Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis, sedangkan
pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan
gangguan fungsi yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut (Tomb. Dafit A
2003)
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005)
aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak
maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada
keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.
Kehilangan adalah suatu kondisi terputus atau terpisah atau memulai
sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,
kemudian menjadi tak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (lambert,
1985)
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,
susah tidur, dan lain-lain.Berduka merupakan respon normal pada semua
kejadian kehilangan

1.2 Rumusan masalah


1. Apa saja asuhan keperawatan tentang kecemasan?
2. Apa saja asuhan keperawatan tentang berduka?
3. Apa saja strategi pelaksanaan kecemasan dan berduka?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan tentang kecemasan
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan tentang berduka
3. Untuk mengetahui strategi pelaksanaan kecemasan dan berduka

1
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan penulisan di atas penulis dapat menyimpulkan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan
makalah mengenai tentang keperawatan dan mampu berfikir logis.
2. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai asuhan
keperawatan kecemasan dan berduka beserta strategi pelaksanaan
kecemasan dan berduka.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep asuhan keperawatan tentang kecemasan


A. Definisi kecemasan
Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis,
sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang
bermakna dan gangguan fungsi yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut
(Tomb. Dafit A 2003)
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi
ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas di alami secara subjektif
dan dikomunikasikan secaar interpersonal. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian intelektual
terhadap bahaya. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan yang tidak di
dukung oles situasi ( Videbeck. 2008)
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir
disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan
berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan
gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi
emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi
manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri.
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia
(2005) aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi,
gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi
pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan
seseorang.

3
B. Etiologi kecemasan
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun
gangguan keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan
ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang
dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang
mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup
(Videbeck, 2008).
Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda,
seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres
berat pada orang lain.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
1. Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id, ego dan superego.
Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma
budaya, sedangakan ego di gambarkan sebagai mediator antara
tuntunan dari id dan super ego
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk
mencapai tujuan yang di inginkan.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan
hal yang biasa di temui dalam suatu keluarga.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus
untuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan
penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan
ansietas.
2. Faktor Presipitasi

4
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor
presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan
eksternal.
a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam
harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
C. Patofisiologi kecemasan
Berdasarkan proses perkembangannya:
1. Bayi/anak-anak
a. Berhubungan dengan perpisahan
b. Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
c. Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2. Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Perkembangan seksual
b. Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3. Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Kehamilan

5
b. Menjadi orang tua
c. Perubahan karir
d. Efek penuaan
4. Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Penurunan sensori
b. Penurunan motorik
c. Masalah keuangan
d. Perubahan pada masa pension
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan, ansietas
sedang, ansietas berat, dan ansietas panik.
1. Ansietas Ringan
a. Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-
hari.
b. Lapang persepsi meluas/melebar dan individu berhati-hati serta
waspada.
c. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.
Respon Ansietas Ringan
a. Fisiologis
Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada lambung,
muka berkerut dan bibir bergetar.
b. Kognitif
Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima rangsangan yang
kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara
efektif.
c. Perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang
meninggi.
2. Ansietas Sedang

6
Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan menurun,
individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dn
mengesampingkan hal lain.
Respon Ansietas Sedang
a. Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia,
diare/konstipasi, gelisah
b. Kognitif
1) Lapang persepsi menyempit
2) Rangsang luar tidak mampu diterima
3) Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
4) Perilaku dan Emosi
5) Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
6) Bicara banyak & lebih cepat
7) Susah tidur
8) Perasaan tidak aman
3. Ansietas Berat
Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal
yang lain. Individu tidak mampu berpikir berat lagi dan
membutuhkan banyak pengarahan/ tuntunan.
Respon Ansietas Berat:
a. Fisiologis
Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala,
penglihatan kabur, ketegangan.
b. Kognitif
a. Lapang persepsi sangat sempit
b. Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Perilaku dan Emosi
a. Perasaan ancaman tinggi
b. Verbalisasi cepat
c. Blocking

7
4. Ansietas Panik
Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri
lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi
pengarahan/ tuntunan
Respon Ansietas Panik:
a. Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,
hipotensi, koordinasi motorik rendah.
b. Kognitif
a. Lapang pandang persepsi sangat sempit
b. Tidak dapat berpikir logis
c. Perilaku dan Emosi
a. Agitasi mengamuk dan marah
b. Ketakutan dan berteriak-teriak, blocking
c. Kehilangan diri kendali/ kontrol diri
d. Persepsi kacau
F. Klasifikasi Ansietas
1. Tingkatan Ansietas :
a. Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.
Menyebabkan individu menjadi lebih waspada dan meningkatkan
lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilakn pertumbuhan serta kreativitas.
b. Ansietas Sedang
Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan hal yang lain. Mempersempit lapang persepsi
individu. Sehingga individu mengalami tidak perhatian yang selektif
namun dapat lebih berfokus pasda area jika diarahkan untuk
melakukannya.
c. Ansietas Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus ada
sesuatu yang rinci dan spesifik sehingga tidak memikirkan hal yang

8
lain. Semua perilaku ditujukkan untuk mengurangi ketegangan.
Individu memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada hal lain.
2. Tingkat Panik dari Ansietas
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dengan
arahan, karena mengalami kehilangan kendali.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan
suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius
(Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a) Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b) Tidur yang cukup.
c) Cukup olahraga.
d) Tidak merokok.
e) Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak
(limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat
anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam,
bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan
alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :

9
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa
dan diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi
bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki
kembali (rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami
goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,
yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan
daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa
seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga
mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
H. Asuhan Keperawatan Teori Kecemasan
I. Pengkajian
Dalam bagian ini perawat harus dapat memahami dan menangani pasien
yang mengalami diagnosis keperawatan ansietas, baik menggunakan cara
individual maupun kelompok. Bagian ini juga memberikan pedoman
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga pasien dengan
kecemasan. Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,
yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara
subjektif dan di komunikasikan secaar interpersonal.

10
Adapun tanda dan gejala dari ansietas:
a. Perilaku gelisah
b. Ketegangan fisik
c. Tremor
d. Kurang koordinasi
e. Cenderung mengalami cedera
f. Menarik diri dari hubungan interpersonal
g. Kreativitas menurun
1) Data dasar
a. Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang,
status sosial ekonomi, adat/kebudayaan, dan keyakinan spiritual,
sehingga mudah dalam komunikasi dan menentukan tindakan
keperawatan yang sesuai.
b. Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan,
alamat,nomor register, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber
informasi). Terjadi pada semua umur baik laki-laki maupun
perempuan.
c. Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,
pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien).
2) Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi secara umum yang mempengaruhi
terjadinya ansietas:
a. Panik
b. Ketegangan menghadapi sesuatu
c. Kurang percaya diri
d. Ketakutan kehilangan
e. Preoperasi
f. Obsesius
Menurut beberapa teori terjadinya faktor predisposisi, yaitu:
a. Teori Psikoanalisa

11
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2 elemen
kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego
berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan
dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri
rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang
berat.
c. Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya.
d. Kondisi keluarga
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas
dengan depresi. Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan
berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
e. Keadaan Biologis
Keadaan biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor
khususuntuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA), yang
berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan
dengan ansietas

12
3) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
4) Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping sbb:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang di sadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan
situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau
mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan, Menarik diri untuk
memindahkan dari sumber stress, Kompromi untuk mengganti tujuan
atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri
dan distorsi realitas dan bersifat maladaptif.
5) Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala
atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas
perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Respon fisiologis terhadap ansietas meliputi:
a. Sistem kardiovaskuler: jantung berdebar, palpitasi, tekanan darah
meningkat, rasa ingin pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi
menurun.
b. Sistem respirasi: napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas
dangkal, sensasi tercekik.
c. Neuromuskuler: reflex meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-
kedip, insomnia, kelemahan umum.

13
d. GI: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada
abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri, ulu hati, diare.
e. Perkemihan: sering berkemih
g. Kulit: berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit,
wajah pucat.
Respon perilaku meliputi: motorik, afektif, dan kognitif.
6) Data yang perlu di kaji
a. Data subyektif:
Klien mengatakan: perasaan saya gelisah, berdebar-debar, sering
berkemih, mengalami ketegangan fisik, panik, tidak dapat konsentrasi,
tidak percaya diri.
b. Data obyektif:
Klien tampak gelisah, pucat, mulut kering, suara tremor, sering
mondar-mandir sambil berbicara sendiri atau berbicara kepada orang
lain tetapi tidak di respon, menarik diri dari lingkungan interpersonal.
7) Status kesehatan mental
a. Kebenaran data:
Apakah semua informasi yang diberikan oleh klien sesuai dengan apa
yang disampaikan oleh keluarganya saat melakukan kunjungan rumah.
b. Status sensorik:
Kaji apakah ada gangguan pada penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan pengecapan dan perabaan.
c. Status persepsi
Klien mendenger4arkan suara-suara yang membisik di telinganya.
Klien sering melamun, menyendiri, senyum sendiri karena
mendengar sesuatu,atau kadang-kadang mata menatap tajam seperti
mengawasi sesuatu.
d. Status motorik
Motorik kasar: cara klien berjalan, berpakaian, dan berbicara apakah
masih terkontrol atau tidak.
Motorik halus : misalnya Klien mampu menulis, menggenggam
sesuatu, memasukan kancing ke dalamlubang kancing tanpa tremor.

14
e. Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang di ungkapkan.
Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut
tertawa.
f. Orientasi
Klien mengenal orang yang ada di sekitarnya, Klien mengetahui
tentang waktu.
g. Ingatan
Apakah Klien masih mengingat apa yang di alaminya selama ini,
Apakah klien kehilangan sebagaian memori yang di ingatnya.
B. Pengkajian psikologis
a. Status emosi
Suasana hati yang menonjol adalah tampak purtus asa. Ekspresi muka
tampak datar. Saat berinteraksi, klien mampu menjawab pertanyaan
perawat dengan jawaban sejelas-jelasnya. Apakah Perasaan klien saat
ini cukup baik.
b. Konsep diri
Tanyakan apa yang di inginkan oleh kilen, pandangan hidup yang
bertentangan, menarik diri dari realitas dll.
c. Gaya komunikasi
Apakah klien berbicara secara santai, sulit di ajak berkomunikasi
dll.Perhatikan juga ekspresi nonverbal saat berinteraksi tampak serius
dan antusias, ada kontak mata.
d. Pola interaksi
Bagaimana cara klien berinteraksi dengan perawat, dengan anggota
keluarga yang lain di rumah.
e. Pola pertahanan
Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau sedih, klien lebih suka
berdiam diri di kamar, melamun. Klien mengatakan tidak.
C. Pengkajian sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
b. Hubungan sosial

15
c. Faktor sosial budaya
d. Gaya hidup
D. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko perilaku kekerasan b/d riwayat atau ancaman kekerasan terhadap
diri sendiri atau orang lain atau destruksi properti orang lain.
2) Ansietas berhubungan dengan koping individu tak efektif.
E. Intervensi

a. Risiko perilaku kekerasan b/d riwayat atau ancaman kekerasan terhadap


diri sendiri atau orang lain atau destruksi properti orang lain.

1. Pencegahan perilaku kekerasan

b. Ansietas b/d ancaman terhadap konsep diri


1. Terapi relaksasi

F. Implementasi

Risiko perilaku kekerasan b/d riwayat atau ancaman kekerasan


terhadap diri sendiri atau orang lain atau destruksi properti orang lain.

1. Pencegahan perilaku kekerasan


Definisi : Meminimalkan kemarahan yang diekspresikan secara
berlebihan dan tidak terkendali secara verbal sampai dengan mencederai
orang lain dan/atau merusak lingkungan.
Tindakan :
Observasi
a. Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan (mis.benda
tajam,tali).
b. Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung.
Terapeutik
a. Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin.
b. Libatkan keluarga dalam perawatan.

16
Edukasi

a. Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan


pasien.
b. Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan non verbal (mis.
Relaksasi, bercerita).

Ansietas b/d ancaman terhadap konsep diri

1. Terapi relaksasi
Defenisi : Menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi tanda
dan gejala ketidaknyamanan seperti nyeri,ketegangan
otot,atau kecemasan.
Tindakan :
Observasi
a. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan.
b. Monitor respons terhadap terapi relaksasi.
Terapeutik
a. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman,jika memungkinkan.
b. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik
atau tindakan medis lain,jika perlu.
Edukasi
a. Anjurkan mengambil posisi nyaman
c. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis.napas
dalam,peregangan,atau imajinasi terbimbing)
2.2 Asuhan Keperawatan Tentang Kehilangan dan Berduka
A. Pengertian kehilangan
Kehilangan adalah suatu kondisi terputus atau terpisah atau memulai
sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan
merupakan suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (lambert, 1985)

17
Kehilangan adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan
Dalam menghadapi kehilangan, individu dipengaruhi oleh:
1. Perkembangan
Anak-anak
b. Belum mengerti seperti oranng dewasa, belum bisa merasakan.
c. Belum menghambat perkembangan.
d. Bisa mengalami regresi.
Orang dewasa
a. Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup, tujuan
hidup.
b. Menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari.
1. Keluarga
Keluargan mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan. Anak terbesar
biasanya menunjukkan sikap kuat, tidak menunjukkan sikap sedih secara
terbuka.
2. Faktor sosial ekonomi
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi
keluarga, berarti kehilangan secara ekonomi. Dan hal ini bisa
mengganggu kelangsungan hidup.
3. Pengaruh cultural
Kultur mempengaruhi manifestasi klinis dan emosi. Kultur “barat”
menganggap kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga
hanya diutarakan pada keluarga, kesedihan tidak ditunjukkan pada orang
lain. Kultur lain menganggap bahwa mengekspresikan kesedihan harus
dengan berteriak dan menangis keras-keras.
4. Agama
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman.
Menyadarkan bahwa kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi
ada juga yang menyalahkan Tuhan akan kematian.

18
5. Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan
menyebabkan shock dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang
menanggap bahwa kematian akibat kecelakaan diasosiasikan dengan
kesialan.
C Klasifikasi kehilangan
Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasikan oleh orang lain, misalnya amputasi,
kematian orang yang sangat berarti.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan,
misalnya; seseorang yang berhenti bekerja/PHK, menyebabkan perasaan
kemandirian dan kebebasannya mendadi menurun.
Jenis-Jenis Kehilangan
Terdapat 5 kategori kehilangan, yaitu:
1. Kehilangan seseorang yang dicintai.
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat berarti adalah salah
satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tipe
kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapn
tentang mental seseoranng. Anggapa ini meliputi perasaan terhadap
keatraktifan diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam
kehidupan, dan dampaknya.
3. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau
bersama-sama, perhiasan, uang, atau pekerjaan.
4. Kehilangn lingkungan yang sangat dikenal.
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat
dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu
satu periode atau bergantian secara permanen.
5. Kehilangan kehidupan / meninggal

19
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan
respon pada kegiatan dan orang disekitarnya. Sampai pada kematian
yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentanng
kematian.
A. Pengertian berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,
susah tidur, dan lain-lain.Berduka merupakan respon normal pada semua
kejadian kehilangan.
B. Tipe Berduka
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi
dan berduka disfungsional.
1. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang meruppakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilanngan. Tipe in masih dalam batas normal.
2. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan
secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan
fungsional. Tipe ini kadang-kadanng menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
C. Tahap-Tahap Berduka
1) Tahap berduka menurut Teori Engels
1. Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin
menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara
fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung
cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dak kelelahan.
2. Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseorang mulai merasakan kehilangan secara nyata dan mungkin
mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi,
depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.

20
3. Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang
hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat
menerima perhatian yang bertujuan untuk mengalihkann
kehilangan seseorang.
4. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap
sesuatu yang meninggalkannya. Bisa merasa bersalah dan kurang
perhatiannya di masalalu terhadap almarhum.
5. Fase V
Kehilangan yang tidak dapat dihindari harus mulai
diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang
sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah
berkembang.
2) Tahap berduka menurut PARKES (1986) dan PARKES ET AL
(1991)
1. Mati rasa dan meningkari.
Orang yang baru saja mengalami kehilangan akan merasa tidak nyata,
penghentian waktu, segera setelah kematian orang yang penting dalam
kehidupan mereka. Perasaan ini digambarkan sebagai “mati rasa”.
Ada kecenderungan untuk mengingkari kejadian dan keyakinan
bahwa semuanya hanyalah mimpi buruk. Hal ini berlangsung
beberapa hari sampai berminggu-minggu.
2. Kerinduan atau Pining
Fase ini ditandai dengan adanya kebutuhan untuk menghidupkan
kembali orang yang sudah meninggal. Hal ini dinyatakan dalam
mimpi orang yang kehilangan, dan orang yang sering kalil
menyatakan meluhat orang yang sudah meninggal dalam keramaian.
3. Putus asa dan depresi
Jika orang yang kehilangan akhirnya menyadari kenyataan tentang
kematian, ada perasaan putus asa yang hebat dan kadang terjadi
depresi. Periode ini adalah saat individu mengalami disorganisasi

21
dalam batas tertentu dan merasa bahwa mereka tidak mampu
melakukan tugas yang dimasa lalu dilakukan dengan sedikit kesulitan.
4. Penyembuhan dan reorganiosasi.
Pada titik tertentu kebanyakan individu yang kehilangan menyadari
bahwa hidup mereka harus berkanjut dan mereka harus mencari
makna baru dari keberadaan mereka.
3) Tahap berduka menurut Kubler Ross (1969)
1. Fase pengingkaran (denial)
Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis,
gelisah, lemah, letih, dan pucat.
2. Fase marah (anger)
Perasaan marah dapat diproyeksikan pada orang atau benda yang
ditandai dengan muka merah, suara keras, tangan mengepal, nadi
cepat, gelisah, dan perilaku agresif.
3. Fase tawar menawar
Individu mampu mengungkapkan rasa marah akan kehilangan, ia akan
mengekspresikan rasa bersalah, takut dan rasa berdosa.
Peran perawat:
a. Diam
b. Mendengarkan
c. Memberikan sentuhan terapeutik
4. Fase depresi
Individu menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara, putus asa.
Perilaku yang muncul seperti menolak makan, susah tidur, dan
dorongan libido menurun.
Peran perawat:
a. Pasien jangan ditinggalkan sendiri
b. Pintu kamar dibiarkan terbuka
5. Fase penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran
yang berpusat pada objek kehilangan mulai berkurang.
Peran perawat:

22
a. Menemani pasien
b. Bila mungkin, bicara dengan pasien
c. Tanyakan apa yang dibutuhkan
d. Apakah butuh pertolongan perawat
e. Pintu kamar jangan ditutup
4) Tahap berduka menurut teori Rando
1. Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
2. Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika pasien
secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan
mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
3. Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedudukan akut dan
mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-
hari dimana pasien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan
mereka.
Kebutuhan keluarga yang berduka
1) Harapan
a. Perawatan yang terbaik sudah diberikan.
b. Keyakinan bahwa mati adalah akhir penderitaan dan kesakitan.
2) Berpartisipasi
a. Memberi perawatan
b. Sharing dengan staf.
3) Support
a. Dengan support pasien dapat melewati kemarahan, kesedihan,
dan denial.
b. Support bisa digunakan sebagai koping dengan perubahan yang
terjadi.
4) Kebutuhan spiritual
a. Berdoa sesuai kepercayaan
b. Mendapatkan kekuatan dari Tuhan

23
D. Asuhan keperawatan teori berduka
1) Pengkajian
1. Individual
a. Umur dan jenis kelamin
b. Kelompok religius : kehadiran di tempat ibadah, pentingnya agama
dalam kehidupan pasien, kepercayaan akan kehidupan setelah
kematian
c. Tingkat pengetahuan atau pendidikan. Cara individu untuk
mengakses informasi.
d. Bahasa dominan pasien, apakah fasih?
e. Pola komunikasi dengan orang terdekat, dengan pemberi
perawatan. Bagaimana gaya bicaranya?
f. Persepsi akan tubuh dan fungsi-fungsinya. Pada waktu sehat? Pada
waktu sakit? Pada waktu sakit sekaranng?
g. Bagaimana pasien merasakan dan menentukan sakit.
h. Bagaimana pasien mengalami penyakit dan bagaimana sebenarnya
penyakitnya.
i. Bagaimana respons emosional terhadap pengobatan saat ini dan
hospitalisasi.
j. Pernah mengalami sakit, hospitalisasi, dan sistem perawatan
kesehatan.
k. Menggambarkan reaksi emosional dalam istilah perasaan (sensori):
misalnya pernyataan “saya merasa takut”.
l. Tingkah laku pada waktu cemas, takut, tidak sabar ataupun marah.
2. Pengkajian psikologis
a. Status emosional
1) Apakah emosi sesuai perilaku?
2) Apakah pasien dapat mengendalikan perilaku?
3) Bagaimana perasaan pasien yang tampil sepertibiasanya?
4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas pasien?
5) Apa yanng pasien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep diri

24
1) Bagaimana pasien menilai dirinya sebagai manusia?
2) Bagaimana orang lain menilai diri pasien?
3) Apakah pasien suka akan dirinya?
c. Cara komunikasi
1) Apakah pasien sudah merespons?
2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3) Bagaimana perilaku nonverbal pasien dalam berkomunikasi?
d. Pola interaksi
1) Kepada siapa pasien mau berinteraksi?
2) Siapa yang penting atau berpengaruh bagi pasien?
3) Bagaimana sifat asli pasien : mendominasi atau positif?
3. Pengkajian sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
1) Pendidikan terakhir
2) Ketrampilan \yang mampu dilakukan.
3) Pekerjaan pasien
4) Status keuangan
b. Hubungan sosial
1) Teman dekat pasien
2) Bagaimana pasien menggunakan waktu luang?
3) Apakah pasien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
c. Faktor kultur sosial
1) Apakah agama dan ebudayaan pasien?
2) Bagaimana tingkat pemahaman pasien tentang agama?
3) Apakah bahasa pasien memadai untuk berkomunikasi dengan
orang lain?
d. Pola hidup
1) Dimana tempat tinggal pasien?
2) Bagaimana tempat tinggal pasien?
3) Dengan siapa pasien tinggal?
4) Apa yang pasien lakukan untuk menyenangkan diri?
e. Keluarga

25
1) Apakah pasien sudah menikah?
2) Apakah pasien sudah mempunyai anak?
3) Bagaimana status kesehatan pasien dan keluarga?
4) Masalah apa yang teritama dalam keluarga?
5) Bagaimana tingkat kecemasan pasien?
E. Diagnosa Keperawatan
1. Berduka
2. Gangguan identitas diri
3. Ansietas
F. Intervensi
a. Berduka b/d kematian keluarga atau orang yang berarti
1. pencegahan bunuh diri
b. Gangguan identitas diri berhubungan dengan gangguan psikososial
1. Promosi koping
c. Ansietas b/d ancaman terhadap konsep diri
1. Terapi relaksasi

G. Implementasi

Risiko bunuh diri b/d masalah sosial (mis.berduka,tidak berdaya,putus


asa,kesepian,kehilangan hubungan yang penting,isolasi sosial)

1. pencegahan bunuh diri

Definisi : Mengidentifikasi dan menurunkan risiko merugikan diri


sendiri dengan maksud mengakhiri hidup.

Tindakan :
Observasi
1. Identifikasi gajala risiko bunuh diri (mis. gangguan mood,
halusinasi, delusi, panic, penyalah gunaan zat, kesedihan,
gangguan kepribadian).
2. Monitor adanya perubahan mood atau perilaku.
Terapeutik
1. Libatkan dalam perencanaan perawatan mandiri

26
2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
Edukasi
1. Anjurkan mendiskusikan perasaan yang dialami kepada orang
lain.
2. Anjurkan menggunakan sumber pendukung (mis.layanan
spiritual,penyedia layanan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, atau antipsikotik,
sesuai indikasi
2. Rujuk kepelayanan kesehatan mental, jika perlu.
Gangguan identitas diri berhubungan dengan gangguan psikososial
1. Promosi koping
Defenisi : Meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai dan
merespon stressor dan/atau kemampuan menggunakan
sumber-sumber yang ada.
Tindakan :
Observasi
1. Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan.
2. Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial.
Terapeutik
1. Diskusikan konsekuensi tidak mengunakan rasa bersalah dan
rasa malu
2. Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis.
Edukasi
1. Latih menggunakan teknik relaksasi
2. Anjurkan penggunaan sumber spiritual,jika perlu

Ansietas b/d ancaman terhadap konsep diri

1. Terapi relaksasi
Defenisi : Menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi tanda
dan gejala ketidaknyamanan seperti nyeri, ketegangan
otot,atau kecemasan.

27
Tindakan :
Observasi
1. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan.
2. Monitor respons terhadap terapi relaksasi.
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman,jika memungkinkan.
2. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik
atau tindakan medis lain,jika perlu.
Edukasi
1. Anjurkan mengambil posisi nyaman
2. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis.napas
dalam,peregangan,atau imajinasi terbimbing)

Strategi pelaksanaan (SP) 1 kecemasan pada pasien

1. Persiapan alat
 Bolpoin
 Buku catatan
2. Langkah kerja

28
1) Tahap orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenai keluhan yang di rasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan nama panggilan
kesukaannya
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan di lakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan di lakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiaan
j. Meminta persetujuan pasien
2) Tahap kerja
a. Membantu pasien mengenal ansietas (tanda, gejala,
penyebab dan akibat)
b. Mengajarkan tehnik pengalihan situasi/ distraksi
c. Latihan melakukan tehnik pengalihan situasi/ distraksi
3) Tahap terminasi
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang di
rasakan setelah tindakan keperawatan di lakukan
b. Memberikan rewerd secra positif
c. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon
yang di timbulkan
d. Merencanakan tindak lanjut ynag harus pasien lakukan dan
melatihnya
e. Menentukan topik pada pertemuan selanjutnya
f. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik, memberikan salam
3. Dokumentasi
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan

29
4. Sikap
 Bertanggung jawab
 Sabar dan sopan

Strategi pelaksanaan (SP) 2 kecemasan pada pasien

1. Persiapan alat
 Bolpoin
 Buku catatan

30
2. Langkah kerja
1.) Tahap orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenai keluhan yang di rasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan nama panggilan
kesukaannya
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan di lakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan di lakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiaan
j. Meminta persetujuan pasien
2.) Tahap kerja
a. Evaluasi kemampuan pasien mengenal ansietas
b. Evaluasi kemampuan distraksi
c. Mengajarkan relaksasi nafas dalam
d. Latihan relaksasi nafas dalam
3.) Tahap terminasi
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang di
rasakan setelah tindakan keperawatan dilakukan
b. Memberikan rewerd secra positif
c. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon
yang di timbulkan
d. Merencanakan tindak lanjut ynag harus pasien lakukan dan
melatihnya
e. Menentukan topik pada pertemuan selanjutnya
f. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik, memberikan salam
3. Dokumentasi

31
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
4. Sikap
 Bertanggung jawab
 Sopan dan santun

Strategi Pelaksanaan (SP) 3 Kecemasan Pada Pasien

1) Persiapan alat
 Bolpoin

32
 Buku catatan
2) Langkah Kerja
1. Tahap orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakuakn validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor) mengenai
keluhan yang dirasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiaan
j. Meminta persetujuan
2. Tahap Kerja
a. Evaluasi kemampuan pasien mengenai masalah
b. Evaluasi kemampuan distraksi dan relaksasi nafas dalam
c. Melatih pasien untuk relaksasi otot
d. Latihan relaksasi otot
e. Atur posisi senyaman mungkin,santai
f. Konsentrasi terhadap gerakan otot seleruh tubuh
g. Latihan otot wajah
h. Latihan otot leher
i. Latihan otot punggung
j. Latihan otot perut
k. Latihan otot panggul
l. Latihan otot tangan dan kaki
3. Tahap Terminasi
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang dirasakan
setelah tindakan keperawatan dilakukan
b. Memberikan reward secara positif

33
c. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon yang
ditimbulkan
d. Merencanakan tindakan lanjut yang harus pasien lakukan dan
melatihnya
e. Menentukan topic pada pertemuan selanjutnya
f. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik, memberikan salam
4. Dokumentasi
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
5. Sikap
Bertanggung jawab, sabra dan sopan

Strategi Pelaksanaan (SP) 4 Kecemasan Pasien

34
1. Persiapan alat :
 Bolpoin
 Buku catatan
2. Langkah kerja
1) Tahap orientasi
a. Menggucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenai keluhan yang dirasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menentukan tempat intuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiaan
j. Meminta persetujuan
2) Tahap kerja
a. Evaluasi kemampuan mengenal ansietas
b. Evaluasi kemampuan distraksi, relaksasi nafas dalam
dan relaksasi otot
c. Melatih hipnotik limajari
d. Latihan hipnotik 5 jari
e. Latih sampai membudaya
f. Nilai kemampuan mengatasi ansietas
g. Nilai apakah ansietas teratasi
3) Tahap terminasi
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang
dirasakan setelah tindakan keperawatan dilakukan
b. Memberi reward secara positif
c. Memperhatikan, mengamati dan mengobservasi respon
yang ditimbulkan

35
d. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan
dan melatihnya
e. Menentukan topic pada pertemuan selanjutnya
f. Menentukan waktu pada pertemuan selanjutnya
g. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik : memberikan
salam
3. Dokumentasi
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
4. Sikap
Bertanggung jawab, sabra dan sopan

Strategi pelaksanaan (SP) 1 kecemasan pada keluarga

36
1. Persiapan alat

o Bolpoin
o Buku catatan

2. Langkah kerja

1. Tahap orientasi

a. Mengucapkan salam terapeutik


b. Melakukan validasi mengenai keluhan yang dirasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan pasien
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan tindakan
b. Menjelaskan kerahasiaan
a. Meminta persetujuan pasien

2. Tahap kerja

a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat


pasien
b. Membantu keluarga mengenai ansietas pasien
c. Mengajarkan tehnik pengalihan situasi/distraksi
d. Latihan melakukan tehnik pengalihan situasi/distraksi

3. Tahap terminasi

a. Menanyakan kepada pasien menganai respon yang dirasakan


setelah tindakan dilakukan
b. Memberikan reward secara positif
c. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon yang
ditimbulkan

37
d. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan dan
melatihnya
e. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
f. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
g. Mengakhiri pertemuan dengan baik memberikan salam
3. Dokumentasi
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
4. Sikap
Bertanggung jawab, sabra dan sopan

38
Strategi pelaksanaan (SP) 2 kecemasan pada keluarga pasien

1. Persiapan alat

- Bolpoin

- buku catatan

2. Langkah kerja

1. Tahap orientasi

a. Mengucapkan salam terapeutik


b. Melakukan validasi mengenai keluhan yang dirasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan pasien
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiaan
j. Meminta persetujuan pasien

2. Tahap kerja

a. Evaluasi kemampuan keluarga mengenai ansietas


b. Evaluasi kemampuan keluarga dalam distraksi
c. Mengajarkan relaksasi nafas dalam
d. Latihan relaksasi nafas dalam

3. Tahap terminasi

a. Menanyakan kepada pasien menganai respon yang dirasakan setelah


tindakan yan
b. Memberikan reward secara positif
c. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon yqng
ditimbulkan

39
d. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan dan
melatihnya
e. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
f. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
g. Mengakhiri pertemuan dengan baik memberikan salam
3. Dokumentasi
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
4. Sikap
Bertanggung jawab, sabra dan sopan

40
strategi Pelaksanaan (SP) 3 Kecemasan Pada Keluarga

1. Persiapan alat :
 Bulpoin
 Buku catatan
2. Langkah Kerja
1) Tahap Orientasi :
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenai keluhan yang dirasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan akan dilakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menetukan tempat untuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiaan
j. Memimta persetujuan pasien
2) Tahap Kerja :
a. Evaluasi kemampuan keluarga mengenal masalah
b. Evaluasi kemampuan distraksi dan relaksasi
c. Melatih keluarga untuk relaksasi otot
d. Latihan relaksasi otot
3) Tahap Terminasi :
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang
dirasakan setelah tindakan keperawatan dilakukan
b. Memberikan reward secara positif
c. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon
yang timbul
d. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan dan
melatihnya
e. Menetukan topik pada pertemuan selanjutnya
f. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya

41
g. Menetukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik : memberikan salam
3. Dokumentasi :
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
4. Sikap :
a. Bartanggung jawab
b. Sabar dan sopan

42
strategi pelaksanaan (SP) 4 kecemasan pada keluarga
1. Persiapan alat
 Bulpoin
 Buku catatan
2. Langkah kerja :
1) Tahap orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenai keluhan yang dirasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan akan dilakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menetukan tempat untuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiaan
j. Memimta persetujuan pasien
2) Tahap kerja
a. Evaluasi kemampuan mengenal ansietas
b. Evaluasi kemampuan distraksi, relaksasi nafas dalam
dan relaksasi otot
c. Melatih hipnotik lima jari
d. Latihan hipnotik 5 jari
e. Latih sampai membudaya
f. Nilai kemampuan mangatasi ansietas
g. Nilai apakah ansietas teratasi
3) Tahap teminasi
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang
dirasakan setelah tindakan keperawatan dilakukan
b. Memberikan reward secara positif
c. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon
yang timbul

43
d. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan
dan melatihnya
e. Menetukan topik pada pertemuan selanjutnya
f. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g. Menetukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik : memberikan
salam
3. Dokumentasi :
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
4. Sikap :
a. Bartanggung jawab
b. Sabar dan sopan

44
Strategi pelaksanaaan (sp) 1 kehilangan dan berduka pada pasien

1. persiapan alat :
a. bolpoin
b. buku catatan
2. langkah kerja :
1. tahap orientasi
a. melakukan validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor) mengenai
keluhan yang dirasakan
b. memperkenalkan nama perawat
c. menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan
d. menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
e. menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
f. menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
g. menentukan tempat untuk melakukan tindakan
h. menjelaskan kerahasiaan
i. meminta persetujuan pasien
2. tahap kerja
a. perluas kesadaran diri melalui identifikasi pengalaman berduka
(mengidentifikasi kehilangan yang dialami,mengidentifikasi
hubungan dengan objek yang hilang,mengkaji reaksi awal terhadap
kehilangan dan mengkaji strategi koping yang digunakan oleh klien
saat kehilangan terjadi)
b. eksplorasi perasaan diri terkait kehilangan dan berduka yang
dialami
c. dorong penepatan rencana yang realistik
d. dorong klien melakukan pendekatan budaya untuk menyelesaikan
fase berduka
e. buat jadwal kegiatan bersama klien
3. tahap terminasi
a. menanyakan kepada pasien mengenai respon yang dirasakan
setelah tindakan keperawatan dilakukan
b. memberikan reward secara positif

45
c. memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon yang
ditimbulkan
d. merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan dan
melatihnya
e. menentukan topik pada pertemuan selanjutnya
f. menetukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g. menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. mengakhiri pertemuan dengan baik : memberi salam
3. dokumentasi
catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
4. sikap
a. bertanggung jawab
b. sabar dan sopan

46
Strategi pelaksanaaan (sp) 2 kehilangan dan berduka pada pasien

1. persiapan alat :
c. bolpoin
d. buku catatan
2. langkah kerja
1. tahap orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi (kognitif,adektif, dan psiikomotor) mengenai
keluha yang dirasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan.
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiaan
j. Meminta persetujuan pasien
2. Tahap kerja
a. Evaluasi kemampuan pertemuan pertama
b. Dorong klien untuk melakukan pendekatan agama untuk
menyelesaikan fase berduka
c. Buat jadwal kegiatan bersama klien
3. Tahap terminasi
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang dirasakan
setelah tindakan keperawatan dilakukan
b. Memberikan reward secara positif
c. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon yang
ditimbulkan
d. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan dan
melatihnya
e. Menentukan topik pada pertemuan selanjutnya
f. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya

47
g. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri perteman dengan baik: memberikan salam
3. Dokumentasi
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
4. Sikap
a. Bertanggung jawab
b. Sabar dan sopan

48
Strategi Pelaksanaan (SP) 3 Kehilangan dan Berduka Pada Pasien

1. Persiapan alat
a. Bolpoin
b. Buku catatan
2. Langkah Kerja
1. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor) mengenai
keluhan yang dirasakan.
c. Memperkenalkan nama perawat.
d. Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan.
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan.
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan.
h. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan.
i. Menjelaskan kerahasiaan.
j. Meminta persetujuan pasien.
2. Tahap Kerja
a. Evaluasi kemampuan pertemuan pertama dan kedua.
b. Dorong klien untuk melakukan pendekatan sosial untuk
mmenyelesaikan fase berduka.
c. Buat jadwal kegiatan bersama klien.
3. Tahap Terminasi
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang dirasakan setelah
tindakan keperawatan dilakukan.
b. Memberikan reward secara positif.
c. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon yang
ditimbulkan.
d. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan dan
melatihnya.
e. Menentukan topic pada pertemuan selanjutnya.
f. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya.

49
g. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya.
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik : memberikan salam.
3. Dokumentasi
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
4. Sikap
1. Bertanggung jawab
2. Sabar dan sopan.

50
Strategi Pelaksanaan (SP) 1 Kehilangan dan Berduka Pada Keluarga

1. Persiapan alat
a. Bolpoin
b. Buku catatan
2. Langkah Kerja
1. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi (kognitif,adektif,dan psikomotor) mengenai
keluhan yang dirasakan.
c. Memperkenalkan nama perawat.
d. Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan.
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan.
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan.
h. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan.
i. Menjelaskan kerahasiaan.
j. Meminta persetujuan pasien.
2. Tahap Kerja
a. Perluas kesadaran diri melalui identifikasi pengalaman berduka
(mengidentifikasi kehilangan yang dialami,mengidentifikasi
hubungan dengan objek yang hilang,mengkaji reaksi awal terhadap
kehilangan dan mengkaji strategi koping yang digunakan oleh klien
saat kehilangan terjadi).
b. Eksplorasi perasaan diri terkait kehilangan dan berduka yang
dialami.
c. Dorong penetapan rencana yang realistic.
d. Dorong klien untuk melakukan pendekatan budaya untuk
menyelesaikan fase berduka.
e. Buat jadwal kegiatan bersama klien.
3. Tahap Terminasi
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang dirasakan setelah
tindakan keperawatan dilakukan.

51
b. Memberikan reward secara positif.
c. Memperhatikan,mengamati, dan mengobservasi respon yang
ditimbulkan.
d. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan dan
melatihnya.
e. Menentukan topikpada pertemuan selanjutnya.
f. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya.
g. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya.
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik : memberikan salam.
5. Dokumentasi
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
6. Sikap
a. Bertanggung jawab
b. Sabar dan sopan.

52
Strategi pelaksanaa ( SP) 2 kehilangan dan berduka pada keluarga

1. Persiapan alat
 Bolpoin
 Buku catatan
2. Langkah kerja
1. Tahap orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi ( kognitif, aduktif, dan psikotor) mengenai
keluhan yang di rasai
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan mana panggilan kesukaan pasien
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan di lakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiaan
j. Meminta persetuan pasien
2. Tahap kerja
a. Evaluasi kemampuan pertemuan pertama
b. Dorong klien untuk melakukan pendekatan agama untuk
menyelesaikan fase berduka
c. Buat jadwal kegiatan bersama klien
3. Tahap terminasi
a. Menanyakan pada pasien mengenai respon yang di rasakan
setelah tindakan keperawatan di lakukan
b. Memeberikan reawed secara positif
c. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon yang di
timbulkan
d. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan dan
melatihnya
e. Melakukan topic pada pertemuan selanjutnya
f. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya

53
g. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik: memberikan salam

3 Dokumentasi

 Catatan hasil interaksi dalam catatan keperawatan


4. Sikap
 Bertanggung jawab
 Sopan dan santun

54
Strategi pelaksanaa ( SP) 3 kehilangan dan berduka pada keluarga

3. Persiapan alat
 Bolpoin
 Buku catatan
4. Langkah kerja
5. Tahap orientasi
k. Mengucapkan salam terapeutik
l. Melakukan validasi ( kognitif, aduktif, dan psikotor) mengenai
keluhan yang di rasai
m. Memperkenalkan nama perawat
n. Menanyakan nama pasien dan mana panggilan kesukaan pasien
o. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
p. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan di lakukan
q. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
r. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
s. Menjelaskan kerahasiaan
t. Meminta persetuan pasien
6. Tahap kerja
d. Evaluasi kemampuan pertemuan pertama
e. Dorong klien untuk melakukan pendekatan agama untuk
menyelesaikan fase berduka
f. Buat jadwal kegiatan bersama klien
7. Tahap terminasi
i. Menanyakan pada pasien mengenai respon yang di rasakan
setelah tindakan keperawatan di lakukan
j. Memeberikan reawed secara positif
k. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon yang di
timbulkan
l. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan dan
melatihnya
m. Melakukan topic pada pertemuan selanjutnya
n. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya

55
o. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
p. Mengakhiri pertemuan dengan baik: memberikan salam

3 Dokumentasi

 Catatan hasil interaksi dalam catatan keperawatan


4 Sikap
 Bertanggung jawab
 Sopan dan santun

56
Strategi Pelaksanaan (SP) 1 ketidakberdayaan dan keputusasaan Pada
Pasien

1. Persiapan Alat
 Boulpoin
 Buku catatan
2. Langkah Kerja
1) Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi (kognitif, adektif dam spikomotor)
mengenai keluhan yang di rasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menyakan nama pasien dan panggilan kesukaan
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan di lakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan di lakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melalukan tindakan
h. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiam
j. Meminta persetujan pasien
2) Tahap Kerja
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan
ketidakberdayaan
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di
miliki klien, seta memperluas kesadaran diri.
c. Membantu klien menilai kemampuan klien yang dapat
di lakukan saat ini
d. Membantu klien memilih kegiatan saat ini yang akan di
lakukan sesuai kemampuan klien
e. Melatih kegiatan yang di pilih
f. Menganjurkan klien memaksukkan dalam jadwal
kegiatan harian
3) Tahap Terminasi

57
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang di
rasakan setelah tindakan keperawatan di lakukan
b. Memberikan reward secara positif
c. Memperlihatkan, mengamati, dan mengobservasi
respon yang di timbulkan
d. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan
dan melatihnya
e. Menentukkan topik pada pertemuan selanjutnya
f. Menentukkan wktu untuk pertemuan selanjutnya
g. Menentukkan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik : memberikan
salam.
3. Dokumentasi
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
4. Sikap
 Bertanggung jawab
 Sabar dan sopan

58
Strategi pelaksanaan SP 1 Ketidakberdayaan dan Keputusasaan Pada
Keluarga

1. Persiapan Alat
 Boulpoin
 Buku catatan
2. Langkah Kerja
1) Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b.Melakukan validasi (kognitif, adektif dam spikomotor)
mengenai keluhan yang di rasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d.Menyakan nama pasien dan panggilan kesukaan
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan di lakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan di lakukan
g.Menjelaskan waktu untuk melalukan tindakan
h.Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiam
j. Meminta persetujan pasien
2) Tahap Kerja
a. Membantu keluarga mengidentifikasi masalah dalam
merawat klien
b. Menjelaskan proses terjadinya ketidakberdayaan yang
terjadi pada klien, tanda gejala, dan faktor penyebab.
c. Menjelaskan tentang cara merawat klien tentang
ketidakberdayaan
d. Mengevakuasi kemampuan keluarga untuk merawar klien
3) Tahap Terminasi
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang di
rasakan setelah tindakan keperawatan di lakukan
b. Memberikan reward secara positif
c. Memperlihatkan, mengamati, dan mengobservasi respon
yang di timbulkan

59
d. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan
dan melatihnya
e. Menentukkan topik pada pertemuan selanjutnya
f. Menentukkan wktu untuk pertemuan selanjutnya
g. Menentukkan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik : memberikan salam
3. Dokumentasi
Catat hasil interaksi dalam catatan keperawatan
4. Sikap
 Bertanggung jawab
 Sabar dan sopan

60
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis, sedangkan
pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan
gangguan fungsi yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut (Tomb. Dafit A
2003)
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari
Susunan Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum
tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan
depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus
asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,
susah tidur, dan lain-lain.Berduka merupakan respon normal pada semua
kejadian kehilangan.
3.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebaiknya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang
lebih mengenai kependudukan lanjutan.
2. Bagi Mahasiswa
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun
ketidak lengkapan materi mengenai asuhan keperawatan kecemasan dan
berduka beserta strategi pelaksanaan kecemasan dan berduka. Kami
mohon maaf, kamipun sadar bahwa makalah yang kami buat tidaklah
sempurna. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang
membangun

61
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta:


Graha Ilmu.
Dalami, E. (2009). Asuhan Keperawatan Jika Dengan Masalah Psikososial.
Jakarta: Trans Info Media.
Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika.
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.62

Tarwoto dan wartona. 2006, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan,
Jakarta: Salemba Medika.

Maramis, W.F. 2005. Catatan ilmu kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:
Surabaya.
Marilynn E Doenges, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 8. ECG :
Jakarta
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

62

Anda mungkin juga menyukai