Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN TUMBUHAN LUMUT

(Bryophyta) DILIHAT DARI SIKLUS HIDUPNYA

Oleh:
Thalia Anggrea Noor
(1903010144)

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN SAINS


UNIVERSITAS HINDU INDONESIA DENPASAR
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan anugrah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul,
“Perkembangan Dan Pertumbuhan Tumbuhan Lumut (Bryophyta) Dilihat Dari Siklus
Hidupnya” dapat terselesaikan dengan baik.
Tidak lupa pula saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulisan paper ini hingga dapat tersusun dengan baik. Paper ini dissun
berdasarkan pengetahuan yang didapatkan penulis dari beberapa refrensi seperti buku
dan media elektronik. Paper ini diharapkan daoat menjadi refrensi bagi orang lain baik
sebagai bahan bacaan maupun tugas dalam memahami perkembangan dan
pertumbuhan tumbuhan lumut dilihat dari siklus hidupnya.
Seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak, begitu pun dengan paper ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, sehingga penulis dapat memperbaiki paper ini di masa mendatang.

Denpasar, 24 September 2019


Penulis

ii
DAFTAR ISI

Judul ........................................................................................................................ i
Kata Pengantar ....................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................ iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan ..............................................................................................2
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Tumbuhan Lumut ...............................................................................................3
2.2 Klasifikasi Tumbuhan Lumut ...........................................................................4
2.3 Siklus Hidup Tumbuhan Lumut ........................................................................8
Bab III Pembahasan
3.1 Siklus Hidup Tumbuhan Lumut ......................................................................10
3.2 Fungsi Tumbuhan Lumut Bagi Lingkungan Sekitar .......................................12
BAB IV Kesimpulan .............................................................................................13
Daftar Pustaka ........................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman hayati adalah seluruh bentuk kehidupan di bumi ini.


Keanekaragaman hayati terdiri atas berbagai tingkatan mulai dari tingkatan ekosistem,
jenis, hingga genetik. Indonesia merupakan salah satu negara maritim yang unik dan
strategis yang terletak di seputar khatulistiwa dan terletak diantara dua benua (Asia dan
Australia) dan dua samudra (Pasifik dan Hindia) (Darajati dkk, 2016).

Kondisi geografis tersebut menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara


megabiodiversitas walaupun luasnya hanya 1,3% dari luas bumi. Keanekaragaman
Indoesia juga terbagi atas flora dan fauna. Flora diartikan sebagai semua jenis tumbuhn
di suatu daerah tertentu. Flora di Indonesia merupakan bagian dari flora Malesiana,
diperkirakan 25% dari spesies tumbuhan di Indonesia (Kusmana dan Agus, 2015).

Salah satu jenis keanekaragaman flora di Indonesia adalah Bryophyta (Lumut).


Bryophyta atau tumbuhan lumut merupakan kelompok terbesar kedua setelah
tumbuhan tinggi. Keanekaragaman dan kelimpahan tumbuhan lumut berbeda-beda
tergantung kondisi lingkungan seperti ketinggian tempat. Ketinggian tempat
memberikan variasi iklim mikro, khususnya kelembaban udara. (Nuroh bawaihaty,
2014)

Tumbuhan lumut memiliki berbagai fungsi yang menjadi komponen penting bagi
kehidupan, ini dikarenakan tumbuhan lumut berperan signifikan dalam keseimbangan
air dan siklus hara yang berfungsi sebagai substrat, sumber makanan, dan sumber
makanan bagi organisme lainnya. Oleh karena itu, tumbuhan lumut merupakan
tumbuhan pelopor sebelum tumbuhan lain tumbuh. Tumbuhan lumut tidak dapat hidup
sendiri, dan hidup dengan membentuk koloni.

Tumbuhan lumut memiliki kelamin multiseluler dimana tumbuhan lumut dewasa


sudah mampu menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. Penulisan ini dilakukan
untuk mengetahui siklus hidup dari tumbuhan lumut atau Bryophyta serta klasifikasi
dan manfaatnya bagi lingkungan sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan tumbuhan lumut dilihat dari siklus hidupnya?
2. Apa saja fungsi tumbuhan lumut bagi lingkungan sekitar?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan tumbuhan lumut dilihat dari siklus
hidupnya.
2. Untuk mengetahui fungsi dari tumbuhan lumut bagi lingkungan sekitar.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang didapatkan dari penulisan ini sebagai berikut:
1. Dapat menambah wawasan pembaca terhadap tumbuhan lumut atau
bryophyta.
2. Dapat mengetahui perkembangan hidup dari tumbuhan lumut dilihat dari
siklus hidupnya.
3. Dapat mengetahui fungsi dan manfaat dari tumbuhan lumut terhadap
lingkungan dan tumbuhan sekitarnya.
4. Sebagai refrensi tambahan mengenai perkembangan dan pertumbuhan
tumbuhan lumut atau bryophyta.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Lumut


Asal kata Bryophyta berasal dari bahasa yunani yaitu bryon, yang berarti
“lumut”. Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan
lingkungan darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya yaitu menggunakan spora
dan telah mendiami bumi semenjak kurang lebih 350 juta tahun yang lalu. Dalam skala
evolusi lumut berada diantara ganggang hijau (Thallophyta) dan tumbuhan
berpembuluh, tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji (Cormophyta). Perbedaan
mendasar antara ganggang dengan lumut dan tumbuhan berpembuluh yaitu mampu
beradaptasi dengan lingkungan darat yang kering, terdiri dari banyak sel (multiseluler)
dan zigotnya berkembang menjadi embrio dan tetap tinggal di dalam gametangium
betina (Satiyem, 2010).
Lumut ini biasanya terdapat pada pohon, batu, kayu gelondongan, dan ditanah
pada setiap bagian dunia dan hampir semua habitat kecuali di laut. Tumbuhan ini hidup
subur pada lingkungan yang lembab dan banyak sekali dijumpai, khususnya di hutan-
hutan tropik dan ditanah hutan daerah iklim sedang yang lembab (Satiyem, 2010).
Lumut terdiri dari kurang lebih 840 genus dan 23000 spesies, terdiri dar tanaman
kecil yang jarang mencapai 8 inchi (20,32cm) pada tinggi atau panjangnya. Divisi ini
tidak mempunyai xylem dan floem, serta tidak mempunyai akar sesungguhnya, batang
maupun daun. Beberapa spesies mempunyai struktur penahan dan rambut serap yang
disebur rhizoid yang berfungsi menyerap air dan garam mineral. Banyak spesies yang
memiliki struktur berbentuk kecil, ramping, seperti batang, tegak, berwarna hijau,
bersisik daun, namun struktur ini tidak disebut batang dan daun karena tidak
mempunyai pembuluh angkut. Tidak adanya jaringan pembuluh ini dipercaya
mempengaruhi ukuran lumut sehingga berukuran kecil (Fuller dan Carothers, 1994).
Tumbuhan lumut termasuk tumbuhan yang relatif kecil dan hamper semua jenis
tumbuhan lumut merupakan tumbuhan darat (terrestrial), walaupun kebanyakan dari
tumbuhan ini masih menyukai tempat-tempat yang basah. Tumbuhan lumut berwarna

3
hijau karena memiliki sel-sel plastid yang menghasilkan klorofil a dan b. lumut bersifat
autrotrof sehingga lumut dapat membuat makann sendiri dari proses fotosintesis
(Najmi, 2009)

2.2 Klasifikasi Tumbuhan Lumut


Tumbuhan lumut (bryophyte) memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat
dengan ganggang hiijau, tumbuhan ini merupakan bagian dasar dari pohon filogenik
untuk tumbuhan yang ada di wilayah daratan, dengan struktur tubuh menggunakan fase
gametofit dan sporofit yang berumur pendek. (Marheny 2018)
Tumbuhan lumut termasuk dalam jenis tumbuhan yang tidak berpembuluh (non
vaskuler) dan tidak mengahsilkan biji. Untuk melakukan transportasi air dan mineral
yang dibutuhkan maka bryophyta memiliki jaringan sederhana yang khusus untuk
trasportasi internal air, nutrisi, dan makanan yang dibutuhkannya. Karena tidak
memiliki jaringan pembuluh, maka bryophyta juga tidak memiliki akar, batang, dan
daun sejati dengan bentuk tubuh yang relatif kecil meskipun pada beberapa spesies
lumut yang hidup di perairan dapat mencapai ukuran yang besar seperti spesies
Fontinalis (Lukitasari, 2018).
Bryophyta merupakan tanaman hijau yang termasuk dalam klasifikasi tanaman
rendah dan memiiki tiga divisi penting, yaitu Bryopsida atau Musci, liverworts
(Hepaticopsida atau Hepaticae), dan hornworts (Anthocerotopsida atau Anthocerotae).
Ketiga divisi ini memiliki ciri yang sangat menyolok sehingga dnegan dapat dibedakan
dengan tumbuhan vaskuler atau tumbuhan berpembuluh pada umumnya (Lukitasari,
2018).

4
Secara umum klasifikasi bryophyta dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2.1 Klasifikasi Bryophyta yang memiliki tiga kelas utama yaitu lumut
hati (hepaticeae), lumut tanduk (anthocerotaceae), dan lumut daun (musci).

Berdasarkan klasifikasinya, lumut tanduk sporofit yang berbentuk tanduk dengan


organ seksual yang tertanam dalam bentuk tubuh yang disebut talus. Dalam
perkembangbiakannya, lumut tanduk mengeluarkan spora terus menerus dari
sporangium untuk kemudian berkembang menjadi lumut tanduk yang baru (Lukitasari,
2018).
Klasifikasi Tumbuhan Lumut Tanduk:
Regnum = Plantae
Divisio = Anthocerotophyta
Kelas = Anthocerotopsida
Ordo = Antheceroptoceales
Family = Antheceroptoceae
Genus = Antheceroptopsida
Spesies = Antheceroptopsida.sp

5
Tumbuhan lumut kelas anthocerotae memiliki ciri-cri sebagai berikut (Hasan dan
Ariyanti, 2004):
a. Talus gametofit tidak dapat dibedakan antara sturktur “batang” dan
“daun”, sedangkan “akar” masih berupa rhizoid
b. Talus gamettofit berbentuk pipih dorsiventral
c. Pada permukaan dorsal talus gametofit dibentuk gametangium, yaitu
antheridium dan arkhegonium
d. Talus sporofitnya berbentuk seperti tanduk atau jarum yang ramping
(kecil), dan pertumbuhannya terjadi karena pembelahan sel-sel dasar
pada daerah kaki
Habitat hidup tumbuhan lumut kelas Anthocerotae umumnya pada tanah mineral
yang lembab dibukit ataupun di lereng gunung. Tanah gambut yang bersifat asam dan
miskin unsur hara tidak cocok bagi kehidupan lumut anggota kelas Anthocerotae
(Akhmadi, 2010).
Pada lumut hati (hepaticeae) identifikasi dilakukan melalui penentuan bentuk
gametofit, anatomi internal dan isi sel pada talus, serta posisi organ seksual dan struktur
pelindungnya. Lumut hati memiliki perbedaan bangsa yaitu lumut hati bertalus
(marchantiales) dan lumut hati berdaun (jungermaniales) didominasi dengan bentuk
tumbuhan dominan talus yang menempel pada permukaan tanah (Lukitasari, 2018).
Klasifikasi tumbuhan Lumut Hati
Regnum = Plantae
Divisio = Hepaticophyta
Kelas = Hepaticosida
Ordo = Hepaticoceales
Family = Hepaticoceae
Genus = Hepaticopsida
Spesies = Hepaticopsida sp

6
Bentuk lumut hati berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan (Hasan
dan Ariyanti, 2004). Habitat hidup tumbuhan lumut kelas Hepaticae umumnya pada
tanah mineral yang lembab dibukit ataupun di lereng gunung, terutama pada dasar
hutan yang lebat. Pada tanah gembut yang bersifat asam dan miskin unsur hara
umumnya tidak cocok bagi kehidupan lumut anggota kelas Hepaticae. Meskipun
demikian beberapa jenis yang talus gametofitnya seperti “daun” dapat ditemukan
tumbuh di hutan rawa gambut, misalnya Plagiochila sp (Tjitrosoepom, 1989).
Tumbuhan lumut kelas hepaticae mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Anonim,
2015):
a. Talus gametofit tidak dapat dibedakan antara struktur batang dan daun,
sedangkan akar berupa rizoid.
b. Talus gametofit berbentuk pipih dorsiventral.
c. Pada permukaan dorsal gametofit dibentuk anteridium dan arkegonium
yang berbentuk seperti payung.
d. Talus sporofitnya berukuran sangat kecil, sehingga hamper tidak terlihat.

Pada lumut daun, fitur gametofitik dari struktur daun (terutama rincian sel dan
bentuk daun), detail dari margin daun, ornamen sel, penampang melintang dari
pelepah, dan posisi organ seksual yang terhubung dengan puncak batang sangat
membantu klasifikasi. Fitur sporofit berperan dalam mengidentifikasi terutama terkait
sporangium, khususnya orientasi, bentuk, struktur pelindung sporangial (khususnya
stomata dan bentuk sel dari sel terluar) (Lukitasari, 2018).
Tumbuhan lumut daun dikelompokan kedalam tiga ordo yaitu ordo Andreaeales,
Sphagnales, dan Brayale (Hasanudin dan Mulyadi, 2004). Habitat lumut daun sangat
bervariasi, ada yang hidup di air parit, kolam, sumur, tanah, sawah, tebing, pinggiran
sungai, bahkan ada yang hidup pada batuan cadas (Q.A. International, 2016).
Klasifikasi tumbuhan Lumut Daun
Regnum = Plantae
Divisio = Bryophyta
Kelas = Bryopsida

7
Ordo = Bryopceales
Family = Bryopceae
Genus = Bryopsida
Spesies = Bryopsida sp

Tumbuhan lumut daun memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Q.A. International,


2016). :
a. Talus gametofit tidak dapat dibedakan antara batang dan daun
b. Talus gametofit berbentuk simetri radial
c. Anteridium dan arkegonium dibentuk pada ujung gametofit diantara daun
dan selanjutnya tumbuh sporangium
d. Talus sporofitnya merupakan sporangium yang menumpang pada ujung
batang dari talus gametofit
Lumut daun umumnya berukuran 2 cm walaupun ada yang lebih besar dan
umumnya hidup di air. Lumut digolongkan menjadi talophyta (tumbuhan bertalus)
karena tidak memiliki daun, batang, dan akar sejati (disebut daun semu, dan akar
semu). Lumut juga tidak memiliki xilem dan floem yang digunakan untuk mengangkut
air dan hasil fotosintesis. Lumut juga dapat menyerap air dari seluruh bagian tubuhnya,
tidak hanya dari akar semunya yang disebut rhizoid. Air akan diangkut dari sel ke sel
secara difusi dan berjalan lambat, oleh karena itu lumut membutuhkan tempat lembab
untuk dapat hidup dengan baik, lumut daun tidak memiliki bunga (Cut Raihan, 2018).

2.3 Siklus Hidup Tumbuhan Lumut


Tumbuhan lumut tidak mempunyai xylem dan floem, serta tidak mempunyai
akar sesungguhnya, batang maupun daun. Beberapa spesies mempunyai struktur
penahan dan rambut serap yang disebur rhizoid yang berfungsi menyerap air dan garam
mineral. Banyak spesies yang memiliki struktur berbentuk kecil, ramping, seperti
batang, tegak, berwarna hijau, bersisik daun, namun struktur ini tidak disebut batang
dan daun karena tidak mempunyai pembuluh angkut. Tidak adanya jaringan pembuluh

8
ini dipercaya mempengaruhi ukuran lumut sehingga berukuran kecil (Fuller dan
Carothers, 1994).
Lumut terdiri dari beberapa bagian yaitu batang, daun, rhizoid, sporofit, dan
gametofit. Pada siklus hidup tumbuhan lumut, sporofit menghasilkan spora yang akan
berkecambah menjadi protonema. Selanjutnya dari protonema akan muncul gametofit.
Pada siklus hidupnya dan tahapan sporofit dengan organ pengahsil spora (sporangium)
yang biasanya akan menjadi parasit pada bagian gametofitnya. Spora yang ada di dalam
sporangium akan dikeluarkan ke udara setelah matang (Lukitasari, 2018).
Gametofit pada bryophyte merupakan tanaman fotosintetik yang biasanya
melekat pada substratnya dengan perantara rhizoid, yaitu struktur halus memanjang
berupa gabungan sederet sel yang sejenis dengan fungsi menyerupai akar. Pada lumut
hati, gametofit umumnya berdaun sedangkan sebagian lumut tanduk memiliki bentuk
dengan adanya talus. Gametofit pada bryophyte biasanya berukuran kecil bervariasi
mulai kurang dari 1 milimeter hingga 20 sentimeter, dan beberapa jenis lumut akuatik
(Fontinalis) memiliki gametofit yang dapat mecapai panjang hamper 1 meter
(Lukitasari, 2018).

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Siklus Hidup Tumbuhan Lumut


Tumbuhan lumut terdiri dari beberapa struktur yaitu batang, daun, rhizoid, sporofit
dan gametofit. Setiap bagian memiliki susunan yang berbeda. Berikut susunan dari
masing-masing bagian pada tumbuahan lumut (Cut Raihan, 2018):
a. Batang
1) Selapis sel kulit, beberapa sel di antaranya membentuk rizhoid epidermis
2) Lapisan kulit dalam (korteks), silinder pusat yang terdiri atas sel-sel
3) Parenkim yang memanjang untuk mengangkut air dan garam
4) Parenkim yang memanjang untuk mengangkut air dan garam
5) Silinder pusat yang terdiri dari sel-sel parenkim yang memanjang dan
berfungsi sebagai jaringan penangkut
b. Daun
Daun tersusun atas satu lapis sel. Sel-sel daunnya kecil, sempit, panjang, dan
mengandung kroloplas yang tersusun seperti jala. Lumut hanya dapat tumbuh
memanjang tetapi tidak membesar, karena tidak ada sel berdinding sekunder yang
berfungsi sebagai jaringan penyokong. Bentuk daun ada yang ovel, lanset, dan
ujung daun bervariasi dari tumpul atau truncate dan acuminete atau aristate. Pada
basal daun, kadang-kadang decurrent atau ensheathing batang. Margin daun dapat
bervariasi, rata, bergerigi atau bergigi
c. Rhizoid
Rhizoid terdiri dari selapis sel kadang dengan sekat yang tidak sempurna,
membentuk seperti benang sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya
dan menyerap garam-garam mineral
d. Sporofit
1) Vaginula (Kaki yang dilindungi oleh sisa arkegonium)
2) Seta (Tangkai)

10
3) Apofisis (Ujung seta yang membesar yang merupakan peralihan dari tangkai
dan sporangium)
4) Sporangium (Kotak spora)
5) Kaliptra (Tudung yang berasal dari arkegonium sebelah atas).
e. Gametofit
1) Anteridium (sel kelamin jantan) yang menghasilkan sperma
2) Arkegonium (sel kelamin betina) yang menghasilkan sel telur

Lumut mengalami metagenesis atau pergiliran keturunan antara generasi


gametofit (seksual) yang memiliki kromosom haploid (n) dengan generasi sporofit
(aseksual) yang berkromosom diploid (2n). Pada siklus hidup tumbuhan lumut, sporofit
menghasilkan spora yang akan berkecambah menjadi protonema. Selanjutnya dari
protonema akan muncul gametofit. Generasi gametofit mempunyai satu set kromosom
(haploid) dan menghasilkan organ seks (gametangium) yang disebut arkegonium yang
menghasilkan sel telur dan anteridium yang menghasilkan sperma berflagella.
Gametangium biasanya dilindungi oleh daun-daun khusus yang disebut daun pelindung
(bract), Gametangium jantan (aneteridium) berbentuk bulat atau seperti gada,
sedangkan betina (arkegonium) berbentuk seperti botol dengan bagian lebar disebut
perut dan bagian yang sempit disebut leher. Gametangia jantan dan betina dapat
dihasilkan pada tanaman yang sama (monoceous) atau pada tanaman betina (dioceous)
(Cut raihan, 2018).
Fertilisasi sel telur oleh anterezoid menghasilkan zigot dengan dua set kromosom
(diploid). Zigot merupakan awal generasi sporofit. Selanjutnya pembelahan zigot
membentuk sporofit. Selanjutnya pembelahan zigot membentuk sporofit dewasa yang
terdiri dari kaki sebagai pelekat pada gametoit, seta atau tangkai dan kapsul
(sporangium) di bagian ujungnya. Kapsul merupakan tempat dihasilkannya spora
melalui meiosis. Setelah spora masak dan dibebaskan dari dalam kapsul berarti satu
siklus hidup telah lengkap (Cut raihan, 2018).

11
Gambar 3.1.1 Metagenesis Tumbuhan Lumut

3.2 Fungsi Tumbuhan Lumut Bagi Lingkungan Sekitar


Tumbuhan Lumut mempunyai peranan sebagai berikut (Cut raihan, 2018).:
a. Spagnum merupakan komponen pembentuk tanah gembut, pengganti
kapas dan sebagai bahan bakar.
b. Lumut hati (Marchantia) sebagai indikator daerah yang lembab dan
dipakai obat penyakit hati (Hepatitis).
c. Lumut bersama dengan algae membentuk lichen (lumut kerak) yang
merupakan tumbuhan pionir bagi tempat yang gersang.
d. Dihutan bantalan lumut berfungsi menyerap air hujan dan salju yang
mancair, sehingga mengurangi kemungkinan adanya banjir dan
kekeringan di musim panas.
e. Lumut gambut di rawa dapat dijadikan sebagai pupuk penyubur tanah
f. Menyerap dan melepaskan air dalam ekosistem tertentu
g. Melepaskan asam dalam ekosistem lainnya
h. Sebagai penyerap polutan dan tumbuhan perintis
i. Mampu hidup di lingkungan yang kurang disukai tumbuhan pada
umumnya

12
BAB IV
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapatkan dari penulisan ini, yaitu:


1. Dilihat dari siklus hidupnya, pada tumbuhan lumut (bryophyta) sporofit
menghasilkan spora yang akan berkecambah menjadi protonema. Selanjutnya dari
protonema akan muncul gametofit. Arkegonium merupakan gamet yang
menghasilkan sel telur dan anteridium yang menghasilkan sperma berflagella.
Fertilisasi sel telur oleh anterezoid menghasilkan zigot dengan dua set kromosom
(diploid). Zigot merupakan awal generasi sporofit. Selanjutnya pembelahan zigot
membentuk sporofit. Selanjutnya pembelahan zigot membentuk sporofit dewasa
yang terdiri dari kaki sebagai pelekat pada gametoit, seta atau tangkai dan kapsul
(sporangium) di bagian ujungnya. Kapsul merupakan tempat dihasilkannya spora
melalui meiosis. Setelah spora masak dan dibebaskan dari dalam kapsul berarti
satu siklus hidup telah lengkap.
2. Tumbuhan lumut memiliki berbagai fungsi yang berguna bagi lingkungan sekitar.
Beberapa fungsi dari lumut yaitu sebagai pembentuk tanah gembut, pengganti
kapas dan sebagai bahan bakar; pionir kehidupan; obat penyakit hati; penyerap dan
pelepasan air pada daerah tertentu; mengurangi kemungkinan adanya banjir dan
kekeringan di musim panas; Sebagai penyerap polutan dan tumbuhan perintis; dan
Melepaskan asam dalam ekosistem lainnya; dan Mampu hidup di lingkungan yang
kurang disukai tumbuhan pada umumnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi. 2010. Bahan Ajar Botani Tumbuhan Rendah. Palangkaraya: Univeristas


Palangkaraya Raya
Anonim. 2015. Tumbuhan Lumut (Bryophyta). [Online] tersedia di:
http://www.artikelsiana.com/2015/02/tumbuhan-lumut-bryophyta-ciri-ciri-
klasifikasireproduksi.html. Diakses pada 22 September 2019.9.23
Darajati, Wahyuningsih dkk. 2016. Indonesian Biodiversity Strategy and action plan
(IBSAP) 2015-2020. Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/BAPPENAS
Fuller dan carother. 1994. The Plant World. USE: By Holt
Hasan, M dan Ariyanti. 2004. Mengenal (Bryophyta) di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango. Cibodas: Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Hasanudin dan Mulyadi. 2004. Botani Tumbuhan Rendah. Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press.
Kusmana, Cecep dan Agus Hikmat. 2015. Keanekaragaman Hayati Flora di
Indonesia. Bogor: Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol.
5 No.2
Lukitasari, Marheny. 2018. Mengenal Tumbuhan Lumut (Bryophyta) Deskripsi,
Klasifikasi, Potensi, dan Cara Mempelajarinya. Jawa Timur: CV.AE Media
Grafika
Najmi, Indah. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah (Scyzophyta, Thallophyta,
Bryophyta, Pteridophyta). Jawa Barat: Fakultas MIPA IKIP PGRI.
Nuroh Bawaihaty. 2014. Keanekaragaman Jenis Lumut di Taman Hutan Raya Sesaot
Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jurnal Silvikultural
Tropika, Vol 5 No. 1
Q.A. International. 2016. Visual Ilmu dan Pengetahuan Populer (untuk Pelajar dan
Umum). Jakarta: PT Buana Ilmu Populer
Raihan, Cut. 2018. Keanekaragaman Tumbuhan Lumut (Bryophyta) di Air Terjun
Peucari Bueng Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar Sebagai Refrensi Praktikum

14
Matakuliah Botani Tumbuhan Rendah. [online] tersedia di: https://repository.ar-
raniry.ac.id/5126/14/Cut%20Raihan.pdf. Diakses Pada 20 September 2019
Satiyem. 2010. Keankeragaman Tumbuhan Lumut (Bryophyta) Pada Berbagai
Ketinggian Hunungannya Dengan Kondisi Lingkungan Di Wilayah Lereng
Selatan Gunung Merapi Pasca Erupsi, Jurnal Eksperimen Vol. 12 No. 3
Tjitrosoepom, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM

15

Anda mungkin juga menyukai