Anda di halaman 1dari 3

Jawaban Pertanyaan Diskusi

Alasen :
Dari berbagai kategori eksipien apakah yang menjadi eksipien utama untuk sediaan dengan rute
intranasal dengan tujuan terapi sistemik ?

Anom :
1. Dari bentuk sediaan yang disebutkan ada 3 bentuk, yaitu, cair, padat dan gel. Bagaimana
pandangan kelompok terkait sediaan intranasal untuk bentuk padat dan gel terkait cara
penggunaan, cara pasien mengatur dosis dan tingkat kenyamanan dari pasien ?

2. Faktor yang perlu diperhatikan dalam sediaan ini dikatakan untuk meningkatkan jumlah
obat yang masuk, bisa dengan meningkatkan viskositas, bagaimana pandangan kelompok
ini terkait, apakah lebih baik menggunakan agen untuk peningkat viskositas dari sediaan
atau agen mukoadhesif lebih efektif dalam sediaan ini ?

Tirah :
1. Bagaimana mekanisme pelepasan pada sediaan intranasal dalam bentuk serbuk gel dan
cair ?

2. Apa pertimbangan dan alasan sediaan intranasal dijadikan dalam bentuk serbuk, gel atau
cair ?
 Bentuk sediaan cair umumnya menjadi pilihan utama karena paling mudah, dimana
semua zat dilarutkan dalam media dispersi, sehingga tidak terjadi ketidakhomogenan,
obat yang terlarut dengan mudah berdifusi dan menembus, sehingga diharapkan
ketersediaan hayati obat dalam tubuh tinggi. Tetapi sediaan bentuk cair memiliki risiko
tinggi terhadap ketidakstabilan dan degradasi kimia. Jika obat memiliki kelarutan terbatas
dan dosis terapeutik tidak dapat larut dalam volume yang biasanya diberikan dengan
semprotan hidung (25-200μl), maka alternatifnya dipilih formulasi suspensi. Meskipun
formulasi dapat disemprotkan menggunakan penyemprot cair, tetapi kandungan obat bisa
jauh lebih tinggi. Dimana formulasi seperti ini akan menantang dan ukuran partikel akan
berkaitan dengan stabilitas produk, pengendapan dan efek terapeutiknya.
 Jika produk tidak dapat diformulasikan sebagai suspense karena masalah stabilitas 
diformulasi menjadi serbuk kering. Formulasi serbuk kering menawarkan stabilitas yang
lebih tinggi karena mobilitas molekul dan reaktivitas kimiawi diperlambat dalam
formulasi padat. Tapi, ukuran partikel dan interaksi partikel-partikel akan memainkan
peran penting untuk emisi prangkat (dosis maksimum 50 mg), pengendapan dan
pembubaran.
Contoh serbuk hidung :
RhinocortR © Puvlizer dari Teijin (Beclomethasone), TheOnzetraR © XsailR ©
(sumatriptan di perangkat Optinose) dan Baqsimi ™ dari Eli Lilly, bubuk glukagon
hidung di perangkat bubuk UDS dari Aptar,
 Aspek yang perlu dipertimbangkan untuk sediaan cair :
- Pelarut : untuk meningkatkan kelarutan za dapat digunakan glikol, alcohol dan
gliserida, serta penambahan pelarut. Pemilihan pelarut dapat mempengaruhi
viskositas, ukuran tetesan dan pengendapan. Semua molekul terlarut menambah
osmolaritas formulasi, yang mempengaruhi denyut siliaris dan volume sel epitel.
-

Novi Lestari :
1. Bentuk sediaan yang digunakan untuk penghantaran intranasal salah satunya dengan
inhaler dan MDI, adakah perbedaan dengan penghantaran intrapulmonal yang juga
menggunakan inhaler dan MDI ?
2. Apakah penghantaran intranasal ini juga dapat mengobati penyakit / gangguan yang ada
pada telinga badian dalam ? Jika iya, jelaskan anatomi, mekanisme dan contoh obatnya !
3. Apakah ada kemungkinan obat yang diberikan secara intranasal dapat mengalir masuk
kedalam paru-paru ? Jika iya, bagaimana mengatasi hal tersebut !
Catatan Intranasal

Hidung  area penyerapan mukosa yang mudah diakses, non invasif, serbaguna.
Sebagian besar bentuk sediaan cair karena mudah untuk dikembangkan  harus
mempertimbangkan pelarut, osmolaritas, pH, viskositas, dan lainnya  sehingga tidak terjadi
pengendapan.
Formulasi serbuk hidung menawarkan stabilitas yang lebih tinggi, bersama perangkat hidung
lebih canggih

Anda mungkin juga menyukai