Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sarapan adalah kegiatan makan di pagi hari sebelum memulai aktivitas lainnya.

Sarapan yang baik dilakukan pada rentang waktu pukul 06.00 pagi sampai dengan

pukul 10.00 pagi dengan mengonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang

serta dapat memenuhi 20%–25% dari kebutuhan energi total sebelum memulai

kegiatan belajar di sekolah (Khalida et al., 2015), maka dari itu sarapan sering

didefinisikan sebagai kegiatan yang sangat penting untuk mengawali hari. Komposisi

makanan dalam sarapan berbeda-beda di setiap negara. Di Indonesia makanan paling

populer untuk sarapan anak 6-12 tahun adalah nasi putih (28.5%), telur ceplok/dadar,

sayur berkuah,ikan goreng, mie instan, nasi goreng dan air mineral (Hardinsyah and

Aries, 2012). Sarapan yang baik dan rutin dapat mengurangi resiko penyakit

kardiometabolik, mengurangi resiko obesitas (Adamsson et al., 2015, So, 2013) serta

dapat meningkatkan kemampuan akademik dan prestasi anak di sekolah (So, 2013,

Edefonti et al., 2014, Adolphus et al, 2015, Khalida et al., 2015) Asupan nutrisi yang

optimal dalam sarapan diyakini dapat membantu proses berpikir, mengingat dan

menyelesaikan masalah (Khalida et al., 2015). Makanan yang pertama dikonsumsi

sebagai sarapan harus mengandung gizi yang baik untuk tubuh, serta mengandung

cukup karbohidrat. Karbohidrat akan diubah menjadi glukosa yang nantinya

digunakan sebagai bahan bakar oleh otak, sebab neuron pada otak tidak mampu

1
2

menyimpan glukosa sehingga otak hanya mengandalkan asupan glukosa dari aliran

darah (Khalida et al., 2015).

Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2013 menyatakan bahwa anak Indonesia usia

10-13 tahun memerlukan 2100 kalori setiap harinya Sarapan menyumbangkan

hingga ± 20% asupan kalori, artinya ± 420 kalori seharusnya berasal dari apa yang

dikonsumsi saat sarapan (Hardinsyah and Aries, 2012) sedangkan sisanya dipenuhi

saat makan siang , malam dan beberapa makanan selingan. Di Indonesia masih

banyak anak-anak usia sekolah yang tidak mendapat sarapan, hal ini menyebabkan

anak kehilangan 20-60% nutrisi mikro seperti zat besi,vitamin B,vitamin D dan folat

(Adolphus et al., 2013) yang sangat beguna bagi pertumbuhan dan perkembangan

anak. Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS, 2010) 16,9%–50% menyatakan, anak usia

sekolah dan remaja, serta rata-rata 31,2% orang dewasa di Indonesia tidak memiliki

kebiasaan sarapan. Hal Ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, keadaan

ekonomi, pengetahuan, pekerjaan orang tua, bahkan jarak antar rumah dan sekolah

juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan sarapan anak (Nofitasari et

al., 2009) hal ini menyebabkan anak tidak mendapatkan sarapan sehat di pagi hari,

“Anak sekolah sekadar mengonsumsi minuman saat sarapan (26,1%), seperti air

putih, susu, atau teh dan 44,6% mengonsumsi sarapan berkualitas rendah”- (Khalida

et al., 2015). Melewatkan sarapan juga menyebabkan penurunan perhatian,

konsentrasi dan daya ingat anak saat belajar di sekolah (Gajre et al., 2008). Jika

penurunan perhatian dan konsentrasi berlangsung terus-menerus dikhawatirkan akan

mempengaruhi prestasi belajar anak. Orang tua tentu mengharapkan memiliki anak

yang sehat dan dapat berprestasi di bidang akademik maupun non akademik begitu

juga tenaga pendidik, karena anak merupakan investasi bangsa di masa depan.

Mengingat pentingnya sarapan guna mencapai prestasi belajar, maka disusunlah


3

penelitian ini untuk membuktikan adanya hubungan antara kedua variabel tersebut

dengan subjek penelitian anak tingkat Sekolah Dasar, yang akan dilaksanakan di kota

Denpasar sebagai daerah dengan varietas penduduk yang beragam dan memiliki

mobilitas tinggi serta nantinya diharapkan dapat menjadi daerah percontohan bagi

daerah-daerah lainnya di Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara sarapan dengan tingkat konsentrasi pada anak

Sekolah Dasar di Denpasar?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui adanya hubungan antara sarapan dengan tingkat konsentrasi anak

Sekolah Dasar di Denpasar

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui persentase sarapan pada siswa Sekolah Dasar di Denpasar

2. Mengetahui persentase tingkat konsentrasi pada anak yang sarapan dan yang

tidak sarapan pada siswa sekolah dasar di Denpasar

3. Menjelaskan hubungan antara sarapan dengan tingkat konsentrasi pada siswa

sekolah dasar di Denpasar


4

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan

ilmu pengetahuan serta dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk masyarakat

umum maupun kalangan akademika.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan informasi kepada tenaga pengajar Sekolah Dasar di Denpasar

2. Sebagai referensi bagi pihak Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Warmadewa untuk sebagai acuan mahasiswa dalam penyusunan

penelitian berikutnya
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sarapan

2.1.1 Pengertian sarapan

Kata Sarapan berasal dari kata “sarap” yang memiliki arti makan, “sarap” dengan

akhiran –an menjadikan kata tersebut sebuah kata kerja yang memiliki arti kegiatan

mengkonsumsi makanan pada pagi hari. Dalam bahasa inggris sarapan disebut

breakfast. Namun di masyarakat, sarapan juga sering diartikan sebagai kata benda

yaitu makanan yang dikonsumsi pada pagi hari. Sarapan sebagai kata kerja adalah

kegiatan makan di pagi hari yang baik dilakukan 2 jam setelah bangun pagi dan tidak

lewat dari jam 10 pagi (Tolfrey and Zakrzewski, 2012). Sarapan yang baik adalah

yang mampu memenuhi sekitar 15-30% gizi harian yang diperlukan oleh tubuh

(Hardinsyah and Aries, 2012). Kebiasaan sarapan dapat dilakukan berbagai kalangan

dari mulai anak-anak hingga dewasa, namun asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh

berbeda-beda pada setiap umur hal ini dijelaskan dalam PERMENKES tahun 2013

dimana disampaikan bahwa kebutuhan nutrisi untuk anak umur 10-12 tahun

sangatlah beragam, mulai dari protein, karbohidrat, vitamin, kalori, serat, kalsium

dan berbagai nutrisi lainnya, dengan sarapan diharapkan -/+ 20% asupan gizi

terutama kalori yang seharusnya didapatkan di pagi hari tidak terlewatkan, karena

dengan asupan gizi yang baik dapat menunjang aktifitas anak dalam kesehariannya

serta dapat mendukung proses tumbuh kembang anak di masa yang akan datang.

Khalida pada 2011 menyampaikan kebiasaan sarapan sudah menjadi perhatian

sebagian besar orang tua dan guru karena sarapan dianggap makanan paling penting
6

dalam sehari dan menjadi prasyarat keberhasilan proses belajar selepas periode puasa

yang panjang dari tidur malam hingga bangun pagi.

Indonesia merupakan negara dengan makanan pokok nasi, maka menjadi sesuatu

yang wajar apabila selalu terdapat nasi dalam konsumsi makanan harian orang

Indonesia, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Perdana pada 2013

yang menunjukan bahwa nasi adalah makanan yang dikonsumsi saat sarapan

memiliki rata-rata konsumsi lebih dari 5 g/hari sejajar dengan kangkung, telur ayam,

ikan dan tempe. Minuman yang mendominasi dikonsumsi saat sarapan yaitu air

putih, teh dan susu yang memperoleh rata-rata lebih dari 15mL/hari. Jenis sarapan

lengkap menurut panduan gizi seimbang seharusnya mengandung sumber

karbohidrat, protein, sayur, buah dan minuman agar dapat memenuhi 1/3 asupan

energi harian seseorang. (KEMENKES RI, 2014)

2.1.2 Manfaat sarapan

Sebagai pemasok energi awal, glukosa dalam makanan saat sarapan akan digunakan

tubuh untuk asupan energi bagi otak yang akan digunakan sebagai energi guna

melakukan proses berpikir dan menganalisis (Khalida et al., 2015). Sarapan pagi

bagi anak sangatlah penting, karena anak dengan tingkat aktifitas yang tinggi

tentunya membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar terutama saat disekolah

(Perdana, 2013) Perdana pada 2013 menyatakan bahwa sarapan memberikan dampak

positif terhadap kehadiran sekolah, prestasi akademik, asupan zat gizi, kebugaran dan

berat badan yang sehat. Melakukan sarapan di pagi hari dapat menurunkan risiko

obesitas pada anak serta dapat menurunkan risiko penyakit kardiometabolik

(Adamsson et al., 2015). Asupan energi dalam sarapan mampu memberi motivasi

anak untuk beraktifitas, meningkatkan stamina (Perdana, 2013) dan proses berpikir,
7

memori serta status gizi (Khalida et al., 2015). Ketika bangun pagi gula darah dalam

tubuh kita rendah karena semalaman tidak makan, tanpa sarapan yang cukup otak

akan sulit berkonsentrasi saat belajar di sekolah , dengan konsentrasi yang rendah

tentunya proses belajar akan menjadi sia-sia, karena hanya membuang waktu dan

tenaga (Arifin and Prihanto, 2015).

2.2. Konsentrasi

2.2.1 Pengertian konsentrasi

Konsentrasi adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan

konsentrasi sering digunakan dalam proses mendengarkan, belajar, maupun

bersosialisai dengan lingkungan. Saat berbicara dan mendengarkan, seseorang harus

mampu mengesampingkan distraksi yang ada dan memusatkan perhatian kepada

pembicaraan. Penerimaan informasi khusus dan terhambatnya informasi yang tidak

diinginkan disebut perhatian (Goldstein, 2010). Konsentrasi dapat digunakan dalam

berbagai kegiatan salah satunya yaitu belajar. Dalam belajar diperlukan konsentrasi

dalam mewujudkan perhatian yang terpusat. Pemusatan perhatian tertuju pada suatu

objek atau hal tertentu dan mengabaikan masalah-masalah lain. Menurut Syaiful

(2010) pada Arifin dan Prihanto (2015), apabila seseorang tidak dapat berkonsentrasi

dalam belajar, maka bahan pelajaran akan sukar untuk dikuasai dan disimpan.

Konsentrasi adalah proses pemusatan perhatian dengan kesadaran sepenuhnya

pada bahan pelajaran dan mengesampingkan semua hal yang sama sekali tidak

berhubungan dengan kegiatan tersebut (Olivia, 2010., Slameto, 2010). Saat

seseorang berkonsentrasi, terjadi proses pengenalan dan pengolahan informasi seperti

memasukan , mengolah dan menyimpan informasi. Konsentrasi merupakan

pemusatan fungsi jiwa kepada suatu objek seperti perhatian, konsentrasi pikiran dan
8

sebagainya (Djamarah, 2008). Dalam proses belajar diperlukan konsentrasi dan

perhatian yang terpusat terhadap suatu bahan pelajaran. Pemusatan perhatian terjadi

saat seseorang ingin memperoleh informasi terhadap hal-hal yang ingin diperoleh

dari bahan ajar tersebut. Maka dapat disimpulakn bahwa konsentrasi belajar adalah

kemampuan memusatkan pikiran pada proses dan isi pembelajaran dengan

mengabaikan stimulus lainnya.

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi

Menurut Tonienase (2007) dalam Widyaningsih (2014), konsentrasi belajar anak

dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti di bawah ini:

a. Eksternal

Faktor dari lingkungan sekitar dapat mempengaruhi kemampuan dalam

berkonsentrasi, anak akan dapat memaksimalkan kemampuan konsentrasi. Jika anak

dapat mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap konsentrasi, anak

mampu menggunakan kemampuan anak pada saat dan suasana yang tepat. Faktor

lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar adalah suara, pencahayaan,

temperatur, dan desain belajar.

1. Suara.

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap suara, ada yang menyukai

belajar sambil mendengarkan musik, belajar ditempat ramai, dan bersama teman.

Tetapi ada yang hanya dapat belajar ditempat yang tenang tanpa suara, atau ada juga

yang dapat belajar ditempat dalam keadaan apapun.

2. Pencahayaan.

Pencahayaan merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya kurang begitu

dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang
9

belajar ditempat terang, atau senang belajar ditempat yang gelap, tetapi kenyamanan

visual dapat juga digolongkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat

kenyamanan di dalam ruangan maupun bangunan.

3. Temperatur.

Temperatur sama seperti faktor pencahayaan, merupakan faktor yang

pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi terdapat

juga seseorang yang senang belajar ditempat dingin, atau senang belajar ditempat

yang hangat, dan juga senang belajar ditempat dingin maupun hangat, maka

sebaiknya suhu harus disesuaikan dengan kenyamanan seseorang, pada umumnya

suhu ruangan yang baik adalah 24-25 derajat celsius.

4. Desain Belajar.

Desain belajar merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh juga, yaitu

sebagai media atau sarana dalam belajar, misalnya terdapat seseorang yang senang

belajar ditempat santai sambil duduk di kursi, sofa, tempat tidur, maupun di karpet.

Cara mendesain media dan sarana belajar merupakan salah satu cara yang dapat

membuat kita lebih dapat berkonsentrasi.

5. Pergaulan

Pergaulan juga dapat mempengaruhi anak dalam menerima pelajaran, perilaku

dan pergaulan mereka, dapat mempengaruhi konsentrasi belajar yang dipengaruhi

juga oleh beberapa faktor, seperti faktor teknologi yang berkembang saat ini

contohnya televisi, internet, dll hal ini sangat berpengaruh pada sikap dan prilaku

anak.
10

b. Internal

Pengaruh dari dalam diri juga dapat mempengaruhi bagaimana sikap dan perilaku

anak dalam berkonsentrasi, misalnya karena adanya masalah dalam lingkungan

sekitar dan keluarga. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kedadaan psikologis anak,

karena anak akan kehilangan semangat dan motivasi belajar mereka, tentunya akan

berpengaruh juga terhadap tingkat konsentrasi anak yang akan semakin menurun.

Selain itu Nugroho (2007) juga mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan

gangguan konsentrasi dalam belajar yaitu :

a. Tidak memiliki motivasi diri :

Motivasi kuat yang timbul dalam diri seorang anak dapat mendorongnya belajar

sangat diperlukan. Ada anak yang membutuhkan rangsangan seperti hadiah yang

baik dari orangtua ketika mereka berprestasi. Namun orangtua juga harus hati-hati

dalam memberikan rangsangan berupa hadiah agar anak tetap mau belajar meskipun

tidak diberikan hadiah.

b. Suasana lingkungan belajar yang tidak kondusif :

Suasana yang ramai dan bising tentu saja dapat mengganggu anak yang ingin

belajar dalam situasi yang tenang. Namun, ada juga tipe anak yang dapat belajar

dengan mendengarkan musik.

c. Sarapan Pagi :

Sarapan Pagi dapat mempengaruhi konsentrasi dari anak, dengan kondisi tubuh

yang tidak sehat maka akan sulit untuk mendengarkan, fokus dan berkonsentrasi.

Asupan nutrisi yang baik terutama glukosa dapat menghindarkan anak dari

hipoglikemia yang dapat mengganggu proses berpikir dan menyelesaikan masalah.

Mikro nutrien lain seperti vitamin, protein, kalsium dll. juga berkontribusi

menunjang masa tumbuh kembang anak sesuai usianya.


11

d. Anak merasa jenuh :

Beban pelajaran yang ditanggung oleh anak sangat banyak, apalagi mereka harus

mengikuti kegiatan belajar di lembaga pendidikan formal (kursus). Oleh karena itu

sebaiknya anak diberikan waktu istirahat sejenak untuk membuat diri mereka

menjadi relaks.

e. Modalitas Belajar

Modalitas belajar yang menentukan anak dapat memproses setiap informasi yang

diterima. Semakin banyak informasi yang diterima dan diserap oleh anak, maka

kemampuan berkonsentrasi pun harus semakin baik dan fokus dalam mengikuti

setiap proses pembelajaran. Banyak cara yang ditawarkan oleh para ahli dalam

meningkatkan konsentrasi belajar anak, misalnya dengan cara meningkatkan

gelombang alfa agar setiap anak dapat berkonsentrasi dengan baik menurut

Depoter,dkk (2003) dalam Susanto (2006), kemudian dapat juga dengan mengatur

posisi tubuh pada saat belajar, dan mempelajari materi (informasi) sesuai dengan

karakteristik anak itu sendiri.

2.2.3 Pengukuran Tingkat Konsentrasi

Menurut Khalida (2015) Blanco Concentration Grid Test merupakan salah satu cara

pengukuran yang sesuai untuk mengukur tingkat konsentrasi seseorang. Teknik ini

juga diterapkan oleh Arifin pada 2015 dalam penelitiannya guna menentukan

kategori tingkat konsentrasi anak. BCGT dilakukan dengan memberikan anak

lembar kertas berisi baris angka kombinasi dari angka 00 hingga 99 yang diletakan

acak pada 10 kolom x 10 baris. Anak diharuskan menemukan dan menandai angka

secara berurutan mulai dari 00 sampai dengan 99. Semua anak melakukan secara
12

bersamaan dalam waktu 1 menit. Hasil dari pengukuran tersebut akan

diklasifikasikan menurut kategori sebagai berikut:

Tabel 1. Kategori Penilaian Tingkat Konsentrasi


Kategori Angka yang Ditemukan dalam 1 menit
Baik ≥ 21 Angka
Sedang 11-20 Angka
Buruk 00-10 Angka

2.3. Hubungan Antara Sarapan dengan Tingkat Konsentrasi

Menurut fisiologis tubuh, kadar glukosa dalam darah paling rendah dalam sehari ada

pada pagi hari sebelum orang makan. Maka dari itu pengukuran glukosa darah puasa

8 jam biasanya dilakukan di pagi hari. Karbohidrat merupakan disakarida yang

proses metabolismenya dilakukan oleh berbagai komponen, misalnya di mulut

karbohidrat dicerna oleh α-amilase yang terdapat dalam air liur serta α-amilase yang

dihasilkan oleh pankreas yang bekerja dalam usus halus. Salah satu penyusun

karbohidrat yang penting dalam metabolisme tubuh adalah komponen gula sederhana

yang terdiri atas monosakarida (glukosa, liposa, galaktosa), disakarida (maltosa,

sukrosa,laktosa) dan oligosakarida. Neurotransimitter memerlukan glukosa untuk

melakukan penyaluran informasi dari satu neuron ke neuron lain. Glukosa membantu

proses sintesis neurotransmitter seperti GABA, Glutamate, Asetilkolin. Otak

memakai 60-70% asupan glukosa untuk metabolismenya. Sel otak dan jaringan saraf

sangat bergantung kepada glukosa untuk memenuhi kebutuhan energi. Sel otak akan

mengoksidasi glukosa menjadi karbon dioksida dan air sehingga dihasilkan ATP.

Apabila glukosa turun di ambang di bawah normal, kepala akan merasa pusing dan

kepala terasa ringan. (Belalcazar et al., 2009) Pada keadaan normal, sel otak dan
13

susunan saraf memerlukan sekitar 150 g glukosa setiap hari Begitu juga di otot, otot

rangka yang sedang bekerja menggunakan glukosa dari darah atau dari simpanan

glikogennya sendiri, untuk diubah menjadi laktat melalui glikosis atau menjadi CO2

dan H2O. Setelah makan, glukosa digunakan oleh otot untuk memulihkan simpanan

glikogen yang berkurang selama otot bekerja melalui proses yang dirangsang oleh

insulin (Belalcazar et al., 2009) Otot dan otak yang kekurangan glukosa tentu akan

menurun fungsinya dan menyebabkan seseorang pusing dan lemas keadaan ini tentu

akan mengganggu proses konsentrasi seseorang. Berdasarkan kedua hal tersebut

dapat disimpulkan adanya hubungan antara sarapan sebagai sumber pemasok

karbohidrat bagi tubuh dan hubungannya dengan konsentrasi. Hal ini juga ditunjang

dari penelitian yang sudah dilakukan Gajre et al. di tahun 2010 pada 379 responden

anak-anak sekolah dasar di Kota Hyderabad, India, telah dibuktikan bahwa sarapan

mampu mempengaruhi memori, perhatian, konsentrasi dan prestasi belajar.

Penelitian oleh Arifin (2015) pada siswa kelas VI di SDIT Al-Fathimiyyah Surabaya,

sebanyak 37 dari 59 responden yang melakukan sarapan menunjukan konsentrasi

yang baik, hal ini juga membuktikan adanya hubungan antara sarapan dengan

konsentrasi.
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan menggambarkan hubungan antara variabel,

mengenai hubungan sarapan dengan tingkat konsentrasi pada siswa Sekolah Dasar di

Denpasar pada tahun 2016. Dalam penelitian ini sarapan ditempatkan sebagai

variabel bebas dan tingkat konsentrasi sebagai variabel tergantung. Untuk lebih

memperjelas, maka disajikan skema sebagai berikut:

Bagan 1. Konsep Penelitian

Eksternal :
- suara
- pencahayaan
- temperatur
- desain belajar
- pergaulan

Tingkat Konsentrasi

Internal :
- motivasi diri
- suasana lingkungan
- sarapan pagi
- kejenuhan
- modalitas belajar

14
15

Keterangan:

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

= Alur pikir

3.2. Hipotesis

Hipotesis Nol (H0):

Tidak terdapat hubungan antara sarapan dengan tingkat konsentrasi pada siswa

Sekolah Dasar di Denpasar.

Hipotesis Alternatif (Ha):

Adanya hubungan antara sarapan dengan tingkat konsentrasi pada siswa Sekolah

Dasar di Denpasar
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember tahun 2017 yang

berlokasi di dua Sekolah Dasar Negeri dan dua Sekolah Dasar Swasta di Denpasar

4.2 Rancangan penelitian

Rancangan penelitian yang akan diterapkan pada penelitian ini adalah analitik

dengan pendekatan cross-sectional dimana peneliti melakukan pengukuran kedua

variabel pada saat yang bersamaan.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi penelitian

Populasi dibagi menjadi dua yaitu, populasi target dan populasi terjangkau. Populasi

target dalam penelitian ini adalah seluruh anak umur 10-12 tahun di Denpasar dan

Sekolah Dasar di Denpasar Barat sebagai populasi terjangkau yang berjumlah 78848

orang.

4.3.2 Sampel penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak di Sekolah Dasar kota Denpasar

yang berusia 10-12 tahun dengan kriteria:

16
17

1. Anak umur 10-12 tahun

2. Bersedia menjadi responden dalam penelitian

3. Tidak sedang dalam keadaan sakit atau diet

Besarnya sampel penelitian diukur berdasarkan dilakukannya sarapan terhadap

tingkat konsentrasi di Sekolah Dasar di Denpasar yang dinyatakan dengan prevalensi

(P). Ditetapkan nilai P = 50% sebab belum terdapat penelitian serupa yang dilakukan

pada siswa Sekolah Dasar di Denpasar. Penetapan alfa sebesar 5% sehingga Zα =

1,96 dengan nilai presisi (d) 10% yang akan dihitung dengan menggunakan rumus

besar sampel:

𝑍𝛼 2 𝑃(1 − 𝑃)
𝑛=
𝑑2

1,962 0,5(1 − 0,5)


𝑛=
0,12

𝑛 = 96,04

Keterangan:

n = jumlah sampel

Zα = konstanta derajat kepercayaan (1,96)

P = proporsi (0,5)

d = presisi mutlak / limit error (0,1)

Berdasarkan rumus di atas peneliti mendapatkan jumlah sampel (n) sebesar 96.

Metode pemilihan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah simple

two stage cluster random sampling


18

4.4 Variabel dan Definisi Operasional

4.4.1 Variabel penelitian

Dua variabel dalam penelitian ini yaitu, sarapan pagi sebagai variabel bebas dan

tingkat konsentrasi sebagai variabel tergantung.

4.4.2 Definisi operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Definisi operasional Alat ukur Nilai ukur Skala


Sarapan Sarapan
didefinisikan sebagai
kegiatan makan di
pagi hari pada pada
jam 6 – 10 pagi 1= Sarapan
dengan konsumsi 0= tidak
minimal ±20% Kuesioner sarapan Binominal
kebutuhan energi
harian dari 2100
kalori harian yang
dibutuhkan anak usia
10-12 tahun.

Tingkat Pemusatan perhatian Grid 2= baik


konsentrasi atau pemikiran pada Concentrati 1= sedang Kategorikal
suatu hal. on Test 0= buruk

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel


19

4.5 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

4.5.1 Instrumen pengumpulan data

Kuesioner merupakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dari

responden. Didalam kuesioner tersebut disajikan pertanyaan yang berhubungan

dengan sarapan yang diisi langsung oleh responden. Untuk menilai tingkat

konsentrasi responden, peneliti menggunakan Blanco Concentration Grid Test.

4.5.2 Cara pengumpulan data

a. Persiapan

Dalam proses persiapan peneliti akan mempersiapkan perijinan dan instrument

penelitian yang akan digunakan berupa kuesioner dan blanco concentration grid test.

b. Pelaksanaan
Pada pelaksanaannya kuesioner dan blanco concentration grid test akan dibagikan

dan diisi oleh responden dengan panduan yang sudah di informasikan kepada

responden oleh peneliti. Apabila sudah terisi maka instrumen akan dikumpulkan

kembali pada saat itu juga.

4.6 Analisis Data

Dalam penelitian ini data dianalisis menggunakan metode analisis univariat

Analisis univariat dikerjakan untuk melihat gambaran karakteristik sampel dan

dianalisis dalam bentuk deskriptif ditampilkan dalam bentuk tabel.

Derajat kepercayaan pada penelitian ini adalah sebesar 95%. Pengambilan

keputusan didasari oleh nilai probabilitas (p). Apabila nilai p > 0,05 maka H0

diterima yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara sarapan dengan tingkat
20

konsentrasi pada siswa Sekolah Dasar di kota Denpasar. Sedangkan apabila nilai p ≤

0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak yang menyatakan kebalikan dari H0.
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian

Denpasar dulunya merupakan sebuah kerajaan yang berdiri sejak abad ke – 19.

Setelah kemerdekaan, Denpasar menjadi ibukota provinsi Bali sebagai pengganti

Singaraja, perubahan ini dinyatakan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor

Des.52/2/36-136 tanggal 23 juni 1960. Secara geografis Kota Denpasar adalah kota

dengan luas daerah 127,78 Km2 atau 2,18% luas wilayah provinsi Bali. Secara

administratif Kota Denpasar terbagi menjadi beberapa wilayah yaitu Denpasar

Selatan yang memiliki 11 Desa/kelurahan, Denpasar Timur dengan 11

Desa/Kelurahan, Denpasar Utara 11 Desa/Kelurahan dan Denpasar Barat dengan 11

Desa/Kelurahan. Apabila ditinjau dari segi demografi Kota Denpasar memiliki total

jumlah penduduk 788.589 pada tahun 2010 dengan perbandingan jumlah penduduk

laki-laki lebih banyak 4.57% dibandingkan penduduk wanita. Kota Denpasar

merupakan wilayah dengan penduduk heterogen tersusun dari berbagai agama, ras

dan suku. Dari segi pendidikan Kota Denpasar memiliki 229 Sekolah Dasar/MI

negeri dan swasta, 59 SMP/MTs negeri/swasta, 34 SMA/MA negeri/swasta 29 SMK

negeri/swasta dan 25 Perguruan Tinggi negeri/swasta.

21
22

Tabel 3. Gambaran Jumlah Siswa Sekolah Dasar di Denpasar Barat Tahun 2012 –
tahun 2016
Denpasar Barat SD Negeri SD Swasta
2016 17.559 2.773
2015 18.790 7.503
2014 18.126 7.156
2013 18.732 7.257
2012 19.187 7.253
Sumber: UPT Dikpora Denbar (Kecamatan Denpasar Barat dalam Angka, 2017)

Kecamatan Denpasar Barat merupakan salah satu kecamatan dengan luas wilayah

24,13 Km2 , hampir 31% wilayah dari keseluruhan luas Kota Denpasar. Jumlah

penduduk di Denpasar Barat sebanyak 168.881 jiwa. Wilayah Denpasar Barat erbagi

atas 11 desa/kelurahan, yaitu Desa Dauh Puri Kangin, Desa Dauh Puri Kauh, Desa

Dauh Puri Kauh, Desa Dauh Puri Klod, Desa Padangsambian Kaja, Desa

Padangsambian Klod, Desa Pemecutan Klod, Desa Tegal Harum, Desa Tegal Kerta,

Kelurahan Dauh Puri, Kelurahan Padang Sambian dan Kelurahan Pemecutan,

Sekolah Dasar Negeri 19 Pemecutan berada di Jalan Gunung Lempuyang No.83,

Dusun Tegal Harum, Desa Tegal Harum, Kecamatan Denpasar Barat. 730 orang

terbagi dalam 6 kelas yaitu, kelas 1 sebanyak 98 orang, kelas 2 sebanyak 137 orang,

kelas 3 sebanyak 109 orang, kelas 4 sebanyak 131 orang, kelas 5 sebanyak 149

orang, dan kelas 6 sebanyak 106 orang. SDN 19 Pemecutan memiliki 18 ruang kelas

1 ruang laboratorium dan 1 ruang perpustakaan. Kepala sekolah yang menjabat yaitu

Ida Ayu Putu Darwati.

Sekolah Dasa Negeri 27 Pemecutan terletak di Jalan Gunung Cemara No.23,

Dusun Tegal harum, Desa Tegal Harum, Kecamatan Denpasar Barat. SDN 27

Pemecutan berdiri sejak tahun 1984 namun baru memiliki gedung sekolah pada

tahun 1985 selama belum memiliki gedung, siswa ditampung di SDN 17 Pemecutan.

Total jumlah peserta didik sebanyak 899 terbagi atas 520 siswa laki-laki dan 379
23

siswi perempuan. Kelas di SDN 27 Pemecutan terbagi menjadi 6 kelas yaitu kelas 1

sebanyak 109 orang, kelas 2 sebanyak 203 orang, kelas 3 sebanyak 206 orang, kelas

4 sebanyak 143 orang, kelas 5 sebanyak 124 orang, dan kelas 6 sebanyak 114 orang.

Kepala sekolah yang menjabat yaitu Desak Made Wati

Sekolah Dasar Harapan Mulia merupakan salah satu sekolah dasar swasta di

Kecamatan Denpasar Barat. Beralamat lengkap di Jalan Pura Demak Nomor 19,

Desa Pemecutan Klod, Kecamatan Denpasar Barat. Ruang belajar di SD Harapan

Mulia terbagi menjadi 19 ruang kelas dengan 25 orang pada masing-masing kelas.

SD Harapan Mulia memiliki 256 orang peserta didik yang terbagi menjadi 6 kelas

yaitu, kelas 1 sebanyak 32 orang, kelas 2 sebanyak 46 orang, kelas 3 sebanyak 50

orang, kelas 4 sebanyak 51 orang, kelas 5 sebanyak 39 orang dan kelas 6 sebanyak

38 orang. Kepala sekolah yang menjabat yaitu drs. Beni Suwarji

5.2 Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik sampel dalam penelitian ini ditinjau dari jenis kelamin, usia, sarapan,

dan tingkat konsentrasi. Berikut penjabaran data secara lebih detil dengan tabel

persentasi:

5.2.1 Jenis Kelamin

Deskripsi karakteristik responden menurut jenis kelamin adalah sebagai berikut :

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


1 Laki – laki 54 56.2
2 Perempuan 42 43.8
Tabel 4. Karakteristik Responden Penelitian Menurut Jenis Kelamin
24

Dari pengolahan data secara deskriptif menurut persentase diketahui sampel laki-laki

sebanyak 54 orang (56.2%) dan sampel Perempuan sebanyak 42 orang (56.2%).

5.2.2 Usia

Dekripsi karakteristik responden menurut usia adalah sebagai berikut :

No. Usia (tahun) Frekuensi Persentase (%)


1 10 24 25.0
2 11 46 47.9
3 12 26 27.1
Tabel 5. Karakteristik Responden Penelitian Menurut Usia

Dari pengolahan data secara deskriptif menurut persentase diketahui sampel berusia

10 tahun sebanyak 24 orang (25.0%), sampel berusia 11 tahun sebanyak 46 orang

(47.9%) dan sampel yang berusia 12 tahun sebanyak 26 orang (27.1%).

5.3 Deskripsi Variabel Penelitian

Data masing – masing variabel dalam penelitian ini dikumpulkan melalui pengisian

kuisioner oleh responden. Berikut penjabaran data secara lebih detil:


25

5.3.1 Sarapan

Deskripsi variabel sarapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

No. Sarapan Frekuensi Persentase (%)


1 Tidak Sarapan 35 36.5
2 Sarapan 61 63.5
Tabel 6. Karakteristik Responden Penelitian Menurut Sarapan

Berdasarkan hasil pengolahan data responden secara deskriptif menurut frekuensi

didapatkan sebanyak (63,5%) 61 orang sampel melakukan sarapan dan (36,5%) 36

orang sampel tidak melakukan sarapan.

5.3.2 Tingkat konsentrasi

Deskripsi variabel tingkat konsentrasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

No. Sarapan Frekuensi Persentase (%)


1 Baik 15 15.6
2 Sedang 64 66.7
3 Buruk 17 17.7
Tabel 7. Karakteristik Responden Penelitian Menurut tingkat Konsentrasi

Berdasarkan hasil pengolahan data responden secara deskriptif menurut frekuensi

diketahui sampel dengan tingkat konsentrasi sedang sebanyak 64 orang (66,7%) ,

tangkat konsentrasi buruk sebanyak 17 orang (17,7%) dan sampel dengan tingkat

konsentrasi baik sebanyak 15 orang (15,6%).


26

5.4 Hasil Analisis Data

5.4.1 Hasil analisis hubungan antara sarapan dengan tingkat konsentrasi

Guna menentukan diterima atau ditolaknya Hipotesis Nol (Ho) dalam penelitian

Hubungan Antara Sarapan dengan Tingkat Konsentrasi pasa Siswa Sekolah Dasar di

Denpasar, data yang sudah didapat lalu dianalisis menggunakan uji Chi-Square.

Hasil analisis menggunakan SPSS 16.0 diketahui angka expected count tidak terdapat

nilai yang lebih rendah daripada 5 dan tidak terdapat nilai actual count yang bernilai

0 (nol) sehingga syarat analisis Chi-Square terpenuhi. Hasil analisis diuraikan pada

tabel berikut :

Tingkat Konsentrasi
Total r p
Buruk Sedang Baik
Tidak
Sarapan 10 24 1 35 0.299 0.009
Sarapan
Sarapan 7 40 14 61
Tabel 8. Tabulasi Silang (Crosstabulation)

Berdasarkan hasil yang dijabarkan pada tabel 5.3, penghitungan dengan metode

Tabulasi Silang (Crosstabulation) pada SPSS 16.0, diketahui sampel yang tidak

melakukan sarapan terdapat 10 orang mendapatkan nilai konsentrasi buruk, 24 orang

mendapatkan nilai konsentrasi sedang dan 1 orang mendapat nilai baik. Sedangkan

pada sampel yang melakukan sarapan terdapat 7 orang yang mendapatkan nilai

konsentrasi buruk, 40 orang mendapatkan nilai konsentrasi sedang dan sisanya

sebanyak 14 orang mendapatkan nilai baik.

Dalam analisis Chi-Square dengan probabilitas 5% (0,05) dan df sebesar 2

didapatkan hasil Chi-Square Tabel sebesar 5,991. Nilai Pearson Chi-Square yang
27

didapat adalah 9,447 dan nilai signifikansi (p) 0.009. Karena nilai Pearson Chi-

Square (9,447) > Chi-Square Tabel (5,991) dan nilai signifikansi p (0,009) < 0,05

maka Hipotesis Nol (Ho) ditolak, dan Hipotesis Alternatif (Ha) diterima sehingga

menyatakan Terdapat Hubungan antara Sarapan dengan Tingkat Konsentrasi pada

Siswa Sekolah Dasar di Denpasar.

Berdasarkan hasil analisis Symmetrical Measures diketahui nilai Contingency

Coefficient (r) sebesar 0.299. Nilai ini menyatakan kekuatan hubungan antar kedua

variabel yang diteliti. Kriteria nilai Contingency Coefficient (r) dapat dilihat pada

tabel berikut :

Nilai Keterangan
0 Tidak Terdapat hubungan antar Variabel
0.1 – 0.39 Hubungan Ringan
0.4 – 0.69 Hubungan Sedang
>0.7 – 0.99 Hubungan Kuat
1 Hubungan Sempurna
Tabel 9. Kriteria Nilai Contingency Coefficient (r)

Sumber: Widarsa K. T., 2013 Pedoman Analisis Statistika dengan SPSS

Berdasarkan kriteria Contingency Coefficient (r) pada tabel 5.6 maka hasil analisis

Symmetrical Measures yang menunjukan nilai r= 0,299 masuk dalam kriteria

hubungan ringan. Sehingga dapat dinyatakan adanya hubungan ringan antara kedua

variabel.
28

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Responden Penelitian

Dalam penelitian Hubungan antara Sarapan dengan Tingkat Konsentrasi pada Siswa

Sekolah Dasar di Denpasar, karakteristik responden terbagi menjadi dua kelompok

yaitu dalam kelompok usia dan jenis kelamin. Pemilahan responden dilakukan

dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi. Semua responden yang ikut

serta dalam penelitian dinyatakan sehat dan bersedia mengikuti proses penelitian.

JENIS KELAMIN
60

50

40

30

20

10

0
Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

Gambar 1. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin


29

USIA
60

50

40

30

20

10

0
Usia

10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun

Gambar 2. Distribusi Responden Menurut Usia

Laki – laki mendominasi dalam kelompok jumlah responden menurut jenis

kelamin dengan jumlah sebanyak 54 orang responden (56.2%). Menurut usia,

responden terbagi menjadi 3 yaitu, usia 10 tahun, 11 tahun dan 12 tahun. Responden

dengan usia 11 tahun adalah responden dengan jumlah paling banyak dalam

penelitian ini yaitu sebanyak 46 orang atau 47,9% dari total keseluruhan responden.

Sedangkan sisanya berusia 12 tahun berjumlah (27.1%) diikuti responden dengan

usia 10 tahun sebanyak 26 responden 24 orang responden (25.0%) .


30

6.2 Variabel Penelitian

6.2.1 Variabel sarapan

Sarapan pagi dalam hakikatnya memenuhi kebutuhan nutrisi dan tenaga untuk

menjalani hari kadang kala terlupakan. Dilihat dari data menunjukan masih terdapat

36,6 % dari keseluruhan responden tidak melakukan sarapan atau makan dengan

sarapan yang tidak berkualitas. Hal ini sejalan dengan yang penelitian Perdana pada

tahun 2013 yang menyatakan bahwa ±69.6% anak Indonesia yang belum

mengkonsumsi sarapan pagi secara rutin dan dengan makanan yang berkualitas

menurut pedoman gizi seimbang. Padahal, dengan sarapan yang rutin dan berkualitas

dapat menghindarkan anak dari berbagai resiko penyakit dimasa yang akan datang

(So, 2013, Adamsson et al., 2015). Sarapan sangat berperan penting dalam kesiapan

anak untuk menjalani hari terutama pada anak yang sedang menjalani proses

akademik. Apabila anak tidak mendapat asupan nutrisi dan kalori yang baik, hal ini

akan mempengaruhi proses belajarnya disekolah. Hal ini juga disampaikan oleh

Adolphus pada tahun 2013, kebiasaan sarapan dapat mempengaruhi perilaku,

kognitif dan perhatian anak. Apabila hal ini terus terjadi, dikhawatirkan akan terjadi

penurunan prestasi belajar anak di sekolah bahkan dapat menggangu proses

perkembangan dan pertumbuhannya. Anak yang melewatkan sarapan dapat

disebabkan oleh berbagai faktor yaitu jenis kelamin, ketersediaan sarapan, menu

sarapan, pengetahuan gizi, jarak rumah dan sekolah, dan jumlah uang saku

(Nofitasari et al., 2009)


31

SARAPAN
70

60

50

40

30

20

10

0
Sarapan

Sarapan Tidak Sarapan

Gambar 3. Distribusi Responden Menurut Variabel Sarapan

6.2.2 Variabel Tingkat Konsentrasi

Apabila ditinjau dari tingkat konsentrasi terdapat 15 orang sampel yang mendapatkan

skor konsentrasi buruk, 64 mendapatkan skor konsentrasi sedang dan 17 lainnya

mendapatkan skor buruk. Hasil yang beragam tersebut dapat disebabkan oleh faktor-

faktor yang berpengaruh, salah satunya adalah keadaan jasmaniah responden.

Sunawan pada tahun 2009 menyampaikan bahwa faktor jasmaniah merupakan salah

satu faktor yang memberi peran penting dalam proses konsentrasi seseorang terutama

pada seseorang yang melakukan kegiatan belajar. Konsentrasi dalam proses belajar

memiliki pengaruh yang cukup besar, saat seseorang mendapatkan informasi atau

bahan ajar seseorang tersebut harus dapat menerima dengan baik informasi yang

disampaikan melalui pemusatan perhatian yang terarah (Siswanto, 2007). Apabila

seseorang sedang dalam keadaan sakit, mengantuk, lapar, haus gangguan panca

indra, gangguan pernapasan akan dapat mengganggu proses konsentrasi belajarnya.


32

(Sunawan, 2009). Menjaga keadaan tubuh tetap dalam keadaan terbaiknya bisa

dengan rutin berolahraga, makan teratur dengan komsumsi energi dan nutrisi yang

cukup sesuai dengan usia. Dengan tubuh yang sehat seseorang akan lebih siap untuk

menghadapi kegiatan sehari-hari dan terhindar dari berbagai faktor jasmaniah yang

dapat menurunkan kewaspadaan dan perhatiannya.

TINGKAT KONSENTRASI
80

70

60

50

40

30

20

10

0
Konsentrasi

Buruk Sedang Baik

Gambar 4. Distribusi Responden Menurut Variabel Tingkat Konsentrasi

6.3 Hubungan antar Variabel Penelitian

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara kedua variabel dapat diketahui adanya

hubungan yang signifikan antara sarapan dengan tingkat konsentrasi pada siswa

Sekolah Dasar di Denpasar. Hasil tersebut dirumuskan dengan melihat data analisis

yang menunjukan Pearson Chi Square (9,447) yang lebih besar dari Chi Square

Tabel (5,991) dan nilai signifikansi (p) yang bernilai 0,009 lebih kecil dari 0,05.

Hasil analisis tersebut menolak Hipotesis Nol (Ho), dan menrima Hipotesis

Alternatif (Ha) sehingga menyatakan terdapat hubungan antara sarapan dengan


33

tingkat konsentrasi pada siswa Sekolah Dasar di Denpasar. Kekuatan hubungan

anatra kedua variabel dapat dilihat dari coefficient contingency yang bernilai 0,299.

Hubungan tersebut bernilai positif yang berarti, apabila variabel sarapan dimodifikasi

maka variabel tingkat konsentrasi juga akan mengalami perubahan..

TABULASI SILANG
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Sarapan Tidak Sarapan

Buruk Sedang Baik

Gambar 5. Tabulasi Silang (Crosstabulation)

Hubungan tersebut juga dapat dilihat secara kasar pada tabulasi silang antara

kedua variabel dimana terdapat 14 orang responden yang melakukan sarapan

mendapatkan tingkat konsentrasi baik dan hanya 1 orang responden yang tidak

melakukan sarapan mendapatkan tingkat konsentrasi baik. Analisis yang telah

dilakukan menunjukan bahwa sarapan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh

secara statistik terhadap tingkat konsentrasi seseorang. Hal ini menjadi lebih buruk

apabila penurunan konsentrasi dialami oleh seorang pelajar yang harus

berkonsentrasi penuh dalam situasi akademik disekolah. Penurunan konsentrasi saat


34

belajar yang berlangsung secara terus-menerus bahkan dapat menyebabkan

penurunan prestasi anak disekolah. Penelitian oleh Iqbal pada 2015 terhadap anak/

siswa di Sekolah Dasar Negeri 1 Karangasem Kecamatan Laweyan Kota Surakarta

menunjukan bahwa sarapan pagi berkontribusi dalam menunjang kemampuan belajar

anak disekolah, sehingga banyak anak yang rutin melakukan sarapan cenderung

memiliki prestasi belajar yang baik. Sarapan begitu penting karena dapat memenuhi

kebutuhan energi tubuh di pagi hari setelah hampir 9 jam berpuasa. Penelitian oleh

Arifin pada tahun 2015 terhadap siswa SD Al-Fathimiyyah menunjukan bahwa

sarapan merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang konsentrasi belajar

siswa disekolah terbukti dengan data yang dicantumkan yaitu sebanyak 37 orang

siswa yang melakukan sarapan mendapat konsentrasi baik dari total 59 siswa yang

diteliti. Untuk mempertahankan tingkat metabolisme yang baik, kelangsungan

penyediaan energi yang berasal dari glukosa yang dibutuhkan, maka konsumsi

sarapan penting dalam menyediakan energi yang cukup untuk pagi hari (Deshmukh-

Taskar et al., 2010). Sarapan terbukti berpengaruh pada kerja sistem tubuh dan

perbaikan status gizi anak, dimana pada masa perkembangan anak memerlukan

banyak energi dan nutrisi guna menunjang prtumbuhan fisik, pertumbuhan otak dan

kemampuan kerja otak (Ethasari dan Nuryanto, 2014) dimana dalam proses

fisiologisnya otak dan sistem saraf pusat memerlukan banyak asupan energi yang

didapatkan dari hasil pencernaan karbohidrat makanan (Irawan, 2007), karbohidrat

ini diperlukan untuk proses pembentukan ATP yang nantinya akan menjadi bahan

bakar sel otak untuk dapat bekerja. Apabila asupan karbohidrat sebagai suplai energi

tidak tercukupi tentunya otak tidak akan berkerja maksimal dalam menjalankan

fungsinya sebagai pengatur memori, konsentrasi dan perhatian (Gajre et al., 2008)..

Selain itu, otot-otot skelet juga memerlukan energi untuk dapat bekerja. Jika kedua
35

organ tersebut tidak mendapatkan asupan nutrisi dan energi yang maksimal dampak

yang terlihat bisa berupa gejala lemas, pusing dan penurunan perhatian.

6.4 Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan. Hal ini

disebabkan oleh proses pengambilan data penelitian kepada siswa sebagai responden

hanya memfokuskan pada dilakukannya sarapan dengan batas kalori pada makanan

yang dikonsumsi dan mengesampingkan segala nutrisi lainnya yang terdapat pada

makanan, dimana faktor nutrisi lainnya pada makanan juga dapat mempengaruhi

hasil uji tingkat konsentrasi siswa sehingga hal ini memungkinkan terjadinya bias

dalam penelitian ini. Peneliti juga mengesampingkan variabel bebas lain yang dapat

mempengaruhi tingkat konsentrasi dan hanya meneliti satu variabel bebas saja yaitu

sarapan.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat dirumuskan setelah dilakukannnya penelitian kepada 96

responden adalah sebagai berikut :

1. Sebanyak 36,5% responden melakukan sarapan dan 63,5% responden tidak

melakukan sarapan.

2. Responden yang melakukan sarapan sebagian besar (93,3%) mendapatkan

tingkat konsentrasi baik daripada yang tidak melakukan sarapan (6,3%)

3. Terdapat hubungan bermakna secara statistik antara sarapan dengan tingkat

konsentrasi (0,009<0,05)

4. Hubungan antara sarapan dengan tingkat konsentrasi bersifat ringan (0,3) dan

bernilai positif, yang berarti apabila variabel sarapan dimodifikasi akan

mempengaruhi variabel tingkat konsentrasi.

36
37

7.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan penulis dari penelitian ini adalah:

7.2.1 Bagi Tenaga Pendidik

1. Diperlukan edukasi sejak dini kepada siswa mengenai pentingnya sarapan dan

pengaruhnya terhadap kemampuan belajar siswa disekolah yang dapat diselipkan

dalam proses akademik yang sudah berlangsung secara lisan ataupun tulisan.

2. Diharapkan guru/tenaga pendidik dapat senantiasa mengamati penurunan

perhatian dan konsentrasi siswa saat proses akademik berlangsung dan

melakukan pendekatan guna mengidentifikasi kemungkinan sarapan sebagai

penyebabnya.

7.2.2 Bagi Orang Tua

1. Perlunya pemahaman orang tua tentang pentingnya melakukan sarapan untuk

menunjang kemampuan belajar disekolah serta dapat memberikan edukasi secara

informal mengenai pentingnya sarapan kepada anak.

2. Diharapkan orang tua dapat selalu menyediakan sarapan yang berkualitas di pagi

hari. Apabila sarapan dirumah tidak dapat dilakukan karena terkendala hal-hal

lain, orang tua dapat mengganti sarapan pagi dirumah dengan bekal yang dapat

dikonsumsi anak sebagai sarapan di sekolah.

7.2.3 Bagi Peneliti Lain

1. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis makanan sarapan serta

nutrisi yang terkandung didalamnya dan hubungannya terhadap tingkat

konsentrasi.
38

2. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi tingkat konsentrasi.

Anda mungkin juga menyukai