Oleh :
Florencia Irena Halim
N 111 17 098
Pembimbing Klinik :
dr. Abdul Faris, Sp.OG (K)
I. DEFINISI
Menurut WHO dan American College of Obstetricians and
Gynecologist yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam
rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam
rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.1
II. EPIDEMIOLOGI
Kelahiran mati lebih sering terlihat dengan semakin mudanya usia
gestasional.3 Melahirkan bayi (kematian janin di luar usia kehamilan 20
minggu) terjadi pada tingkat keseluruhan 6,2 per 1.000 kelahiran di
Amerika Serikat. Tingkat kematian janin antara usia kehamilan 20-27
minggu tetap stabil pada 3,2 per 1.000 kelahiran, sementara tingkat
kematian janin di luar usia kehamilan 28 minggu sedikit menurun dari 4,3
menjadi 3,0 per 1.000 kelahiran sejak 1990-an.2
A. Penyebab Fetal
Beberapa tipe abnormalitas janin menyumbang sekitar 25
hingga 50 persen dari seluruh kelahiran mati. Insidennya malformasi
kongenital mayor sangat bervariasi karena beberapa bias. Hal ini
bergantung pada bagaimana otopsi dilakukan dengan dan jika
demikian, meliputi pengalaman, minat, dan pelatihan terhadap ahli
patologi. Defek tabung-saraf, hidrops, hidrosefalus terisolasi, dan
penyakit jantung kongenital kompleks merupakan penyebab tersering.
3
B. Penyebab Plasental
Banyak penyakit janin akibat abnormalitas plasenta yang juga
dikategorikan sebagai penyebab maternal atau fetal. Solusio plasenta
merupakan penyebab kematian janin tunggal yang paling sering
teridentifikasi. Infeksi membran dan plasenta yang bermakna
biasanya berkaitan dengan infeksi janin. Infark plasenta terlihat
sebagai area degenerasi trofoblastik fibrinoid, klasifikasi, dan infark
iskemik akibat oklusi arteria spiralis. Perdarahan fetal-maternal yang
cukup untuk menenimbulkan kematian janin dilaporkan pada 4,7
persen dari 319 kematian janin di Los Angeles Country Women’s
Hospital. Sindrom twin-twin transfusion merupakan penyebab umum
kematian janin pada kehamilan multifetal multikorionik.3
C. Penyebab Maternal
Meskipun terlihat hanya memberikan sedikit kontribusi pada
kematian janin, faktor maternal sering kurang diperhatikan.
Beberapa hipertensif dan diabetes merupakan dua penyakit
maternal yang paling sering dan menyebabkan 5 sampai 8 persen
kelahiran mati.3
V. MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS IUFD 1,3,4,5
Penentuan penyebab kematian janin membantu adaptasi fisiologis
terhadap rasa kehilangan yang besar, membantu mengatasi rasa bersalah
yang merupakan bagian dari rasa berkabung, membuat konseling dengan
memperhatikan rekurensi sehingga lebih akurat dan dapat memastikan
terapi atau intervensi untuk mencegah hasil akhir yang sama pada
kehamilan berikutnya. 3
Diagnosis pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan otopsi dan
pemeriksaan plasenta serta selaput.
1. Anamnesis :
Pasien mengaku tidak lagi merasakan gerakan janinnya.
2. Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi :Tinggi fundus uteri berkurang atau lebih rendah dari usia
kehamilannya. Tidak terlihat gerakan-gerakan janin yang
biasanya dapat terlihat pada ibu yang kurus.
3. Pemeriksaan Penunjang :
a. USG (Ultrasonografi)
1) Tidak adanya pergerakan janin (termasuk denyut jantung)
yang diukur selama periode observasi 10 menit dengan USG,
merupakan bukti kuat adanya kematian janin.
b. Foto Radiologi
Setelah 5 hari tanpak tulang kepala kolaps, tulang kepala
saling tumpang tindih (gejala ‘spalding’), tulang belakang
hiperrefleksi, edema sekitar tulang kepala, tampak gambaran gas
pada jantung dan pembuluh darah.
c. Pemeriksaan Urine :
Pemeriksaan HCG menjadi negatif setelah beberapa hari
kematian janin
1. Deskripsi bayi
a. malformasi
b. bercak/ noda
c. warna kulit – pucat, pletorik
d. derajat maserasi
2. Tali pusat
a. prolaps
b. pembengkakan - leher, lengan, kaki
c. hematoma atau striktur
d. jumlah pembuluh darah
e. panjang tali pusat
3. Cairan Amnion
a. warna – mekoneum, darah
b. konsistensi
c. volume
4. Plasenta
a. berat plasenta
b. bekuan darah dan perlengketan
c. malformasi struktur – sirkumvalata, lobus aksesorius
d. edema – perubahan hidropik
5. Membran amnion
a. bercak/noda
b. ketebalan
IX. PENCEGAHAN
Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau
mendekati aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak
bergerak, atau gerakan janin terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan
USG untuk mengevaluasi kegawatan janin sebelum terjadi kematian dan
terminasi kehamilan dapat segera dilakukan bila terjadi gawat janin. 1
I. IDENTITAS
Nama : Ny. N Nama Suami : Tn. R
Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun
Alamat : Jl. Thamrin Alamat : Jl. Thamrin
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
II. ANAMNESIS
G2P1A0 Usia Kehamilan : 24-25 minggu
HPHT :20-08-2018 Menarche : 13 tahun
TP :27-05-2019 Perkawinan : pertama, 20 Tahun
Keluhan Utama :
Nyeri perut tembus belakang
Riwayat Obstetri :
a. Hamil pertama : lahir tahun 2017, cukup bulan, lahir di bantu bidan, jenis
kelamin Perempuan, BB 3000 gram.
b. Hamil kedua : Hamil sekarang
Riwayat haid:
Haid teratur setiap bulan, dengan durasi 1 minggu, dan mengganti pembalut
2xsehari.
Riwayat KB: -
Riwayat ANC :
Tidak rutin ANC di PUSKESMAS
Riwayat Imunisasi: -
Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), pembesaran KGB (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-).
Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas jantung DBN
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I/II
murni Regular
Pemeriksaan Obstetri :
Leopold I : TFU 30 cm
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : Bagian terbawah keras, presentasi kepala
Leopold IV : Hodge IV
DJJ : Tidak ditemukan
HIS : (+)
TBJ : 600 gram
Pergerakan Janin : Tidak dirasakan
Janin Tunggal : Janin tunggal
Genitalia :
Pemeriksaan Dalam (VT) :
Vulva : tidak ada kelainan Bagian terdepan :kepala
Vagina : tidak ada kelainan Penurunan :-
Portio : tipis UUK :-
Pembukaan : lengkap 10 cm Pintu panggul :-
Ketuban :+ Pelepasan :lendir
Ekstremitas :
Edema ekstremitas bawah -/-
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
V. RESUME
Pasien perempuan 23 tahun dengan G2P1A0 masuk dengan keluhan nyeri
perut tembus belakang yang dirasakan sejak 1 hari SMRS. Pelepasan lendir (+)
darah (-). BAB dan BAK biasa.
Pada pemeriksaan obstetri didapatkan TFU 30 cm, punggung kanan,
presentasi kepala, HIS ada namun tidak sempat diobservasi, DJJ tidak ditemukan.
Pemeriksaan dalam (VT) V/v dalam batas normal, portio tipis, kepala Hodge IV,
pembukaan 10 cm, pelepasan lendir (+)
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium.
VI. DIAGNOSIS
G2P1A0 gravid 24 minggu + IUFD + inpartu kala I fase aktif
VII. PENATALAKSANAAN
a. Rencana partus pervaginam
b. Observasi TTV, kemajuan persalinan dan patograf
Persalinan terjadi pukul 13.20 WITA melalui proses persalinan normal.
VIII. FOLLOW UP
Status obstetrikus
TFU : 1 jari dibawah umbilikus , ASI : -/-, Kontraksi : (+) baik, Lokia (+)
P : Cefadroxyl 2 x 500 mg
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Metilergometrin maleat 3 x 1 tab
PEMBAHASAN
Pada pemeriksaan obstetri didapatkan DJJ atau denyut jantung janin tidak
ditemukan. Diagnosis Intra Uterine Fetal Death atau kematian janin dalam rahim
ditegakan dengan melakukan pemeriksaan fisik dimana tidak terdengar denyut
jantung janin yang diperiksa dengan menggunakan fetoskopi atau doppler. 1,2,3
Komplikasi yang dapat terjadi ialah trauma psikis ibu ataupun keluarga,
apalagi bila waktu antara kematian janin dan persalinan berlangsung lama. Bila
terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila kematian janin
lebih dari 2 minggu.1 Pada kematian janin dalam rahim persalinan pervaginam
dapat ditunggu lahir spontan setelah 2 minggu, umumnya tanpa komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA