PENDAHULUAN
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas dimana
masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 g.
Secara hukum abortus adalah tindakan menghentikan kehamilan atau
mematikan janin sebelum waktu kelahiran tanpa melihat usia kandungannya.
Abortus dapat terjadi secara alami(spontaneus), dapat pula terjadi karena
dibuat atau disengajakan (abortus provocatus). Abortus provokatus kriminalis
yaitu abortus yang dilakukan tanpa indikasi medis.
Abortus provokatus dibagi menjadi dua yaitu provokatus medisinalis(ter
apeutik) dan abortus provokatus kriminalis. Secara statistik 40 % dari semua
kasus abortus merupakan abortus provokatus kriminalis. Dokter dapat
diminta oleh polisi dan penyidik untuk memeriksa kasus abortus provokatus
dengan melakukan pemeriksaan forensik yang bertujuan untuk mencari bukti
dan tanda kehamilan,mencari bukti abortus dan kemungkinan adanya tindakan
kriminal dengan obat-obatan atau alat-alat tertentu dan sekiranya
menyebabkan kematian harus ditentukan apakah sebab kematian berhubungan
dengan tindakan abortus.
Permasalahn abortus tidak hanya berkaitan dengan bidang forensic saja,
tetapi juga berkaitan dengan hukum kesehatan. Perbedaan intinya adalah
hukum kesehatan lebih tertuju pada ketentuan hukum yang mengatur dalam
keadaan apa, oleh siapa pengguguran dapat dilakukan, sementara dalam
bidang kedokteran forensic tertuju pada pemeriksaan dan pembuktian
bagaimana pengguguran kandungan dilakukan, kapan, berapa umur bayi dan
lain-lain.
III. EPIDEMIOLOGI
Kasus abortus di Indonesia jarang diajukan ke pengadilan, karena pihak
si ibu merupakan korban juga sebagai pelaku, sehingga sukar diharapkan
adanya laporan kasus. Umunya kasus abortus diajukan ke pengadilan hanya
bila terjadi komplikasi ( si ibu sakit berat atau meninggal) atau bila ada
pengaduan dari si ibu atau suaminya.
Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak abortus terhadap
kesehatan ibu, WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh
abortus tergantung kondisi masing-masing negara. Diperkirakan di seluruh
dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita
mening-gal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan
oleh aborsi tidak aman. Di wilayah Asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2
juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta
terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah Asia
diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka
a. Kekerasan mekanik
1. Umum: Metode ini dilakukan secara langsung pada uterus atau tidak
langsung dengan menyebabkan kongesti dari organ-organ pelvis dan
menyebabkan perdarahan diantara uterus dan membrane pelvis. Metode
ini misalnya:
Penekanan berat pada abdomen seperti pemukulan, penendangan,
pengurutan dan melompat-lompat
Aktifitas berlebihan seperti mengenderai sepeda, berkendara pada
jalanan yang rusak berat, meloncat dari ketinggian, mengangkat
benda berat
Cupping: meletakkan sebuah sumbu api pada area hipogastrium dan
menutupnya dengan sebuah mangkuk yang kemudian menyebabkan
penarikan oleh mangkuk tersebut yang menyebabkan separasi dari
plasenta dibawahnya. Metode ini digunakan pada kehamilan lanjut,
Mandi dengan air hangat dan dingin bergantian,
Mengurut uterus pada dinding abdomen.
2. Lokal: yaitu kekerasan yang dilakukan dari dalam dengan manipulasi
vagina dan uterus. Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya dengan
penyemprotan air sabun atau air panas pada porsio, pemasangan
laminaria stif atau kateter kedalam serviks, manipulasi serviks dengan
jari tangan, manipulasi uterus dengan melakukan pemecahan selaput
amnion atau penyuntukan ke dalam uterus.
c. Instrumen
Instrumen-instrumen yang digunakan untuk aborsi dilakukan dengan
berbagai mekanisme:
1. Menyebabkan rupturnya membran: hal ini dapat terjadi dengan
memasukkan alat-alat seperti sonde uterus, kateter, penjepit rambut,
tongkat, jarum merajut, dan bahkan jari tangan. Pasien bisa datang ke
dokter dengan alasan bahwa uterusnya mengalami displacement, oleh
karena itu dokter yang tidak hati-hati dapat menyebabkan aborsi dengan
memasukkan sonde uterus. Pada kasus ini, dokter diharapkan harus
yakin dahulu bahwa pasien tidak hamil.
2. Abortion stick: tongkat aborsi adalah kayu atau bambu kecil dengan
panjang 12 sampai 18 cm dimana salah satu ujungnya dibungkus dengan
kapas atau rombengan yang dibalut dengan campuran zat-zat seperti
calotropis, arsen, sulfat, timah, dan lain-lain.
3. Penyuntikan atau penyemprotan cairan biasanya dilakukan dengan
menggunakan Higginson type syringe, sedangkan cairannya adalah air
sabun, desinfektan atau air biasa/ air panas. Campuran air dan udara ini
dimasukkan secara paksa ke dalam kavum uteri dengan tekanan tinggi
dibandingkan dengan vena uterus. Cairan ini menyebabkan lepasnya
kantung amnion dan plasenta dari dinding uterus. Uterus kemudian akan
berkontraksi menyebabkan perdarahan dan aborsi. Penyemprotan ini
PASAL 299
1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda
paling banyak empat pulu ribu rupiah.
2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan
atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat
ditambah sepertiga.
3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan
pencaharian.
PASAL 347
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.
2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
PASAL 348
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan.
2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
PASAL 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah
satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut
hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.
PASAL 535
Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta
8|Abortus Provokatus kriminalis
menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan
tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang
demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah
VI. PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan Forensik
Pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter
adalah mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan usaha penghentian
kehamilan, pemeriksaan toksikologi, pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik, terhadap jaringan dan janin yang mati serta menentukan cara
pengguguran yang dilakukan serta sudah berapa lama melahirkan.
Gambaran Klinis Akibat Aborsi
- Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu ( untuk
memperkirakan usia kandungan saat di aborsi)
- Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal
atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
- Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan
hasil konsepsi
- Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri
pingang akibat kontraksi uterus
10 | A b o r t u s P r o v o k a t u s k r i m i n a l i s
- Perubahan pada cervix dan vagina iaitu lebih longgar di mana
canalis cervicalis masih dapat dilalui oleh dua jari, dimana
pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak karena terjadi robekan
selama partus.
- Dinding perut dan peritoneum menjadi longgar karena diregang
begitu lama.
- Dinding kandung kencing mengalami oedema dan hyperemia dan
terjadinya obstruksi dari urethra dan terjadinya retention urin.
- Apakah terdapat lochia iaitu cairan yang keluar dari vagina yang
merupakan sekret dari luka akibat partus.
- Apakah terjadi robekan pada perineum.
2. Perlu juga untuk mengetahui berapa lamanya waktu si ibu tersebut
sudah melahirkan bayi tersebut. Antara yang pemeriksaan yang boleh
digunakan adalah :
- Pemeriksaan lochia :
Lochia adalah sekret dari luka akibat partus, terutama luka pada
bekas perlekatan placenta dan sifat lochia ini berubah sesuai
dengan tingkat penyembuhan luka.
o Pada dua hari pertama lochia berupa darah dan disebut lochia
rubra.
o Setelah hari ke-3 dan 4, berupa darah encer iaitu disebut lochia
serosa.
o Pada hari ke-10 menjadi cairan putih disebut lochia alba.
- Pemeriksaan darah atau lekosit.
o Lekosit pada hari pertama nifas bias sampai 30,000/mm
o Normal leukosit adalah 4000-10000/mm
11 | A b o r t u s P r o v o k a t u s k r i m i n a l i s
3. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan golongan darah pada ibu untuk
memastikan apakah terdapat kecocokan DNA dari perempuan tadi dan
bayi tersebut. Antara pemeriksaan darah yang boleh dilakukan adalah :
Pemeriksaan golongan darah.
Bila didapatkan sel darah merah dalam keadaan utuh :
o Penentuan golongan darah dapat dilakukan secara langsung
seperti pada penentuan golongan darah orang hidup, yaitu
dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1 tetes darah dan
dilihat terjadinya aglutinasi.
o Aglutinasi yang terjadi pada suatu antiserum merupakan
golongan darah bercak yang diperiksa, contoh bila terjadi
aglutinasi pada antiserum A maka golongan darah bercak darah
tersebut adalah A.
Bila sel darah merah sudah rusak :
o Penentuan golongan darah dapat dilakukan dengan cara
menentukan jenis aglutinin dan antigen. Antigen mempunyai
sifat yang jauh lebih stabil dibandingkan dengan aglutinin.
o Penentuan jenis antigen dapat dilakukan dengan cara absorpsi
inhibisi, absorpsi elusi atau aglutinasi campuran. Cara yang
biasa dilakukan adalah cara absorpsi elusi.
12 | A b o r t u s P r o v o k a t u s k r i m i n a l i s
3. Pemeriksaan test kehamilan
- Masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi dikeluarkan dari
kandungan, dimana serum dan urin wanita memberikan hasil
positif untuk hCG sampai sekitar 7-10 hari.
- Sekiranya wanita tersebut pernah hamil, maka kadar hormone ini
akan meningkat dan hasilnya akan positif.
4. Pemeriksaan DNA
- Untuk pemastian hubungan ibu dan janin.
- Hampir semua sampel biologis tubuh dapat digunakan untuk
sampel tes DNA, tetapi yang sering digunakan adalah darah,
rambut, usapan mulut pada pipi bagian dalam (buccal swab), dan
kuku. Untuk kasus-kasus forensik, sperma, daging, tulang, kulit,
air liur atau sampel biologis apa saja yang ditemukan di tempat
kejadian perkara (TKP) dapat dijadikan sampel tes DNA.
5. Pemeriksaan toksikologik
Untuk menilai apakah ada obat atau zat yang diminum untuk
menginduksi aborsi.
13 | A b o r t u s P r o v o k a t u s k r i m i n a l i s
6. Pemeriksaan mikroskopik
- Meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda kehamilan,
kerusakan jaringan yang merupakan jejas dan tanda usaha
penghentian kehamilan.
- Ditemukannya sel radang PMN menunjukkan tanda intravitalitas.
- Darah yang masih basah atau baru mengering diletakkan pada
kaca obyek dan ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, kemudian
ditutup dengan kaca penutup. Cara lain adalah dengan membuat
sediaan apus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa. Dari kedua
sediaan tersebut dapat dilihat bentuk dan inti sel darah merah.
- Kelas mamalia mempunyai sel darah merah berbentuk cakram
dan tidak berinti, sedangkan kelas-kelas lainnya berbentuk
oval/elips dan berinti.
- Bila terlihat drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapatlah
dipastikan bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita.
7. Pemeriksaan kimiawi.
1. Cara ini digunakan bila ternyata sel darah merah sudah dalam
keadaan rusak sehingga pemeriksaan mikroskopik tidak
bermanfaat lagi.
2. Pemeriksaan kimiawi terdiri dari pemeriksaan penyaring darah dan
pemeriksaan penentuan darah
3. Pemeriksaan penyaring yang biasa dilakukan adalah reaksi
benzidin dan reaksi fenoftalin.
4. Reaksi benzidin(Test Adler) :
- Reagen yang digunakan adalah larutan jenuh kristal benzidin
dalam asam asetat glasial
14 | A b o r t u s P r o v o k a t u s k r i m i n a l i s
- Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai
kemudian diteteskan 1 tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen
benzidin.
- Hasil positif bila timbul warna biru gelap pada kertas saring.
5. Reaksi fenoftalin(Kastle – Meyer Test): digunakan reagens yang
dibuat dari fenolftalein 2 g + 100 ml. NaOH 20% dan dipanaskan
dengan biji-biji Zinc sehingga terbentuk fenoftalin yang tidak
berwarna. Kertas saring yang telah digosokkan pada bercak yang
dicurigai langsung diteteskan dengan reagen fenoftalin yang akan
memberikan warna merah muda bila positif Hasil negatif pada
kedua reaksi tersebut memastikan bahwa bercak tersebut bukan
darah, sedangkan hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut
mungkin darah sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
15 | A b o r t u s P r o v o k a t u s k r i m i n a l i s
sehingga antara kaca obyek dan kaca penutup terdapat celah
untuk penguapan zat. Pada satu sisi diteteskan aceton dan pada
sisi berlawanan diteteskan HCl encer, kemudian dipanaskan.
- Hasil positif bila terlihat kristal aceton-hemin berbentuk batang
berwarna coklat.
4. Hasil positif pada pemeriksaan penentuan darah memastikan
bahwa bercak adalah darah.
5. Hasil yang negatif selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan
bercak darah, juga dapat dijumpai pada pemeriksaan terhadap
bercak darah yang struktur kimiawinya telah rusak misalnya
bercak darah yang sudah lama sekali, terbakar dan sebagainya.
9. Penentuan spesies
1. Lakukan ekstraksi bercak atau darah kering dengan larutan gram
faal. Dianjurkan untuk memakai 1 cm2 bercak atau 1 g darah
kering, tetapi tidak melebihi separuh bahan yang tersedia.
2. Reaksi cincin (reaksi presipitin dalam tabung).
- Ke dalam tabung reaksi kecil, dimasukkan serum anti globulin
manusia, dan ke atasnya dituangkan ekstrak darah perlahan-
lahan melalui tepi tabung. Biarakan pada temperatur ruang
kurang lebih 1,5 jam.
- Hasil positif tampak sebagai cincin presipitasi yang keruh pada
perbatasan kedua cairan.
3. Reaksi presipitat dalam agar.
- Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak,
dilapisi dengan selapis tipis agar buffer. Setelah agak
mengeras, dibuat lubang pada agar dengan diameter kurang
lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh lubang-lubang sejenis.
Masukkan serum anti globulin manusia ke lubang di tengaj dan
16 | A b o r t u s P r o v o k a t u s k r i m i n a l i s
ekstrak darah dengan berbagai derajat pengenceran di lubang-
lubang sekitarnya. Letakkan gelas obyek ini dalam ruang
lembab (moist chamber) pada temperatur ruang selama satu
malam.
- Hasil positif memberikan presipitium jernih pada perbatasan
lubang tengah dan lubang tepi.
17 | A b o r t u s P r o v o k a t u s k r i m i n a l i s
3. Menentukan sebab kematian. Apakah karena perdarahan, infeksi, syok,
emboli udara, emboli cairan atau emboli lemak.
4. Pemeriksaan toksikologik (ambil darah dari jantung) bila terdapat cairan
dalam rongga perut atau kecurigaan lain.
5. Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya sel trofoblast, kerusakan
jaringan, dan sel radang.
6. Pada autopsi dilihat adakah pembesaran, krepitasi, luka atau perforasi pada
uterus. Periksa genitalia eksterna apakah pucat, kongesti atau memar.
7. Tes emboli udara pada vena kava inferior dan jantung. Ambil darah dari
jantung (segera setelah tes emboli) untuk pemeriksaan toksikologi. Uterus
diiris mendatar dengan jarak antar irisan 1 cm untuk deteksi perdarahan dari
bawah.
8. Sampel urin diambil untuk tes kehamilan dan toksikologik. Pemeriksaan
organ lain seperti biasa.
a. Panjang bayi
Dari rumus empiris de Haas umur bayi dapat ditaksir dari panjang
badan (PB) bayi, ukuran dari puncak kepala sampai ke kaki. Untuk
bayi dibawah 25 minggu : Umur (minggu) = akar kuadrat dari PB.
Untuk bayi diatas 25 minggu: Umur (minggu) = PB/5. Oleh karena
batas umur antara korban abortus dan pembunuhan anak adalah 28
minggu (7 bulan), maka perbedaan tersebut adalah pada panjang bayi
35 cm (7x5) cm.
b. Lingkaran kepala
Bayi 5 bulan : 38,5 – 41cm
Bayi 6 bulan : 39 – 42cm
18 | A b o r t u s P r o v o k a t u s k r i m i n a l i s
Bayi 7 bulan : 40 – 42cm
Bayi 8 bulan : 40 – 43cm
Bayi 9 bulan : 41 – 44cm
c. Pusat penulangan
Ada 2 tempat yang lazim diperiksa yaitu pada telapak kakidan lutut.
Pada telapak kaki pemeriksaan ditujukan kepada tulang halus,
calcaneus dan cuboid. Ketiga tulang ini dapat diperiksa melalui
sayatan (pemotongan) dari sela jari ke 3-4 ke arah tumit. Adanya pusat
penulangan di tulang talus menunjukkan bayi telah berumur 7 bulan,
tulang calcaneus 8 bulan dan tulang cuboid 9 bulan. Di lutut ditujukan
untuk memeriksa pusat penulangan di proksimal tulang tibia dan distal
femur. Untuk mencapai kedua tulang, tulang patella harus
disingkirkan. Setelah tampak tulang femur, maka tulang dipotong
melintang selapis demi selapis seperti pengiris bawang. Demikian juga
pada tulang tibia. Adanya pusat penulangan pada kedua tulang
menunjukkan bayi telah berumur 9 bulan dalam kandungan (cukup
umur).
VII. KOMPLIKASI
1. Abortus provokatus kriminalis cenderung menyebabkan penyulit
ketimbang abortus spontan. Penyulit-penyulit itu antara lain:
2. Perdarahan hebat. Akibat luka jalan lahir, atonia muteri, sisa jaringan
tertinggal.
3. Syok (renjatan) akibat refleks vasovagal atau neurogenik. Komplikasi
dapat menyebabkan kematian yang mendadak.
4. Emboli udara. Dapat terjadi akibat penyemprotan cairan ke dalam
uterus.
19 | A b o r t u s P r o v o k a t u s k r i m i n a l i s
5. Infeksi kadang-kadang sampai menyebabkan sepsis yang dapat
mengakibatkan kematian atau timbul kemandulan karena infeksi tuba
falopii. Organisma yang terlibat dalam sepsis bervariasi, yang paling
berbahaya adalah streptococcus non-hemolituk dan Clostridium
perfringens, walaupun coliform dan staphylococcus juga bisa
bertanggungjawab. Rahim menjadi bengkak, bersifat sepon dan berubah
warna. Permukaan serosal yang ditemukan pada saat otopsi bisa
berwarna kecoklat-coklatan – terutama pada infeksi clostridium – dan
endometrium bisa tampak buruk, berbau busuk bahkan bernanah.
Tanda-tanda septisemia bisa berkembang dengan limpa lunak
membesar, node getah bening menonjol dan gagal hepatorenal.
6. Fungsi ginjal rusak (renal failure). Ginjal bisa menunjukkan necrosis
cortical bilateral pada kasus yang ekstrim. Pada septisemia clostridium
bisa timbul warna coklat khas pada kulit. Tampilannya bisa berlurik-
lurik mirip tetes air hujan
7. Perforasi (terjadi robekan pada rahim, misalnya karena abortus
provokatus kriminalis atau tindakan pertolongan kuretase).
20 | A b o r t u s P r o v o k a t u s k r i m i n a l i s
DAFTARS PUSTAKA
3. Amir, Amri. Abortus. Dalam : Amri Amir. Ilmu Kedokteran Forensik Edisi II.
6. Amir, Amri. Autopsi Pada Bayi Baru Lahir. Dalam : Amir, Amri. Autopsi
21 | A b o r t u s P r o v o k a t u s k r i m i n a l i s