Anda di halaman 1dari 25

Pendapatan, Kebijakan dan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan,

dan Pajak Penghasilan

A. PENDAPATAN (PSAK 23, IAS 18)

1. Tujuan
Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus
masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas,
yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.Penghasilan (income) meliputi:
a. Pendapatan (revenue)
b. Keuntungan (gain)
Permasalahan utama dalam akuntansi pendapatan adalah menentukan saat pengakuan
pendapatan. Pendapatan diakui bila kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan akan
mengalir ke entitas dan manfaat ini dapat diukur dengan andal.

2. Ruang Lingkup
Pernyataan standar ini diterapkan untuk :
a. Penjualan barang
Barang meliputi barang yang diproduksi oleh entitas untuk dijual dan barang yang dibeli
untuk dijual kembali.
b. Penjualan jasa
Penjualan jasa biasanya terkait dengan kinerja entitas atas tugas yang telah disepakati
secara kontraktual untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu
c. Penggunaan aset entitas oleh pihak yang menghasilkan bunga,royalti dan dividen
Pernyataan ini tidak mengatur pendapatan yang timbul dari:
a. perjanjian sewa (lihat PSAK 30 (revisi 2007): Sewa);
b. Dividen yang timbul dari investasi yang dicatat sesuai metode ekuitas (lihat PSAK 15
(revisi 2009): Investasi pada Entitas Asosiasi);
c. Kontrak asuransi yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 28: Akuntansi Asuransi
Kerugian dan PSAK 36: Akuntansi Asuransi Jiwa.
d. Perubahan nilai wajar dari aset dan liabilitas keuangan atau pelepasannya (lihat PSAK
55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran);

1
e. Perubahan nilai aset lancar lainnya;
f. Ekstraksi hasil tambang (lihat PSAK 33: Akuntansi Pertambangan Umum).

3. Definisi
Berikut merupakan definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam pernyataan ini:
1. Nilai wajar adalah jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas
diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar
(arm’s length transaction).
2. Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas,
yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

4. Pengukuran Pendapatan
Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima dikurangi
jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh entitas.Pada umumnya,
imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau
setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun, jika arus masuk dari kas atau setara
kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal
dari kas yang diterima atau dapat diterima.

5. Pengidentifikasian Transaksi
Kriteria pengakuan dalam Pernyataan ini diterapkan secara terpisah pada setiap
transaksi.Dalam kondisi tertentu kriteria diterapkan padakomponen-komponen yang
dapatdiidentifikasi secara terpisah dari suatutransaksi tunggal atau suatu transaksi tidakdapat
dilepaskan dari transaksi lainnya makadianggap sebagai transaksi tunggal.

6. Penjualan Barang
Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a. entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan
kepada pembeli;
b. entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan
atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;
c. jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;

2
d. kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut akan
mengalir kepada entitas tersebut; dan
e. biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat
diukur dengan andal.
Contoh Ilustrasi Penjualan Barang:
Dalam suatu transaksi penjualan yang dilakukan secara kredit dengan lima kali pembayaran
cicilan, barang dikirim ke pembeli setelah cicilan ke lima. Kapan pendapatan dapat diakui oleh
penjual?
Jawab:
Pendapatan diakui oleh penjualan saat barang dikirimkan. Namun berdasarkan pengalaman
sebagian besar cicilan cicilan akan terbayar, maka pendapatan dapat diakui pada saat cicilan
yang jumlahnya signifikan telah diterima oleh penjual, dan barang berada ditangan penjual
dapat diidentifikasi dan siap untuk dikirim ke pembeli. Pendapatan dan beban yang terkait
dengan perolehan pendapatan tersebut harus diakui pada periode yang sama.

7. Penjualan Jasa
Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal,
pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat
penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil transaksi dapat diestimasi dengan andal
jika seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:
a. jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
b. kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut dapat
diperoleh entitas;
c. tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan
andal; dan
d. biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut dapat
diukur dengan andal.
Metode untuk mengukur tingkat penyelesaian transaksi dapat meliputi survey pekerjaan
yang telah dilaksanakan, perbandingan jasa yang dilakukan sampai tanggal tertentu dengan
total jasa dan perbandingan biaya yang timbul sampai tanggal tertentu dengan estimasi total
biaya.

3
Ilustrasi Penjualan Jasa:
PT Secure mengembangkan system pengamanan untuk hotel Z. Proses pengembangan
memakan waktu delapan bulan ditambah waktu pendampingan selama enam bulan. Kapan
pendapatan dapat diakui oleh PT Secure?
Jawab:
Biaya pengembangan system tersebut diakui sebagai pendapatan sesuai tahap penyelesaian
pengembangan termasuk penyelesaian jasa yang diberikan selama masa pendampingan.

8. Kontrak Konstruksi
Kontrak kontruksi menurut PSAK 34 adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara
khusus untuk kontruksi suatu asset atau suatu kombinasi asset yang berhubungan erat satu sama
lain atau saling bergantung dalam hal perancangan. Ada dua kontrak yaitu kontrak biaya plus
dan kontrak harga tetap. Pendapatan dari suatu kontrak terdiri dari nilai pendapatan yang
disetujui, klaim, dan pembayaran insentif yang memungkinkan untuk menghasilkan
pendapatan dan dapat diukur dengan andal. Pendapatan kontrak diukur pada nilai wajar
imbalan yang telah atau akan diterima.
Contoh:
Suatu kontraktor menandatangani kontrak harga tetap untuk membangun bangunan pencakar
langit dengan nilai kontrak Rp 5.000 dengan jangka waktu 3 tahun. Estimasi biaya awal adalah
Rp.4000. Diakhir tahun ke 2, estimasi biaya kontrak meningkat menjadi Rp 4.150. Pada tahun
ke 3 pelanggan menyetujui penyimpangan yang menghasilkan kenaikan kontrak sebesar Rp
300 dan biaya yang diestimasikan menjadi Rp 4.200 . Total biaya riil yang terjadi sampai akhir
tahun ke 1 adalah Rp 1.500, serta Rp 3.300 dan Rp 4.200 pada tahun ke 2 dan ke 3.
Kontraktor menentukan tahap penyelesaian kontrak dengan membandingkan biaya kontrak
sampai periode berjalan dengan estimasi biaya kontrak terakhir. Tagihan disampaikan sebesar
Rp 2.000 tahun ke 1, Rp 2.000 tahun ke 2 dan Rp 1.300 tahun ke 3. Pelanggan membayar
jumlah terutang pada tahun berjalan. Berapa laba setiap tahunnya dan buat jurnalnya!
Jawab:

Th ke-1 Th ke-2 Th ke-3

a) Pendapatan kontrak yg dise7i 5000 5000 5000

4
b) Penyimpangan - - 300

c) Total pendapatan kontrak (a+b) 5000 5000 5300

d) Biaya kontrak s/d periode ini 1400 2982 4200

e) Biy. kontrak u/ penyelesaian 2600 1218 -

f) Total estimasi biaya kontrak 4000 4200 4200


(d+e)

g) Estimasi laba (c-f) 1000 800 1100

h) Tahap penyelesaian 35% 71% 100%

Perhitungan Laba:

Smp saat ini Diakui thn Diakui th


sebelumnya berjalan

Tahun 1

Pendapatan (35% x 5000) 1750 0 1750

Beban (35% x 4000) 1400 0 1400

Laba (P-B) 350 - 350

Tahun 2

Pendapatan (71% x 5000) 3550 1750 1800

Beban (71% x 4000) 2982 1400 1582

Laba (P-B) 568 350 218

Tahun 3

Pendapatan 5300 3550 1750

Beban 4200 2982 1218

Laba (P-B) 1100 568 532

5
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3

Mencatat bi akrual
konstruksi

Konstruksi dlm proses 1400 - 1582 - 1218 -

Kas, utang, gaji, dll - 1400 - 1582 - 1218

Mencatat tagihan

Piutang 2000 - 2000 - 1300 -

Tagihan konstruksi - 2000 - 2000 - 1300

Mencatat pembayaran
piutang

Kas 2000 - 2000 - 1300 -

Piutang - 2000 - 2000 - 1300

Mengakui pendapatan
& bi konstruksi

Konstruksi dlm proses 350 - 218 - 532 -

Biaya konstruksi 1400 - 1582 - 1218 -

Pendapatan konstruksi - 1750 - 1800 - 1750

Mencatat penyelesaian
konstruksi

Tagihan konstruksi - - - - 5300 -

Konstruksi dlm proses - - - - - 5300

6
9. Bunga, Royalti, dan Dividen
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan
bunga, royalti, dan dividen diakui atas dasar yang dijelaskan dalam paragraf 30, jika:
a. kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
diperoleh entitas; dan
b. jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:
a. bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif seperti yang dijelaskan di PSAK
55 (revisi 2006): Instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran paragraf 8 dan PA
17-20;
b. royalti diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan; dan
c. dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.

10. Pengungkapan
Entitas wajib mengungkapkan:
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk metode
yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang melibatkan
pemberian jasa;
b. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut,
termasuk pendapatan yang berasal dari:
 penjualan barang;
 penjualan jasa;
 bunga;
 royalti;
 dividen; dan
c. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup dalam
setiap kategori signifikan dari pendapatan.

11. PSAK 72 (Efektif 1 Januari 2020)


PSAK 72 mengadopsi versi lengkap dari IFRS 15 Revenue from Contract with Customers
yang efektif untuk laporan yang menggunakan IFRS pada 1 Januari 2018. PSAK 72 akan
menjadi standar tunggal untuk pendapatan pengakuan yang berlaku untuk sebagian besar

7
kontrak dengan pelanggan, menggantikan pedoman yang ada di bawah SAK yang tersebar
dalam berbagai standar / interpretasi (misalnya, PSAK 23: Pendapatan, PSAK 34: Kontrak
Konstruksi, PSAK 44: Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat, ISAK 10: Program
Loyalitas Pelanggan, ISAK 27: Pengalihan Aset dari Pelanggan dan ISAK 21: Perjanjian
Konstruksi Real Estat). PSAK 72 efektif untuk periode laporan keuangan yang dimulai pada
atau setelah 1 Januari 2020, namun penerapan lebih dini diperkenankan. Entitas bisa membuat
transisi ke PSAK 72 dengan cara retrospektif (beberapa praktik praktis) dengan penyesuaian
pada transisi yang dibuat ke saldo pembukaan periode komparatif terawal yang disajikan.
Untuk entitas yang menggunakan metode transisi ini, laporan keuangan akan disajikan kembali
(jika perlu), sesuai dengan PSAK 25.
Prinsip utama pengakuan pendapatan dalam PSAK 72 terdiri atas lima tahapan:
1) Mengidentifikasi kontrak dengan pelanggan. Setiap kontrak, baik tertulis, lisan atau
tersirat dalam praktik bisnis entitas - yang menciptakan hak dan kewajiban yang dapat
dipaksakan (enforceable right and obligation) berada dalam ruang lingkup standar ini.
2) Mengidentifikasi kewajiban pelaksanaaan (performance obligations) di dalam kontrak.
3) Menentukan harga transaksi
4) Mengalokasikan harga transaksi ke kewajiban pelaksanaan di dalam kontrak.
5) Mengakui pendapatan ketika entitas sudah (atau sedang) menyelesaikan kewajiban
pelaksanaan. Entitas dapat mengakui pendapatan ketika memenuhi kewajiban
pelaksanaan yang teridentifikasi dengan mentransfer barang atau jasa yang dijanjikan
kepada pelanggan. Barang atau jasa umumnya dianggap ditransfer ketika pelanggan
sudah mendapatkan pengendalian (control) atas barang atau jasa tersebut. Pendekatan
pengakuan pendapatan pada transfer control atas barang atau jasa berbeda dengan
pendekatan risiko dan imbalan (risk and rewards approcah) yang diatur dalam PSAK
sebelumnya (PSAK 23).
Untuk setiap tahapan di atas, PSAK 72 menjelaskan lagi bagaimana persyaratan yang
harus dipenuhi. Contohnya seperti pada tahapan pertama, yang dimaksud kontrak dalam ruang
lingkup PSAK 72 adalah yang memenuhi lima persyaratan, seperti salah satunya kontrak harus
memiliki substansi komersial. Pada tahapan kedua yakni mengidentifikasi kewajiban
pelaksanaan juga tidak kalah rumitnya karena entitas harus memilah pendapatan jasa atau
produk yang dijual secara bundled (semisal handphone yang dijual secara bundled dengan
kontrak pulsa dan dijual cicilan).
Mengingat standar ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan semua industri, maka banyak hal
yang harus dipertimbangkan karena tidak semua industri memiliki transaksi yang sederhana.

8
Terutama bila produk atau jasa yang dijual memiliki waktu lama untuk pembuatan atau entitas
memiliki beberapa kewajiban pelaksanaan atau yang bertahap.
Kelima langkah tersebut diatas kemungkinan akan mempengaruhi laporan keuangan
entitas, proses bisnis, sistem Informasi Teknologi, dan pengendalian internal atas pelaporan
keuangan. Misalnya, proses bisnis entitas harus mengakomodasi kebutuhan mengidentifikasi
kewajiban pelaksanaan yang timbul dari janji, bahkan hanya tersirat. Demikian pula,
pengendalian internal juga harus mampu mencegah dari salah mengidentifikasi kewajiban
pelaksanaan tersebut. Namun dampaknya akan bervariasi. Beberapa entitas mungkin dapat
menerapkan PSAK ini dengan upaya (effort) yang tidak terlalu besar, namun entitas lain
mungkin membutuhkan upaya yang signifikan

B. KEBIJAKAN DAN ESTIMASI AKUNTANSI DAN KESALAHAN (PSAK 25)


1. Tujuan
Tujuan Pernyataan ini adalah menentukan kriteria untuk pemilihan dan perubahan
kebijakan akuntansi, bersama dengan perlakuan akuntansi dan pengungkapan atas perubahan
kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan koreksi kesalahan. Pernyataan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan relevansi dan keandalan laporan keuangan entitas, daya
banding laporan keuangan tersebut dan dengan laporan keuangan entitas lainnya.

2. Ruang Lingkup
Pernyataan ini diterapkan dalam pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, dan
pencatatan perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan koreksi
kesalahan periode lalu. Dampak pajak perbaikan kesalahan periode sebelumnya dan
penyesuaian retrospektif untuk perubahan kebijakan akuntansi diperlakukan dan diungkapkan
sesuai dengan PSAK 46: Pajak Penghasilan.

3. Definisi
Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang
diterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Penerapan retrospektif adalah penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa,
dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan.
Penerapan prospektif suatu perubahan kebijakan akuntansi dan pengakuan dampak
perubahan estimasi akuntansi, masing-masing adalah:

9
a. penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi atau peristiwa dan kondisi lainnya
yang terjadi setelah tanggal perubahan kebijakan tersebut; dan
b. pengakuan dampak perubahan estimasi akuntansi pada periode berjalan dan periode
mendatang yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut.
Penyajian kembali retrospektif adalah koreksi pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
jumlah unsur-unsur laporan keuangan seolah-olah kesalahan periode lalu tidak pernah terjadi.

4. Kebijakan Akuntansi
a. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi
Ketika suatu PSAK secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi, peristiwa atau kondisi
lain, kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk pos tersebut menggunakan PSAK tersebut.
SAK menentukan kebijakan akuntansi untuk menghasilkan laporan keuangan yang berisi
informasi relevan dan andal atas transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya. Kebijakan akuntansi
tersebut tidak perlu diterapkan ketika dampak penerapannya tidak material. Namun, hal yang
tidak tepat untuk membuat, atau membiarkan ketidaktepatan, penyimpangan dari SAK untuk
mencapai suatu penyajian tertentu atas posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas.
SAK dilengkapi dengan pedoman untuk membantu entitas dalam menerapkan persyaratan
dalam SAK. Pedoman yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari SAK bersifat wajib
diterapkan. Sementara pedoman yang bukan bagian tidak terpisahkan dari SAK tidak berisi
pengaturan untuk laporan keuangan. Dalam hal tidak ada SAK yang secara spesifik berlaku
untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya, maka manajemen menggunakan
pertimbangannya dalam mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang
menghasilkan informasi yang:
1) relevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi oleh pemakai; dan
2) andal, dalam laporan keuangan yang:
 menyajikan secara jujur posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas;
 mencerminkan substansi ekonomi transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya, dan bukan
hanya bentuk hukum;
 netral, yaitu bebas dari bias;
 pertimbangan sehat; dan
 lengkap dalam semua hal yang material.
Dalam membuat pertimbangan, manajemen mengacu dan mempertimbangkan
keterterapan dari, sumber-sumber berikut ini sesuai dengan urutan menurun:

10
1) persyaratan dan panduan dalam SAK yang berhubungan dengan masalah serupa dan
terkait; dan
2) definisi, kriteria pengakuan, dan konsep pengukuran untuk aset, laibilitas, penghasilan
dan beban dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.
Dalam membuat pertimbangan, manajemen juga mempertimbangkan standar akuntansi
terkini yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar akuntansi lainnya yang menggunakan
kerangka dasar yang sama untuk mengembangkan standar akuntansi, literatur akuntansi
lainnya dan praktik akuntansi industri yang berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan
sumber pada paragraf sebelumnya.

b. Konsistensi Kebijakan Akuntansi


Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten untuk transaksi,
peristiwa dan kondisi lainnya yang serupa, kecuali PSAK secara spesifik mengatur atau
mengizinkan kelompok item-item dimana kebijakan akuntansi yang berbeda adalah hal yang
mungkin sesuai dengan keadaan. Jika suatu PSAK mengatur atau mengizinkan
pengelompokkan semacam itu, maka kebijakan akuntansi yang tepat dipilih dan diterapkan
secara konsisten untuk setiap kelompok.

c. Perubahan Kebijakan Akuntansi


Entitas mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut:
1) dipersyaratkan oleh suatu PSAK; atau
2) menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal dan lebih
relevan tentang dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi
keuangan, kinerja keuangan atau arus kas entitas.
Pengguna laporan keuangan perlu untuk mampu membandingkan laporan keuangan
entitas sepanjang waktu untuk mengidentifikasi kecenderungan dalam posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kasnya. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang sama diterapkan pada
setiap periode dan dari suatu periode dengan periode berikutnya, kecuali suatu perubahan
kebijakan akuntansi memenuhi kriteria pada paragraf sebelumnya. Berikut ini bukan
merupakan perubahan kebijakan akuntansi:
1) penerapan suatu kebijakan akuntansi untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya
yang berbeda secara substansi daripada yang terjadi sebelumnya; dan
2) penerapan suatu kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa atau kondisi
lainnya yang tidak pernah terjadi sebelumnya atau tidak material.

11
Penerapan awal suatu kebijakan untuk menilaikembali aset sesuai dengan PSAK 16: Aset
Tetap atau PSAK 19: Aset Tidak Berwujud adalah suatu perubahan dalam kebijakan akuntansi
yang berhubungan dengan suatu revaluasi sesuai dengan PSAK 16 atau PSAK 19, bukan sesuai
dengan Pernyataan ini.

d. Penerapan Perubahan Kebijakan Akuntansi


Penerapan Perubahan Kebijakan Akuntansi bergantung kepada:
1) Entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan awal suatu
PSAK sebagaimana yang diatur dalam ketentuan transisi dalam PSAK tersebut, jika
ada;
2) Jika tidak ada ketentuan transisi atau perubahan kebijakan dilakukan secara sukarela
maka entitas menerapkan perubahan tersebut secara retrospektif.

e. Penerapan Retrospektif
Ketika perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif, maka entitas
menyesuaikan:
1) Saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian paling awal.
2) Jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah
kebijakan akuntansi baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya

f. Keterbatasan Penerapan Retrospektif


Ketika penerapan retrospektif disyaratkan, maka perubahan kebijakan akuntansi
diterapkan secara retrospektif, kecuali sepanjang tidak praktis untuk menentukan dampak
spesifik periode atau dampak kumulatif periode tersebut.

g. Pengungkapan Penerapan Awal


Ketika penerapan awal suatu PSAK memiliki dampak pada periode berjalan atau periode
lalu, akan memiliki dampak semacam itu kecuali tidak praktis untuk menentukan jumlah
penyesuaian, atau memiliki dampak pada periode mendatang, entitas mengungkapkan:
1) judul PSAK;
2) ketika dapat diterapkan, bahwa perubahan kebijakan akuntansi dilakukan sesuai dengan
ketentuan transisinya;
3) sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
4) ketika dapat diterapkan, penjelasan ketentuan transisi;

12
5) ketika dapat diterapkan, ketentuan transisi yang memiliki dampak pada periode
mendatang;
6) untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang praktis, jumlah
penyesuaian:
 untuk setiap item laporan keuangan yang terkena dampak; dan
 jika PSAK 56: Laba per Saham diterapkan, laba per saham dasar dan dilusian;
7) jumlah penyesuaian terkait dengan periode-periode sebelum disajikan, sepanjang
praktis; dan
8) jika penerapan retrospektif disyaratkan tidak praktis untuk suatu periode lalu tertentu,
atau periode-periode sebelum disajikan, keadaan yang mendorong ke keberadaan
kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan mulai kapan perubahan kebijakan akuntansi
diterapkan.
Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan di atas.
Ketika perubahan kebijakan akuntansi sukarela memiliki dampak pada periode berjalan atau
periode lalu, akan memiliki dampak pada periode itu kecuali tidak praktis untuk menentukan
jumlah penyesuaian, atau memiliki dampak pada periode mendatang, entitas mengungkapkan:
1) sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
2) alasan kenapa penerapan kebijakan akuntansi baru memberikan informasi yang andal
dan lebih relevan;
3) untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang praktis, jumlah
penyesuaian:
 untuk setiap item laporan keuangan yang terpengaruh; dan
 jika PSAK 56: Laba Per Saham diterapkan untuk entitas, laba per saham dasar dan
dilusian;
4) jumlah penyesuaian yang terkait dengan periode-periode sebelum periode-periode
tersebut disajikan, sepanjang praktis; dan
5) jika penerapan retrospektif tidak praktis untuk suatu periode tertentu, atau untuk
periode-periode sebelum periode-periode tersebut disajikan, keadaan yang membuat
keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak kapan perubahan kebijakan
akuntansi diterapkan.
Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan ini.

13
5. Estimasi Akuntansi
Estimasi akuntansi merupakan estimasi entitas yang dapat mempengaruhi elemen-elemen
dalam LK.
6) Estimasi harus melibatkan pertimbangan entitas berdasarkan informasi terkini yang
tersedia dan dapat diandalkan.
7) Banyak hal yang mempengaruhi elemen LK yang tidak dapat diukur secara akurat namun
hanya dapat diestimasi karena ketidakpastian yang melekat pada aktivitas bisnis.
8) Penggunaan estimasi yang reasonable adalah yang terpenting dalam penyusunan LK tanpa
menyesampingkan keandalannya.

a. Perubahan Estimasi Akuntansi


Estimasi melibatkan pertimbangan berdasarkan informasi terkini yang tersedia dan andal.
Perubahan estimasi akuntansi adalah:
1) Penyesuaian jumlah tercatat aset atau liabilitas, atau jumlah pemakaian periodik aset, yang
berasal dari penilaian status kini, dan ekspektasi manfaat masa depan dan kewajiban yang
terkait dengan, aset dan liabilitas.
2) Perubahan estimasi akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan baru dan,
oleh karena itu, bukan dari koreksi kesalahan.

Entitas harus mengakui efek dari perubahan estimasi secara prospektif sebagai berikut:
1) Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan laibilitas, atau
terkait dengan suatu item ekuitas, perubahan estimasi akuntansi tersebut diakui dengan
menyesuaikan jumlah tercatat item aset, laibilitas, atau ekuitas yang terkait pada periode
perubahan.
2) Dampak perubahan estimasi akuntansi, selain perubahan penerapan di atas, diakui secara
prospektif dalam laporan laba rugi pada:
 Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
 Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada keduanya.

b. Pengungkapan
Entitas mengungkapkan sifat dan jumlah perubahanestimasi akuntansi yang berdampak
pada periode berjalan atau diperkirakan akan berdampak pada periode mendatang, kecuali
pengungkapan dampak pada periode mendatang tidak praktis untuk mengestimasi dampak itu.

14
Jika jumlah dampak pada periode mendatang adalah tidak diungkapkan karena estimasinya
tidak praktis, maka entitas mengungkapkan hal itu.
Contoh Ilustrasi:
Suatu entitas memiliki mesin yang dibeli pd tgl 1 Januari 20X0 seharga Rp100.000.000.
Mesin tersebut diperkirakan memiliki umur manfaat 10 th dg nilai sisa Rp10.000.000. Pada tgl
1 Januari 20X3, tjd perubahan estimasi,dimana umur manfaat mesin diperkirakan msh tersisa
8 th lagi dan tanpa nilai sisa. Tentukan perlakuan akuntansi yg tepat utk perubahan ini.
Jawab:
Dengan menggunakan metode garis lurus, jml tercatat saldo sblm penyusutan tgl 1 Jan 20X3
Harga perolehan 100.000.000
Estimasi niai sisa 10.000.00
Jml terdepresiasi 90.000.000
Estimasi umur manfaat 10
Depresiasi per tahun 9.000.000
Jumlah tercatat setelah depresiasi 31 Des 20X2
Rp 100.000.000 – (3xRp 9.000.000) = Rp 73.000.000
Jumlah depresiasi per tahun mulai 20X3
Rp 73.000.000 / 9 = Rp 8.111.111
Tdk diperlukan penyesuaian utk pencatatan tahun sebelumnya, krn perubahan estimasi
diperlukan prospektif. Namun jika dampak perubahan tsb dianggap signifikan, entitas dpt
mengungkapkan efek dr perubahan beban depresiasi atas laba bersih terhadap periode-periode
yg terpengaruh.

6. Kesalahan
Kesalahan dapat timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan
unsur-unsur laporan keuangan. Laporan keuangan tidak sesuai dengan PSAK jika mengandung
kesalahan material, atau tidak material yang disengaja untuk mencapai suatu penyajian laporan
posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas tertentu.
a. Kesalahan periode lalu
Kesalahan Periode Lalu adalah kelalaian mencantumkan dan kesalahan dalam mencatat,
dalam laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode lalu yang timbul dari kegagalan
untuk menggunakan, atau kesalahan penggunaan informasi andal yang:
 tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan untuk periode tersebut; dan

15
 secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan dipergunakan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan.
 Kesalahan semacam itu termasuk:
 Dampak kesalahan perhitungan matematis,
 Kesalahan penerapan kebijakan akuntansi,
 Kekeliruan atau kesalahan interpretasi fakta,
 Kecurangan.
b. Keterbatasan penyajian kembali retrospektif
Kesalahan periode lalu dikoreksi dengan penyajiankembali secara retrospektif kecuali
sepanjang tidak praktis untuk menentukan dampak periode tertentu atau dampak kumulatif
kesalahan.
Ketika tidak praktis untuk menentukan:
1) Dampak spesifik periode kesalahan
Entitas menyajikan kembali saldo pembuka aset, laibilitas, dan ekuitas untuk periode
paling awal di mana penyajiankembali retrospektif adalah praktis (mungkin periode
berjalan).
2) Dampak kumulatif, pada awal periode berjalan, dari kesalahan pada semua periode lalu
Entitas menyajikan-kembali informasi komparatif untuk mengoreksi kesalahan secara
prospektif dari tanggal paling praktis paling awal.
c. Pengungkapan kesalahan periode lalu, terdiri dari:
1) Sifat kesalahan periode lalu;
2) Jumlah koreksi untuk setiap periode sajian, sepanjang praktis Untuk setiap item laporan
keuangan yang terpengaruh; dan LPS dasar dan dilusian jika PSAK 56 diterapkan atas
entitas;
3) Jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal; dan
4) Jika penyajian-kembali retrospektif tidak praktis untuk suatu periode lalu tertentu,
keadaan yang membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak
kapan kesalahan telah dikoreksi.
d. Ketidakpastian penerapan retrospektif dan penyajian kembali retrospektif
1) Penerapan suatu pengaturan adalah tidak praktis ketika entitas tidak dapat
menerapkannya setelah seluruh usaha rasional dilakukan.
2) Untuk suatu periode lalu tertentu, adalah tidak praktis untuk menerapkan suatu
perubahan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau menyajikan kembali secara

16
retrospektif untuk mengoreksi kesalahan, jika: dampak penerapan retrospektif atau
penyajian-kembali retrospektif tidak dapat ditentukan; penerapan retrospektif atau
penyajian-kembali retrospektif memerlukan asumsi mengenai maksud manajemen
yang ada pada periode lalu tersebut; atau penerapan retrospektif atau penyajian-kembali
retrospektif memerlukan estimasi signifikan atas jumlah dan tidak mungkin untuk
membedakan secara obyektif informasi mengenai estimasi yang menyediakan bukti
atas keadaan yang ada pada tanggal di mana jumlah tersebut diakui, diukur atau
diungkapkan dan akan tersedia ketika laporan keuangan periode lalu disahkan untuk
diterbitkan dari informasi lain.
Contoh Ilustrasi :
Jika suatu entitas sampai dengan tahun 20X0 menyajikan seluruh kewajiban bersih untuk
imbalan pasca kerja sebagai liabilitas jangka panjang. Mulai tahun 20X1, entitas ingin
membagi liabilitas tersebut ke dalam porsi jangka pendek dan jangka panjang. Jika entitas
memiliki informasi yang cukup, maka laporan keuangan tahun 20X0 perlu disajikan kembali,
dan laporan posisi keuangan per periode komparatif awal juga perlu disajikan.

C. PAJAK PENGHASILAN
Badan diatur dalam PSAK 46 tentang Pajak atas Laba Perusahaan. Dalam hal ini
penghasilan dipotong pajak oleh pihak lain saat menerima penghasilan. PSAK 46 Pajak atas
Laba Perusahaan mengatur tentang Badan memotong PPh 21 atas gaji pegawai dan PPN atas
penyerahan barang/ jasa. SPT Pajak terdiri dari:
1. Penghasilan
2. Beban yang dapat dikurangkan
3. Penghasilan kena pajak x tarif pajak
4. Pajak terutang 1 tahun fiscal
5. Kredit pajak : Angsuran pajak (PPh 25), Dipotong pihak lain (22,23), Pajak Luar Negeri
(24)
6. Pajak kurang/ lebih bayar (29/28)

17
Berikut Ini Merupakan Perubahan PSAK 46 Tahun 2014:

1. Perbedaan Pajak dan Akuntansi


Terdapat perbedaan antara pajak dengan akuntansi. Hal tersebut merupakan masalah yang
timbul dalam akuntansi untuk pajak penghasilan adalah bahwa standard atau aturan yang
digunakan dalam pelaporan akuntansi, dalam hal ini adalah Pernyataan Standard Akuntansi
Keuangan (PSAK) seringkali tidak sama atau bertentangan dengan peraturan perpajakan yang
berlaku di Indonesia dalam menentukan Laba atau penghasilan kena pajak.
Dalam hal perbedaan tersebut, ada yang bersifat sementara (temporary different) dan ada
yang bersifat tetap (permanent different). Atas perbedaan tersebut harus dilakukan suatu
tahapan yang disebut rekonsiliasi fiskal, sehingga pada akhirnya dapat diketahui laba fiskal
perusahaan. Perbedaan tetap adalah merupakam suatu konsekuensi yang harus diterima bahwa
hal tersebut harus dikeluarkan dari laporan laba rugi karena secara fiskal atau berdasar
peraturan pajak tidak dapat dibebankan atau bukan merupakan penghasilan.
Berbeda dengan perbedaan tetap, perbedaan sementara baik secara standar akuntansi
maupun peraturan perpajakan boleh diakui, hanya saja waktu pengakuannya yang berbeda,
tetapi pada akhirnya mempunyai nilai yang sama. Akun terkait dengan perbedaan sementara
adalah Pajak Tangguhan: Aset/ Liabilitas dan Beban/Pendapatan.

2. Tujuan PSAK 46
a. Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan
b. Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak :
c. pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui
pada laporan posisi keuangan entitas.

18
d. transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada periode kini yang diakui pada
laporan keuangan entitas.
e. Mengatur pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa rugi yang dapat
dikompensasi ke tahun berikut.
f. Perbedaan pengaturan dengan IAS 12 : SKP, penambahan kesesuaian dengan peraturan
perpajakan untuk definisi aset pajak tangguhan

3. Definisi
a. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada
periode masa depan sebagai akibat adanya: perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan, akumulasi rugi pajak belum dikompensasi, atau akumulasi kredit pajak
belum dimanfaatkan, dalam hal peraturan perpajakan mengizinkan. (Laba Pajak lebih
besar dari Laba Akuntansi).
b. Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode masa
depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. (Laba Akuntansi lebih
besar dari Laba pajak)
c. Beban pajak (Penghasilan pajak) adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak tangguhan
yang diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi pada satu periode dipadankan
dengan dengan laba akuntansi
d. Laba akuntansi adalah laba atau rugi selama satu periode sebelum dikurangi beban
pajak.
e. Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi) selama
satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pajak
atas pajak penghasilan yang terutang (dilunasi).
f. Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan
pajak ini dikenakan atas laba kena pajak entitas.

4. Pajak Kini
Pajak kini adalah semua pajak terutang atas penghasilan yang diakui perusahaan pada
peride tersebut, seperti :Pajak yang dibayarkan sesuai dengan SPT hanya atas laba dari induk
perusahaan, Pajak atas penghasilan yang dikenakan pajak final, ataupun Pajak atas anak
perusahaan dan pajak atas dividen dari inverstasi yang dicatat dengan metode ekuitas
Pajak yang telah dibayarkan namun menurut ketentuan pajak tidak boleh sebagai kredit
pajak. Jumlah pajak kini, yang belum dibayar harus diakui sebagai liabilitas. Apabila jumlah

19
pajak yang telah dibayar melebihi jumlah pajak terutang, maka selisihnya, diakui sebagai aset.
Manfaat dari rugi pajak yang dapat ditarik kembali untuk memulihkan pajak kini dari periode
sebelumnya diakui sebagai aset.

5. Pajak Tangguhan

Pajak tangguhan adalah beban pajak (deferred tax expense) atau manfaat pajak (deferred
tax income) yang akan menambah atau mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar di masa
depan. Definisi Pajak tangguhan dapat dipahami dari dua sudut pandang akuntansi, yaitu
sebagai akun aset dan liabilitas. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan (PPh)
yang dapat dipulihkan pada periode masa depan akibat adanya: akumulasi rugi pajak belum
dikompensasi; perbedaan temporer yang boleh dikurangkan; dan akumulasi kredit pajak belum
dimanfaatkan dalam hal peraturan perpajakan mengizinkan. Dengan definisi ini muncul konsep
tentang “pemulihan pada masa mendatang”. Aset perpajakan tangguhan merupakan jumlah
PPh terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang dapat
dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian. Sedangkan liabilitas pajak tangguhan adalah
jumlah pajak penghasilan terutang pada periode masa depan sebagai akibat perbedaan temporer
kena pajak. Definisi ini juga memunculkan konsep tentang “terutang pada periode mendatang”.

Perlakuan akuntansi untuk pajak yang ditangguhkan alias ditunda, diatur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46 (PSAK No. 46) tentang “Akuntansi Pajak
Penghasilan” yang resmi dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Akuntasi pajak
yang ditangguhkan terdiri dari empat kegiatan, yaitu pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan.

Pengakuan aktiva atau aset dalam kewajiban perpajakan yang ditunda pada laporan
keuangan. Artinya bahwa perusahaan yang menyusun laporan keuangan dapat mengakui nilai
tercatat pada aktiva atau akan melunasi nilai tercatat pada kewajiban. Perbedaan temporer yang
dapat menambah jumlah pajak di masa depan akan diakui sebagai kewajiban (utang pajak yang
ditangguhkan dan perusahaan harus mengakui adanya beban pajak tangguhan).

Pengukuran pajak yang ditangguhkan akan dihitung dengan menggunakan tarif yang
berlaku di masa yang akan datang, seperti yang dinyatakan dalam PSAK No. 46 paragraf 30.
Pengukuran atas kewajiban dan aset pajak yang ditunda harus dikur dengan menggunakan tarif
pajak yang akan diterapkan pada periode dimana aset direalisasi atau kewajiban dilunasi. Yaitu
dengan tarif pajak yang secara substansif berlaku pada tanggal neraca. Secara teknis,

20
pengakuan kewajiban dan aktiva pajak yang ditunda ini dilakukan terhadap rugi fiskal yang
masih dapat dikompensasikan. Serta perbedaan temporer (waktu) antara laporan keuangan
komersial dengan laporan keuangan fiskal yang dikenakan pajak, dikalikan dengan tarif pajak
yang berlaku.

Aset dan kewajiban pajak yang ditangguhkan harus disajikan secara terpisah dari aset atau
kewajiban pajak terkini serta disajikan dalam unsur non current (tidak lancar) dalam neraca.
Sementara beban atau penghasilan (manfaat) pajak yang ditangguhkan harus disajikan terpisah
dengan beban pajak kini dalam laporan laba rugi perusahaan.Aset pajak dan kewajiban pajak
harus disajikan secara terpisah dari aset dan kewajiban lainnya dalam neraca. Aset dan
kewajiban pajak yang ditunda harus dibedakan dari aset pajak kini dan kewajiban pajak kini
(PSAK No. 46 paragraf 45). Apabila dalam laporan keuangan suatu perusahaan, aset dan
kewajiban lancar disajikan terpisah dari aset dan kewajiban tidak lancar, maka aset (kewajiban)
pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aset (kewajiban) lancar.

Pengungkapan pajak yang ditangguhkan diatur dalam PSAK No. 46 paragraf 56 sampai
dengan paragraf 63. Pada paragraf 56 dijelaskan beberapa hal yang berhubungan dengan pajak
yang ditangguhkan dan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, yaitu: jumlah
pajak kini dan pajak yang ditunda berasal dari transaksi-transaksi yang langsung dibebankan
atau dikreditkan ke ekuitas, penjelasan mengenai hubungan antara beban (penghasilan) pajak
dan laba akuntansi, perubahan tarif pajak yang berlaku dan perbandingan dengan tarif yang
berlaku pada periode akuntansi sebelumnya, dan jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika
ada) perbedaan temporer yang dapat dikurangkan dan sisa rugi yang dapat dikompensasikan
ke tahun berikut dan diakui sebagai aset pajak yang ditangguhkan pada neraca.

6. Perbedaan Temporer Kena Pajak


Semua perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan, kecuali
jika timbul perbedaan temporer kena pajak yang berasal dari:

a. pengakuan awal goodwill; atau


b. pada saat pengakuan awal aset atau liabilitas dari suatu transaksi yang bukan transaksi
kombinasi bisnis; dan pada saat transaksi, tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba
kena pajak (rugi pajak).

21
c. Perbedaan temporer kena pajak terkait dengan investasi pada entitas anak, cabang dan
entitas asosiasi, dan pengaturan bersama, maka liabilitas pajak tangguhan harus diakui
sesuai dengan paragraf 40.

Contoh 1:
Desember 20X1 tarif pajak diumumkan akan turun dari 30% menjadi 25% berlaku mulai
Januari 20X2. PT. X membukukan PKP sebesar 1000 pada 20X1. Perbedaan temporer kena
pajaknya meningkat 100 selama 20X1, dimana akhir tahun 20X0 jumlahnya 300. Utang pajak
20X1 menggunakan tarif 30%, sementara liabilitas pajak tangguhan yang muncul akhir 20X1
dihitung dengan tarif 25%
Beban pajak 415
Utang Pajak 300
Liabilitas pajak tangguhan 115 ((30%*300)+(25%*100))

Contoh 2:
PT. ABC mengakuisisi PT. XYZ pada tahun 20X1 dengan membayar kas sebesar 400. Posisi
keuangan PT. XYZ saat transaksi : Persediaan 150, Piutang usaha 100, Modal saham 250.
Nilai wajar persediaan disepakati 200, tetapi pajak tidak mengakui. Timbul liabilitas pajak
tangguhan yang meningkatkan nilai goodwill. Dengan asumsi pajak 30% maka liabilitas pajak
tangguhan yang muncul:
Persediaan 200
Piutang usaha 100
Goodwill 115 (100+(30%*(200-150)))
Kas 400
Liabilitas pajak tangguhan 15 (30%*(200-150))

22
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Martani. 2018. PSAK 72 dan Overview PSAK 71 & 73. Blog Staff Universitas Indonesia,
Jakarta.
Dwi Martani. 2013. PKP 9 Pajak Penghasilan. Blog Staff Universitas Indonesia, Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Dewan Standar Akuntansi
Keuangan, Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2012. Modul CA Pelaporan Korporat. Dewan Standar Akuntansi
Keuangan, Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi keuangan (PSAK) nomor 25.
Ikatan Akuntansi Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi keuangan (PSAK) nomor 46.

23
Pertanyaan:
1. Jelaskan mengapa harus ada Pajak Tangguhan?
Jawab:
Dalam menghitung beban pajak yang harus dibayar pada akhir tahun (yang dikenal dengan
istilah beban pajak kini), Wajib Pajak menggunakan pendekatan Akuntansi Komersial
(berdasarkan PSAK) mulai dari pengakuan unsur pendapatan, pengakuan beban yang dijadikan
pengurang, metode peyusutan untuk menentukan beban penyusutan aset, pengakuan nilai sisa
aset dan penerapan jangka waktu untuk penyusutan, hingga penetapan besaran
penyisihan/biaya cadangan. Hasil penerapan ini tertuang didalam Laporan Keuangan yang oleh
Wajib Pajak dijadikan dasar untuk menghitung beban PPh terutang secara komersial. Namun
demikian, untuk kepentingan pelaporan SPT Tahunan, hasil perhitungan yang sudah dijabarkan
didalam Laporan Keuangan komersial tidak bisa dijadikan dasar penentuan beban pajak kini.
Artinya PPh yang dhitung Wajib Pajak atas dasar laba komersial tidak bisa langsung ditetapkan
sebagai beban pajak kini. Hal ini dikarenakan untuk dapat digunakan sebagai dasar pelaporan
SPT Tahunan, pendekatan yang digunakan adalah ketentuan perpajakan (berdasarkan UU
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan beserta aturan pelaksanaan dibawahnya).
Pendekatan ini kerap kali berbeda dengan ketentuan yang digunakan dalam pendekatan
menurut Akuntansi Komersial. Perbedaan ini ada yang bersifat mutlak (tetap) ada juga yang
sifatnya relatif (sementara).
Jika tarif pajak diterapkan pada laba pada Laba Komersial (Laba Akuntansi) dengan
Penghasilan Kena Pajak (Laba Pajak), maka hasilnya besar kemungkinan akan berbeda.
Perbedaan ini yang disebut dengan istilah Pajak Tangguhan. Jika Laba Akuntansi lebih besar
daripada Laba Pajak maka akan terbentuk Kewajiban Pajak Tangguhan, sebaliknya bila Laba
Akuntansi lebih kecil daripada Laba Pajak maka akan terbentuk Aset Pajak Tangguhan.
Singkatnya, Pajak Tangguhan tidak bisa dihindari dan dapat muncul sebagai akibat adanya dua
pendekatan yang harus dijalani dalam menghitung beban pajak kini. Pajak Tangguhan dalam
bentuk aset/manfaat membuat Wajib Pajak mengetahui bahwa seharusnya nilai beban pajak
yang harus dibayar dapat dipulihkan pada masa mendatang sedangkan Pajak Tangguhan dalam
bentuk kewajiban menimbulkan adanya beban pajak yang akan terutang pada masa yang akan
datang. Ini berkaitan dengan konsep definisi Pajak Tangguhan sebagaimana dijelaskan pada
subbahasan pertama dalam artikel ini.

24
2. PT Great Ocean adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang real estate. Saat ini PT
Great Ocean sedang menjalankan proyek pembangunan rumah tinggal 2 lantai dengan tipe
120/200. Proyek ini memiliki masa pengerjaan 7 bulan pada 2 periode yang berbeda, yaitu 2
bulan (November-Desember) pada tahun 2012 dan 5 bulan (Januari-Mei) berikutnya pada
tahun 2013. Rumah ini sudah dipesan oleh pelanggan dengan nilai kontrak penjualan
Rp953.093.046. Pelanggan sudah membayar uang muka sebesar 20% dari nilai kontrak. Total
estimasi biaya sampai proyek selesai sebesar Rp 632.493.561. Bagaimanakah perlakuan
akuntansi untuk mengakui pendapatan dalam Laporan Keuangan 31 Desember 2012? Biaya
untuk proyek ini pada periode pembangunan November-Desember 2012 adalah sebesar Rp
280.715.432.
Jawab:
Kasus ini juga merupakan penyimpangan dari standar pengakuan pendapatan saat penjualan.
Yaitu perusahaan hendak mengakui besarnya pendapatan pada saat pendapatan tersebut belum
selesai terbentuk (proses pembentukan belum dipenuhi).
Secara konseptual, pendapatan sudah ada sejak proyek sudah mulai dikerjakan. Hal ini
didukung oleh konsep upaya dan hasil. Dengan demikian, meskipun pendapatan belum
terbentuk secara penuh, secara teoritis pendapatan sudah ada (syarat pembentukan dipenuhi).
Kontrak pembelian antara PT Great Ocean dengan pembeli merupakan syarat terealisasinya
pendapatan. Oleh karena itu, perusahaan sudah dapat mengakui terjadinya pendapatan selama
November-Desember 2001. Perlakuan akuntansi untuk mencatat transaksi ini adalah:
Terima uang muka
Kas Rp 190.618.609
Piutang Rp762.474.437
Pendapatan kontrak tangguhan Rp953.093.046
Pendapatan yg diakui selama November-Desember 2012 dengan menggunakan metoda
persentase penyelesaian dijurnal dengan:
Mengakui pendapatan 31 Desember 2012:
Pendapatan kontrak tangguhan Rp422.982.694,-
Pendapatan kontrak* Rp422.982.694,-
*Persentase penyelesaian berdasarkan cost to cost method: (Rp280.715.432/ Rp632.493.561)
= 44,38%
*Besarnya pendapatan yang diakui adalah:
44,38% x Rp953.093.046 = Rp422.982.694,-.

25

Anda mungkin juga menyukai