Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan mental atau kesehatan jiwa merupakan aspek penting dalam
mewujudkan kesehatan secara menyeluruh. Kesehatan mental juga penting
diperhatikan selayaknya kesehatan fisik. There is no health without mental health,
sebagaimana definisi sehat yang dikemukakan oleh World Health Organization
(WHO) bahwa “health as a state of complete physical, mental and social well-
being and not merely the absence of disease or infirmity (WHO, 2001; WHO,
2013).
Masalah kesehatan jiwa meningkat terutama di era globalisasi ini. WHO
memperkirakan bahwa pada tahun 2020 prevalensi gangguan kesehatan jiwa akan
mencapai angka 15%-20%. Di Indonesia, peningkatan signifikan dari 1,7%
menjadi 7% dibandingkan dengan Riskesdas tahun 2013 (Riskesdas, 2018; WHO,
2013).
Orang dewasa yang berusia lebih dari 60 tahun, banyak menderita
gangguan mental atau neurologis. Sebesar 6,6% dari total cacat yang dialami oleh
lansia berusia lebih dari 60 tahun banyak dikaitkan dengan gangguan mental
maupun gangguan neurologis. Gangguan neuropsikiatri yang paling umum dari
kelompok lansia adalah demensia dan depresi. Gangguan kecemasan
mempengaruhi 3,8% populasi lansia, masalah penggunaan narkoba
mempengaruhi hampir 1% dari total populasi lansia, dan hampir seperempat
kematian yang terjadi pada lansia dikarenakan perbuatan menyakiti diri sendiri
yang dilakukan oleh lansia (WHO, 2013).
Menurut Kemenkes RI (2018) pasien dengan penyakit fisik yang serius
mempunyai gangguan psikiatri sedikitnya dua kali lipat dibanding populasi
umum. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit sebanyak 20-40%
mengalami gangguan psikiatri. Penyakit jantung, stroke, kanker dan penyakit
kronis lainnya sering dianggap menjadi masalah kesehatan masyarakat hanya
untuk negara-negara berpenghasilan tinggi padahal sebetulnya tidak. Pada
kenyataannya, hanya 20% dari kematian penyakit kronis terjadi di negara
berpenghasilan tinggi, sementara 80% terjadi di negara-negara berpenghasilan

1|Page
rendah dan menengah yang menjadi sebagian besar keberadaan penduduk dunia
(Tiana, 2010).
Di Asia, dalam 12 tahun terakhir terjadi kenaikan prevalensi gangguan
mental (mental disorder). Di Jepang, prevalensi gangguan mental berat sebesar
1,5%, gangguan mental sedang 4,1%, dan gangguan mental ringan 3,2%. Di
Indonesia, prevalensi ganguan mental emosional dari data 30 provinsi di
Indonesia pada penduduk usia 15 tahun keatas sebesar 11,6%, pada laki-laki 9,0%
dan pada perempuan 14,0% (Idaiani, 2019; Sugiyono, 2009).
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) adalah suatu sistem
pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara
terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi Peserta BPJS
Kesehatan yang menyandang penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang
optimal dengan biaya pelayanan keehatan yang efektif dan efisien (BPJS, 2014).
Salah satu jenis penyakit kronis adalah penyakit Diabetes Melitus. Di
Indonesia terdapat ± 17 juta orang penderita DM atau sekitar 8.6% (WHO, 2001).
Disamping itu, hasil Medical Check Up (MCU) PT Askes (Persero) tahun 2008-
2009 yang dilakukan kepada ± 1 juta peserta, dideteksi sedikitnya 4% peserta
berisiko tinggi sebagai penderita DM (BPJS, 2014).
Permasalahan kesehatan mental yang sering ditemukan pada penderita
Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan internalisasi yaitu seperti merasa sedih
dan tidak bahagia, mudah putus asa, perasaan cemas, khawatir, menyalahkan diri
sendiri dan kebanyakan mengalami depresi. Risiko depresi pengidap penyakit DM
akan berisiko lebih tinggi dan jauh lebih besar dibandingkan dengan pengidap
penyakit lain. Penyakit DM dan depresi memiliki hubungan sebab akibat. Depresi
dapat bertambah lebih parah dua kali lipat jika diderita oleh individu pengidap
penyakit DM dibandingkan dengan pengidap penyakit lainnya (Halista dan
Lisiswanti, 2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh DeGroot, Golden & Wagner (2016)
terhadap kondisi psikologis pada penderita Diabetes Melitus menunjukkan bahwa
para penderita diabetes, baik DM-I dan DM-II, sebagian besar mengalami
masalah dalam hal kesehatan mentalnya. Permasalahan terkait kesehatan mental

2|Page
yang dihadapi penderita diabetes meliputi depresi, gangguan kecemasan,
gangguan makan, dan gangguan kesehatan mental yang akut (Severe Mental
Illness/ SMI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi meningkatnya
gejala-gejala depresi adalah sebesar 24% - 38% untuk penderita diabetes DM1
dan sebesar 27% pada penderita diabetes DM2. Prevalensi meningkatnya
gangguan kecemasan pada penderita diabetes adalah 20% dibandingkan dengan
non-penderita diabetes. Prevalensi meningkatnya gangguan makan pada penderita
diabetes mencapai 51,8% pada sampel penderita diabetes dibandingkan dengan
48,8% pada sampel non penderita diabetes. Berdasarkan laporan hasil penelitian,
disebutkan bahwa munculnya gejala-gejala depresi, gangguan kecemasan, dan
gangguan makan, berkaitan dengan menurunnya perilaku rawat diri diabetes pada
penderita tersebut.
Pada dasarnya semakin tinggi risiko yang akan mengancam pada psikis
seseorang maka risiko gangguan mental akan meningkat pula. Hal ini seperti yang
dijelaskan oleh penelitian Widagdo dan Besral (2013) penyakit yang dialami
cukup lama, baik dalam patofisiologis ataupun proses pengobatan dan
pemulihannya sehingga cenderung akan mengakibatkan kematian sebagai akibat
adanya gangguan biologis pada sistem saraf pusat sehingga seringkali
mempengaruhi fungsi kognitif seseorang dalam memutuskan mekanisme
penyesuaian (adaptation) atau pertahanan dirinya (defence mechanism) terhadap
masalah yang dihadapinya. Seseorang akan lebih berisiko untuk mengalami
gangguan mental emosional pada tingkatan atau jumlah penyakit kronis yang
diderita. Peningkatan risiko gangguan mental emosional yang sangat besar pada
responden yang menderita penyakit kronis atau lebih mungkin terjadi karena
responden merasa integritas fisiknya terancam sebagai akibat gangguan atau
disabilitas fisiologis sehingga menyebabkan penurunan fungsi sosial.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan
mengetahui gambaran kesehatan mental emosional pada pasien diabetes melitus
pada peserta peserta prolanis Puskesmas Pesantren II bulan April tahun 2019
berdasarkan kuisioner Instrument Deteksi Dini SRQ-20.

3|Page
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran gangguan mental emosional pada pasien diabetes
melitus pada peserta peserta prolanis Puskesmas Pesantren II bulan April tahun
2019 berdasarkan kuisioner Instrument Deteksi Dini SRQ-20?

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui gambaran kesehatan mental emosional pada pasien diabetes
melitus pada peserta prolanis Puskesmas Pesantren II bulan April tahun 2019
berdasarkan kuisioner Instrument Deteksi Dini SRQ-20.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai referensi data dan menambah wawasan pengetahuan mengenai
gambaran kesehatan mental emosional pada pasien diabetes melitus pada peserta
prolanis Puskesmas Pesantren II bulan April tahun 2019 berdasarkan kuisioner
Instrument Deteksi Dini SRQ-20.
Manfaat Praktis
 Bagi peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam mempelajari gambaran
kesehatan mental emosional pada pasien diabetes melitus pada peserta
prolanis Puskesmas Pesantren II bulan April tahun 2019.
 Bagi Puskesmas dan Pemerintah
Memberikan gambaran realita kasus kesehatan mental emosional pada
diabetes melitus pada peserta prolanis Puskesmas Pesantren II bulan April
tahun 2019, sehingga Pemerintah Kediri maupun Puskesmas Pesantren II
dapat menggunakan data penelitian ini dalam menangani dan
mentindaklanjuti masalah kesehatan mental emosional di masyarakat.
 Bagi masyarakat
Menambah wawasan, pengetahuan, dan peran aktif masyarakat untuk
menangani permasalahan gangguan mental emosional, baik berupa
dukungan moral, penerimaan, deteksi serta pelaporan dini masalah
gangguanmental emosional dan jiwa.

4|Page

Anda mungkin juga menyukai

  • Obs 5 - KET - PPK
    Obs 5 - KET - PPK
    Dokumen2 halaman
    Obs 5 - KET - PPK
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • PPKObs 2 - Myoma Uteri - PPK
    PPKObs 2 - Myoma Uteri - PPK
    Dokumen2 halaman
    PPKObs 2 - Myoma Uteri - PPK
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Intri Problem
    Intri Problem
    Dokumen4 halaman
    Intri Problem
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Intri Problem
    Intri Problem
    Dokumen1 halaman
    Intri Problem
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Candididasis
    Candididasis
    Dokumen6 halaman
    Candididasis
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Referat Keratitits
    Referat Keratitits
    Dokumen31 halaman
    Referat Keratitits
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Konjungtivitis Anatomi dan Etiologi
    Konjungtivitis Anatomi dan Etiologi
    Dokumen20 halaman
    Konjungtivitis Anatomi dan Etiologi
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • PPKObs 2 - Myoma Uteri - PPK
    PPKObs 2 - Myoma Uteri - PPK
    Dokumen2 halaman
    PPKObs 2 - Myoma Uteri - PPK
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen1 halaman
    Bab Iv
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen4 halaman
    Bab Ii
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Phlegmon
    Phlegmon
    Dokumen27 halaman
    Phlegmon
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Intri Problem
    Intri Problem
    Dokumen1 halaman
    Intri Problem
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Farmakologi Antiparasit
    Farmakologi Antiparasit
    Dokumen16 halaman
    Farmakologi Antiparasit
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Nsaid Cox 1-2
    Nsaid Cox 1-2
    Dokumen5 halaman
    Nsaid Cox 1-2
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen3 halaman
    Bab V
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • DBD
    DBD
    Dokumen43 halaman
    DBD
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • MALPRESENSI
    MALPRESENSI
    Dokumen1 halaman
    MALPRESENSI
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • JALANLAHIR
    JALANLAHIR
    Dokumen55 halaman
    JALANLAHIR
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Oooi
    Oooi
    Dokumen16 halaman
    Oooi
    Desi Purnamasari Yanwar
    Belum ada peringkat
  • Bab IV Lapsus
    Bab IV Lapsus
    Dokumen3 halaman
    Bab IV Lapsus
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Tendinitis Bicipitalis
    Tendinitis Bicipitalis
    Dokumen47 halaman
    Tendinitis Bicipitalis
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen12 halaman
    Bab Ii
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Partus Prematurus Imminens
    Partus Prematurus Imminens
    Dokumen8 halaman
    Partus Prematurus Imminens
    Ahmad Afiyyuddin
    100% (1)
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Bab I Lapsus
    Bab I Lapsus
    Dokumen2 halaman
    Bab I Lapsus
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • SWD Dan Usd
    SWD Dan Usd
    Dokumen17 halaman
    SWD Dan Usd
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat