Anda di halaman 1dari 18

KAPITA SELEKTA

PERAN PEMERINTAH DALAM MENJAMIN KUALITAS


OBAT JKN DI MASYARAKAT

Disusun Oleh

Isnaeni Rahmawati (2018001172)


Jatmiko Andrawino (2018001174)
Jesi Mawarni (2018001175)
Lilik Fitria (2018001176)
Muthia Utami Nurfaizah (2018001182)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah Kapita Selekta II yang berjudul
“PERAN PEMERINTAH DALAM MENJAMIN OBAT JKN DI MASYARAKAT”. Rasa
hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Sarah Zaidan, S.Si., M.Farm., Apt. selaku
dosen pembimbing Kapita Selekta II yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan
perhatiannya dalam memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan saran dalam penyusunan
makalah ini.
Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, disadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik
dan saran guna menyempurnakan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI................................................................................ Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ................................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN .................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang .................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ............................................. Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan ................................................................ Error! Bookmark not defined.
D. Manfaat .............................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB II MATERI POKOK .................................................. Error! Bookmark not defined.
A. BPOM ................................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Rencana Strategis BPOM ................................. Error! Bookmark not defined.
C. JKN ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 12
A. Peranan Pemerintah Dalam Menjamin Kualitas Obat JKN ....................... 12
B. Peranan Pemerintah Dalam Mengatasi Kelemahan FORNAS Dan
e - Catalogue ...................................................................................................... 13
C. Pemerintah Dalam Menurunkan Harga Dan Meningkatkan Kualitas
Obat JKN……………………………………………………………………… 14
BAB IV SIMPULAN............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 17

iii
ABSTRAK

Upaya pemerintah dalam rangka mewujudkan hak masyarakat untuk menerima jaminan
sosial kesehatan, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Melalui Undang-Undang tersebut, Pemerintah
menetapkan Program Jaminan Kesehatan sebagai bagian dari salah satu program membangun
Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. Mengacu pada UU 36/2009 dan UU 40/2004 untuk
memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat. Pemerintah harus menyediakan fasilitas
kesehatan, tenaga kesehatan, alat kesehatan serta obat yang dibutuhkan masyarakat. Ketersediaan
dan keterjangkauan obat menjadi salah satu faktor penting yang harus menjadi perhatian
pemerintah. BPOM juga turut mengambil andil dalam hal pengawasan kualitas obat dan
ketersediaannya di masyarakat untuk mendukung terlaksananya JKN dengan baik.
Inti materi pada makalah ini terdapat penjelasan tentang peran pemerintah dalam
menjamin kualitas obat JKN dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat melalui e –
catalogue dan ketersediaan obat – obat JKN tersebut.

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini, kesehatan merupakan faktor penting yang harus
diperhatikan upaya peningkatan taraf hidup masyarakatnya sehingga pemerintah berupaya
melibatkan semua kalangan baik dari pihak pemerintah sendiri, pihak swasta maupun
masyarakat. BPOM merupakan salah satu lembaga pemerintah non kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan, juga turut
serta dalam upaya ini. Pada praktiknya diperlukan hukum untuk mewujudkan hak masyarakat
dalam menerima jaminan sosial kesehatan. Berdasarkan Undang-undang No. 40 tahun 2004
menyebutkan bahwa program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) memberikan jaminan
bentuk kesehatan perorang secara komprehensif, meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif termasuk obat dan alat kesehatan.(1) Salah satu subsistem JKN adalah sediaan
farmasi, alat kesehatan dan makanan, yang diselenggarakan oleh BPOM guna menjamin
keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu dari subsistem tersebut. (2)

Implementasi JKN menyebabkan terjadinya peningkatan demand obat baik jumlah


maupun jenisnya. Hal ini mendorong industri farmasi dalam melakukan peningkatan
pengembangan fasilitas dan kapasitas produksi serta resertifikasi yang harus dilakukan.
Kondisi tersebut membuat target pengawasan BPOM menjadi semakin besar. (2) Regulasi
pengaturan obat dalam JKN yang menerapkan Formularium Nasional (FORNAS) guna
pengendalian mutu dan e-catalog untuk mengendalikan biaya, masih terdapat hambatan-
hambatan yang memerlukan adanya upaya penanganan dari pemerintah. (3)

Optimalisasi pengendalian harga obat JKN guna menjamin ketersediaannya dengan


kondisi sebagian besar bahan baku obat yang masih mengimpor dan harga bahan obat yang
terus meningkat, menjadikan tantangan yang perlu dijawab oleh pemerintah. (1) Oleh karna
itu, makalah ini akan membahas peranan pemerintah dalam penjaminan kualitas obat yang di
peroleh masyarakat.

v
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peranan BPOM dalam menjamin kualitas JKN dimasyarakat ?


2. Bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi kelemahan FORNAS dan e-catalog ?
3. Bagaimana upaya pemerintah dalam rangka menurunkan harga dan meningkatkan
kualitas obat JKN ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui peranan BPOM dalam menjamin kualitas JKN.


2. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam mengatasi kelemahan FORNAS dan e-
catalog.
3. Untuk mengetahui bagaimana upaya pemerintah dalam rangka menurunkan harga dan
meningkatkan kualitas obat JKN.

D. Manfaat

Dapat mengetahui dan memahami peranan pemerintah dalam menjamin kualitas obat
JKN dimasyarakat.

BAB II

vi
MATERI POKOK

A. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 145 Tahun 2015. Pada
tahun 2017, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan
Pengawas Obat dan Makanan. Tugas dan fungsi Badan POM berdasarkan Perpres Nomor 80
Tahun 2017 menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan
Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan
tugas tersebut, BPOM menyelenggarakan fungsi:
 Penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
 Pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
 Penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang Pengawasan
Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar;
 Pelaksanaan Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar;
 Koordinasi pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan instansi pemerintah
pusat dan daerah;
 Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
 Pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan perundang-undangan di
bidang pengawasan Obat dan Makanan;
 Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM;
 Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab BPOM;
 Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM; dan
 Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan BPOM.
B. Rencana Strategis BPOM

vii
Rencana pembangunan di bidang pengawasan Obat dan Makanan disusun dengan
mempertimbangkan kapasitas Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sesuai dengan
tugas, fungsi dan kewenangan sebagaimana mandat peraturan perundang-undangan dan
ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Badan POM 2015-2019. Renstra BPOM 2015-
2019 disusun mengacu pada Nawacita dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Renstra Badan POM 2015-2019 merupakan dokumen
indikatif yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, strategi, arah kebijakan serta
program dan kegiatan BPOM.
1. VISI :
Obat dan Makanan Aman, Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa
2. MISI :
Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi
masyarakat, Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku
kepentingan dam Meningkatkan kapasitas kelembagaan Badan POM.
3. TUJUAN :
Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, berkhasiat/bermanfaat, dan
bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat dan meningkatnya daya saing
Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung
inovasi
4. SASARAN STRATEGIS :
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan, Meningkatnya kemandirian pelaku
usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat,
Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan Badan POM.
Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh BPOM
merupakan suatu proses yang komprehensif, mencakup pengawasan pre-market dan post-
market. Sistem ini terdiri dari:
a. Penyusunan standar, regulasi, dan kebijakan terkait dengan pengawasan Obat
dan Makanan.
b. Evaluasi produk sebelum memperoleh izin edar agar dapat diproduksi dan
diedarkan kepada konsumen (pre-market evaluation).

viii
c. Pengawasan setelah beredar (post-market control) untuk melihat konsistensi
mutu produk, keamanan dan informasi produk yang dilakukan dengan
melakukan sampling dan pengujian produk Obat dan Makanan yang beredar,
serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan,
pemantauan farmakovigilan dan pengawasan label/penandaan dan iklan serta
penyidikan dan penegakan hukum.
 Produk yang disampling berdasarkan risiko kemudian diuji di laboratorium
guna mengetahui apakah Obat dan Makanan tersebut telah memenuhi
syarat keamanan, khasiat/manfaat dan mutu.
 Penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Penegakan
hukum didasarkan pada bukti hasil pengujian, pemeriksaan, maupun
investigasi awal. Proses penegakan hukum sampai dengan projusticia
dapat berakhir dengan pemberian sanksi administratif dan sanksi pidana.
Prinsip ini sudah sejalan dengan kaidah-kaidah dan fungsi-fungsi pengawasan full
spectrum di bidang Obat dan Makanan yang berlaku secara internasional. Diharapkan
melalui pelaksanaan pengawasan pre-market dan post-market yang profesional dan
independen akan dihasilkan produk Obat dan Makanan yang aman, dan
berkhasiat/manfaat dan bermutu.
Obat dan Makanan yang beredar maupun belum beredar harus memenuhi
ketentuan :
a. Pre-Market
 Standarisasi
 Penilaian kemanan, khasiat/manfaat dan mutu obat dan makanan yang
akan diedarkan
 Sertifikasi cara pembuatan yang baik pada sarana produksi
b. Post-Market
 Pemeriksaan sarana produksi agar konsisten dalam penerapan kaidah cara
pembuatan yang baik
 Pemeriksaan sarana distribusi agara konsisten dalam pemenuhan ketentuan
pendistribusian
 Sampling produk beredar dan pengujian laboratorium

ix
 Upaya penegak hukum terhadap pelanggaran di bidang obat dan makanan,
termasuk operasi penindakan
 Pemantauan farmakovigilans, surveilance dan pengawasan label,
penandaan dan iklan
 Pengawasan pemasukan dan pengeluaran obat dan makanan termasuk
bahan baku

C. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


Program JKN diselenggarakan oleh badan hukum yang telah dibentuk yaitu BPJS, BPJS
mulai diselengarakan 1 januari 2014. JKN Merupakan bagian dari sistem jaminan sosial
nasional (SJSN) yang diselengarakan dengan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang
bersifat wajib berdasarkan undung-undang no 40 tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan
untuk memenuhi dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan pada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Manfaat JKN bersifat
pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang mencaku pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang
diperlukan.
Berdasarkan UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan UU Kesehatan, pemerintah
menjamin kesediaan obat bagi Masyarakat dan menyusun daftar dan harga yang dijamin
dalam mekanisme asuransi kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan. Oleh karena itu, dalam
era JKN ini Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menetapkan Formularium Nasional
(FORNAS) untuk mengendalikan mutu dan e-catalogue obat untuk mengendalikan biaya.
Regulasi pengaturan obat:

x
1. Formularium Nasional (FORNAS)
Fornas merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia di
fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka pelaksanaan JKN. Obat yang
termuat dalam fornas adalah obat yang telah dipilih dengan mempertimbangkan
mutu, khasiat dan biaya yang paling efisien dan diharapkan mampu mengatasi
80% penyakit yang diderita oleh masyarakat.
Dalam penerapan fornas; fornas wajib menjadi acuan bagi setiap fasilitas
pelayanan kesehatan yang tercakup dalam sistem JKN, hanya obat yang ada
dalam fornas yang dapat dijamin pembiayaannya oleh BPJS, auto switching
(mengganti obat branded dengan obat generik atau obat dengan zat aktif yang
sama) dapat dilakukan oleh IFRS dan apoteker di apotek, fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menerima surat rujukan balik dari fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat dua seharusnya sudah menerima informasi dan
saran-saran dari fasilitas pelayanan kesehatan tingkat dua sebgai bahan rencana
tindak lanjut.
2. E-Catalogue
Katalog elektronik atau E-Catalogue adalah sistem informasi elektronik yang
memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai
penyedia barang/jasa pemerintah. Dalam rangka E-Purchasing, sistem katalog

xi
elektronik (E-Catalogue) sekurang-kurangnya memuat informasi teknis dan
harga barang/jasa.

xii
BAB III
PEMBAHASAN

A. Peranan pemerintah dalam menjamin kualitas obat JKN


Pemerintah melalui keterlibatan kementerian dan lembaga terkait harus mengawal dan
memfasilitasi pengembangan obat, obat bahan alam, dan pangan olahan melalui dukungan
regulasi, standar dan pedoman; penguatan kelembagaan riset dan pengembangan; skema
insentif dan pembiayaan bagi penelitian dan inovasi; promosi, peningkatan dan perluasan
pasar; perlindungan atas Hak Kekayaan Intelektual; serta upaya integrasi obat bahan alam ke
dalam sistem pelayanan kesehatan nasional.

Upaya pemerintah dalam mejamin serta meningkatkan kualitas obat:

1. Peningkatan Efektifitas dan Penguatan Pengawasan Obat dan Makanan, melalui


penguatan kewenangan BPOM dalam pengawasan Obat

Gambar 3.1 Pengawasan pre-market dan post-market


2. Memperkuat fungsi penegakan hukum untuk kejahatan di bidang Obat dan, melalui
pemberian sanksi agar dapat menimbulkan efek jera
3. Pengebangan laboratorium, meliputi:

xiii
a. Penguatan Laboratorium Pengujian DNA dalam rangka jaminan produk halal;
b. Penguatan Pengujian Air Minum mengingat air sebagai elemen vital dalam produksi
Obat
c. Penguatan Mobile Lab dalam rangka perluasan cakupan pengawasan serta pengujian
dan respon cepat di lapangan; dan
d. Pengembangan Mini Lab sebagai tools screening awal sebelum dilakukan pengujian
parameter kompendial.
4. Pengawalan penerapan CDOB tersebut bertujuan untuk menjamin mutu dan mencegah
diversi penyaluran obat dengan menjaga agar:
a. Pengadaan obat hanya dari distributor resmi untuk menghindari peredaran obat ilegal
termasuk palsu ke PBF;
b. Penyimpanan obat dikendalikan untuk menjaga semua parameter baik suhu,
kelembaban dan pencahayaan sesuai dengan petunjuk penyimpanan yang tertera pada
label sehingga stabilitas/ mutu obat dapat terjaga; dan
c. Tidak terjadi diversi obat ke jalur ilegal. Hal ini untuk menghindari penyalahgunaan
obat, misalnya dalam produksi Obat Tradisional yang mengandung Bahan Kimia Obat
(OT BKO).

B. Peranan pemerintah dalam mengatasi kelemahan FORNAS dan e-catalogue .


Dalam rangka meningkatkan mutu, biaya yang terjangkau dan meminimalisasi potensi
korupsi, perlu dilakukan perbaikan terkait sebagai berikut:

a. Mempercepat proses penetapan obat FORNAS sehingga e-Catalogue sudah dapat


diakses.
b. Menargetkan seluruh item FORNAS masuk ke dalam e-Catalogue.
c. Menerbitkan aturan terkait harga obat referensi untuk obat FORNAS yang belum
tayang di e-Catalogue.
d. Membuat aturan terkait minimal kesesuaian FORNAS pada formularium RS
Pemerintah/Daerah.
e. Membuat panduan penyusunan Formularium Rumah Sakit.
f. Sinkronisasi aturan penggunaan obat yang bertentangan.

xiv
C. Upaya Pemerintah dalam menurunkan harga dan meningkatkan kualitas obat JKN
 Formularium Nasional (FORNAS)
FORNAS sebagai kendali mutu, adalah daftar obat yang disusun oleh komite nasional yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, didasarkan pada bukti ilmiah mutakhir berkhasiat, aman,
dan dengan harga yang terjangkau yang disediakan serta digunakan sebagai acuan
penggunaan obat dalam JKN.
 Mekanisme pembelanjaan obat melalui E-catalogue.
Pengadaan obat yang tersedia di sistem e-Catalogue dilakukan dengan prosedur e-Purchasing,
yang merupakan tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem e-Catalogue obat. Sistem e-
Catalogue obat JKN adalah sistem informasi elektronik yang memuat informasi tentang daftar
nama obat, jenis, spesifikasi teknis, harga satuan terkecil, dan pabrik penyedia. Harga yang
tercantum dalam e-Catalogue adalah harga satuan terkecil, dimana sudah termasuk pajak dan
biaya distribusi.

Dengan adanya sistem FORNAS sebagai kendali mutu dan E-catalogue ini diharapkan :
1. proses pengadaan obat JKN di sektor pemerintah dapat lebih transparan, akuntabel,
efektif, dan efisien.
2. Dengan adanya sistem e-Catalogue obat JKN selain dapat meminimalisasi
penyimpangan, juga dapat memudahkan pihak pemerintah untuk lebih leluasa memilih
produk obat, karena harga dan spesifikasinya sudah jelas.
3. Dengan adanya e-Catalogue, ketersediaan, dan pemerataan obat untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan, dapat terjamin.
4. Obat yang tercantum dalam Fornas, diupayakan diproduksi dan terdistribusi secara
merata di Indonesia.

xv
BAB IV
KESIMPULAN

1. BPOM adalah sebuah Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) yang


bertugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan
Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tugas, fungsi dan
kewenangan BPOM diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang
BPOM.
2. Renstra BPOM 2015-2019 disusun mengacu pada Nawacita dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Renstra
Badan POM 2015-2019 merupakan dokumen indikatif yang memuat visi, misi,
tujuan, sasaran strategis, strategi, arah kebijakan serta program dan kegiatan BPOM.
3. Berdasarkan UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan UU Kesehatan,
pemerintah menjamin kesediaan obat bagi Masyarakat dan menyusun daftar dan
harga yang dijamin dalam mekanisme asuransi kesehatan yang dikelola BPJS
Kesehatan.
4. Upaya pemerintah dalam mejamin serta meningkatkan kualitas obat:
(1) Peningkatan Efektifitas dan Penguatan Pengawasan Obat dan Makanan, melalui
penguatan kewenangan BPOM dalam pengawasan Obat.
(2) Memperkuat fungsi penegakan hukum untuk kejahatan di bidang Obat dan,
melalui pemberian sanksi agar dapat menimbulkan efek jera
(3) Pengebangan laboratorium, meliputi:
a. Penguatan Laboratorium Pengujian DNA dalam rangka jaminan produk
halal;
b. Penguatan Pengujian Air Minum mengingat air sebagai elemen vital dalam
produksi Obat
c. Penguatan Mobile Lab dalam rangka perluasan cakupan pengawasan serta
pengujian dan respon cepat di lapangan; dan
d. Pengembangan Mini Lab sebagai tools screening awal sebelum dilakukan
pengujian parameter kompendial.
(4) Pengawalan penerapan CDOB tersebut bertujuan untuk menjamin mutu dan
mencegah diversi penyaluran obat dengan menjaga agar:
a. Pengadaan obat hanya dari distributor resmi untuk menghindari peredaran
obat ilegal termasuk palsu ke PBF;
b. Penyimpanan obat dikendalikan untuk menjaga semua parameter baik suhu,
kelembaban dan pencahayaan sesuai dengan petunjuk penyimpanan yang
tertera pada label sehingga stabilitas/ mutu obat dapat terjaga; dan

xvi
c. Tidak terjadi diversi obat ke jalur ilegal. Hal ini untuk menghindari
penyalahgunaan obat, misalnya dalam produksi Obat Tradisional yang
mengandung Bahan Kimia Obat (OT BKO).

5. FORNAS sebagai kendali mutu, adalah daftar obat yang disusun oleh komite nasional
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, didasarkan pada bukti ilmiah mutakhir
berkhasiat, aman, dan dengan harga yang terjangkau yang disediakan serta digunakan
sebagai acuan penggunaan obat dalam JKN.
6. Mekanisme pembelanjaan obat melalui E-catalogue.
Pengadaan obat yang tersedia di sistem e-Catalogue dilakukan dengan prosedur e-
Purchasing, yang merupakan tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem e-Catalogue
obat. Sistem e-Catalogue obat JKN adalah sistem informasi elektronik yang memuat
informasi tentang daftar nama obat, jenis, spesifikasi teknis, harga satuan terkecil, dan
pabrik penyedia. Harga yang tercantum dalam e-Catalogue adalah harga satuan terkecil,
dimana sudah termasuk pajak dan biaya distribusi.

7. Dengan adanya sistem FORNAS sebagai kendali mutu dan E-catalogue ini
diharapkan :
a. proses pengadaan obat JKN di sektor pemerintah dapat lebih transparan,
akuntabel, efektif, dan efisien.
b. Dengan adanya sistem e-Catalogue obat JKN selain dapat meminimalisasi
penyimpangan, juga dapat memudahkan pihak pemerintah untuk lebih leluasa
memilih produk obat, karena harga dan spesifikasinya sudah jelas.
c. Dengan adanya e-Catalogue, ketersediaan, dan pemerataan obat untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, dapat terjamin.
d. Obat yang tercantum dalam Fornas, diupayakan diproduksi dan terdistribusi
secara merata di Indonesia.

xvii
DAFTAR PUSTAKA

xviii

Anda mungkin juga menyukai