Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN IDK 3

SISTEM PERSARAFAN & LENGKUNG REFLEKS


”PENGERTIAN KOMPONEN LENGKUNG REFLEKS”

Disusun oleh :
Nama : Puput Maelani
NIM : 1811020183
Semester : 2C

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019
Pengertian dan Komponen Gerak Lengkung Refleks

A. Pengertian Gerak Refleks


Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk
menjelaskan penghantar impuls oleh saraf.Gerak pada umumnya terjadi secara
sadar, namun ada pula garak yang terjadi tanpa di sadari yaitu gerak refleks.
Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf
sensoris di bawah ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak kemudian hasil
olahan oleh otak berupa tanggapan, di bawah oleh saraf motor sebagai perintah
yang harus dilaksanakan oleh efektor.

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat di katakan
gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.

Kegiatan pada lengkung refleks di mulai pada reseptor sensorik sebagai


potensial reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsangan. Lengkung
refleks paling sederhana adalah lengkung refleks yang mempunyai satu sinaps
antara neuron aferent dan eferent. Lengkung refleks semacam ini dinamakan
monosinaptik dan refleks yang terjadi di sebut refleks monosinaptik.

B. Klasifikasi Gerak Refleks


Refleks adalah mekanisme reaksi terhadap rangsangan di bawah
sadar. Perilaku naluriah dari hewan yang lebih rendah dikuasai sebagai
besar oleh refleks pada manusia perilaku lebih banyak merupakan suatu
masalah dari persyaratan dan refleks bekerja sebagai mekanisme
pertahanan dasar, namun refleks-refleks ini sangat penting artinya di
dalam mendiagnosis dan melokalisasi lesi neurologi. Refleks-refleks yang
penting bagi neurologi klinis dapat di bagi menjadi 4 kelompok, yaitu :
1. Refleks superfisial (kulit dan lendir),
2. Refleks tendon dalam (miotatik),
3. Refleks viseral (organik),
4. Refleks patologik (abnormal)
Refleks juga dapat di klasifikasikan menurut tingkat dari
refresentasi sentralnya yaitiu sabagai refleks spinal, bulbar (refleks
postural dan penegakan), otak tangah atau cerebellum.

C. Tejadinya Gerak Refleks


Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang
paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron
sensor,interneuron,dan neuron motor,yang mngalirkan impuls saraf untuk
tipe reflek tertentu. Gerak refleks yang paling sederhana hanya
memerlukan dua tipe sel saraf yaitu neuron sensor dan neuron motor.
Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya
mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku, secara
otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi
ketika kita membaui makanan enak, dengan keluarnya air liur tanpa
disadari. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas,
yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan
oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf
penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim
tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau
kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat
dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di
dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada
sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung
berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.

Lengkung Refleks

Lengkung refleks merupakan jalur yang dilalui proses reflex/ gerak refleks.
Rangsangan yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan di dalam maupun di
luar tubuh akan menimbulkan respon yang berwujud sebagai perilaku manusia.
Reaksi tubuh terhadap suatu ransangan yang melibatkan sistem saraf
disebut reflex. Peristiwa reflex terbentuk melelui mekanisme yang melalui jalur
tertentu. Jalur reflex tersebut bila dibuat gambar bagan urutan peristiwa yang
terjadi di reseptor, saraf eferen, medulla spinalis sebagai saraf pusat, saraf eferen
dan fektor akan terlihat sebagai jalur yang melengkung. Dengan demikian jalur
yang dilalui proses reflex sering disebut Lengkung Refleks (Reflex Arc).

Lengkung reflex ini terdiri dari alat indra, serat saraf aferen, satu atau lebih
sinaps yang terdapat di susunan saraf pusat atau di ganglion simpatis, serat saraf
eferen, dan efektor. Serat neuron aferen masuk susunan saraf pusat melalui radiks
dorsalis medulla spinalis atau melalui nervus kranialis, sedangkan badan selnya
akan terdapat di ganglion-ganglion homolog nervi kranialis atau melalui nervus
cranial yang sesuai. Kenyataan radiks dorsalis medulla spinalis bersifat sensorik
dan radiks ventralis bersifat motorik dikenal sebagai hokum BellMagendie.
Kegiatan pada lengkung reflex dimulai di reseptor sensorik, sebagai
potensial reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial
reseptor ini akan membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas, di
saraf aferen. Frekuensi potensial aksi yang terbentuk akan sebanding dengan
besarnya potensial generator. Di system saraf pusat (SSP), terjadi lagi respons
yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang, berupa potensial eksitasi
pascasinaps (Excitatory Postsynaptic Potential=EPSP) dan potesial inhibisi
postsinaps (Inhibitory Postsynaptic Potential=IPSP) di hubungan-hubungan saraf
(sinaps). Respon yang timbul di serat eferen juga berupa repons yang bersifat
gagal atau tuntas.Bila potensial aksi ini sampai di efektor, terjadi lagi respons
yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Bila efektornya berupa otot polos,
akan terjadi sumasi respons sehingga dapat mencetuskan potensial aksi di otot
polos. Akan tetapi, di efektor yang berupa otot rangka, respons bertahap tersebut
selalu cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu menghasilkan
kontraksi otot. Perlu ditekankan bahwa hubungan antara neuron aferen dan eferen
biasanya terdapat di system saraf pusat, dan kegiatan di lengkung reflex ini dapat
dimodifikasi oleh berbagai masukan dari neuron lain yang juga bersinaps pada
neuron eferen tersebut.
Lengkung reflex paling sederhana adalah lengkung reflex yang
mempunyai satu sinaps anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung reflex
semacam itu dinamakan monosinaptik, dan reflex yang terjadi disebut reflex
monosinaptik. Lengkung reflex yang mempunyai lebih dari satu interneuron
antara neuron afern dan eferen dinamakan polisanptik, dan jumlah sinapsnya
antara 2 sampai beberapa ratus. Pada kedua jenis lengkung reflex, terutama pada
lengkung reflex polisinaptik. Kegiatan refleksnya dapat dimodifikasi oleh adanya
fasilitas spasial dan temporal, oklusi, efek penggiatan bawah ambang (subliminal
fringe), dan oleh berbagai efek lain. (Laurale Sherwood, 2006)
Neuron aferen secara langsung bersinaps dengan neuron motorik alfa yang
mempersarafi seratserat ekstrafusal otot yang sama, sehingga terjadi kontraksi otot
itu. Refleks regang (stretch reflex) ini berfungsi sebagai mekanisme umpan balik
negative untuk menahan setiap perubahan pasif panjang otot, sehingga panjang
optimal dapat dipertahankan. Contoh klasik reflex regang adalah reflex tendon
patella atau knee-jerk reflex. Otot- otot ekstenson lutut adalah kuadriseps femoris,
yang membentuk anterior paha dan melekat ke tibia (tulang kering) tepat di bawah
lutut melalui tendon patella. Reflex regang yang terjadi menimbulkan kontraksi
otot ekstensor ini, sehingga lutut mengalami ekstensi dan mengangkat tungkai
bawah dengan cara yang khas. Reflex patella yang normal mengindikasikan
dokter bahwa sejumlah komponen saraf dan otot-gelendong otot, masukan aferen,
neuron motorik, keluaran eferen taut neuromuskulus, dan otot itu sendiri-
berfungsi normal. Reflex ini juga mengindikasikan adanya keseimbangan antara
masukan eksitorik dan inhibitorik ke neuron motorik dari pusat-pusat yang lebih
tinggi di otak.Tujuan utama reflex regang adalah menahan kecenderungan
peregangan pasif otot-otot ekstensor yang ditimbulkan oleh gaya gravitasi ketika
seseorang berdiri tegak. (William F. Ganong, 2008)

Neoron eferent berjalan keluar dalam saraf dan menyampaikan impuls ke


suatu efektor. Dan efektor yaitu otot ( otot polos, lurik, atau otot jantung ) atau
kelenjar yang memberikan respon.

Sementara kesatuan anatomik susunan saraf adalah neuron, maka kesatuan


fungsionalnya adalah lingkungan refleks ini merupakan dasar anatomik untuk
kegiatan – kegiatan refleks diluar pengendalian kemauan kita, ini berarti reaksi –
reaksi yang lebih kurang bersifat otomotik dan tidak berubah-ubah yang tidak
melibatkan pusat-pusat fungsional susunan saraf pusat yang lebih tinggi.

A. Komponen Lengkung Refleks


Komponen-komponen utama suatu lengkungan refleks yang paling
sederhana terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut :
1. Suatu reseptor, yang peka terhadap suatu macam rangsangan.
2. Suatu neuron aferen (sensorik) yang dapat menghantarkan impuls
menuju ke susunan saraf pusat (medula spinalis atau batang otak), dan
mengadakar synapsis.
3. Suatu neuron eferen (motorik) yang dapat mengantarkan impils-impuls
ke perifer.
4. Suatu alat efektor, yang merupekan tempat terjadinya reaksi, dan yang
dapat diwakili oleh suatu serat otot atau sel kelenjar.

Di dalam suatu lengkungan refleks sederhana seperti tersebut diatas, suatu


rangsangan yang mengenai reseptor akan dapat menimbulkan suatu impuls saraf
yang pada akhirnya dapat diantarkan ke alat efektor, yaitu serat otot atau kelenjar,
dan menimbulkan reaksi dalam bentuk kontraksi atau sekresi.

Pada lengkung refleks ada yang disebut monosinaps dan polisinaps,


jumlah sinaps dalam lengkungan bervariasi dari 2 sampai beratus-ratus. Pada
kedua jenis lengkung refleks ini, tetapi terutama pada lengkung refleks polisinaps,
aktivitasdi ubah oleh fasilitasi spesial dan temporal oklusi efek subliminimal dan
efek lainnya.

Refleks monosinaps : refleks regang. Apabila otot kerangka dengan saraf


yang utuh diregangkan otot akan berkontraksi. Jawaban ini di namakan refleks
regang. Rangsangan yang membangkitkan refleks ini adalah regangan otot, dan
jawabannya adalah kontraksi otot yang di regangkan tersebut.

Organ sensoriknya adalah kumparan otot. Impuls yang berasal kumparan


di hantarkan ke SSP oleh serabut-serabut sensorik yang cepat dan langsung
melintas ke neuron-neuron motorik yang menyerafi otot yang sama. Refleks
regang adalah satu-satunya refleks monosinaps dalam tubuh.

Contoh-contoh dari dalam klinik, ketokan pada urat patela menimbulkan


sentakan lutut, yaitu suatu refleks regang dari m.quadriceps femoris sebab ketokan
pada urat meregangkan otot tersebut.

Gerak refleks berjalan sangat ceapt dan tanggapan terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan
gerakan dapat terjadi tanpa di pengaruhi kehendak atau tanpa di sadari terlebih
dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu di
mulai dari reseptor penerima rangsangan, kemudian di teruskan oleh penerima
rangsangan, kemudian di teruskan oleh saraf sensorik ke pusat saraf, di terima
oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah didalam otak langsung dikirim
tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar.

Penghantar impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan


melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan patensial
listrik antara bagian luar bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub
positif terdapat di bagian dalam sel saraf. Penghantar impuls melalui sinapsis, titik
temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain dinamakan
sinapsis.

Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan


membran kecil berisi neurotransmitter yang di sebut vesikula sinapsis. Neuron
yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis.

B. Beberapa Metode Pemeriksaan Refleks


a) Refleks Kornea
Kapas yang telah di sediakan, di gulung menjadi bentuk selinder halus.
Orang coba menggerakan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat ke
salah sisi tanpa menggerakan kepala. Sentuhlah dengan hatai-hati sisi
kontralateral kornea dengan kapas. Respon yang terjadi berupa kedipan
mata secara cepat.
b) Refleks Cahaya
Cahaya senter yang dijatuhkan pada pupil salah satu mata orang coba.
Respon yang terjadi berupa konstriksi pupil homolateral dan kontra lateral.
c) Refleks Periost Radialis
Lengan orang coba setengah ditleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit
dipronasikan. Ketuk periosteum pada ujung distal os radii. Respon yang
terjadi pada orang coba berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi
tangan.Pada percobaan ini terlihat adanya refleks yang terjadi pada orang
coba.
d) Refleks Periost Ulnaris
Lengan bawah setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan antara
pronasi dan supinasi. Ketuk pada periost prosessus stiloideus. Respon
yang terjadi yaitu berupa pronasi tangan.Pada orang coba pada saat
praktikum terlihat adanya refleks tersebut.
e) Knee Pess Refleks (KPR)
Pada percobaan ini orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi
sehingga kedua tungkai akan tergantung bebas atau oarang coba berbaring
terlentang dengan fleksi tungkai pada sendi lutut. Ketuk tendo patella
dengan hammer sehingga terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi otot
kuadriseps.
f) Achilles pess reflex
Tungkai orang coba difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan,
ketuk tendo achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari kaki dan
kontaraksi gastroknemius.
g) Refleks biseps
Lengan orang coba setenganh di fleksikan pada sendi siku. Ketuk pada
tendo otot biseps akan menyebabkan fleksi lengan pada siku dan tampak
kontraksi otot biseps.
h) Refleks triseps
Lengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit dipronasikan.
Ketukan pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku, ini akan menyebabkan
ekstensi lengan dan kontarksi otot triseps.
i) Withdrwal Refleks
Lengan orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaan ekstensi.
Tunggu pada saat orang coba tidak melihat saudara, tusuklah dengan hati-
hati dan cepat kulit lengan dengan jarum sntik steril, sehalus mungkin agar
tidak melukai orang coba. Respon yang terjadi berupa fleksi lengan
tersebut menjauhi stimulus.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.infokedokteran.com/referat-kedokteran/neurologi/mengenali-
berbagai-gerak-refleks-pada-manusia.html

https://prastiwisp.wordpress.com/2010/07/08/lengkung-refleks-reflex-arc-dan-
gerak-refleks/

https://edoc.pub/lengkung-refleks-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai