Anda di halaman 1dari 5

1.

Kelahiran Manado

Alexander Andries Maramis lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada 20 Juni 1897. Ia merupakan putra dari pasangan Andries Alexander Maramis dan Charlotte Ticoalu.

AA Maramis menempuh pendidikan dasar di Europeesche Lagere School (ELS) di Manado. Ia kemudian masuk sekolah menengah (Hogere burgerschool, HBS) di Batavia.

2. Pendidikan di Belanda

Pada tahun 1919, Maramis berangkat ke Belanda untuk belajar hukum di Universitas Leiden. Selama di Leiden, ia terlibat dalam organisasi mahasiswa Perhimpunan
Indonesia.

Pada tahun 1924, Maramis lulus dari Universitas Leiden dan menyandang gelar Meester in de Rechten (Mr.). Setelah lulus, ia kembali ke Indonesia dan membuka praktik
hukum di Batavia dan Palembang.

3. Peran dalam Kemerdekaan RI

Pada 1 Maret 1945, Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dibentuk. Maramis pun diangkat menjadi salah satu anggota.

Dalam badan ini, Maramis termasuk dalam Panitia Sembilan yang ditugaskan untuk merumuskan dasar negara yang berdasarkan nilai utama dan prinsip ideologi Pancasila.
Rumusan ini kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta yang kemudian menjadi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Maramis pun menjadi salah satu orang yang
menandatangani Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945, bersama 8 anggota Panitia Sembilan lainnya.

Pada 11 Juli 1945, Maramis ditunjuk sebagai anggota Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang ditugaskan untuk membuat perubahan tertentu sebelum disetujui oleh
anggota BPUPKI.

4. Mantan Menteri Keuangan

Pada 26 September 1945, Maramis diangkat sebagai Menteri Keuangan dalam kabinet Indonesia pertama. Ia menggantikan posisi Samsi Sastrawidagda yang mengundurkan
diri setelah dua minggu menjabat karena alasan kesehatan.

Sebagai Menteri Keuangan, Maramis berperan penting dalam percetakan uang kertas Indonesia pertama yang disebut Oeang Republik Indonesia (ORI).

Maramis beberapa kali menempati posisi sebagai Menteri Keuangan di beberapa kabinet berikutnya. Seperti Kabinet Amir Sjarifudin I (3 Juli 1947), Kabinet Amir Sjarifudin II
(12 November 1947) dan Kabinet Hatta I (29 Januari 1948).

Saat Agresi Militer Belanda II yang dimulai pada Desember 1948, Sjafrudin Prawiranegara mampu membentuk Pemerintah Darurat dan Kabinet Darurat. Dalam Kabinet
Darurat ini, Maramis ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri dan menjabat hingga 13 Juli 1949.

Setelah itu, ia kembali menjabat sebagai Menteri Keuangan di Kabinet Hatta II hingga 4 Agustus 1949. Karena perannya yang sangat besar selama menjabat sebagai Menteri
Keuangan, nama AA Maramis diabadikan sebagai nama Gedung Induk Kementerian Keuangan.

Baca juga: Sardjito, Pembuat Biskuit Tentara Republik yang Kini Pahlawan Nasional
5. Karier Sebagai Duta Besar

Sepanjang tahun 1950 hingga 1960, Maramis sempat menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk empat negara yaitu Filipina, Jerman Barat, Uni Soviet, dan Finlandia.

6. Penghargaan

Pada 15 Februari 1961, Maramis dianugerahi penghargaan Bintang Mahaputra Utama. Selanjutnya pada 5 Oktober 1963, Maramis dianugerahi penghargaan Bintang
Gerilya.

Secara anumerta, Maramis dianugerahi penghargaan Bintang Republik Indonesia Pertama pada 12 Agustus 1992.

7. Kehidupan Pribadi

Maramis menikah dengan Elizabeth Marie Diena Veldhoedt. Keduanya tidak dikaruniai anak, tapi Veldhoedt memiliki seorang putra dari pernikahan sebelumnya.

Pada Mei 1977, Maramis dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami pendarahan. Pada 31 Juli 1977, Maramis menghembuskan napas terakhirnya di RSPAD Gatot Soebroto
dan jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

8. Dapat Gelar Pahlawan Nasional


AA Maramis menjadi salah satu dari 6 tokoh yang hari ini resmi mendapat gelar Pahlawan Nasional. Gelar tersebut diberikan oleh Presiden Jokowi kepada ahli waris dalam
prosesi yang berlangsung di Istana Negara, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

Gelar tersebut diberikan Jokowi sesuai dengan Keppres Nomor 120/TK/Tahun 2019 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. Gelar itu diterima oleh para ahli
waris.

Enam nama ini merupakan hasil seleksi dari 20 nama tokoh yang diajukan. Nama-nama tersebut kemudian diajukan ke Presiden, hingga dipilih enam nama pada 2019.

Selain AA Maramis, berikut nama penerima penganugerahan gelar Pahlawan Nasional 2019:

1. Ruhana Kuddus dari Sumatera Barat

2. Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi (Oputa Yii Ko) dari Sulawesi Tenggara

3. Prof dr M Sardjito dari DI Yogyakarta

4. KH Abdul Kahar Mudzakkir dari DI Yogyakarta

5. KH Masjkur dari Jawa Timur

Simak juga video "Jokowi Berikan 6 Tokoh Gelar Pahlawan Nasional" :

Anda mungkin juga menyukai