Anda di halaman 1dari 26

POLIMER

MUKOADHESIF
AFRIAN RAHMANDA
1906338333
MUKOADHESIF

• Mukoadhesif adalah sistem pelepasan obat


dimana terjadi ikatan antara polimer
alam/sintetik dengan substrat biologi yaitu
pada permukaan mukus
KARAKTERISKTIK POLIMER MUKOADHESIF
Dasar dalam memilih Polimer Mukoadhesif

• Berat molekulnya besar (>100000 Dalton)


• Tidak iritan pada membran mukosa dan tidak toksik
• Tidak memiliki ikatan kovalen yang kuat
• Tidak menghalangi proses pelepasan zat aktif dari
sediaan
• Tidak mengalami hidrasi berlebihan pada pelepasan obat
• Tidak terdekomposisi pada saat penyimpanan
1. KITOSAN
❖ Pemerian
Serbuk putih / putih kekuningan, tidak memiliki aroma

❖ Berat Molekul : 10.000–1.000.000 Da

❖Kelarutan
Sedikit larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol (95%) dan pelarut
organik dan larutan alkali pada pH diatas 6,5

❖ pH : 4,0 – 6,0

❖ Berat Jenis : 1,35-1,4 g/cm3

❖ Stabilitas
- Kitosan sifatnya stabil pada suhu ruang, meskipun higroskopis setelah
pengeringan
- Penyimpanan kitosan dalam wadah yang tertutup rapat dalam tempat
yang dingin dan kering

❖ Inkompabilitas
Kitosan inkompatibel dengan agen pengoksidasi kuat.
KITOSAN (con’t)
Mekanisme Kitosan sebagai mukoadhesif

• Kitosan memiliki gugus NH2, pada suasana asam yang terionisasi


membentuk NH3+ dan berikatan dengan komponen mukosa yang
bermuatan negatif.

• Ikatan hidrofobik terjadi antara gugus residu pada kitosan dengan


hidrogen pada asam sialat. Sedangkan Ikatan hidrogen terjadi
antara gugus hidrogen pada kitosan dengan senyawa penyusun
mukosa lainnya.
2. Karagenan
• Stabilitas
Karagenan bersifat higroskopis
sehingga harus disimpan dalam wadah
yang tertutup rapat, sejuk, dan kering

• Inkompabilitas
Karagenan membentuk kompleks
dengan material kationik sehingga
akan merusak sifat fisikokimia
(kelarutan, perubahan pH).
Karagenan (con’t)

Penggunaan Karagenan dalam formulasi antara lain pada sediaan oral,


optalmik, dan bukal.

Mekanisme kerja :
- Karagenan memiliki gugus hidroksil yang berperan penting dalam
pembentukan ikatan hidrogen sehingga mempunyai sifat mukoadesif.
Gugus ini akan mengikat molekul air sehingga air akan terjerap pada
matriks sehingga meningkatkan fleksibilitas pada rantai polimer
- Rantai polimer yang fleksibel dapat membantu dalam penetras dan
pembelitan rantai polimer dengan lapisan mukosa sehingga
meningkatkan sifat adhesi.
3. PEKTIN
• Pemerian ;Berupa bubuk atau serbuk,
berwarna putih kekuningan, tidak berbau
• Berat Molekul:30 000–100 000 Da
• Kelarutan :Larut dalam air, tidak larut
dalam etanol 95 % dan pelarut organik
lainnya.
• pH : 6,0–7,2
• Stabilitas : Pektin bersifat tidak reaktif dan
stabil, simpan ditempat yang kering dan
dingin.
PEKTIN (CON’T)

• Pektin memiliki kandungan gugus karboksilat yang dapat berikatan dengan


gugus fungsi yang ada pada musin. Pektin mengalami proses pembasahan
yang menyebabkan terajdinya swelling sehingga pektin berkontak dengan
rantai musin pada lapisan mukus.
• Kemudian gugus karboksil pada pektin akan berikatan dengan gugus fungsi
yang ada pada musin, dengan ikatan hidrogen sehingga pektin menempel
pada mukosa, adanya electrostatic repulsion yang terjadi antara pektin dan
mukosa yang mempertahankan ikatan antara polimer pektin dan mukosa.
4. GUAR GUM
• Guar gum :polisakarida
hidrokolid dengan BM
tinggi yang mengandung
galactan dan mannan yang
terhubung melalui ikatan
glikosida
• Rumus Molekul :
(C6H12O6)n
Guar Gum (con’t)

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam • Guar gum memiliki gugus hidroksil pada
pelarut organik. Dalam air dingin dan strukturnya sehingga mampu menghasilkan
panas, guar gum terdispersi dan
mengembang membentuk massa
ikatan hidrogen antara guar gum dengan
kental. musin sehingga mampu menghasilkan efek
Berat Molekul : 220.000 Da mukoadhesif.
pH : 5,0 0 7,0 • Selain itu gugus hidroksil ini mampu
Densitas :1,492 g/cm3 menarik dan menjerap air dari medium
Viskositas : 3860 Cp
Inkompatibilitas:Kompatibel dengan
sehingga menyebabkan rantai belitan
hidrokoloid dari tumbuhan seperti antara polimer dengan musin sehingga
tragacanth. Tidak compatibel dengan menyebabkan terjadinya adhesi antara
aseton, etanol, tannin, asam dan basa polimer dengan musin.
kuat, serta dengan ion borat
5. Hydroxypropilmetylcellulose (HPMC)
• Pemerian
Serbuk atau granul berwarna putih sampai off-white tidak berbau
dan tidak berasa.
• pH : 3.5-8.0
• Bulk Density : 0.341 g/cm3
• Tapped Density : 0.557 g/cm3
• Titik leleh : 190-200oC
• Kelarutan : Larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam air
hangat, khloroform,70% etanol dan eter. Larut dalam campuran
etanol dan diklorometan, dan campuran air dengan alkohol.
• Penggunaan HPMC sebagai polimer: HPMC dengan viskositas
yang tinggi digunakan untuk menahan pelepasan obat dari
matrix dengan konsentrasi 10-80% w/w didalam tablet.
HPMC (CON’T)

• HPMC memiliki gugus hidroksil pada strukturnya sehingga


mampu menghasilkan ikatan hidrogen antara HPMC dengan
musin sehingga mampu menghasilkan efek mukoadhesif.
• Semakin tinggi nilai viskositas HPMC maka akan dapat menahan
partikel obat dari matriks. Viskositas yang tinggi akan
menghasilkan gel yang kental, yang mencegah terjadinya
pelarutan dan erosi, yang memperlambat proses difusi dan
kecepatan pelepasan obat.
6. Poly acrylic acid
Sinonim : Acrypol, Acritamer, acrylic acid polymer,
carbomer, carbopol, carbocy polymethylene, carboxyvinyl
polymer, pemulen,tego carbomer.
Sifat Fisiko-kimia:
Pemerian : serbuk berwarna putih, memiliki bau yang khas
dan higroskopis
pH : 2.5-4.0 dalam 0.2% w/v air, 2.5-3.0 dalam Acrypol1
pKa : 6.0 ±0.5
Titik Leleh : Dekomposisi terjadi selama 30 menit pada suhu
260oC
Bulk Density : 0.2 g/cm3 (serbuk), 0.4g/cm3
Metode pembuatan: karbomer adalah polimer sintetis dengan
berat molekul yang tinggi dan merupakan hasil cross-link dari
asam akrilat. Pelarut yang di gunakan dalam proses polimerisasi
adalah etil asetat atau campuran sikloheksana-etil asetat.
(Rowe, 2009)
POLY ACRYLIC ACID (CON’T)
Mekanisme polimer mukoadhesif
• Gugus –COOH menyebabkan terjadinya proses adhesi dan adanya interaksi antara
gugus karboksil dengan asam sialat pada mucus (Wiley, 2014). Interaksi ini terjadi
karena adanya ikatan hydrogen antara poly acrylic acid dengan kelompok penerima
proton di mucin. Poly acrylic acid memiliki kemampuan menyerap air yang sangat besar
(Hosmani, 2006).
• Pada pH asam, sifat mengembang poly acrylic acid dipengaruhi oleh gugus
karboksilatnya yang tidak bermuatan yang saat terhidrasi membentuk ikatan hidrogen
dengan air yang di serap, sehingga merelaksasi rantai polimer poly acrylic acid
(Majithiya, et al, 2008).
• Bentuk crosslink dari poly acrylic acid menyebabkan berkurangnya mobilitas pada rantai
polimer. Fleksibilitas rantai polimer penting untuk interpenetrasi dan pembelitan
polimer dengan rantai musin sehingga ikatan kimia dapat terbentuk. Mekanisme poly
acrylic acid sebagai polimer melalui hidrasi pada lapisan terluar tablet dan membentuk
lapisan gel dan menyebabkan hambatan dalam pelepasan bahan aktif (Hosmani,2006)
7. Natrium Methylcellulose
Sifat Fisiko-kimia:

Pemerian : Serbuk atau granul berwarna putih sampai krem,


tidak berasa dan tidak berbau. Merupakan senyawa higroskopis
sehingga mudah larut dan terdispersi dalam air membentuk
larutan koloidal.

Bulk Density : 0.52 g/cm3

Tapped Density : 0.78 g/cm3

pKa : 4.30

Titik leleh : 227oC

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam acetone, etanol (95%),


ether dan toluen. Mudah didispersikan dalam air pada semua
suhu, dengan membentuk larutan koloid yang jernih. Kelarutan
air bervariasi dengan derajat substitusi (DS).
Natrium Methylcellulose (con’t)

Mekanisme polimer mukoadhesif:


• Na CMC memiliki gugus –OH dan COO- yang dapat berikatan dengan rantai
oligosakarida atau protein dari mucin ( Indrawati, 2005)
• Menghambat laju pelepasan obat yang terjadi melali ionisasi gugus
karbosilik Na.CMC. ionisasi ini menyebabkan peningkatan kemampuan
mengembang tablet sehingga mengakibatkan pembentukan lagpisan gel
(Singh et al,006).
8. Polyvinyl pyrolidone (PVP)
Sifat Fisiko-kimia:
• Pemerian : serbuk putih atau putih kekuningan
dengan ukuran partikel yang berbeda. Bau khas
masing-masing produk tergantung pada metode
sintesisnya dan karenanya tidak sama untuk semua
tingkat povidone. Povidone K 25 dan Povidone K 30
memiliki bau yang khas yaitu bau amina atau amonia,
karena amonia digunakan untuk netralisasi dan
bersifat higroskopis (Buhler, 2005).
• Density : 1.2 g/cm3
• Bobot Molekul: 40.000-360.000
• Titik leleh : 150-180oC
• Kelarutan: Mudah larut dalam air, etanol (95%)P,
kloroform P dan praktis tidak larut dalam eter P
(Anonim, 1979)
Polyvinyl pyrolidone (PVP) (con’t)

Mekanisme:
Polyvinylpirolidone merupakan polimer hidrofilik, yang
akan langsung mengembang ketika berkontak dengan
cairan asam lambung dan membentuk hidrogel.
Mekanisme interaksi polivinil virolidon dengan mukosa
terjadi dengan reaksi melalui ikatan kovalen
9. Polyethylene oxide
Sifat Fisiko-kimia:
• Densiti : 1.3 g/cm3
• Titik leleh : 65-70oC
• Moisture content : <1%
• Kelarutan : Polietilen oksida larut
dalam air dan sejumlah pelarut organic yang
umum seperti asetonitril, kloroform, dan
metilen klorida. Tidak larut dalam hidrokarbon
alifatik, etilen glikol dan sebagian besar alkohol.
• Inkompatibilitas : polyetilen oksida
incompatibilitas dengan senyawa asam kuat.
• Mekanisme Pembuatan : Dengan polimerisasi
etilen oksida dengan katalis yang sesuai
(Rowe,2009).
Polyethylene oxide (con’t)

Mekanisme:
Polyethylene oxide akan membentuk ikatan hidrogen dengan mucin.
Polyethylene oxide merupakan polimer yang sangat larut didalam air,
sehingga ketika berkontak dengan air atau cairan asam lambung akan
langsung mengalami dan mengembang membentuk hidrogel.
10. Sodium Alginate

Sifat Fisiko-kimia:
• Pemerian : serbuk berwarna putih sampai kekuninan,
hamper tidak berbau.
• pH : 7.2
• Titik didih : 495.2oC
• Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol (95%), eter,
kloroform, dan ethanol/ campuran air dengan etanol
dimana konsentrasi etanol lebih dari 30%. Praktis tidak
larut dalam pelarut organik, larutan asam dengan pH
kurang dari 3. Larut perlahan didalam air dengan
membentuk larutan koloid.
Sodium Alginate (con’t)
Mekanisme:
• Adanya kontak erat antara natrium alginate dengan mucus akibat
pembasahan permukaan atau pengembangan bahan bioadhesi.
Berpenetrasinya bahan bioadhesi kedalam permukaan jaringan.
• Ikatan antara natrium alginate dengan mucus diperkuat dengan adanya
ikatan hydrogen. Bahan bioadhesif yang mengandung gugus karboksilat
dalam suasana asam akan menjadi bentuk asamnya yang akan membentuk
ikatan hydrogen dengan rantai oligosakakrida atau protein dari mucin.
(Ahuja, 1997)(Deshpande,1996)
STUDI JURNAL
TUJUAN PENELITIAN
• Penelitianini bertujuan untuk melihat apakah penggunaan
kitosan yang direaksikan dengan 4-carboxyphenylboronic acid
(boronated chitosan) akan meningkatkan efek mukoadhesif dari
bahan kitosan tersebut.
• Mekanisme mukoadhesif dicek dengan menggunakan tensile
test dengan menggunakan 3 komposisi berbeda dari boronated
chitosan yaitu low boronated chitosan (LBCHI), medium
boronated chitosan (MBCHI) dan high boronated chitosan
(HBCHI)
HASIL PENELITIAN

• Boronated Chitosan memiliki pengaruh besar pada


chitosan terkait dengan sifat mukoadhesifnya (dalam hal
profil pembasahan, dan kerja adhesi).
• Hal ini membuat boronated chitosan menjanjikan sebagai
eksipien mukoadhesif untuk formulasi tidak hanya untuk
pemberian obat intravesikal tetapi juga untuk aplikasi
dalam rute pemberian obat pada mukosa lainnya.

Anda mungkin juga menyukai