 6
datang.
b) cara pembukaan pelatihan itu tertunda beberapa
jam sebab rombongan Pak Camat datang
terlambat sehingga acara itu ditutup menjelang
sore.

xvii
4) Kalimat majemuk rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk
yang salah satu unsurnya hilang (merapat).
Contoh:
a) Bapak membaca surat kabar Batam Post.
b) Adik membaca surat kabar batam Post.

Kalimat (a) dan (b) di atas dapat dibentuk menjadi


kalimat majemuk rapatan dengan cara menghilangkan
salah satu unsur yang sama, sehingga menjadi.
Bapak dan adik membaca surat kabar Batam Post.

Kesamaan unsur yang terjadi dalam kalimat majemuk


rapatan dapat saja terjadi kesamaan subjek, predikat,
objek atau keterangan
1) Kesamaan subjek
a. Kakak memasak gulai kambing.
b. Kakak merangkai bunga.
* Kakak memasak gulai kambing dan merangkai
bunga.
2) Kesamaan predikat
a. Bapak menanam pohon.
b. Ibu menanam pohon.
* Bapak dan Ibu menanam pohon dan bunga
3) Kesamaan objek
a. Adik bermain bola.
b. Amir bermain bola.
* Adik dan Amir bermain bola.
4) Kesamaaan keterangan
a. Rudi belajar di sekolah.
b. Budi belajar di sekolah.
* Rudi dan Budi belajar di sekolah.

j. jenis kalimat berdasarkan modusnya

1. Bermodus Deklaratif

xviii
Kalimat deklaratif adalah kalimat yang berisi penyataan dari
sesorang mengenai fakta di sekitarnya. Kalimat deklaratif ini
tentu saja diberikan dalam kalimat langsung.
Contoh:
Siska berkata “ sekarang saya sudah bekerja”

2. Bermodus interogratif
Kalimat interogratif adalah kalimat yang diucapkan
seseorang untuk mengetahui sesuati yang belum
diketahuinya kepada orang lain yang ditanya.
Contoh:
Kepala sekolah bertanya kepada saya, “mengapa kamu
belum membayar SPP?”

3. Bermodus Imperatif
Kalimat imperatif adalah kalimat yang berisi peritah atau
berisi larangan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan olh
orang yang mendengarkannya.
Contoh:
Kata ibu kepada Ali, “Ali tolong ambilkan ibu air minum”

4. Bermodus interjektif
Kalimat interjektif adalah kalimat yang berisi satuan
berkenaan dengan emosi pengujar.
Contoh:
Siska tiba –tiba mengeluh “Aduh, kepalaku sakit sekali”

Menurut Suhardi (2013: 77-79), klasifikasi kalimat berdasarkan makna atau


maksud, dikelompokkan menjadi lima jenis yaitu sebagai berikut.
1. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang di dalamnya berisi berita atau suatu
informasi kepada orang lain. Ciri-ciri kalimat berita biasanya di akhir
kalimat menggunakan tanda titik (.)

xix
Contoh:
a) Gempa Tasikmalaya menyebabkan beberapa keluarga kehilangan
tempat tinggal.
b) Rombongan Gubernur Kepri Ismet Abdullah melaksanakan kegiatan
Safari Ramadhan di daerah Jemaja.
c) Sebuah Kapal Super Ferry yang mengangkut 964 penumpang
tenggelam di perairan Filiphina

2. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang di dalamnya berisi perintah dari
seseorang kepada orang lain agar melakukan sesuatu (pekerjaan) sesuai
apa yang diperintahkan. Kalimat perintah biasanya di akhir kalimat
menggunakan tanda seru (!)
Contoh:
a) Ambilkan saya buku itu!
b) Mohon Saudara keluar dari ruang ini!
c) Kerjakan soal nomor 1 hingga 10!

3. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang meminta orang lain untuk menjawab
sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Biasanya di akhir kalimat
menggunakan tanda tanya (?)
Contoh:
a) Jam berapa dia pulang kerja?
b) Siapa yang menulis surat ini?
c) Kapan kamu kembali lagi kesini?

4. Kalimat Seru
Kalimat seru adalah kalimat yang di dalamnya terdapat kata seru,
seperti wah, yah, ih, aduh dan sebagainya.

Contoh:
a) Wah! cantiknya lukisan itu.
b) Aduh! Saya lupa membawa tugasmu itu.
c) Amboi! Suaramu indah sekali.

xx
5. Kalimat Penegasan
Kalimat penegasan adalah kalimat yang di dalamnya berisi penegasan
atau tambahan informasi sehingga informasi yang disampaikan lebih
jelas oleh lawan bicara. Dengan adanya penegasan, sesuatu yang
diinginkan lawan bicara akan dapat dilaksanakan lebih cepat.
Contoh:
a) Sesuai hasil kesepakatan kita kemarin, maka semua sumbangan
sudah terkumpul paling lambat hari ini.
b) Dari hasil kesepakatan kita ini, maka silahkan para peserta
menginformasikan kepada kelompoknya masing-masing.
c) Berdasarkan hasil kesepakatan para importir buah di Kota
Batam beberapa bulan lalu, maka dipastikan harga buah di Kota
Batam tidak akan naik.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
B. SARAN

xxi
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.


http://www.diaryapipah.com/2012/05/pengertian-sintaksis-frase-dan-
klausa.html
arifsunarya.wordpress.com/2012/11/17/sintaksis-dalam-tataran-linguistik/
https://arifsunarya.wordpress.com/2012/11/17/sintaksis-dalam-tataran-
linguistik/
http://prince-mienu.blogspot.co.id/2010/01/tataran-linguistik-3-sintaksis.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat
http://cahyasinda.blogspot.com/2016/01/artikel-pengertian-sintaksis-kata-
frasa.html
Suhardi. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Jogjakarta:
AR-RUZZ MEDIA
Khairah, Miftahul dan Sakura Ridwan. 2015. Sintaksis Memahami Satuan
Kalimat Perspektif fungsi. Jakarta: Bumi Aksara

xxii
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Prinsip-prinsip Dasar Sintaksis. Bandung:
Angkasa
http://hidayatipro123.blogspot.com/2017/06/makalah-sintaksis-kalimat.html

xxiii

Anda mungkin juga menyukai