Anda di halaman 1dari 56

Sintesis - Polimerisasi dan

Modifikasi Polimer Alam


serta Karakteristiknya
1. 1. Azizah Munaya 1906458861
2. 2. Zahrotunisa 1806281776
PENDAHULUAN

Sintesis: Reaksi Polimerisasi


Outline
Polimerisasi Skala Industri

Modifikasi Polimer Bahan Alam dan


Karakterisasinya
PENDAHULUAN
Polymerization
PENDAHULUAN
is a process of reacting monomer
molecules together in a chemical reaction
Apa itu Polimerisasi? to form polymer chains or three-
dimensional networks.

Anshuman Shrivastava, in Introduction to Plastics Engineering, 2018


STRUKTUR POLYMER

PENDAHULUAN

Rochmadi, 2015
SINTESIS: REAKSI POLIMERISASI
Polimerisasi
Polimerisasi adisi Kondensasi = Step-
= Chain-Growth Growth
Polymerization Polymerization

Polimerisasi
Polimerisasi
Anionik dan
Radikal Bebas
Kationik
.
Polimer yang terbentuk dari reaksi polimerisasi
disertai dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti
dengan adisi dari monomer- monomer membentuk
ikatan tunggal

Polimerisasi
Adisi
Molekul polimer terbentuk oleh pengulangan
unit (monomer) tanpa adanya pemisahan
sebagian atom dari monomer untuk
membentuk hasil samping.
Polimerisasi Rumus molekul polimer adalah sama dengan
penjumlahan monomer
Adisi
John Wilwy &Sons, 2013, Handbook of Polymer Synthesis, Characterization,
and Processing
Tahap Inisiasi
Tahap Propagasi
Tahap Tahap Terminasi
Pembentukan Tahap
Pusat-Pusat Pembentukan Tahap
Polimerisasi Aktif rantai melalui deaktifasi
adisi pusat aktif
Adisi
monomer

Rochmadi, 2015, Mengenal Polimer dan Polimerisasi


Contoh
Polimerisasi
Adisi

Rochmadi, 2015, Mengenal Polimer dan Polimerisasi


Polimerisasi
Radikal Bebas  Radikal Bebas  Suatu gugus Fungsi
yang sangat Reaktif yang disebabkan
adanya elektron bebas (tanpa Pasangan)

 Radikal Bebas  Momoner akan


terganggu kestabilan  Monomer juga
menjadi Reaktif.
Contoh :
I. Inisiasi

Polimerisasi
Radikal Bebas
Aktivasi monomer menjadi monomer radikal yang
reaktif
Contoh :
2. Propagasi

Polimerisasi
Radikal Bebas
3. Terminasi
Rochmadi, 2015, Mengenal Polimer dan Polimerisasi
 Inisiator berbentuk anion (ion
bermuatan negatif) .
 Terdiri dari beberapa langkah .
 Gugus yang aktif berbentuk anion.
 Terjadi pada fase cair, umumnya dalam
Polimerisasi pelarut non-ionik.
Anionik
CONTOH :

Rochmadi, 2015, Mengenal Polimer dan Polimerisasi


Inisiator berbentuk kation (ion
bermuatan positif)
Mirip dengan polimerisasi anionik,
termasuk konsep ionisasi dalam pelarut
Polimerisasi non-ionik.
Kationik Polimerisasi kationik berfungsi sebagai
katalisator.
Reaksi katalisator dengan monomer
pada tahap inisiasi akan membentuk ion
carbenium.
Rochmadi, 2015, Mengenal Polimer dan Polimerisasi
 Umumnya terdiri atas 3 (tiga) langkah.
Reaksi berlangsung cepat .
Chain-Growth  Membutuhkan molekul aktif (inisiator)
Polymerization
 Penambahan rantai (Chain growth) hanya
dapat berlangsung antara rantai yang
sedang tumbuh dengan monomer
 Monomer hanya dapat bereaksi dengan
inisiator.
Salah satu mekanisme reaksi adalah
dengan pembentukan radikal bebas.
Selama proses polimerasi terbentuk bobot
molekul yang tinggi. John Wilwy &Sons, 2013, Handbook of Polymer
Synthesis, Characterization, and Proc
Chain-
Growth  Video Ilustrasi
Polymerizati
on
• Penggabungan 2 (dua) monomer yang
mempunyai gugus fungsi menjadi 1 (satu)
Polimerisasi makromolekul disertai dengan hilangnya suatu
molekul kecil (H2O)
Kondensasi
• Jumlah atom pada polimer lebih sedikit dari
penjumlahan atom monomer
• Dapat terjadi dalam beberapa tahapan  Reaksi
Lambat

• Reaksi berhenti saat kehabisan gugus fungsional


yang bereaksi misal –OH, -COOH, -NH2, N=C=O
Contoh
Polimerisasi
Kondensasi
Mekanisme Reaksi sebagai berikut :
Step-Growth 1. Terjadi step by step, pada tiap step reaksi
Polymerization antara gugus fungsi menjadi 2 Monomer.
2. Penambahan rantai tidak hanya antara
rantai yang sedang tumbuh dengan
monomer, namun juga antara growing
chain satu dengan yang lainnya.
3. Reaksi berjalan terus menerus selama masih
ada gugus fungsional yang bereaksi.
4. Kecepatan reaksi lebih lambat dibanding
dengan chain-growth.
Step-Growth  Gambar ilustrasi step growth
Polymerization
POLIMERISASI SKALA INDUSTRI
 Polimer dengan Pengulangan Ikatan Amida (-
C)-NH-
 Diproduksi dengan reaksi antara
heksamentlendiamin dan asam adipat.
 Dibagi menjadi 2dua jenis : Alifatik (Nilon)
POLIAMIDA dan aromatic (Kevar)
 Nilon : Jenisnya dapat berupa Nilon 6 (dari
kaprolaktam dan Nilon 6,6 (dari
heksametildiamin).

https://www.chemguide.co.uk/organicprops/amides/polyamides.html
SINTESIS POLIAMIDA SKALA INDUSTRI

VIDEO
POLIAMIDA
MODIFIKASI POLIMER BAHAN
ALAM DAN KARAKTERISASINYA
Modifikasi Kopolimerisasi Pengendalian
Reaksi Pasca
polimer lebih dari satu arsitektur
polimerisasi
monomer molekul
bahan alam
Oleh : Zahrotunisa
• memberikan informasi yang
berhubungaan dengan
komposisi senyawa.
• mengetahui informasi mengetahui struktur
Penentuan berat molekul kopolimer seperti mikro (termasuk
dilakukan untuk penentuan rasio reaktivitas porositas dan bentuk
mengetahui sifat polimer. • informasi tentang adanya retakan) dari benda
monomer yang tidak reaktif padat

Komposisi &
Analisa permukaan
Penentuan Bobot Struktur
polimer dengan
Molekul (NMR/Spektro UV-
Karakterisasi Vis)
mikroskop elektron

Polimer
FTIR

FTIR memudahkan
penelitian dalam
menentukan reaksi-reaksi
polimer seperti degradasi
atau ikat silang.
 Polimer yang paling sederhana ialah homopolimer yang kesatuan
berulangnya memiliki struktur yang sama. Jika dua macam atau lebih
monomer mempolimer bersama dan menghasilkan polimer yang
mengandung lebih dari satu macam kesatuan struktur, maka dapat
terbentuk kopolimer.

Kopolimerisasi
 Arsitektur polimer sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat dan
perilakunya. Secara umum, polimer dapat dikelompokkan
menjadi empat jenis berdasarkan struktur molekulnya, yaitu:
Pengendalian
Arsitektur (1) polimer linear (linear polymer)
Molekul (2) polimer bercabang (branched polymer),
(3) polimer berkait (cross-linked polymer)
(4) polimer berjejaring (network polymer).
 Reaksi paska polimerisasi merupakan reaksi yang baik untuk
meningkatkan sifat polimer.

Reaksi Pasca Reaksi-reaksi ini dapat terjadi pada gugus reaktif yang tersebar dalam
polimer rantai.
Polimerisasi Reaksi tersebut diantaranya adalah ekstensi rantai, crosslinking, serta
bentuk kopolimer blok dan cangkok.
Dalam reaksi paska ini polimer diubah menjadi polimer baru dengan
sifat dan karakteristik yang lebih baik
Polimer alam adalah jenis polimer yang bersumber dari bahan alam
atau makhluk hidup seperti tanaman atau hewan. Hal ini termasuk
polimer yang diproduksi melalui proses biologis seperti sintesis dan
fermentasi bakteri.
Seperti polimer sintesis, polimer alam juga diklasifikasikan
Klasifikasi berdasarkan metode formasi seperti adisi dan kondensasi. Namun
biasanya polimer bahan alam paling banyak dibuat dengan kondensasi.
Polimer Alam Polimer yang terdapat di alam dibagi menjadi 6 macam :

Protein, Polisakarida, Polinukleotida,


Poliisopren, Poliester, dan Lignin.

Gooch, J. W. (2011). Natural Polymers. In Encyclopedic Dictionary of Polymers. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-6247-8_7797


No Polimer Alam Monomer Polimerisasi

1 Pati /amilum Glukosa Kondensasi


Cont’d 2 Selulosa Glukosa Kondensasi
3 Protein Asam Amino Kondensasi
4 Asam Nukleat Nukleotida Kondensasi
5 Karet Alam Isoprena Adisi
Garner, J. (2021). Polysaccharides. Polysaccharides, (January 2014). https://doi.org/10.1007/978-3-319-03751-6

Activated
Konjugasi Eter Direct Crosslink
Crosslink

Modifikasi
polimer Enzimatik Keterikatan Rantai Interaksi Ionik
polisakarida

Hydrogen Bounding
 Polimer polisakarida merupakan homopolimer glukosa / amino glukosa
yang dihubungkan dengan ikatan asetat.
 Berdasarkan fungsinya, polimer polisakarida dibagi menjadi :
 - Storage Polysaccharide
 - Structural Polysaccharide
 - Gel Forming Polysaccharide Gambar: Struktur Polisakarida

POLISAKARIDA
Struktur dan fungsi
pada polimer
polisakarida
ditentukan oleh
monomer dan posisi
ikatan glikosidik

Gooch, J. W. (2011). Natural Polymers. In Encyclopedic Dictionary of Polymers. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-6247-8_7797


Cellulose
(polisakarida)
 Selulosa merupakan homopolimer linier glukosa yang dihubungkan
dengan ikatan glikosidik β-(1 → 4)
 Selulosa dapat banyak ditemukan pada material disekitar, seperti kayu,
bakteri (acetobacter), alga (Valonia), marine animals (Ascite family).

Gooch, J. W. (2011). Natural Polymers. In Encyclopedic Dictionary of Polymers. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-6247-8_7797


Modifikasi
cellulose

Garner, J. (2021). Polysaccharides. Polysaccharides, (January 2014). https://doi.org/10.1007/978-3-319-03751-6


Gooch, J. W. (2011). Natural Polymers. In Encyclopedic Dictionary of Polymers. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-6247-8_7797
Gooch, J. W. (2011). Natural Polymers. In Encyclopedic Dictionary of Polymers. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-6247-8_7797
Garner, J. (2021). Polysaccharides. Polysaccharides, (January 2014). https://doi.org/10.1007/978-3-319-03751-6

Cellulose Sifat fungsional CMC tergantung


to natrium monokloroasetat pada:
Carboxymethylcellulose
(CMC) • tingkat substitusi struktur selulosa
karboksimetilselulosa dibentuk • panjang rantai dari struktur tulang
(ionik eter selulosa)
dengan mereaksikan alkali punggung selulosa
selulosa dengan natrium • tingkat pengelompokan dari
monokloroasetat. substituen karboksimetil
 Rumus molekulnya adalah [C6H7O2 (OH) 2OCH2COONa]
 Derajat substitusi (yaitu, nilai rata-rata gugus hidroksil yang bereaksi dengan substitusi masing-masing
Karakterisasi monomer glukosa anhidrat) adalah 1
 Derajat substitusi merupakan faktor yang mempengaruhi kelarutan dan viskositas Na-CMC, selain itu
CMC juga memiliki efek besar pada kelarutan air.
 Secara umum ketika viskositas dalam 25-50 Pa, dan tingkat substitusi sekitar 0,3, itu menunjukkan
kelarutan basa dan sementara tingkat substitusi lebih dari 0,4, itu menunjukkan kelarutan dalam air.
 Dengan naiknya DS, transparansi solusi akan meningkat.
 Kesetimbangan kadar air Na-CMC akan meningkat dengan naiknya kelembaban udara tetapi menurun
dengan naiknya suhu.
 Dalam Na-CMC ada banyak gugus elektrolisis (gugus karboksimetil). Keasamannya mirip dengan asam
asetat dan konstanta disosiasinya adalah 5 × 10-5. Kekuatan disosiasi memiliki efek yang cukup besar
pada sifat listrik Na-CMC.
 Na-CMC sensitive terhadap enzym, karena aksi enzim menyebabkan kerusakan rantai utama Na-CMC
dan menghasilkan pengurangan pada gugus gula, dengan cara ini derajat polimerisasi akan berkurang
dan viskositas larutan akan berkurang

https://celluloseether.com/properties-of-cmc-carboxymethylcellulose/
Roy, Dipasree & Rohera, Bhagwan. (2002). Comparative evaluation of rate of hydration and matrix erosion of HEC and HPC and study of drug
release from their matrices. European journal of pharmaceutical sciences. https://doi.org/10.1016/S0928-0987(02)00103-3.

Cellulose
to hidroksietil selulosa dibentuk
dengan mereaksikan alkali
Hydroxyethylcellulose selulosa dengan etilena
(hec) oksida

• HEC seringkali digunakan sebagai matriks pembawa zat aktif pada suatu sediaan.
• Matriks HEC jauh lebih tinggi dibandingkan dengan matriks HPC.
• Matriks HEC juga erosi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan matriks HPC.
• Pelepasan obat dari matriks HEC terjadi oleh transportasi non-Fickian, yaitu,
kombinasi difusi obat dan pembengkakan polimer
 HEC larut dalam air panas atau dingin, tidak mengendap, dan
memungkinkannya memiliki berbagai karakteristik kelarutan dan
viskositas, serta gelasi non-termal.
 Karena sifat HEC yang non-ionik, HEC dapat digunakan
berdampingan dengan berbagai polimer, surfaktan, dan garam
yang larut dalam air lainnya,
Karakterisasi  Kapasitas retensi airnya dua kali lipat dari Na-CMC, dan memiliki
sifat pengatur aliran yang lebih baik
 Penggunaan HEC dalam sistem koloid dapat meningkatkan
stabilitas viskositas dan dapat mencegah dari jamur
 Sifat Fisika dan Kimia
Gooch, J. W. (2011). Natural Polymers. In Encyclopedic Dictionary of Polymers. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-6247-8_7797

Cellulose • Dalam produk oral, hidroksipropil


to selulosa terutama digunakan dalam
tablet sebagai bahan pengikat, pelapis
Hydroxypropylcellulose film, dan matrix dengan pelepasan
(HPC) tertunda.
• Konsentrasi hidroksipropil selulosa 2-
6% b/b digunakan sebagai pengikat
 hidroksipropil selulosa dibentuk dalam proses granulasi basah atau
dengan mereaksikan alkali kering, tablet kompresi langsung
selulosa dengan propilena oksida
Gooch, J. W. (2011). Natural Polymers. In Encyclopedic Dictionary of Polymers. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-6247-8_7797

hidroksipropil
methylselulosa dibentuk
Cellulose dengan mereaksikan
propylene glycol ether
to dengan methyl chloride
Hydroxypropyl
methylcellulose
(HPMC)
Dalam kosmetik, peran hydroxypropyl methylcellulose memiliki kinerja:
• penahanan air yang tinggi
• membantu menghindari terbentuknya kerak dan penggumpalan
• meningkatkan ketahanan terhadap penyusutan, retak dan aliran vertikal
https://celluloseether.com/properties-of-hpmc-hydroxypropyl-methyl-cellulose/

 HPMC memiliki stabilitas yang baik, seperti fitur kekuatan


penebalan, kinerja pelepasan garam, stabilitas pH, retensi
air, sifat pembentukan film yang sangat baik, ketahanan
yang luas terhadap enzim, dispersi dan adhesi.
 Dalam Dispersibilitas HPMC memainkan peran sebagai
agen koloid pelindung dan secara efektif dapat mencegah
partikel polimer menggumpal
 HPMC dalam hal adhesivitas memiliki sifat seperti mortar
perekat, dan selulosa memainkan peran dalam
Karakterisasi pembentukan ikatan, retensi air dan peningkatan
kekuatan.
 Hal ini berdampak pada peningkatkan konstruksi, properti
penahanan air dan juga ketahanan terhadap susut dan
retak. Dengan demikian meningkatkan kekuatan ikatan
dan efisiensi kerja.
CONT’D
 Kitin adalah polisakarida linier yang disusun oleh unit 2-asetamid-2-
deoksi-β-d-glukopiranosa yang dihubungkan melalui ikatan β (1, 4).
Chitin  Polisakarida ini memiliki struktur yang mirip dengan selulosa tetapi
to bukannya memiliki gugus hidroksil pada nomor karbon 2

Chitosan
Tingkat deasetilasi didefinisikan
sebagai persentase unit
glukosamin yang ada dalam
rantai kopolimer.
• Kitosan diperoleh melalui deasetilasi kitin parsial atau total dan dapat
Di bawah pH asam, gugus amino diklasifikasikan sebagai kopolimer 2-amino-2-deoksi-β-d-glukopiranosa
dalam rantai kitosan menjadi (glukosamin) dan 2-asetamin-2-deoksi-β-d- glucopyranose (N-
terprotonasi dan polimer larut acetylglucosamine).
dalam media berair. • Chitosan memiliki sifat yang mudah larut dalam media asam, kelarutannya
terkait dengan tingkat asetilasi, berat molekul, dan distribusi gugus asetil dan
amino di sepanjang rantai.
Karakterisasi
Gooch, J. W. (2011). Natural Polymers. In Encyclopedic Dictionary of Polymers. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-6247-8_7797

Silk
gelatin Protein

Wheat
PROTEIN Silk
Sericin gluten
PROTEIN
collagen Zein

Protein terdiri dari gugus asam amino dan atau kelompok lain, yang
tergabung dengan ikatan amida, juga dikenal sebagai ikatan peptida.
Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk, ukuran, kelarutan,
komposisi, dan fungsinya.
LIGNIN  lignin adalah polimer aromatik yang paling melimpah di alam dan
merupakan polimer kedua yang paling melimpah berikutnya.
 Lignin berasal dari kata latin lignum, yang berarti kayu yang merupakan
heteropolimer dengan struktur compleks yang bervariasi dan agak rumit.

Polimer hidrofobik ini terdapat pada dinding sel tanaman memberikan


matriks yang mengikat mikrofibril selulosa dan komponen lain dari dinding
sel, sehingga memberikan kekuatan dan kekerasan biomekanik.

Gooch, J. W. (2011). Natural Polymers. In Encyclopedic Dictionary of Polymers. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-6247-8_7797


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai