kurva lorenz berguna untuk menyajikan perbedaan di antara dua jenis distribusi
data, misalnya antara population quantiles dan income quantiles. kurva ini juga di
gunakan untuk membandingkan distribusi bagi data yang sama basis atau refrensi
datanya misalnya antara frekuensi observasi dan frekuensi harapan.
Tabel 9.3 dibawah memuat contoh presentase komulatif penduduk menurut kategari
dari terkaya hingga termiskin
kurva lorenz dapat di kreasi melalui empat langkah pertama menghitung frekuensi
relatif untuk tiap - tiap variabel misalnya presentase total kedua menentukan
peringkat observasi dengan menggunakan rasio dari variabel , misalnya x/y ,ketiga
membuat tabel frekuensi tersortir seperti tabel 9.4. keempat plot frekuensi frekuensi
kumulatif dan diagonal. contoh prosedur mengkreasi kurva lorenz sebagai berikut.
dengan mengambil kasus keadaan ekonomi amerika tahun 1994.
berdasarkan pada tabel 9.4 dapat dilakukan prosedur mengkreasi kurva lorenz
seperti tertuang pada tabel 9.5 nilai 0,50 0,75 dan seterusnya merupakan peringkat
observasi dengan menggunakan rasio variabel, sedangkan Cx dan Cy adalah
frekuesi kumulatif.
Tabel 9.5
transformasi data mentah untuk membuat data mentah untuk membuat kurva lorenz
berdasarkan alur kerja tersaji pada tabel 9.4 dan 9.5 dapat di gambar kurva lorenz
menjadi turunannya, seerti tertuang pada gambar 9.1 pada contoh ini, variabel
pertama adalah presentase pendapatan dan variabel kedua adalah presentase
populasi.
Kurva Lorenz merupakan metode yang lazim digunakan untuk menganalisis statistik
pendapatan perorangan. Lihat pada gambar berikut :
Presentase pendapatan
Garis pemerataan
C
B Kurva Lorenz
Angka Gini ini dapat ditaksir secara visual langsung dari kurva Lorenz.
Semakin kecil angka ini ditunjukkan kurva lorenz yang mendekati diagonal yang
berarti kecil luas area dan sebaliknya
𝑓𝑖
GC = 1 − ∑(Xi+1 − Xi ) (Yi+1 + Yi ) … …
𝑖=0
KLASIFIKASI :
Ketimpangan Parah = distribusi pendapatannya 40 % penduduk berpendapatan
rendah menikmati < 12 % pendapatan nasional
Ketimpangan Sedang= distribusi pendapatannya 40 % penduduk berpendapatan
rendah menikmati 12 - 17 % pendapatan nasional
Ketimpangan Lunak (Distribusi Merata) = 40 % penduduk berpendapatan rendah
menikmati > 17 % pendapatan nasional
𝐼𝐺 = 𝛼 + 𝛽1 (𝑃𝑃) + 𝛽2 (𝑃𝑃)2
dimana:
IG = Nilai Indeks Gini distribusi pendapatan antar rumah tangga
PP = Pendapatan per kapita
α = Konstanta
β1 = Koefisien regresi terhadap peubah pendapatan per kapita
β2 = Koefisien regresi terhadap peubah pendapatan per kapita kuadrat
𝐼𝐺 = 𝛼 + 𝛽1 (𝑃𝑃) + 𝛽2 (𝑃𝑃)2 − 𝑈
Kita juga dapat menggunakan ukuran ukuran agregat seperti koefisien Gini
untuk mengukur tingkat pemerataan hal-hal lain di luar pendaptan. Telah di ketahui
bahwa, koefisien Gini merupakan salah satu ukuran yang memenuhi empat kriteria
yang sangat dicari, yaitu prinsip anonimitas, indepedensi skala, indepedensi
populasi, dan transfer. Prinsip ononimitas (anonymity principle) mengatakan bahwa
ukuran ketimpangan seharusnya tidak tergantung kepada siapa yang mendapatkan
pendapatan yang lebih tinggi; dengan kata lain, ukuran tersebut tidak
tergantungpada apa yang kita yakini sebagai manusia yang lebih baik, apakah itu
orang kaya atau orang miskin.
Jika kita menyepakati keempat kriteria ini, maka kita akan dapat mengukur
koefisien Gini untuk setian Negara dan mengurutkannya, di mana koefisien Gini
yang lebih besar berarti bahwa distribusi pendapatannya lebih timpang. Namun,
angka ini tidak selalu merupakan solusi yang sempurna, karena dalam teori,
koefisien Gini dapat sama persis untuk dua kurva Lorenz yang saling berpotongan.
DAFTAR PUSTAKA
Todaro, Michael P, dan Stephen C. Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di
Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.