Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Satra adalah karya seni, karena itu mempunyai sifat yang sama dengan karya seni yang
lainnya, seperti seni suara, seni lukis, seni pahat dan lain sebagainya. Tujuannya pun sama yaitu
untuk membantu manusia menyikapkan rahasia keadaannya, untuk memberikan makan pada
ekstensinya, serta untuk membuka jalan kebenaran yang membedakan dengan sastra yang lain,
adalah bahwa sastra memiliki aspek bahasa (Atar semi 1989:39). Sastra dan manusia erat
kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan dan
permasalahan yang pada manusia dan lingkungan. Kemudian dengan adanya imajinasi yang
tinggi seorang pengarang tinggal menuangkan masalah-masalah yang ada disekitarnya menjadi
sebuah karya sastra.
Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan
kemanusiaan hidup dan kehidupan. Oleh karena itu fiksi menurut Altenbernd dan lewis (dalam
fatah, 2013 ) dapat diartikan sebagai prosa naratif yang yang bersifat imajinatif, namun biasanya
masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antar
manusia.
Ada berbagai macam karya sastra, salah satunya adalah puisi. Puisi merupakan sebuah
karya sastra klasik yang unik dibandingkan karya sastra lainnya. Oleh kaarena itu pembaca
harusnya memiliki ketelitian yang sangat tinggi dalam menganalisis suatu puisi. Dalam puisi
yang berjudul Indonesia Menangis karya Kartika Dewi puisi yang menceritakan tentang ulah
manusia yang tidak bertanggung jawab yang pada akhirnya mengakibatkan bencana alam.
Melalui serangkaian analisis tersebut, penulis berusaha mengungkapkan makna dan pesan yang
terkandung didalam puisi tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul
“Nilai Moral Puisi Indonesia Menangis karya Kartika Dewi” .

B. Rumusan masalah
Dari rangkaian latar belakang yang sudah diungkapkan maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah penciptaan puisi Indonesia Menangis karya Kartika Dewi ?
2. Bagaimana nilai moral dalam puisi Indonesia Menangis karya Kartika Dewi ?
3. Apa saja struktur fisik dan strutur batin yang membangun dalam puisi Indonesia Menangis karya
Kartika Dewi ?

C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengidentifikasi sejarah dalam penciptaan karya sastra puisi Indonesia Menangis karya
Kartika Dewi.
2. Untuk mengidentifikasi nilai moral yang terkandung dalam puisi tersebut.
3. Untuk mengidentifikasi struktur fisik dan struktur batin yang terkandung dalam puisi tersebut.
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharakan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca baik bersifat
teoritis maupun bersifat praktis :
1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap
pengembangan ilmu sastra, khususnya sastra puisi dalam puisi Indonesia Menangis karya Kartia
Dewi.
2. Secara praktis penelitian ini dapat memberikan masukan untuk dapat menganalsis nilai moral
dalam puisi dengan lebih bail lagi. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan sastra
sehingga bermanfaat bagi perkembangan sastra di Indonesia.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Hakikat Sastra
Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta ‘sastra’ yang berarti teks yang
mengandung “intruksi” atau “pedoman” dari kata ‘sas’ yang berarti “intruksi” dan ‘tra’ yang
berarti alat. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan unutk merujuk kepada
“kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu segmentasi
sastra lebih mengacu sesuai defisinya sebagai sekedar teks. Istialah sastrawan diartikan sebagai
orang yang menggeluti sastrawi bukan sastra. Sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental
nuansa puitis atau abstranya.
Satra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai
manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki
efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan) Mursal Esten(dalam kris 2016)
selain itu dalam arti kesusastraan sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra
erat). Disini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan tetapi dengan wahana untuk
mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Fungsi sastra juga terdiri dari beberapa
fungsi, seperti ;
 Rekreatif ( fungsi untuk kesenangan )
 Didaktif ( fungsi sebagai pendidikan )
 Religius ( fungsi sebagai patokan keagamaan )
 Moralitas ( fungsi sebagai tindakan yang bersifat positif )
B. Hakikat Puisi
Puisi termasuk salah satu jenis sastra yang berisi ungkapan perasaan penyair yang
diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat dan tepat. Wujud puisi dapat dilihat dari bentuknya
yang berlarik membentuk bait, tipografi, dan tidak mementingkan ejaan. Puisi lazimnya
menawarkan serangkaian makna kepada pembaca, namun beberapa kasus mengenai puisi
belakangan ini makain memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu
‘pemadatan kata’. Kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih
mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi atau nilai moral puisi tersebut.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja. Hal tersebut merupakan salah satu cara
penulis untuk menunjukan pemikirannya. Puisi juga terkadang hanya berisi satu kata atau suku
kata yang diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi
tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memilik alasan untuk segala keunikan yang diciptakannya.
Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Sebagai karya
sastra, puisi tetap harus memiliki kemampuan menampung segala unsur yang berkaitan dengan
kesastraan. Setidaknya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk memahami hakikat puisi
yaitu; sifat seni, kepadatan, dan ekspresi tidak langsung.
Puisi lazimnya menewarkan serangkaian makna kepada pembaca, untuk menangkap
serangkaian makana ini, tentu pembaca perlu menafsirkan puisi tersebut lebih jauh. Penafsiran
terhadap puisi dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, antara lain pendekatan struktural
dan semiotika. Semiotika dalam bidang puisi dipergunakan untuk memberi makan karya sastra
(puisi). “karya sastra termasuk puisi merupakan tanda-tanda (semiotik) yang mempunyai makna,
pradopo (dalam sasuke 2014).

C. Unsur-unsur puisi
Dalam suatu puisi terdapat dua unsur, yaitu unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik. Unsur-
unsur tersebut ada pula macamnya;
a. Unsur ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang tidak berhubungan dengan puisi tersebut atau termasuk
unsur diluar puisi, seperti :
 Keadaan sosial pengarang
 Profesi penyair
 Pengalaman penyair
 Kondisi ekonomi penyair
Tetapi biasanya unsur ekstrinsik tidak diperhatikan oleh pembaca.
b. Unsur intrinsik
Dalam puisi secara umum unsur intrinsik dibagi manjadi 7, seperti :
 Tema yaitu gagasan pokok atau ide yang menjadi dasar suatu puisi. Suatu puisi
memiliki banyak hal yang harus dibahas, namun pasti memiliki topik utama dalam pembahas
tersebut.
 Suasanan merupakan unsur pemikiran dan perasaan penyair yang mampu membuat
suatu suasana terhadap pembaca atau pendengar setelah pembaca atau mendengarkan suatu puisi.
 Unsur imaji merupakan gambaran yang ditimbulkan ketika membaca puisi tersebut.
Gambaran yang dimaksud bisa menyentuh pembaca atau pendengar melalui indra manusia,
penglihatan, perabaan, dan lain sebagainya.
 Unsur simbol (lambang) merupakan unsur puisi yang menyatakan bahwa kata-kata
dalam puisi bisa saja merupakan suatu lambang untuk maksud dan tujuan yang lain.
 Unsur musikalitas puisi (Nada/Bunyi) disusun atas kata-kata tertentu yang penuh
makna dan juga indah untuk didengar. Musikalisasi puisi yang dimaksud adalah penyusunan
kata-kata yang bermakna indah, dan juga menarik didengar bunyinya sehingga menarik bagi
pembaca atau pendengar puisi tersebut.
 Unsur gaya bahasa suatau susunan puisi adalah bahasanya yang berbeda-beda, gaya
bahasa ini menjadi pilihan penyair sesuai dengan pikiran dan perasan saat membuat puisi
tersebut.
 Unsur amanat puisi yang baik memiliki amanat yang hendak disampaikan kepada
pambaca ataupun pendengar. Amanat dalam puisi biasanya disampaikan secara tersirat, jadi kita
harus memahami puisi tersebut dengan benar untuk amanat penyair tersebut.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Kesejarahan dalam penciptaan puisi Indonesia Menangis karya Kartika Dewi


Sebelum mengapresiasi puisi baiknya mengetahui latar belakang dalam puisi tersebut
agar dalam proses dapat berjalan dengan baik. Tentu pula agar tujuan dan maksudnya tercapai.
Cara lain menurut pradopo (dalam fatah 2013) yaitu puisi juga dapat dikaji dari sudut-sudut
kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarah, dari waktu kewaktu puisi selalu dibaca
orang. Puisi berbeda dan berubah sesuai jaman dan perkembangannya, sesuai dengan pencipta
dan pembaca atau penikmat sastra, oleh karena itu pula pentingnya unsur kesejahteraan dalam
puisi. Dalam kesejahteraan banyak hal yang harus kita ketahui, baik dari segi kehidupan penulis,
latar atau jaman pada saat penulisan puisi tersebut.
Seperti halnya dengan kehidupan Kartika Dewi sebagai penilis puisi Indonesia Menangis,
Kartika Dewi memilih untuk menulis puisi atas dasar jaman yang semakin mencekik seperti
halnya dengan isi puisi yang dituliskan. Penulis menyampaikan minat dalam menulis puisi
tersebut secara tersurat dengan tujuan atau harapan kepada pembaca sadar atau menyadari isi
sekaligus sindiran yang dituliskan dalam puisi Indonesia Menangis. Selain itu seiring dengan
perkembangan jaman penulis merasa manusia pada jaman sekarang ini tidak punya rasa
kemanusiaan.
Penulis dalam menuliskan puisi ini tentunya didasari alasan yang kuat atau dukungan
yang kuat baik dari segi lingkungan maupun lainnya. Pendukung utamanya yaitu dari faktor
lingkungan yang sekarang ini sudah tidak lagi damai, seringnya bencana alam yang menerpa
tetapi atas dasar kesalahan manusia sendiri. Kurangnya rasa tanggung jawab yang dimiliki setiap
manusia, oleh karena itu penulis menuliskan puisi dengan judul Indonesia Menangis.

B. Nilai Moral dalam puisi Indonesia Menangis karya Kartika Dewi


Setiap karya sastra pasti memiliki nilai-nilai yang terkandung, khususnya yaitu nilai
moral. Nilai moral merupakan istilah manusia menyebut kemanusiaan atau lainnya dalam hal
yang positif. Dalam puisi biasanya yang bersifat positif disebut bilai moral. Adapun nilai moral
dalam puisi :

Indonesia Menangis
Karya : Kartika Dewi

Langit meneteskan air mata


Membasahi bumi pertiwi nan elok
Dengan begitu deras dan luar biasa
Tuhan menyerukan pada alam
Tuk menyadarkan insan di bumi ini
Air terus mengalir...mengalir
Para hutan, pohon tak dapat menampung deraian sang megah
Hingga bumi pertiwi
Tergenang air dimana-mana
Pohon tak kuasa menahan
Kekejaman manusia
Yang menghujam mereka
Dengan senyum sinis
Pohon mempersilahkan
Air tuk menyapa, memadati pemukiman
Banjir di mana-mana
Sikap manusia yang tamaklah tak bertanggung jawablah
Hingga...
Tuhan menegur dengan mendatangkan bencana
Tak hanya banjir
Gunung pun mendehem
Mengeluarkan asap yang mengepul
Sebagai pemberontakan karena manusia
Menebangi hutan yang dijadikan pelindung, penghijau gunung
Longsor, pergeseran tanah terjadi dimana-mana
Indonesia Menangis
Bencana menghadang bumi pertiwi
Indonesia Menangis
Menangis karena tingkah lakunya sendiri
Tak bertanggung jawab dengan alam
Sebagai ciptaan Tuhan termegah

Dalam puisi tersebut penulis bermaksud menyampaikan pesan atau nialai moral yang
menggambarkan selayaknya manusia yang diberi segala keindahan seharusnya dapat
bertanggung jawab menjaga dengan baik segala segala yang diberikan oleh Tuhan. Tidak
selayaknya merusak bahkan tidak bertanggung jawab yang mengakibatkan bumi atau bahkan
hanya Indonesia sering terkena bencana alam, inti dasar nilai moral dalam puisi tersebut kita atau
sebagai manusia selayaknya menjaga dan bertanggung jawab atas segala ciptaan tuhan.

C. Struktur fisik dan struktur batin dalam puisi Indonesia Menangis karya Kartika Dewi
Struktur puisi dibagi menjadi dua yaitu struktur fisik dan struktur batin. Unsur fisik
merupakan pembangun puisi yang bersifat nampak dalam bentuk susunan kata-katanya. Dalam
struktur fisik sendiri dibagi lagi menjadi :
a) Tipografinya, bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan kiri,
pengaturan barisnya.
b) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair atau penulis dalam puisinya.
c) Imaji, yaitu kata atau susunan yang dapat mengungkapakan pengalaman indrawi, seperti
penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
d) Kata konkret yaitu kata yang dapat dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji.
e) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan efek dan konotasi tertentu.
f) Verifikasi menyangkut rima, ritme dan metrum.
Sedangkan struktur batin hanya dibagi menjadi :
a) Tema, makna pokok pikiran atau sadar cerita yang dipercayakan, dipakai sebagai dasar
menagarang.
b) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap atau penulis terhadap pokok permasalahan dalam
puisi.
c) Nada, yaitu sikap penulis terhadappembacanya, nada juga berhungan dengan tema dan prosa.
d) Amanat, yaitu pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca.

Dalam puisi Indonesia Menangis karya Kartika Dewi juga mengandung struktur fisik dan batin.
Dalam struktur fisik :
a. Tipografi, penulis dalam menulis puisi kurang memperhatikan bait dan baris tidak ada
penggalan bait melainkan hanya terdiri dari serangkaian baris.
b. Diksi yang digunakan penulis dalam menulis puisi masih terbilang sedrhana tidak ada kata yang
menyulitkan pembaca untuk memahami isi puisi yang terkandung.
c. Imaji yang digunakan penulis dalam puisi yang ditulis penulis mengungkapkan pengalaman
penglihatan, penulis menuliskan pusi tersebut karena pada dasarnya ssesuai dengan apa yang
penulis ketahui atau yang penulis lihat.
d. Kata kongkret dalam pusi terbilang keseluruhannnya hampir menggunkan kata kongkret atau
benar-benar nyata tidak sekedar imajinasi penulis untuk menuliskan puisi tersebut.
e. Bahasa figuratif dalam puisi Indonesia Menangis karya Kartika Dewi tidak terlalu banyak
menggunakan kata figuran atau kiasan, tetapi tetap ada dalam puisi tersebut misalnya pada baris
“gunungpun mendehem”, yang artinya gunung mulai rusak mengeluarkan larva dan sebagainya,
ada juga pada baris “yang menghujam mereka” yang berarti bahwa manusia menghancurkan
segala seperti halnya pepohonan yang dihabisi manusia mengakibatkan bencana.
f. Verifikasi, dalam puisi tersebut verifikasi tidak terlalu diperhatikan oleh penulis.
Sedangkan pada struktur batinnya adalah sebagai berikut:
a. Tema yang terdapat dalam puisi tersebut yaitu diambil dari apa yang benat terjadi dan penulis
merasa perlu menuliskan puisi tersebut. Tema dalam puisi tersebut adalah tentang rusaknya bumi
pertiwi karena ulah manusia sendiri.
b. Rasa, dalam puisi tersebut penulis merasa prihatin atau dalam pusis tersebut engandung
keprihatinan yang sangat tampak dalam isi puisi tersebut. Penulis prihatin dengan zaman yang
semakin rusak manusianya yang tidak punya rasa tanggung jawab.
c. Nada, sikap penulis dalam menyampaikan atau menuliskan puisi tersebut seakan marah dengan
tingkah manusia.
d. Amanat, yang disampaikan dalam puisi tersebut yaitu penulis bermaksud menyampaikan supaya
siapapun sebagai manusia tanpa terkecuali hendaknya menjaga apa yang telah diberikan atau
ciptaan Tuhan, tidak selayaknya merusak tanpa rasa tanggungjawab yang berujung bencana.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Dari pembahasan diatas maka disimpulkan bahasa puisi adalah jenis sastra yang berisi
ungkapan pikiran, perassan penulis yang diungkapkan dalam pilihan kata. Dalam puisi Indonesia
Menangis karya Kartika Dewi terdapat nilai moral seperti menggambarkan selayaknya manusia
yang diberi keindahan seharusnya dapat menjaga ciptaannya dengan rasa tanggungjawab.
Adapula struktur fisik dan batin yang terdapat dalam puisi indonesia menangis karya
kartika dewi adalah :
Tipografi kurang tepat, Diksi tidak terlalu sulit, Imaji sesuai dengan penglihatan penulis, Kata
kongkret sebagian kata dalam puisi yang digunakan adalah kata kongkret atau nyata, Bahasa
figuratif tidak terlalu sering digunakan dalam puisi, Verifikasi puisi kurang diperhatikan.
Struktur batinnya adalah :
Tema yang dipakai mudah dipahami, Rasa yang didapat adalah keprihatianan terhadap bencana
yang menerpa bumi pertiwi, Nada yang disampaikan menekankan amaran penulis dalam
menuliskan pusis, Amanat yang disampaikan bermaksud mengajak manusia untuk menjaga dan
melestarikan bumi pertiwi.

B. Saran
Dalam penelitian ini peneliti berharap agar pembaca atau peneliti selanjutnya lebih
memperhatikan apa yang akan diteliti dan difokuskan pada penelitian pesan moral yang akan
disampaikan dalam puisi.

DAFTAR PUSTAKA

Fatah,abdil(2013)http://diksasindo.blogspot.com/2013/07/proposal penelitian-
kajian_sastra_3.html?m=1.diunduhpada25-5-2016

Kris(2016)http://asemmanis.wordprees.com/2009/10/03/pengertian-sastra-umum-dan-menurut-para-
ahli/.diunduhpada25-5-2016

Sasuke,arsenius,bayu(2014)http://baesenius.wordprees.com/2014/11/20/methobologi-penelitian-
puisi/

Semi,atar.1989.kritiksastra.bandung:Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai