Anda di halaman 1dari 15

DAMPAK GUNUNG MELETUS

BAGI KESEHATAN

Disusun Untuk Memenuhi Semester Pendek


Mata Kuliah Epidemiologi

Dosen Pengampu
Rini Indrati, S.Si, M.Kes.

Dibuat Oleh :

I NYOMAN SERIMA
NIM : P1337430218103

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini

disusun untuk memenuhi semester pendek mata kuliah epidemiologi dengan judul

”Dampak Gunung Meletus Bagi Kesehatan” dapat diselesaikan.

Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam membantu dalam penulisan makalah ini. Akhir kata

penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis bagi pembaca

pada umumnya.

Semarang, Nopember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................... 2

BAB II DASAR TEORI

2.1 Definisi Gunung Meletus ...................................................... 3

2.2 Dampak Gunung Meletus bagi Kesehatan ............................. 4

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan .............................................................................. 10

3.2 Saran ..................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dilihat dari letak Geografis dan karakteristik wilayahnya, Indonesia

memiliki banyak keuntungan. Terutama di bidang ekonomi dengan

pengoptimalan pemanfaatan sumber dayaalam yang ada. Namun di sisi lain

Indonesia yang memiliki ribuan pulau ternyata memiliki banyak

kerugian, salah satu yang dapat dirasakan dampak karakteristik geografis

tanah air kita adalah Indonesia menjadi rawan akan bencana alam. Puluhan

gunung berapi di Indonesiayang tersebar di pulau jawa dan sumatera,

lempengan Asia dan Australia yang berada diselatan pulau jawa, lempengan

yang ada di barat pulau Sumatera dan rendahnya daratan utara pulau jawa

merupakan sederet karakteristik yang berpotensi menimbulkan bencana.

Bencana gunung meletus merupakan bencana alam yang

mempunyai potensi besar terjadi di Indonesia. Indonesia memiliki puluhan

gunung berapi yang tersebar di pulau Jawa dan Sumatera. Terjadinya bencana

alam di negeri kita tidak dapat dicegah, namun masyarakat bias

meminimalisir kerugian akibat bencana, baik kerugian materi maupun jiwa.

S ist em peri ngat an dini dal am m en ghadapi bencan a sangat l ah p

en ti n g, m en gingat secara geologis dan klimatologis wilayah

Indonesia termasuk daerah rawan bencana alam. Tujuan akhir dari


peringatan dini ini adalah masyarakat dapat tinggal dan beraktivitas dengan

aman pada suatu daerah serta tertatanya suatu kawasan

Gunung api yang meletus antara lain menimbulkan awan panas yang

merupakan campuran material letusan, seperti gas dan bebatuan berbagai

ukuran. Suhu sangat tinggi, 300-700 derajat celsius, dan kecepatan lumpur

sangat tinggi, lebih dari 70 km per jam, tergantung kemiringan lereng.

Letusan juga disertai hujan abu lebat berisi material batu dan pasir halus. Gas

racun keluar dari rongga-rongga atau rekahan gunung (tidak hanya saat

erupsi), biasanya karbon dioksida (CO), hidrogen sulfida (HS), hidrogen

klorida (HCL), sulfur dioksida (SO), dan karbon monoksida (CO). Beberapa

gunung yang mempunyai karakteristik letusan gas beracun

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan gunung meletus?

2. Apa dampak gunung meletus bagi kesehatan ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gunung meletus

2. Untuk mengetahi dampak gunung meletus bagi kesehatan

2
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Definisi Gunung Meletus

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang

dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam

wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di

bawah permukaan bumisampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil

akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.

Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi

yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang

busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik

merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik.

Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa

hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif,

istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun

gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah

menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya

dari suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan

istirahat atau telah mati.

Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam

kamar magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau

3
lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan

melalui berbagai cara seperti berikut:

1. Aliran lava.

2. Letusan gunung berapi.

3. Aliran lumpur.

4. Abu.

5. Kebakaran hutan.

6. Gas beracun.

7. Gelombang tsunami.

8. Gempa bumi.

2.2. Dampak Gunung Meletus Bagi Kesehatan

Gunung api yang meletus antara lain menimbulkan awan panas yang

merupakan campuran material letusan, seperti gas dan bebatuan berbagai

ukuran. Suhu sangat tinggi, 300-700 derajat celsius, dan kecepatan lumpur

sangat tinggi, lebih dari 70 km per jam, tergantung kemiringan lereng.

Letusan juga disertai hujan abu lebat berisi material batu dan pasir halus. Gas

racun keluar dari rongga-rongga atau rekahan gunung (tidak hanya saat

erupsi), biasanya karbon dioksida (CO), hidrogen sulfida (HS), hidrogen

klorida (HCL), sulfur dioksida (SO), dan karbon monoksida (CO). Beberapa

gunung yang mempunyai karakteristik letusan gas beracun.

4
Dampak kesehatan yang ditimbulkan karena letusan gunung meletus :

1. Luka Bakar

Letusan gunung bisa menimbulkan luka bakar dari awan panas

dan uap panas gunung api. Pengajar epidemiologi di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko W,

mengatakan, luka bakar yang timbul akibat letusan gunung api

berbeda dengan luka bakar karena api biasa atau siraman air panas.

Suhu api sekitar 120 derajat celsius dan air panas setidaknya 100

derajat celsius sehingga luka yang terjadi umumnya sebatas pada

kulit. ”Pada luka bakar akibat uap panas gunung api, lukanya lebih

dalam, dapat mencapai otot karena suhu mencapai 400-600 derajat

celsius,” ujarnya. Selain itu, uap panas yang terhirup mengakibatkan

kerusakan organ, misalnya saluran pernapasan, tergantung lama dan

jarak paparan. ”Mukosa (lapisan dalam) saluran pernapasan rusak

sehingga cairan terganggu. Jika panas mencapai bronkus, dapat

memengaruhi elastisitas bronkus dan mengganggu pernapasan.

Dampak akan lebih berat kalau mencapai trakea,” ujarnya.

Sejauh mana luka bakar akibat letusan gunung api tersebut dapat

disembuhkan, tergantung keparahan. Luka bakar luas, yakni 80-90

persen tubuh, menyebabkan kurangnya cairan tubuh sehingga

mengganggu keseimbangan elektrolit, gangguan pada jantung, dan

penurunan fungsi tubuh bahkan mengakibatkan kematian.

5
2. Infeksi saluran pernapasan

Lontaran debu, pasir, dan gas dari letusan gunung api juga

mengganggu saluran pernapasan. ”Pernapasan yang sehat mampu

menyaring materi debu. Namun, terlalu lama terpapar menimbulkan

dampak kronis ke saluran pernapasan dan penyakit seperti pneumonia.

Gangguan lain dapat timbul lantaran gas berbahaya. Hidrogen

sulfida, misalnya, menyebabkan mual, muntah, dan pusing. Di

samping itu, terlalu banyak mengisap karbon dioksida menyebabkan

seseorang kekurangan oksigen dan berujung kematian. Demikian juga

gas karbon monoksida yang bisa menyebabkan keracunan pada sistem

saraf dan jantung.

Tebaran debu vulkanik juga bisa menyebabkan iritasi dan

infeksi pada saluran pernapasan dan mata. Karena itu, penggunaan

masker membantu pencegahan masuknya bahan polutan ke paru dan

saluran napas. Gangguan yang mungkin terjadi karena gas dan abu

vulkanik, antara lain, infeksi saluran pernapasan akut,

hipersensitivitas, dan perburukan untuk yang sudah terkena gangguan

paru sebelumnya.

3. Bencana tsunami

Bencana tsunami juga membawa banyak risiko pada kesehatan.

Risiko paling banyak, antara lain, saat terjadi tsunami banyak orang

tenggelam. Air yang sempat memenuhi paru-paru mengakibatkan

komplikasi serius.

6
Air yang masuk ke paru menimbulkan pembengkakan yang

mengganggu fungsi paru, mengakibatkan infeksi, dan pneumonia

(radang paru). Rawan terjadi pula sepsis atau infeksi umum akibat

beredarnya kuman penyakit dalam darah yang biasanya disebabkan

oleh bakteri.

Adapun air laut yang masuk ke dalam tubuh rawan

menimbulkan masalah keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Pada

penderita tenggelam air laut biasanya terjadi kenaikan natrium dan

klorida serum sehingga perlu adanya koreksi guna menyeimbangkan

elektrolit tubuh.

Masalah lain ialah mayat terendam air yang belum dikuburkan

atau tersimpan berhari-hari lamanya di rumah sakit. Racun mayat

biasanya mulai tercium setelah delapan jam kematian. Umumnya, gas

yang keluar hidrogen sulfida atau amonia, hasil aktivitas bakteri.

Selain gas, dihasilkan pula cairan asam dan cairan lain yang

mengandung protein beracun. Cairan dapat masuk ke tubuh bersama

dengan bakteri berbahaya lainnya. Pembusukan juga mengundang

serangga penyebar penyakit, seperti lalat. ”Semua bangkai pada

dasarnya merupakan penyebar penyakit, akibatnya bermunculan kasus

tifus atau kolera.

7
4. Patah tulang dan tetanus

Gempa yang diikuti tsunami mengakibatkan kerusakan

bangunan sehingga kerap terjadi patah tulang dan luka-luka pada

warga yang tertimpa runtuhan.

Puing-puing, termasuk bagian tajam besi atau paku yang

berkarat, jika melukai tubuh rawan pula menimbulkan tetanus dan

infeksi. Pada situasi demikian, pertolongan pertama menjadi sangat

penting. Jika tetanus dibiarkan dapat menelan korban jiwa.

Tak hanya berbagai ancaman di atas. Situasi serba darurat,

perburukan lingkungan, minimnya air bersih, dan kerusakan sejumlah

fasilitas kesehatan, jika tidak diantisipasi dengan baik, akan

menurunkan kualitas kesehatan warga. Bencana kerap diikuti dengan

adanya kantong-kantong pengungsian. Masalah pada pengungsian

terkait kepadatan orang berkumpul dan daya tahan tubuh rendah.

Kondisi tubuh pengungsi biasanya melemah akibat kelelahan dan

stres.

Ketiadaan sarana pembuangan limbah (air bekas cuci piring dan

sayur), pembuangan kotoran manusia, penyediaan air bersih, dan

pembuangan sampah memunculkan tempat perkembangbiakan kuman

dan vektor penyakit.

Bahan polutan dari gunung berapi dapat pula mengontaminasi

sumur minum atau sumber makanan penduduk. Pencemaran dan tidak

baiknya kondisi pengungsian meningkatkan risiko penyebaran

8
penyakit menular, seperti diare, kulit, infeksi saluran napas akut, serta

demam berdarah dengue dan malaria

Dengan menjalani perilaku hidup bersih dan sehat di

pengungsian serta sigapnya penanganan dari pemerintah, setidaknya

sebagian penyakit dapat dicegah

9
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,

baik oleh faktor alam dan faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda dan dampak psikologis

Gunung berapi meletus akibat magma di dalam perut bumi yang

didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi atau karena gerakan lempeng

bumi, tumpukan tekanan dan panas cairan magma. Letusannya membawa abu

dan batu yang menyembur dengan keras, sedangkan lavanya bisa membanjiri

daerah sekitarnya

Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan

gunung api antara lain Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2),

Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen (N2) yang

membahayakan bagi manusia

3.2. Saran

Proses peringatan dini terhadap daerah rawan bencana gunung

meletus dilakukansejak gunung berapi dalam kondisi normal, yaitu

dilakukannya pengamatan rutin, survey dan penyidikkan , tahap

pelaksanaan peringatan dini dilakukan ketika gunung berapi berstatus

10
waspada dan siaga dan terakhir tahap pelaksanaan tindak lanjut dilakukan

ketika gunung berstatus “awas”

11
DAFTAR PUSTAKA

M.N.Bustan. Epidemiologi Kesehatan Darurat

Nunnerley, J, MhealSci, Dunn, J, et al, 2015. Participation And Quality Of

Life Outcomes Among Individuals With Earthquake-Related Physical

Disability: A Systematic Review. http://ingentaconnect.com diakses 12

Desember 2015.

Pristanto, A.I, 2010. Upaya Peningkatan Pemahaman Masyarakat Tentang

Mitigasi Bencana Gempa Bumi Di Desa Tirtomartani Kecmatan Kalasan

Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Skripsi.http://eprints.uny.ac.id. Diakses 11 Desember 2015.

Supriyono, P,2014. Seri Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana Gunung

Meletus.Yogyakarta: ANDI OFFSET

Anda mungkin juga menyukai