PENDAHULUAN
Sarapan adalah kegiatan makan di pagi hari sebelum memulai aktivitas lainnya.
Sarapan yang baik dilakukan pada rentang waktu pukul 06.00 pagi sampai dengan
pukul 10.00 pagi dengan mengonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang
serta dapat memenuhi 20%–25% dari kebutuhan energi total sebelum memulai
kegiatan belajar di sekolah (Khalida et al., 2015), maka dari itu sarapan sering
didefinisikan sebagai kegiatan yang sangat penting untuk mengawali hari. Komposisi
populer untuk sarapan anak 6-12 tahun adalah nasi putih (28.5%), telur ceplok/dadar,
sayur berkuah,ikan goreng, mie instan, nasi goreng dan air mineral (Hardinsyah and
Aries, 2012). Sarapan yang baik dan rutin dapat mengurangi resiko penyakit
kardiometabolik, mengurangi resiko obesitas (Adamsson et al., 2015, So, 2013) serta
dapat meningkatkan kemampuan akademik dan prestasi anak di sekolah (So, 2013,
Edefonti et al., 2014, Adolphus et al, 2015, Khalida et al., 2015) Asupan nutrisi yang
optimal dalam sarapan diyakini dapat membantu proses berpikir, mengingat dan
sebagai sarapan harus mengandung gizi yang baik untuk tubuh, serta mengandung
digunakan sebagai bahan bakar oleh otak, sebab neuron pada otak tidak mampu
1
2
menyimpan glukosa sehingga otak hanya mengandalkan asupan glukosa dari aliran
Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2013 menyatakan bahwa anak Indonesia usia
hingga ± 20% asupan kalori, artinya ± 420 kalori seharusnya berasal dari apa yang
dikonsumsi saat sarapan (Hardinsyah and Aries, 2012) sedangkan sisanya dipenuhi
saat makan siang , malam dan beberapa makanan selingan. Di Indonesia masih
banyak anak-anak usia sekolah yang tidak mendapat sarapan, hal ini menyebabkan
anak kehilangan 20-60% nutrisi mikro seperti zat besi,vitamin B,vitamin D dan folat
(Adolphus et al., 2013) yang sangat beguna bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS, 2010) 16,9%–50% menyatakan, anak usia
sekolah dan remaja, serta rata-rata 31,2% orang dewasa di Indonesia tidak memiliki
kebiasaan sarapan. Hal Ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, keadaan
ekonomi, pengetahuan, pekerjaan orang tua, bahkan jarak antar rumah dan sekolah
juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan sarapan anak (Nofitasari et
al., 2009) hal ini menyebabkan anak tidak mendapatkan sarapan sehat di pagi hari,
“Anak sekolah sekadar mengonsumsi minuman saat sarapan (26,1%), seperti air
putih, susu, atau teh dan 44,6% mengonsumsi sarapan berkualitas rendah”- (Khalida
konsentrasi dan daya ingat anak saat belajar di sekolah (Gajre et al., 2008). Jika
mempengaruhi prestasi belajar anak. Orang tua tentu mengharapkan memiliki anak
yang sehat dan dapat berprestasi di bidang akademik maupun non akademik begitu
juga tenaga pendidik, karena anak merupakan investasi bangsa di masa depan.
penelitian ini untuk membuktikan adanya hubungan antara kedua variabel tersebut
dengan subjek penelitian anak tingkat Sekolah Dasar, yang akan dilaksanakan di kota
Denpasar sebagai daerah dengan varietas penduduk yang beragam dan memiliki
mobilitas tinggi serta nantinya diharapkan dapat menjadi daerah percontohan bagi
Apakah terdapat hubungan antara sarapan dengan tingkat konsentrasi pada anak
2. Mengetahui persentase tingkat konsentrasi pada anak yang sarapan dan yang
ilmu pengetahuan serta dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk masyarakat
penelitian berikutnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sarapan
Kata Sarapan berasal dari kata “sarap” yang memiliki arti makan, “sarap” dengan
akhiran –an menjadikan kata tersebut sebuah kata kerja yang memiliki arti kegiatan
mengkonsumsi makanan pada pagi hari. Dalam bahasa inggris sarapan disebut
breakfast. Namun di masyarakat, sarapan juga sering diartikan sebagai kata benda
yaitu makanan yang dikonsumsi pada pagi hari. Sarapan sebagai kata kerja adalah
kegiatan makan di pagi hari yang baik dilakukan 2 jam setelah bangun pagi dan tidak
lewat dari jam 10 pagi (Tolfrey and Zakrzewski, 2012). Sarapan yang baik adalah
yang mampu memenuhi sekitar 15-30% gizi harian yang diperlukan oleh tubuh
(Hardinsyah and Aries, 2012). Kebiasaan sarapan dapat dilakukan berbagai kalangan
dari mulai anak-anak hingga dewasa, namun asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh
berbeda-beda pada setiap umur hal ini dijelaskan dalam PERMENKES tahun 2013
dimana disampaikan bahwa kebutuhan nutrisi untuk anak umur 10-12 tahun
sangatlah beragam, mulai dari protein, karbohidrat, vitamin, kalori, serat, kalsium
dan berbagai nutrisi lainnya, dengan sarapan diharapkan -/+ 20% asupan gizi
terutama kalori yang seharusnya didapatkan di pagi hari tidak terlewatkan, karena
dengan asupan gizi yang baik dapat menunjang aktifitas anak dalam kesehariannya
serta dapat mendukung proses tumbuh kembang anak di masa yang akan datang.
sebagian besar orang tua dan guru karena sarapan dianggap makanan paling penting
6
dalam sehari dan menjadi prasyarat keberhasilan proses belajar selepas periode puasa
Indonesia merupakan negara dengan makanan pokok nasi, maka menjadi sesuatu
yang wajar apabila selalu terdapat nasi dalam konsumsi makanan harian orang
Indonesia, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Perdana pada 2013
yang menunjukan bahwa nasi adalah makanan yang dikonsumsi saat sarapan
memiliki rata-rata konsumsi lebih dari 5 g/hari sejajar dengan kangkung, telur ayam,
ikan dan tempe. Minuman yang mendominasi dikonsumsi saat sarapan yaitu air
putih, teh dan susu yang memperoleh rata-rata lebih dari 15mL/hari. Jenis sarapan
karbohidrat, protein, sayur, buah dan minuman agar dapat memenuhi 1/3 asupan
Sebagai pemasok energi awal, glukosa dalam makanan saat sarapan akan digunakan
tubuh untuk asupan energi bagi otak yang akan digunakan sebagai energi guna
melakukan proses berpikir dan menganalisis (Khalida et al., 2015). Sarapan pagi
bagi anak sangatlah penting, karena anak dengan tingkat aktifitas yang tinggi
tentunya membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar terutama saat disekolah
(Perdana, 2013) Perdana pada 2013 menyatakan bahwa sarapan memberikan dampak
positif terhadap kehadiran sekolah, prestasi akademik, asupan zat gizi, kebugaran dan
berat badan yang sehat. Melakukan sarapan di pagi hari dapat menurunkan risiko
(Adamsson et al., 2015). Asupan energi dalam sarapan mampu memberi motivasi
anak untuk beraktifitas, meningkatkan stamina (Perdana, 2013) dan proses berpikir,
7
memori serta status gizi (Khalida et al., 2015). Ketika bangun pagi gula darah dalam
tubuh kita rendah karena semalaman tidak makan, tanpa sarapan yang cukup otak
akan sulit berkonsentrasi saat belajar di sekolah , dengan konsentrasi yang rendah
tentunya proses belajar akan menjadi sia-sia, karena hanya membuang waktu dan
2.2. Konsentrasi
Konsentrasi adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan
berbagai kegiatan salah satunya yaitu belajar. Dalam belajar diperlukan konsentrasi
dalam mewujudkan perhatian yang terpusat. Pemusatan perhatian tertuju pada suatu
objek atau hal tertentu dan mengabaikan masalah-masalah lain. Menurut Syaiful
(2010) pada Arifin dan Prihanto (2015), apabila seseorang tidak dapat berkonsentrasi
dalam belajar, maka bahan pelajaran akan sukar untuk dikuasai dan disimpan.
pada bahan pelajaran dan mengesampingkan semua hal yang sama sekali tidak
pemusatan fungsi jiwa kepada suatu objek seperti perhatian, konsentrasi pikiran dan
8
perhatian yang terpusat terhadap suatu bahan pelajaran. Pemusatan perhatian terjadi
saat seseorang ingin memperoleh informasi terhadap hal-hal yang ingin diperoleh
dari bahan ajar tersebut. Maka dapat disimpulakn bahwa konsentrasi belajar adalah
a. Eksternal
dapat mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap konsentrasi, anak
mampu menggunakan kemampuan anak pada saat dan suasana yang tepat. Faktor
1. Suara.
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap suara, ada yang menyukai
belajar sambil mendengarkan musik, belajar ditempat ramai, dan bersama teman.
Tetapi ada yang hanya dapat belajar ditempat yang tenang tanpa suara, atau ada juga
2. Pencahayaan.
dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang
9
belajar ditempat terang, atau senang belajar ditempat yang gelap, tetapi kenyamanan
visual dapat juga digolongkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
3. Temperatur.
juga seseorang yang senang belajar ditempat dingin, atau senang belajar ditempat
yang hangat, dan juga senang belajar ditempat dingin maupun hangat, maka
4. Desain Belajar.
Desain belajar merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh juga, yaitu
sebagai media atau sarana dalam belajar, misalnya terdapat seseorang yang senang
belajar ditempat santai sambil duduk di kursi, sofa, tempat tidur, maupun di karpet.
Cara mendesain media dan sarana belajar merupakan salah satu cara yang dapat
5. Pergaulan
juga oleh beberapa faktor, seperti faktor teknologi yang berkembang saat ini
contohnya televisi, internet, dll hal ini sangat berpengaruh pada sikap dan prilaku
anak.
10
b. Internal
Pengaruh dari dalam diri juga dapat mempengaruhi bagaimana sikap dan perilaku
sekitar dan keluarga. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kedadaan psikologis anak,
karena anak akan kehilangan semangat dan motivasi belajar mereka, tentunya akan
berpengaruh juga terhadap tingkat konsentrasi anak yang akan semakin menurun.
Selain itu Nugroho (2007) juga mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan
Motivasi kuat yang timbul dalam diri seorang anak dapat mendorongnya belajar
sangat diperlukan. Ada anak yang membutuhkan rangsangan seperti hadiah yang
baik dari orangtua ketika mereka berprestasi. Namun orangtua juga harus hati-hati
dalam memberikan rangsangan berupa hadiah agar anak tetap mau belajar meskipun
Suasana yang ramai dan bising tentu saja dapat mengganggu anak yang ingin
belajar dalam situasi yang tenang. Namun, ada juga tipe anak yang dapat belajar
c. Sarapan Pagi :
Sarapan Pagi dapat mempengaruhi konsentrasi dari anak, dengan kondisi tubuh
yang tidak sehat maka akan sulit untuk mendengarkan, fokus dan berkonsentrasi.
Asupan nutrisi yang baik terutama glukosa dapat menghindarkan anak dari
Mikro nutrien lain seperti vitamin, protein, kalsium dll. juga berkontribusi
Beban pelajaran yang ditanggung oleh anak sangat banyak, apalagi mereka harus
mengikuti kegiatan belajar di lembaga pendidikan formal (kursus). Oleh karena itu
sebaiknya anak diberikan waktu istirahat sejenak untuk membuat diri mereka
menjadi relaks.
e. Modalitas Belajar
Modalitas belajar yang menentukan anak dapat memproses setiap informasi yang
diterima. Semakin banyak informasi yang diterima dan diserap oleh anak, maka
kemampuan berkonsentrasi pun harus semakin baik dan fokus dalam mengikuti
setiap proses pembelajaran. Banyak cara yang ditawarkan oleh para ahli dalam
gelombang alfa agar setiap anak dapat berkonsentrasi dengan baik menurut
Depoter,dkk (2003) dalam Susanto (2006), kemudian dapat juga dengan mengatur
posisi tubuh pada saat belajar, dan mempelajari materi (informasi) sesuai dengan
Menurut Khalida (2015) Blanco Concentration Grid Test merupakan salah satu cara
pengukuran yang sesuai untuk mengukur tingkat konsentrasi seseorang. Teknik ini
juga diterapkan oleh Arifin pada 2015 dalam penelitiannya guna menentukan
lembar kertas berisi baris angka kombinasi dari angka 00 hingga 99 yang diletakan
acak pada 10 kolom x 10 baris. Anak diharuskan menemukan dan menandai angka
secara berurutan mulai dari 00 sampai dengan 99. Semua anak melakukan secara
12
Menurut fisiologis tubuh, kadar glukosa dalam darah paling rendah dalam sehari ada
pada pagi hari sebelum orang makan. Maka dari itu pengukuran glukosa darah puasa
karbohidrat dicerna oleh α-amilase yang terdapat dalam air liur serta α-amilase yang
dihasilkan oleh pankreas yang bekerja dalam usus halus. Salah satu penyusun
karbohidrat yang penting dalam metabolisme tubuh adalah komponen gula sederhana
melakukan penyaluran informasi dari satu neuron ke neuron lain. Glukosa membantu
memakai 60-70% asupan glukosa untuk metabolismenya. Sel otak dan jaringan saraf
sangat bergantung kepada glukosa untuk memenuhi kebutuhan energi. Sel otak akan
mengoksidasi glukosa menjadi karbon dioksida dan air sehingga dihasilkan ATP.
Apabila glukosa turun di ambang di bawah normal, kepala akan merasa pusing dan
kepala terasa ringan. (Belalcazar et al., 2009) Pada keadaan normal, sel otak dan
13
susunan saraf memerlukan sekitar 150 g glukosa setiap hari Begitu juga di otot, otot
rangka yang sedang bekerja menggunakan glukosa dari darah atau dari simpanan
glikogennya sendiri, untuk diubah menjadi laktat melalui glikosis atau menjadi CO2
dan H2O. Setelah makan, glukosa digunakan oleh otot untuk memulihkan simpanan
glikogen yang berkurang selama otot bekerja melalui proses yang dirangsang oleh
insulin (Belalcazar et al., 2009) Otot dan otak yang kekurangan glukosa tentu akan
menurun fungsinya dan menyebabkan seseorang pusing dan lemas keadaan ini tentu
karbohidrat bagi tubuh dan hubungannya dengan konsentrasi. Hal ini juga ditunjang
dari penelitian yang sudah dilakukan Gajre et al. di tahun 2010 pada 379 responden
anak-anak sekolah dasar di Kota Hyderabad, India, telah dibuktikan bahwa sarapan
Penelitian oleh Arifin (2015) pada siswa kelas VI di SDIT Al-Fathimiyyah Surabaya,
yang baik, hal ini juga membuktikan adanya hubungan antara sarapan dengan
konsentrasi.
BAB III
KERANGKA KONSEP
mengenai hubungan sarapan dengan tingkat konsentrasi pada siswa Sekolah Dasar di
Denpasar pada tahun 2016. Dalam penelitian ini sarapan ditempatkan sebagai
variabel bebas dan tingkat konsentrasi sebagai variabel tergantung. Untuk lebih
Eksternal :
- suara
- pencahayaan
- temperatur
- desain belajar
- pergaulan
Tingkat Konsentrasi
Internal :
- motivasi diri
- suasana lingkungan
- sarapan pagi
- kejenuhan
- modalitas belajar
14
15
Keterangan:
= Alur pikir
3.2. Hipotesis
Tidak terdapat hubungan antara sarapan dengan tingkat konsentrasi pada siswa
Adanya hubungan antara sarapan dengan tingkat konsentrasi pada siswa Sekolah
Dasar di Denpasar
BAB IV
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember tahun 2017 yang
berlokasi di dua Sekolah Dasar Negeri dan dua Sekolah Dasar Swasta di Denpasar
Rancangan penelitian yang akan diterapkan pada penelitian ini adalah analitik
Populasi dibagi menjadi dua yaitu, populasi target dan populasi terjangkau. Populasi
target dalam penelitian ini adalah seluruh anak umur 10-12 tahun di Denpasar dan
Sekolah Dasar di Denpasar Barat sebagai populasi terjangkau yang berjumlah 78848
orang.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak di Sekolah Dasar kota Denpasar
16
17
(P). Ditetapkan nilai P = 50% sebab belum terdapat penelitian serupa yang dilakukan
1,96 dengan nilai presisi (d) 10% yang akan dihitung dengan menggunakan rumus
besar sampel:
𝑍𝛼 2 𝑃(1 − 𝑃)
𝑛=
𝑑2
𝑛 = 96,04
Keterangan:
n = jumlah sampel
P = proporsi (0,5)
Berdasarkan rumus di atas peneliti mendapatkan jumlah sampel (n) sebesar 96.
Metode pemilihan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah simple
Dua variabel dalam penelitian ini yaitu, sarapan pagi sebagai variabel bebas dan
dengan sarapan yang diisi langsung oleh responden. Untuk menilai tingkat
a. Persiapan
penelitian yang akan digunakan berupa kuesioner dan blanco concentration grid test.
b. Pelaksanaan
Pada pelaksanaannya kuesioner dan blanco concentration grid test akan dibagikan
dan diisi oleh responden dengan panduan yang sudah di informasikan kepada
responden oleh peneliti. Apabila sudah terisi maka instrumen akan dikumpulkan
keputusan didasari oleh nilai probabilitas (p). Apabila nilai p > 0,05 maka H0
diterima yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara sarapan dengan tingkat
20
konsentrasi pada siswa Sekolah Dasar di kota Denpasar. Sedangkan apabila nilai p ≤
0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak yang menyatakan kebalikan dari H0.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Denpasar dulunya merupakan sebuah kerajaan yang berdiri sejak abad ke – 19.
Singaraja, perubahan ini dinyatakan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
Des.52/2/36-136 tanggal 23 juni 1960. Secara geografis Kota Denpasar adalah kota
dengan luas daerah 127,78 Km2 atau 2,18% luas wilayah provinsi Bali. Secara
Desa/Kelurahan. Apabila ditinjau dari segi demografi Kota Denpasar memiliki total
jumlah penduduk 788.589 pada tahun 2010 dengan perbandingan jumlah penduduk
merupakan wilayah dengan penduduk heterogen tersusun dari berbagai agama, ras
dan suku. Dari segi pendidikan Kota Denpasar memiliki 229 Sekolah Dasar/MI
21
22
Tabel 3. Gambaran Jumlah Siswa Sekolah Dasar di Denpasar Barat Tahun 2012 –
tahun 2016
Denpasar Barat SD Negeri SD Swasta
2016 17.559 2.773
2015 18.790 7.503
2014 18.126 7.156
2013 18.732 7.257
2012 19.187 7.253
Sumber: UPT Dikpora Denbar (Kecamatan Denpasar Barat dalam Angka, 2017)
Kecamatan Denpasar Barat merupakan salah satu kecamatan dengan luas wilayah
24,13 Km2 , hampir 31% wilayah dari keseluruhan luas Kota Denpasar. Jumlah
penduduk di Denpasar Barat sebanyak 168.881 jiwa. Wilayah Denpasar Barat erbagi
atas 11 desa/kelurahan, yaitu Desa Dauh Puri Kangin, Desa Dauh Puri Kauh, Desa
Dauh Puri Kauh, Desa Dauh Puri Klod, Desa Padangsambian Kaja, Desa
Padangsambian Klod, Desa Pemecutan Klod, Desa Tegal Harum, Desa Tegal Kerta,
Dusun Tegal Harum, Desa Tegal Harum, Kecamatan Denpasar Barat. 730 orang
terbagi dalam 6 kelas yaitu, kelas 1 sebanyak 98 orang, kelas 2 sebanyak 137 orang,
kelas 3 sebanyak 109 orang, kelas 4 sebanyak 131 orang, kelas 5 sebanyak 149
orang, dan kelas 6 sebanyak 106 orang. SDN 19 Pemecutan memiliki 18 ruang kelas
1 ruang laboratorium dan 1 ruang perpustakaan. Kepala sekolah yang menjabat yaitu
Dusun Tegal harum, Desa Tegal Harum, Kecamatan Denpasar Barat. SDN 27
Pemecutan berdiri sejak tahun 1984 namun baru memiliki gedung sekolah pada
tahun 1985 selama belum memiliki gedung, siswa ditampung di SDN 17 Pemecutan.
Total jumlah peserta didik sebanyak 899 terbagi atas 520 siswa laki-laki dan 379
23
siswi perempuan. Kelas di SDN 27 Pemecutan terbagi menjadi 6 kelas yaitu kelas 1
sebanyak 109 orang, kelas 2 sebanyak 203 orang, kelas 3 sebanyak 206 orang, kelas
4 sebanyak 143 orang, kelas 5 sebanyak 124 orang, dan kelas 6 sebanyak 114 orang.
Sekolah Dasar Harapan Mulia merupakan salah satu sekolah dasar swasta di
Kecamatan Denpasar Barat. Beralamat lengkap di Jalan Pura Demak Nomor 19,
Mulia terbagi menjadi 19 ruang kelas dengan 25 orang pada masing-masing kelas.
SD Harapan Mulia memiliki 256 orang peserta didik yang terbagi menjadi 6 kelas
orang, kelas 4 sebanyak 51 orang, kelas 5 sebanyak 39 orang dan kelas 6 sebanyak
Karakteristik sampel dalam penelitian ini ditinjau dari jenis kelamin, usia, sarapan,
dan tingkat konsentrasi. Berikut penjabaran data secara lebih detil dengan tabel
persentasi:
Dari pengolahan data secara deskriptif menurut persentase diketahui sampel laki-laki
5.2.2 Usia
Dari pengolahan data secara deskriptif menurut persentase diketahui sampel berusia
Data masing – masing variabel dalam penelitian ini dikumpulkan melalui pengisian
5.3.1 Sarapan
Deskripsi variabel tingkat konsentrasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
tangkat konsentrasi buruk sebanyak 17 orang (17,7%) dan sampel dengan tingkat
Guna menentukan diterima atau ditolaknya Hipotesis Nol (Ho) dalam penelitian
Hubungan Antara Sarapan dengan Tingkat Konsentrasi pasa Siswa Sekolah Dasar di
Denpasar, data yang sudah didapat lalu dianalisis menggunakan uji Chi-Square.
Hasil analisis menggunakan SPSS 16.0 diketahui angka expected count tidak terdapat
nilai yang lebih rendah daripada 5 dan tidak terdapat nilai actual count yang bernilai
0 (nol) sehingga syarat analisis Chi-Square terpenuhi. Hasil analisis diuraikan pada
tabel berikut :
Tingkat Konsentrasi
Total r p
Buruk Sedang Baik
Tidak
Sarapan 10 24 1 35 0.299 0.009
Sarapan
Sarapan 7 40 14 61
Tabel 8. Tabulasi Silang (Crosstabulation)
Berdasarkan hasil yang dijabarkan pada tabel 5.3, penghitungan dengan metode
Tabulasi Silang (Crosstabulation) pada SPSS 16.0, diketahui sampel yang tidak
mendapatkan nilai konsentrasi sedang dan 1 orang mendapat nilai baik. Sedangkan
pada sampel yang melakukan sarapan terdapat 7 orang yang mendapatkan nilai
didapatkan hasil Chi-Square Tabel sebesar 5,991. Nilai Pearson Chi-Square yang
27
didapat adalah 9,447 dan nilai signifikansi (p) 0.009. Karena nilai Pearson Chi-
Square (9,447) > Chi-Square Tabel (5,991) dan nilai signifikansi p (0,009) < 0,05
maka Hipotesis Nol (Ho) ditolak, dan Hipotesis Alternatif (Ha) diterima sehingga
Coefficient (r) sebesar 0.299. Nilai ini menyatakan kekuatan hubungan antar kedua
variabel yang diteliti. Kriteria nilai Contingency Coefficient (r) dapat dilihat pada
tabel berikut :
Nilai Keterangan
0 Tidak Terdapat hubungan antar Variabel
0.1 – 0.39 Hubungan Ringan
0.4 – 0.69 Hubungan Sedang
>0.7 – 0.99 Hubungan Kuat
1 Hubungan Sempurna
Tabel 9. Kriteria Nilai Contingency Coefficient (r)
Berdasarkan kriteria Contingency Coefficient (r) pada tabel 5.6 maka hasil analisis
hubungan ringan. Sehingga dapat dinyatakan adanya hubungan ringan antara kedua
variabel.
28
BAB VI
PEMBAHASAN
Dalam penelitian Hubungan antara Sarapan dengan Tingkat Konsentrasi pada Siswa
yaitu dalam kelompok usia dan jenis kelamin. Pemilahan responden dilakukan
dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi. Semua responden yang ikut
serta dalam penelitian dinyatakan sehat dan bersedia mengikuti proses penelitian.
JENIS KELAMIN
60
50
40
30
20
10
0
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
USIA
60
50
40
30
20
10
0
Usia
responden terbagi menjadi 3 yaitu, usia 10 tahun, 11 tahun dan 12 tahun. Responden
dengan usia 11 tahun adalah responden dengan jumlah paling banyak dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 46 orang atau 47,9% dari total keseluruhan responden.
Sarapan pagi dalam hakikatnya memenuhi kebutuhan nutrisi dan tenaga untuk
menjalani hari kadang kala terlupakan. Dilihat dari data menunjukan masih terdapat
36,6 % dari keseluruhan responden tidak melakukan sarapan atau makan dengan
sarapan yang tidak berkualitas. Hal ini sejalan dengan yang penelitian Perdana pada
tahun 2013 yang menyatakan bahwa ±69.6% anak Indonesia yang belum
mengkonsumsi sarapan pagi secara rutin dan dengan makanan yang berkualitas
menurut pedoman gizi seimbang. Padahal, dengan sarapan yang rutin dan berkualitas
dapat menghindarkan anak dari berbagai resiko penyakit dimasa yang akan datang
(So, 2013, Adamsson et al., 2015). Sarapan sangat berperan penting dalam kesiapan
anak untuk menjalani hari terutama pada anak yang sedang menjalani proses
akademik. Apabila anak tidak mendapat asupan nutrisi dan kalori yang baik, hal ini
akan mempengaruhi proses belajarnya disekolah. Hal ini juga disampaikan oleh
kognitif dan perhatian anak. Apabila hal ini terus terjadi, dikhawatirkan akan terjadi
disebabkan oleh berbagai faktor yaitu jenis kelamin, ketersediaan sarapan, menu
sarapan, pengetahuan gizi, jarak rumah dan sekolah, dan jumlah uang saku
SARAPAN
70
60
50
40
30
20
10
0
Sarapan
Apabila ditinjau dari tingkat konsentrasi terdapat 15 orang sampel yang mendapatkan
mendapatkan skor buruk. Hasil yang beragam tersebut dapat disebabkan oleh faktor-
Sunawan pada tahun 2009 menyampaikan bahwa faktor jasmaniah merupakan salah
satu faktor yang memberi peran penting dalam proses konsentrasi seseorang terutama
pada seseorang yang melakukan kegiatan belajar. Konsentrasi dalam proses belajar
memiliki pengaruh yang cukup besar, saat seseorang mendapatkan informasi atau
bahan ajar seseorang tersebut harus dapat menerima dengan baik informasi yang
seseorang sedang dalam keadaan sakit, mengantuk, lapar, haus gangguan panca
(Sunawan, 2009). Menjaga keadaan tubuh tetap dalam keadaan terbaiknya bisa
dengan rutin berolahraga, makan teratur dengan komsumsi energi dan nutrisi yang
cukup sesuai dengan usia. Dengan tubuh yang sehat seseorang akan lebih siap untuk
menghadapi kegiatan sehari-hari dan terhindar dari berbagai faktor jasmaniah yang
TINGKAT KONSENTRASI
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Konsentrasi
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara kedua variabel dapat diketahui adanya
hubungan yang signifikan antara sarapan dengan tingkat konsentrasi pada siswa
Sekolah Dasar di Denpasar. Hasil tersebut dirumuskan dengan melihat data analisis
yang menunjukan Pearson Chi Square (9,447) yang lebih besar dari Chi Square
Tabel (5,991) dan nilai signifikansi (p) yang bernilai 0,009 lebih kecil dari 0,05.
Hasil analisis tersebut menolak Hipotesis Nol (Ho), dan menrima Hipotesis
anatra kedua variabel dapat dilihat dari coefficient contingency yang bernilai 0,299.
Hubungan tersebut bernilai positif yang berarti, apabila variabel sarapan dimodifikasi
TABULASI SILANG
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Sarapan Tidak Sarapan
Hubungan tersebut juga dapat dilihat secara kasar pada tabulasi silang antara
mendapatkan tingkat konsentrasi baik dan hanya 1 orang responden yang tidak
dilakukan menunjukan bahwa sarapan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh
secara statistik terhadap tingkat konsentrasi seseorang. Hal ini menjadi lebih buruk
penurunan prestasi anak disekolah. Penelitian oleh Iqbal pada 2015 terhadap anak/
anak disekolah, sehingga banyak anak yang rutin melakukan sarapan cenderung
memiliki prestasi belajar yang baik. Sarapan begitu penting karena dapat memenuhi
kebutuhan energi tubuh di pagi hari setelah hampir 9 jam berpuasa. Penelitian oleh
sarapan merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang konsentrasi belajar
siswa disekolah terbukti dengan data yang dicantumkan yaitu sebanyak 37 orang
siswa yang melakukan sarapan mendapat konsentrasi baik dari total 59 siswa yang
penyediaan energi yang berasal dari glukosa yang dibutuhkan, maka konsumsi
sarapan penting dalam menyediakan energi yang cukup untuk pagi hari (Deshmukh-
Taskar et al., 2010). Sarapan terbukti berpengaruh pada kerja sistem tubuh dan
perbaikan status gizi anak, dimana pada masa perkembangan anak memerlukan
banyak energi dan nutrisi guna menunjang prtumbuhan fisik, pertumbuhan otak dan
kemampuan kerja otak (Ethasari dan Nuryanto, 2014) dimana dalam proses
fisiologisnya otak dan sistem saraf pusat memerlukan banyak asupan energi yang
ini diperlukan untuk proses pembentukan ATP yang nantinya akan menjadi bahan
bakar sel otak untuk dapat bekerja. Apabila asupan karbohidrat sebagai suplai energi
tidak tercukupi tentunya otak tidak akan berkerja maksimal dalam menjalankan
fungsinya sebagai pengatur memori, konsentrasi dan perhatian (Gajre et al., 2008)..
Selain itu, otot-otot skelet juga memerlukan energi untuk dapat bekerja. Jika kedua
35
organ tersebut tidak mendapatkan asupan nutrisi dan energi yang maksimal dampak
yang terlihat bisa berupa gejala lemas, pusing dan penurunan perhatian.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh proses pengambilan data penelitian kepada siswa sebagai responden
hanya memfokuskan pada dilakukannya sarapan dengan batas kalori pada makanan
yang dikonsumsi dan mengesampingkan segala nutrisi lainnya yang terdapat pada
makanan, dimana faktor nutrisi lainnya pada makanan juga dapat mempengaruhi
hasil uji tingkat konsentrasi siswa sehingga hal ini memungkinkan terjadinya bias
dalam penelitian ini. Peneliti juga mengesampingkan variabel bebas lain yang dapat
mempengaruhi tingkat konsentrasi dan hanya meneliti satu variabel bebas saja yaitu
sarapan.
BAB VII
7.1 Kesimpulan
melakukan sarapan.
konsentrasi (0,009<0,05)
4. Hubungan antara sarapan dengan tingkat konsentrasi bersifat ringan (0,3) dan
36
37
7.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan penulis dari penelitian ini adalah:
1. Diperlukan edukasi sejak dini kepada siswa mengenai pentingnya sarapan dan
dalam proses akademik yang sudah berlangsung secara lisan ataupun tulisan.
penyebabnya.
2. Diharapkan orang tua dapat selalu menyediakan sarapan yang berkualitas di pagi
hari. Apabila sarapan dirumah tidak dapat dilakukan karena terkendala hal-hal
lain, orang tua dapat mengganti sarapan pagi dirumah dengan bekal yang dapat
1. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis makanan sarapan serta
konsentrasi.
38