Anda di halaman 1dari 5

III.

Muhaasabah dan Tobat

Salah satu jalan terbaik bagi seorang hamba untuk meningkatkan derajat
penyucian dirinya adalah dengan melkakukan intropeksi diri (muhaasabah) dan
memperhatikan amal-amal yang telah ia lakukan. Jika ia mendapati amalan yang
baik, maka ia akan memuju Allah karenanya dan bertekad untuk meningkatkan
amal-amal baik itu. Namun jika ia menemukan kebalikannya, maka ia akan sangat
menyesal dan segera bertobat dengan tobat yang benar,

Jadi tahap pertama yang mesti dilakukan adalah muhaasabah, lalu barulah
tobat dengan benar. Tobat ini merupakan buah dan hasil dari proses muhaasabah
dan tobat.

A. Muhaasabah

intropeksi diri (muhaasabah) adalah memperhatikan dan merenungkan hal-


hal baik dan buruk yang telah dilakukan. Termasuk memerhatikan niat dan tujuan
suatu perbuatan yang telah dilakukan, serta mnghitung untung dan rugi suatu
perbuatan. Ini sekaligus pula sebagai persiapan untuk hari-hari mendatang,
dengantekat baru yang lebih tulus dan teguh. Jadi sebenarnya muhaasabah
mencakup hal-hal yang telah dilalui, yang sedang dijalani, dan yang akan datang.
Walaupun nampaknya hanya cakup masa lalu dan kini saja.

a. Dalil-Dalil Mengenai Pentingnya Muhaasabah bagi Setiap Muslim

Setiap muslim seharusnya memiliki saat-saat pertemuan dengan ‘diri’-Nya,


melakukan intropeksi secara rutin dan menegurnya atas kesalahan yang sudah
dilakukan, agar ia terhindar dari keburukan diri dan mampu menguasai kendali
dirinya. Terhadap banyak dalil dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta pendapat
para sahabat dan salafus shaalih yang mendorirng dilakukannya intropeksi diri itu.
Juga penjelasan tentang keutamaan dan pengaruh-pengaruhnya yang bermanfaat
bagi penyucian jiwa.
Di antara dalil-dalil tersebut adalah firman Allah Ta’ala:

“Hail orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah


setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat),
dan bertakwalah kepada Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-
Hasyr [59]: 18)
Iman Ibn Qayyim menjelaskan, “Ayat ini menunjukkan kewajiban melakukan
intropeksi diri”
Dalam tafsirnya Imam Ibn Katsir menulis, “Maksud ayat ini adalah, intropeksi
diri kalian, sebelum kalian diperhitungkan. Perhatikan apa yang telah kalian
persiapkan bagi diri kalian, berupa amal-amal saleh untuk hari kiamat dan bekalmu
untuk menghadap Tuhanmu. Dan ketahuilah, bahwa Dia Mahamengetahui semua
perbuatan dan keadaanmu, tidak satupun yang dapat tersembunyi darinya.”
Firman Allah swt,

“Aku bersumpah demi hari kiamat. Dan Aku bersumpah demi jiwa yang amat
menyesali diri (an-nafs al- lawwamah).” (QS. Al-Qiyaamah [75]: 1-2)\

Berkata Mujaahid, “Al-lawwaamah adalah yang menyesali segala yang telah


lalu dan mencela dirinya.”
Allah telah bersumpah dengan al-lawwaamah, dan menyebutnya besa,a
dengan hari kiamat. Hal ini menunjukkan kemuliaan dan kedudukannya, sefta
menjelaskan betapa tinggi keutamaan dan betapa pentingnya muhaasabah itu.
Firman Allah pula,

“Bahkan manusia itu sangat mengetahui akan diri (jiwa)nya sendiri, meskipun
ia memberikan alasan-alasan.” (QS. al-Qiyaamah [75]: 14-15)

Manusia itu amat mengetahui akan aib-aib dirinya. Meskipun ia memberikan


alasan dan berusaha embantah, namun itu tidak akan bermanfaat di hari kiamat.
Ini merupakan isyarat mengenai pentingnya kembali pada diri dan melakukan
intropeksi terhadapnya, serta memperbaiki semua aib sebelum terlambat.
Dari Abu Ya’la Syaddad bib Aus ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Otang yang cerdas adalah yang mampu menagih dirinya, dan beramal untuk hari
kiamat. Orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya, dan
berkhayal terhadap Allah.” (HR at-Tirmidzi)
Berkata Imam at-Tirmidzi, “Makna menagih dirinya adalah membuat
perhitungan pada dirinya di dunia sebelum diperhitungkan di hari kiamat.”
Dan Umar Ibn al-Khathtab ra, ia berkata, “Perhitungkanlah dirimu sebelum
engkau di perhitungkan, timbanglah dirimu sebelum engkau ditimbang. Karena
orang yang peling ringan perhitungannya besok adalah orang yang suka
mengintropeksi dirinya semasa hidup di dunia. Berhiaslah kalian (dengan amalan-
amalan yang baik) sekarang untuk menghadapi pameran terbesar, karena pada
hari itu nanti akan dinampakkan semuanya dan tidak ada yang tersembunyi.” (HR
Ahmad, Ibn Abi ad-Dun-ya, at-Tirmidzi, Ibn al-Jauzi, dan Ibn al-Qayyim)
Para salafus shaalih juga banyak berbicara tentang kewajiban dan keutamaan
intropeksi diri itu. Imam Hasan al-Bashri misallnya mengatakan, “Tidaklah engkau
menemui seorang meukmin kecuali ia selalu menegur dirinya: apa yang kuinginkan
dengan omonganku? Apa yang kuinginkan dengan makananku? Apa yang
kuinginkan deangan minumanku? Sebliknya orang yang lemah akan selalu berllu
tanpa pernah menegur dirinya.”
Hasan al-Bashri juga menuturkan, “Sungguh, seorang hamba akan senantiasa
berada dalm kebaikan selama ia menjadi penasihat bagi jiwanya. Oleh karena itu,
muhaasabah sangat penting dilakukan.”
Maimun binMahran mengatakan, “Seorang pria tidak pernah bertakwa
hingga ia menjadi auditor bagi dirinya lebih ketat daripada seorag pebisnis kepada
partner bisnisnya.”
Berkata Malik bin Dinar, “Semoga Allah merahmati seorang hamba yang
berkata kepada dirinya sendiri: ‘Bukankah engkau pelaku dosa ini? Bukankah
engkau pelaku dosa itu?’ kemudian ia mencelanya dan mengekangnya. Kemudian
ia berkomitmen kepa Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai memimpin jiwanya.”
Demikianlah beberapa pendapat ulama slaf yang memperkuat urgensi
intropeksi siri dari semua dosa besar dan dosa kecil, agar seorang muslim dapat
selamat dari bahaya dan keburukan perbuatan dosa.

b. Hal-Hal yang bisa Membantu Muhaasabah dan Memperkuat Jiwa

Untuk membantu intropeksi diri dan memperkuat motivasu jiwa untuk


melakukannya di dalam jiwa, maka penting bagi kita untuk menempuh langkah-
langkah berikut ini.
1. Merasakan Pengawasan Allah kepada Hamba-Nya dan
Pengetahuan-Nya Akan Seluruh Rahasianya

Kita mesti sadar bahwa tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari
Allah swt. Tiada sesuatupun yang tersembunyi dari-Nya, Dia mengetahui
bisiskan dan yang tersembunyi. Dia mengetahui segala rahasia. Semua
bisikan-bisikan jiwa diketahui-Nya. Seluruh kata yang kita ucapkan selalu
diawasi oleh malaikat yang selalu mengawasi dan siap mencatat. Merasa
berada dalam pengawasan Allah seperti ini akan menjamin seorang
muslim sadar diri dari kelalaiannya dan menjadikannnya selalu takut
untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan buruk, serta memperkuat
intropeksi diri dan bermujahadah.

Firman Allah Ta’ala

“Da sesungguhnya, kami telah menciptakan manusia dan


mengetahui bisikan-bisikan jiwanya, dan kami lebih dekat kepadanya
daripada urat lehernya, (yaitu) saat dua malaikat duduk mencatat amal
perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lainnya duduk
di sebelah kiri. Tiadalah ia mengucapkan suatu kata kecuali pasti ada
padanya malaikat yang mengawasi dan siap mencatat.” (QS. Qaaf {50]:
16-17)

“Tidakkah kamu perhatikan , bahwa sesungguhnya Allah


mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Jika ada
tiga orang berbicara maka Dia-lah yang keempatnya, jika ada lima orang
(yang berbicara) maka Dia-lah yang keenamnya. Dan kurang atau lebih
dari itu ia selalu bersama mereka berada. Kemudian Dia akan
memberitahumu semua perbuatan mereka pada hari kiamat. Sunggu,
Allah Mahamengetahui segalanya.” (QS. Al-Mujaadilah [58]: 7)

“Dan ketahuilah bahwa Allah mengetahui semua yang ada dalam


hatimu, maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah
Mahapengampun dan Mahapenyayang.” (QS. al-Baqarah [02]: 235)

Imam Ibn Qayyim al-Jauziyah telah mendefenisikan kata


muraaqabah dan menjelaskan urgenisinya bagi seorang hamba untuk
mewujudkannya. Ia berkata, “Muraaqabah adalah kesinambungan ilmu
seorang hamba, dan keyakinannya akan pengawasan Allah, baik lahir
maupun batinnya. Orang yang lalai terhadap hal ini, akan berbeda dari
keadaan orang-orang yang baru memulai (belajar Islam), maka
bagaimana dengan keadaan orang-orang yang menuntut ilmu?
Bagaimana pula dengan keadaan orang-orang arif?

2. Mengingat Perhitungan Akbar (Maha Besar) dan Interagasi di


Hari Kiamat
Hakikat yang tidak boleh dilupakan oleh seorang muslim adalah
bahwa Allah swt. akan memperhitungkan hamba-hamba-Nya di haru
kiamat dan menginterogasi hal-hal yang baik dan buruk yang telah
mereka lakukan saat idup di dunia. Pada haru itu orang kafir dan para
pelaku maksiat akan menyesal dan rugi. Manusia akan melihat semua
amal-nya dan diperhitungkan tidak satupun yang terlewat meski sekecil
apapun.
Ayat-ayat Al-Qur’an Al-Karim telah menerangkan gambaran hasil
perhitungan itu serta kedahsyatannya, dengan gambaran yang
menggetarkan hingga ke dasar jiwa. Al-Qur’an mengajak seorang
muslim untuk segera melakukan intropeksi diri dan memperbaiki semua
kesalahannya agar dapat selamat dari keadaan buruk di hari kiamat, dan
keadaan buruk di hari kiamat, dan mendapatkan rahmat Allah dan
keutamaan-NYa yang besar, serta masuk ke dalam golongan orang-
orang yang mendapat kemenangan.
Di antara ayat-ayat Al-Qur’an yang paling menonjol memberi
gambaran hari perhitungan, termasuk suasananya, kesusahan yang
dihadapi manusia, tegaknya timbangan, lembaran-lembaran yang
terbuka, dan kitab-kitab amal hamba-hamba Allah, adalah:

Anda mungkin juga menyukai