Anda di halaman 1dari 41

SISTEM PERNCANAAN & PENGANGGARAN

PEMERINTAH PUSAT

MAKALAH

Disusun Oleh:
NISA ALQORNI
RENY ARINDA

Dosen Pembimbing :
Dr. Vince Ratnawati, SE, M.Si, Ak, CA

FAKULTAS EKONOMI
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU
2019
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................................................... 1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN ................................................................................................. 2
1.3 MANFAAT ......................................................................................................................... 2

BAB II
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
2.1. PROSES PERENCANAAN KEUANAGAN NEGARA ................................................... 3
2.1.1 PROSES PERENCANAAN KEUANAGAN NEGARA( PUSAT) ................................ 4
2.2 ANGGARAN ..................................................................................................................... 14
2.2.2 PRINSIP-PRINSIP ANGGARAN.................................................................................. 23
2.2.2 PELAKSANAAN ANGGARAN KEUANGAN DAN NEGARA ................................ 25
2.2.3 PENYUSUSNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT ....................... 26
2.2.4 PELAKSANAAN ANGGARAN KEUANGAN NEGARA .......................................... 34
2.2.5 PELAPOR DAN EVALUASI ANGGARAN ................................................................ 36
EVALUASI.............................................................................................................................. 37

BAB III
PENUTUP................................................................................................................................ 38
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 39

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum anggaran diartikan sebagai rencana keuangan yang mencerminkan
pilihan kebijakan suatu institusi atau lembaga tertentu untuk suatu periode yang akan datang
(Suraji, 2011: xiii). Pengertian anggaran tersebut mencakup pengertian secara umum, baik
anggaran negara, anggaran perusahaan maupun anggaran institusi atau lembaga lainnya. Pada
lingkup negara, anggaran dituangkan dalam dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat. Pada pengertian yang sama anggaran daerah memuat hal-hal yang
kurang lebih sama dengan anggaran negara, namun dalam lingkup daerah.
Anggaran merupakan proses perencanaan yang sangat penting dalam hal keuangan,
karena anggaran akan menjadi pedoman dalam mengelola keuangan negara/daerah pada
suatu periode ke depan. Namun karena proses penyusunan dan pertanggungjawaban
keuangan negara/daerah tidak lepas dari keterlibatan lembaga perwakilan rakyat, maka
anggaran bisa dikatakan sebagai alat pengawasan bagi masyarakat terhadap pemerintah.
Dapat disimpulkan bahwa penganggaran merupakan aktivitas politik, dengan demikian,
proses maupun produknya adalah produk politik.
Sistem Pengelolaan Laporan Keuangan Negara dan Daerah. Sistem ini melibatkan
SAPP (Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat) dan SAPD (Sistem Akuntansi Pemerintah
Daerah). Tujuan SAPP dan SAPD adalah untuk menyediakan informasi keuangan yang
diperlukan dalam hal perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pengendalian
anggaran, perumusan kebijaksanaan, pengambil keputusan dan penilaian kinerja pernerintah,
sebagai upaya untuk mempercepat penyajian Perhitungan Anggaran Negara (PAN) dan
Daerah, serta memudahkan pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif
clan efisien.
Adapun Proses Perencanaan Keuangan Daerah dan Negara adalah proses penciptaan
tujuan organisasi oganisasi yang sukses mengkoordinasikan jangka panjang dan pendek. Hal
ini terkait dengan tujuan organisasi dan arah tujuan Sistem Pengelolaan Laporan Keuangan.

1
1.2 Maksud dan Tujuan
 Menjelaskan proses perencanaan keuangan Negara (Pemerintah Pusat)
 Menjelaskan Pelaksanaan Anggaran Keuangan Negara (Pemerintah Pusat)
 Menjelaskan Pelaporan Keuangan Daerah dan Negara (Pemerintah Pusat)

1.3 Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini terutama kepada mahasiswa/i adalah untuk
mengatahui Sistem Pengelolaan Laporan Keuangan Negara (Pemerintah Pusat), baik dari segi
prinsip, pelaksanaan anggaran, proses perencanaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Perencanaan Keuangan Negara


Perencanaan adalah proses penciptaan tujuan organisasi. Organisasi yang sukses
mengkoordinasikan jangka panjang dan pendek. Hal ini terkait dengan tujuan organisasi dan
arah tujuan. Perencanaan merupakan hal yang penting karena jenis, kuantitas dan kualitas
kinerja jasa dan pengadaan pemerintah tidak dievaluasi dan disesuaikan melalui mekanisme
pasar terbuka dan mereka cukup peka kepada kepentingan umum. Lebih lanjut, perencanaan
dan keputusan pemerintah merupakan proses gabungan yang melibatkan warga negara, badan
legislatif dan eksekutif.

2.1.1 Proses Perencanaan Keuangan Negara (Pemerintah Pusat)


Untuk menjamin agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran
maka diperlukan Perencanaan Pembangunan Nasional serta keseragaman peraturan yang
berlaku guna tercapainya tujuan bernegara dan menghindarkan dari ketimpangan antar
wilayah. Ketentuan mengenai sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mencakup
penyelenggaraan perencanaan makro atau perencanaan yang berada pada tataran kebijakan
nasional atas semua fungsi pemerintahan dan meliputi semua bidang kehidupan secara
terpadu dalam Wilayah Negara Republik Indonesia diatur dalam UU No. 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara
pemerintahan di pusat dan Daerah dengan melibatkan masyarakat, yang mana antara lain
bertujuan untuk: mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan; menjamin terciptanya
integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar Daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi
pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; Mengoptimalkan partisipasi
masyarakat; dan Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.

3
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam UU No. 25 Tahun 2004 didefinisikan bahwa
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui
urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Definisi Perencanaan (menurut Beberapa Ahli) :
C. Brobowski (1964) : Perencanaan adalah suatu himpunan dari keputusan
akhir,k e p u t u s a n a w a l d a n p r o ye k s i k e d e p a n ya n g k o n s i s t e n d a n m e n c a k u
p b e b e r a p a periode waktu dan tujuan utamanya adalah untuk mempengaruhi seluruh perek
onomian di suatu negara.
Waterston(1965) :Perencanaan adalah usaha sadar,terorganisasi d
a n t e r u s menerus guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk
mencapai tujuan tertentu.
Conyers dan Hills (1984) : Perencanaan adalah proses yang kontinyu, terdiri dari
keputusan atau pilihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada, dengan
sasaran untuk mencapai tujuan tertentu di masa mendatang.
M . T T o d a r o ( 2 0 0 0 ) : P e r e n c a n a a n e k o n o m i a d a l a h u p a ya p e m e r i n t a h
s e c a r a sengaja untuk mengkoordinir pengambilan keputusan ekonomi dalam jangka panjang
serta mempengaruhi,mengatur dan dalam beberapa hal mengontrol
tingkatdanlaju pertumbuhan berbagai variabel ekonomi yang utama untuk mencapai tujuan
pembangunan yang telah ditentukan sebelumnya
Jhinghan: Perencanaan adalah teknik/cara untuk mencapai
tujuan u n t u k mewujudkan maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan
sebelumnya dan telah dirumuskan dengan baik oleh Badan Perencana Pusat. Tujuan tersebut
mungkin untuk mencapai sasaran sosial, politik atau lainnya.
Elemen Perencanaan yaitu :
1. Perencanaan berhubungan dengan masa yang akan datang ,implikasi: perencanaan sangat
berkaitan dengan proyeksi/prediksi, penjadwalan kegiatan, monitoring dan evaluasi.
2. Merencanakan berarti memilih : memilih berbagai alternatif tujuan agar tercapai kondisi
yang lebih baik dan memilih cara/kegiatan untuk mencapai tujuan/sasaran dari kegiatan
tersebut.
3. Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan SDA, SDM, Modal : Sumber daya
terbatas sehingga perlu dilakukan pengalokasian sumber daya sebaik mungkin dan
konsekuensi : pengumpulan dan analisis data dan informasi mengenai ketersediaan sumber
daya yang ada menjadi sangat penting.

4
Perencanaaan bukan merupakan aktivitas individual, orientasi masa kini, rutinitas, trial and
error, utopis dan terbatas pada pembuatan rencana. Tapi merupakan
bersifat public, berorientasi masa depan, strategis, deliberate, dan terhubung pada tindakan.
Perencanaan diperlukan karena adanya alasan:
1. Adanya kegagalan pasar .Perencanaan muncul disebabkan olehketidakmampuan meka
nisme harga dalam meningkatkan pertumbuhan,efisiensi dan keadilan.Semakin sulit atau sem
akin banyak masalah yangmenghambat pembangunan,semakin diperlukan adanya kebijakan
yang mengarah pada intervensi pemerintah,dan semakin besar kebutuhan akan perencanaan.
2. Isu mobilisasi dan alokasi sumber daya. Dengan keterbatasan sumber daya,
maka SD (tenaga kerja, SDA, kapital) sebaiknya tidak digunakan untuk kegiatan yang
tidak produktif atau bersifat coba-coba. Proyek/investasi harus
ditentukan secara cermat dikaitkan dengan tujuan perencanaan secara keseluruhan.
3. Dampak psikologis dan dampak terhadap sikap/pendirian. Pernyataan tentang
tujuan pembangunan ekonomi dan sosial seringkali mempunyai dampak psikologis dan pener
imaan yang berbeda antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat
yang lain. dengan memperoleh dukungan dari berbagai kelompok masyarakat, dari
kelompok/kelas/ suku bangsa/agama yang berbeda, diharapkan tujuan pembangunan lebih
mudah tercapai
4. Bantuan luar negeri. Bantuan dari negara donor akan berpeluang lebih
besar, jika disertai dengan rencana kegiatan yang rasional dan dapat meyakinkan bahwa dana
yang diterima akan digunakan untuk kegiatan yang bermanfaat. Ada beberapa persyaratan
yang diajukan oleh negara donor yang berkaitan dengan isu-isu global.
Fungs perencanaan yaitu sebagai penuntun arah, minimalisasi ketidakpastian,
minimalisasi inefisiensi sumber daya, dan penetapan Standar dalam Pengawasan Kualitas.
Adapun syarat perencanaan harus memiliki, mengetahui, dan memperhitungkan :
1. Tujuan akhir yang dikehendaki.
2. Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya (yang mencerminkan pemilihan dari
berbagai alternatif).
3. Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut.
4. Masalah-masalah yang dihadapi.
5. Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta pengalokasiannya.
6. Kebijakan-kebijakan untuk melaksanakannya.
7. Orang, organisasi, atau badan pelaksananya.
8. Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaannya.

5
Sifat Perencanaan, yaitu :
1. Dari segi ruang lingkup tujuan dan sasarannya, perencanaan dapat bersifat
nasional,sektoral dan spasial.
2. Dari bentuknya perencanaan dapat berupa perencanaan agregatif atau komprehensif dan
parsial.
3. Dalam jangkauan dan hierarkinya, ada perencanaan tingkat pusat dan tingkat daerah.
4. Dari jangka waktunya, perencanaan dapat bersifat jangka panjang, menengah, atau jangka
pendek.
5. Dilihat dari arus informasi, perencanaan dapat bersifat dari atas ke bawah (top down) dari
bawah ke atas (bottom up) atau kedua-duanya.
6. Dari segi ketetapan atau keluwesan proyeksi ke depannya , perencanaan dapat indikatif
atau preskriptif.
7. Berdasarkan sistem politiknya, perencanaan dapat bersifat alokatif, inovatif dan radikal.
Tiga spek yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas produk perencanaan :
1.Tuntutan untuk semakin melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kepu
tusan dan adanya keterbukaan dalam proses pengelolaan pembangunan.
2. Perencanaan tahunan dan perencanaan jangka menengah perlu terintegrasi dalam
perencanaan jangka panjang. Pentingnya perspektif jangka
panjang juga ditekankan dengan perlunya menampung kecenderungan global jangka
panjangdalam perencanaan jangka menengah. Pentingnya kecenderungan jangka panjang
di dunia, khususnya perkembangan ekonomi dan teknologi, perlu dikaji implikasinya terha
dap pencapaian sasaran pembangunan jangka menengah.
3. Perlun ya mem perh atikan kualitas data dan inform asi yang akurat dan
t e r k i n i sebagai basis pengambilan keputusan dan penyusunan dokumen perencanaan.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional : “Agar kegiatan pembangunan berjalan
efektif, efisien, dan bersasaran maka diperlukan perencanaan pembangunan”
Landasan Filosofis :
Cita-cita Nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
N e g a r a Republik Indonesia tahun 1945 adalah berkehidupan kebangsaan yang bebas,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Tujuan Nasional dengan dibentuknya pemerintahan adalah untuk
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

6
Tugas Pokok Setelah Kemerdekaan adalah menjaga kemerdekaan mengisinya dengan
pembangunan yang berkeadilan dan demokratis yang dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan.
Agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran maka diperlukan
perencanaan pembangunan.
Peraturan Perundang-undangan di dalam Perencanaan dan Penganggaran:
 Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
 Undang – Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN)
 Undang- undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
 Undang- undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah
 Undang- undang No. 17 tahun 2007 tentang rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005- 2025
 Peraturan pemerintah No 20 tahun 2004 tentang Rencana kerja Pemerintah
 Peraturan Pemerintah No 21 tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian/ Lembaga yang direvisi menjadi Peraturan Pemerintah No 90 tahun 2010
 Peraturan Pemerintah No 39 tahun 2006 tentang Tatacara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan
 Peraturan Pemerintah No 40 tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional
 Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah antar
pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota
 Peraturan Pemerintah No 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
 Peraturan Menteri Dalam Negeri No 54 tahun 2010 tentang Pelaks
anaan
 Peraturan Pemerintah No 8 tahun 2008 tentang tahapan, Ta
ta cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan daerah
 Peraturan Presiden No 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN)

7
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah :
1. Satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan,
2. Untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang,
jangka menengah, dan tahunan
3. Yang dilaksanakan oleh
unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah
P r o s e s Perencanaan :
1. Pendekatan Politik : Pemilihan Presiden/ Kepala Daerah menghasilkan
rencana pembangunan hasil proses politik (public choice theory of planning)
khususnya penjabaran Visi dan Misi dalam RPJM/ D.
2. Proses teknokratik: menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah
oleh lembaga atau satuan kerja yang secara Fungsional bertugas untuk itu.
3. Partisipatif : dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders, antara lainmelalui
Musrenbang.
4. Proses top-down dan bottom-up : dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan.
Asas Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional:
1. Pembangunan nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-
prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dankesatuan nasional
2. Perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu,
menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.
3. SPPN diselenggarakan berdasarkan asas umum penyelenggaraan negara
:Asaskepastian hukum, Asas tertib penyelenggaraan negara: Asas kepentinganumum,
Asas keterbukaan, Asas proporsionalitas, Asas profesionalitas, dan Asas akuntabilitas.
Tujuan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional :
1. Mendukung koordinasi antar- pelaku pembangunan.
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar-Daerah, antar-
ruang, antar-waktu, antar-fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah.
3. Menjamin keterkaitan dankonsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan.
4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat menjamin tercapainya penggunaan sumber
daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan
Ruang lingkup Perencanaan (UU25/ 2004) :
1. Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional (RPJP-Nasional)

8
2. Rencana Pembangunan jangka Menengah Nasional (RPJM-Nasional)
3. Renstra Kementerian / Lembaga ( renstra KL) Peraturan Pimpinan KL
4. Rencana Kerja Pemerintah ( RKP) Per Pres
5. Rencana Kerja Kementerian / Lemabaga ( Renja KL) Peraturan Pimpinan KL

Tantangan Perencanaan Pembangunan :


1. Menghadapi dinamika perubahan serta kompleksitas permasalahan pembangunan
nasional tersebut diatas, maka SPPN dituntut untuk mampu
2. Mengalokasikan sumber daya pembangunan ke dalam kegiatan – kegiatan melalui
kelembagaan- kelembagaan dalam konteks untuk mencapai masa depan yang
diinginkan
3. Fleksible dengan horizon perencanaan yang ditetapkan, sehingga tidak terlalu kaku
dengan penerapan konsep pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang
4. Memperluas dan mendiseminasikan kemampuan perencanaan ke seluruh lapisan
masyarakat.

9
Musyawarah perencanaan pembangunan ( Musrenbang) : Setiap proses penyusunan
dokumen rencana pembangunan tersebut memerlukan koordinasi antar instansi pemerintah
dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan , melalui suatu forum yang disebut sebagai
Musyawarah Perencanaan Pembangunan atau Musrenbang. Jadi Musrenbang adalah :
1. Forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan
rencana pembangunan daerah
2. Forum pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah
dimulai dari tingkat desa / kelurahan, kecamatan, forum SKPD, kabupaten/ kota,
provinsi, dan regional sampai tingkat nasional
3. Diikuti oleh unsur- unsur penyelenggara Negara dengan mengikutsertakan
masyarakat.
Juknis Musrenbang 2007, dibagi ke dalam bagian/ tahapan penyelenggaran proses
Musrenbang :
1. Musrenbang Desa/ Kelurahan
2. Musrenbang Kecamatan
3. Forum SKPD Kabupaten/ Kota
4. Musrenbang Kabupaten/ Kota
5. Pasca Musrenbang Kabupaten Kota
6. Forum SKPD Provinsi
7. Rapat Koordinasi Pusat (Rakorpus)
8. Musrenbang Provinsi
9. Pasca Musrenbang Provinsi
10. Musrenbang Nasional
Pengendalian Pelaksanaan Rencana :
1. Pimpinan Kementerian / Lemabaga / SKPD melakukan pengendalian pelaksanaan
rencana pembangunan sesuai dengan tugas dan kewenangan masing – masing.
2. Pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan merupakan tugas dan fungsi yang
melekat pada masing- masing Kemeterian/ Lembaga/ SKPD.
3. Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana dilakukan
melalui kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut
4. Menteri / Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan
pelaksanaan rencana pembangunan dari masing- masing pimpinan kemenerian/
lembaga/ satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya

10
Evaluasi Pelaksanaan Rencana:
1. Merupakan bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis
mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian
sasaran, tujuan, dan kinerja pembangunan.
2. Evaluasi dilaksanakan berdasarkan indicator dan sasaran kinerja yang tercantum
dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup
masukan (input), keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit) dan dampak
(impact).
3. Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap kementerian/ lembaga, baik pusat
maupun daerah, berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan
yang merupakan dana tau terkait dengan fungsi dan tanggung jawabnya.
4. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek pembangunan, kementerian/ lembaga,
baik pusat maupun daerah, mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi
kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk
masing- masingjangka waktu sebuah rencana.
Setidaknya terdapat dua arahan yang tercakup dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional, yaitu:
1. Arahan dan bimbingan bagi seluruh elemen bangsa untuk mencapai tujuan bernegara
seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Arahan ini dituangkan dalam
rencana pembangunan nasional sebagai penjabaran langkah-langkah untuk mencapai
masyarakat yang terlindungi, sejahtera, cerdas dan berkeadilan dan dituangkan dalam
bidang-bidang kehidupan bangsa: politik, sosial, ekonomi, budaya, serta pertahanan
dan keamanan.
2. Arahan bagi pemerintah dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan
pembangunan nasional baik melalui intervensi langsung maupun melalui pengaturan
masyarakat/pasar, yang mana mencakup landasan hukum di bidang perencanaan
pembangunan baik pada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Selain dua arahan yang tercakup dalam sistem perencanaan pembangunan nasional
diatas, pada pasal 8 UU No. 25 Tahun 2004 juga dijelaskan empat tahapan perencanaan
pembangunan, yaitu terdiri dari:
1. Penyusunan rencana
Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap dari
suatu rencana yang siap untuk ditetapkan, yang terdiri dari 4 (empat) langkah, yaitu:

11
a) Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan
terukur.
b) Masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan
berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan.
c) Melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang
dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan
pembangunan.
d) Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
2. Penetapan rencana
Penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak untuk
melaksanakannya. Menurut Undang-Undang ini, rencana pembangunan jangka panjang
Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Undang-Undang/Peraturan Daerah, sedangkan rencana
pembangunan jangka menengah Nasional/Daerah dan rencana pembangunan tahunan
Nasional/ Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah.
3. Pengendalian pelaksanaan rencana
Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-
kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah. Selanjutnya Menteri Negara Badan
Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan Kepala Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan
pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai dengan tugas dan
kewenangannya.
4. Evaluasi pelaksanaan rencana
Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan
yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan inforrnasi untuk menilai
pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan
indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan.
Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (result),
manfaat (benefit) dan dampak (impact). Dalam rangka perencanaan pembangunan,
pemerintah, baik Pusat maupun daerah, berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja
pembangunan yang merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya. Dalam
melaksanakan evaluasi kinerja proyek pembangunan, mengikuti pedoman dan petunjuk

12
pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran yang
sesuai untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana.
Keempat tahapan tersebut harus diselenggarakan secara sistematis, terarah, terpadu,
menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan, sehingga dapat membentuk suatu siklus
perencanaan pembangunan nasional yang utuh.
Perencanaan Pembangunan baik tingkat Nasional maupun tingkat daerah
menghasilkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM), Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
dan Rencana Kerja (Renja). Berdasarkan UU No. 25 tahun 2004, ruang lingkup perencanaan
pembangunan Nasional dan Daerah tersebut dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
RPJP Nasional merupakan penjabaran tujuan Nasional kedalam Visi, misi dan Arah
pembangunan Nasional. Sedangkan RPJP Daerah mengacu pada RPJP Nasional dan memuat
tentang visi, misi dan arah dalam pembangunan Daerah.
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden.
Penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan
Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro
yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal
dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif. Sedangkan RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan
RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah,
kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat
Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
3. Rencana Strategis (Renstra)
Renstra Kementerian/Lembaga pada tingkat nasional memuat visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat
indikatif. Sedangkan Renstra-Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada tingkat daerah
memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang

13
disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta berpedoman
kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.
4. Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan,
rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara
menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga, lintas
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif. Sedangkan RKP Daerah merupakan penjabaran dari RPJM
Daerah dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas
pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung
oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
5. Rencana Kerja (Renja)
Renja Kementerian/Lembaga pada tingkat nasional disusun dengan berpedoman pada
Renstra Kementerian/Lembaga dan mengacu pada prioritas pembangunan Nasional dan pagu
indikatif, serta memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang
dilaksanakan langsung oleh Pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat. Sedangkan Renja-SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra
SKPD dan mengacu kepada RKP, memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat.
Perencanaan pembangunan Nasional dan Daerah diatas harus dilakukan secara
terpadu, dengan memperhitungkan kebutuhan rakyat dan memanfaatkan ketersediaan sumber
daya, informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perkembangan dunia global, yang
semata-mata ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2.2 ANGGARAN
Penganggaran merupakan suatu proses yang tidak terpisahkan dalam perencanaan.
Penganggaran dalam sistem pengelolaan keuangan negara tergambarkan pada penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD).
Anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran
kuantitatif, biasanya dalam satuan uang (perencanaan keuangan) untuk menunjukkan
perolehan dan penggunaan sumber – sumber suatu organisasi. Istilah anggaran dalam bahasa
inggris dikenal dengan kata Budget berasal dari bahasa Prancis “bougette” yang artinya tas

14
kecil (Edwards, et.al, 1959). Menurut sejarah, istilah itu muncul merujuk pada peristiwa
tahun 1733 ketika Menteri Keuangan Inggris menyimpan proposal keuangan pemerintah
yang akan dilaporkan kepada parlemen dalam sebuah tas kulit kecil. Anggaran umumnya
dibuat dalam jangka pendek, yaitu untuk durasi waktu satu tahunan atau kurang. Namun,
tidak jarang juga ditemui anggaran yang dibuat jangka menengah 2 – 3 tahun dan anggaran
jangka panjang 3 tahun lebih.
Kusnadi (1999) dalam buku Akuntansi Pemerintahan (Publik) berpendapat bahwa
anggaran adalah estimasi atas penerimaan yang akan diterima dan pengeluaran (biaya) yang
akan dikeluarkan terhadap aktivitas yang akan dikerjakan di masa yang akan datang oleh
suatu organisasi. Jika definisi anggaran ini dikaitkan dengan Lembaga Negara maka definisi
ini menjadi, estimasi atas penerimaan yang akan diterima dan pengeluaran/biaya yang akan
datang oleh Lembaga Negara baik tingkat daerah maupun tingkat pusat. Anggaran
pemerintah merupakan arah atau pedoman yang akan dijadikan pegangan dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban yang diamanatkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Di dalam melaksanakan tugasnya, Lembaga Negara yang ada memerlukan dana dan dana
yang diperlukan harus diperoleh dari rakyatnya. Tugas menyusun anggaran penerimaan dana
dan pengeluaran dana oleh Lembaga tertinggi Negara dibebankan kepada Pemerintah. Di
Indonesia, anggaran yang berhubungan dengan penerimaan dana dan pengeluaran dana
dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN berlaku dari
tanggal 1 April sampai dengan 31 Maret tahun berikutnya.
Suatu anggaran harus terorganisasi secara rapi, jelas, rinci dan komprehensif. Proses
penganggaran harus dilakukan secara jujur dan terbuka serta dilaporkan dalam suatu struktur
yang mudah dipahami dan relevan dalam proses operasional dan pengendalian organisasi.
Untuk menyusun suatu anggaran, organisasi harus mengembangkan lebih dahulu
perencanaan strategis. Melalui perencanaan strategis, anggaran mendapatkan kerangka acuan
strategis. Maka anggaran menjadi bermakna sebagai alokasi sumber daya (keuangan) untuk
mendanai berbagai program dan kegiatan (strategis).
Dalam penyusunan anggaran, program – program diterjemahkan sesuai dengan
tanggung jawab tiap manajer pusat pertanggungjawaban sebagai pelaksanaan program atau
bagian dari program. Penyusunan anggaran adalah proses penentuan peran setiap manajer
dalam melaksanakan program atau bagian program. Di sisi lain, penganggaran diartikan
sebagai bagian dari proses manajemen strategis, dengan demikian penentuan program dan
aktivitas tidak berdiri sendiri.

15
Anggaran merupakan titik fokus dari persekutuan antara proses perencanaan dan
pengendalian. Penganggaran (budgeting) adalah proses penerjemahan rencana aktivitas ke
dalam rencana keuangan (budget). Makna luasnya, penganggaran meliputi penyiapan,
pelaksanaan, pengendalian, dan pertanggungjawaban anggaran yang biasa dikenal dengan
siklus anggaran. Dengan demikian, penganggaran perlu adanya standarisasi dalam berbagai
formulir, dokumen, instruksi, dan prosedur karena menyangkut dan terkait dengan
operasional perusahaan sehari – hari.
Di Indonesia, anggaran diatur dalam pasal 23 ayat (1) UUD 1945 dan
diimplementasikan dengan disusunnya UU APBN setiap tahun. Selain itu, untuk
melaksanakan UU APBN, pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan perundangan
lainnya, seperti UU Pajak, UU Bea Masuk dan Cukai, Keppres Pelaksanaan APBN, dan
peraturan pelaksana lainnya.
Dasar Hukum Anggaran
 Pemerintah Pusat (APBN) : UU No. 17 tahun 2003
 Pemerintah Daerah (APBD) : UU 17 2003, UU 32 & 33 2004, PP 58 2005,
PERMENDAGRI 13 2006, PERMENDAGRI 59 2007, PERDA
Kegunaan Anggaran Secara Umum
1. Memberikan arah atas kegiatan atau aktivitas yang akan dikerjakan sehingga kegiatan
yang dilakukan akan menjadi terarah kepada tujuan yang dikehendaki.
2. Akan menjadi alat koordinasi antar bagian yang melaksanakan kegiatan.
3. Anggaran akan dapat mengharmoniskan atau mensinkronkan antar bagian yang ada di
dalam organisasi.
4. Anggaran akan dapat membatasi kegiatan atau aktivitas hanya pada yang penting dan
perlu. Hal – hal yang dipandang kurang penting akan dapat dihindarkan atau
ditangguhkan sebab setiap aktivitas pasti memerlukan dana (uang) sedangkan
anggaran telah membatasi besaran dana (uang) untuk setiap aktivitas yang diperlukan.
5. Anggaran dapat dijadikan alat pengawasan organisasi. Dengan adanya anggaran maka
setiap penyimpangan yang ada akan lebih mudah diukur sehingga berbagai tindakan
perbaikan dapat diambil.
6. Penggunaan metode, alat, tenaga kerja akan semakin efektif dan efisien sehingga
kinerja organisasi akan semakin baik dan terarah sesuai dengan prinsip efektivitas dan
efisiensi.

16
7. Memaksa semua pihak yang ada di dalam organisasi, baik dari pimpinan puncak
sampai kepada tenaga pelaksana untuk sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh
anggaran.
Kegunaan Anggaran Bagi Lembaga Negara
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk:
1. Pengendalian legislative (Dewan Perwakilan Rakyat) terhadap Eksekutif (Presiden).
Jika anggaran telah diundangkan oleh legislative maka estimasi pengeluaran yang ada
di dalam anggaran akan menjadi patokan tertinggi yang tidak boleh dilanggar oleh
Presiden. Pengeluaran Pemerintah diatas batas anggaran tersebut dapat dijadikan
sebagai adanya penyimpangan yang harus dipertanggungjawabkan dimuka Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR). Kemudian MPR akan memutuskan apakah akan
menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban Presiden.
2. Pengendalian Eksekutif (Presiden) terhadap bawahannya (Menteri, Gubernur dan
seterusnya). Presiden melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang diundangkan kemudian akan mengalokasikan kepada setiap Departemen yang
ada, kepada Lembaga, Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga Tertinggi Negara.
Anggaran yang telah dialokasikan tersebut tidak boleh dilanggar (melampaui batas
tertinggi). Setiap waktu yang diperlukan Presiden akan memantau kinerja Lembaga
dan Departemen yang ada dibawahnya. Maka bagi Presiden, anggaran juga
merupakan alat pengendalian.
Waktu Anggaran
Pelaksanaan waktu anggaran terdiri atas:
1. Sistem tahun anggaran keuangan (financial budget tahun system). Dalam sistem ini,
anggaran hanya belaku untuk waktu satu tahun dan di Indonesia berlaku dari 1 April
sampai dengan tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Namun, sekarang berlaku Tahun
Anggaran meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan
tanggal 31 Desember.
2. Sistem tahun anggaran yang ditetapkan (Limited budget tahun system). Dalam sistem
ini, anggaran berlaku selama satu tahun akan tetapi masih dapat diperpanjang 6 bulan
lagi.
Pendekatan Penekanan Penyusunan Anggaran
Sistem penyusunan anggaran di suatu Negara yang dianggap layak dan baik belum
tentu dapat diterapkan di Negara lain. Hal ini disebabkan banyak faktor seperti sistem politik
yang dianut, sistem sosial budaya yang ada, sistem perekonomian, tingkat kualitas pendidikan

17
masyarakatnya, tingkat kemajuan ilmu dan teknologi, serta berbagai faktor lainnya yang
mempunyai tekanan yang sangat berpengaruh kepada proses penyusunan anggaran. Setiap
anggaran, baik yang sederhana maupun rumit pasti melibatkan proses perencanaan,
pengendalian dan evaluasi dan masing – masing unsur tersebut umumnya jarang yang
memberikan penekanan yang sama. Sungguhpun berbeda akan tetapi seringkali perbedaan
yang ada masih bersifat relative dan tidak bersifat mutlak serta mencolok. Pendekatan yang
dikenal di dalam penyusunan anggaran umumnya adalah:
1. Pendekatan Objek-Pengeluaran (The Object of Expenditure Approach). Pendekatan obyek
pengeluaran ini disebut sebagai pendekatan tradisional atau pendekatan lini-item. Pendekatan
ini merupakan pendekatan paling mudah dan sederhana dari pendekatan lainnya yang
dikenal. Pendekatan ini berorientasi kepada pengendalian pengeluaran (control of
expenditure) yang sangat popular bagi legislative di dalam mengendalikan eksekutif. Secara
sederhana pendekatan ini melibatkan:
 Departeman (Lembaga) bawahan eksekutif dan Lembaga Pemerintahan serta
Lembaga Negara lainnya mengajukan budget kepada top eksekutif (Presiden)
berbagai tipe pengeluaran yang diperlukan.
 Presiden menghimpun, memodifikasi dan mengajukan semua permintaan atau
kebutuhan Departemen (Lembaga) bawahan eksekutif dan Lembaga pemerintahan
serta Lembaga Negara Lainnya kepada legislative (dewan) berdasarkan obyek
pengeluarannya.
 Lembaga Legislatif membuat pos – pos pengeluaran setelah melakukan berbagai
peninjauan atas pengajuan anggaran dari eksekutif (Presiden). Data program dan
kinerja dilampirkan di dalam dokumen anggaran meskipun data tersebut hanya
dipakai sebagai pelengkap atau pendukung permintaan menurut obyek
pengeluaran.
2. Pendekatan Kinerja (Performance Approach). Pendekatan ini merupakan perbaikan dari
pendekatan tradisional atau pendekatan obyek pengeluaran yang oleh para ahli dinilai banyak
mengandung kelemahan terutama karena hanya memusatkan kepada obyek pengeluaran yang
kemudian dituangkan dalam bentuk angka tanpa melihat urgensinya. Focus utama dari
pendekatan ini ialah evaluasi efisiensi terhadap aktivitas yang ada dengan menggunakan alat
utama akuntansi biaya dan pengukuran kerja. Di dalam sistem ini, orientasi tidak semata –
mata kepada obyek pengeluaran tetapi sudah mengarah kepada berbagai rencana kegiatan,
proyek apa yang hendak dikerjakan, apa saja yang harus dilakukan, serta berapa jumlah dana

18
yang diperlukan dan bagaimana pula cara mengalokasikan dana agar dana yang ditetapkan
dapat dipakai secara efektif dan efisien. Intisari (gist) metode ini dapat diringkas yakni:
 Pengklasifikasian rekening anggaran menurut fungsi dan aktivitas dan juga
menurut unit organisasi dan obyek pengeluaran.
 Mengamati dan mengukur aktivitas yang ada untuk memperoleh efisiensi optimal
serta menetapkan standar biaya.
 Mendasarkan budget periode yang akan datang menurut standar biaya per unit
dikalkan dengan banyaknya unit yang diharapkan dari aktivitas yang
diestimasikan. Total anggaran setiap unit Departemen atau Lembaga
Pemerintah/Negara untuk setiap aktivitas atau kinerja yang sama akan
dijumlahkan sehingga nantinya diperoleh angka standar yang kemudian akan
digunakan untuk penyusunan anggaran di masa yang akan datang.
Barangkali kontribusi yang paling penting dari pendekatan ini adalah:
1. Pendekatan ini jauh lebih menekankan kepada anggaran aktivitas yang diusulkan.
2. Organisasi anggaran menurut aktivitas perlu didukung oleh estimasi biaya dan syarat
kuantitas pencapaian.
3. Pendekatan ini lebih menekankan kepada ukuran output (hasil) dan input (masukan).
Jika pemerintah suatu Negara menggunakan pendekatan ini maka beberapa pertanyaan di
bawah ini perlu dijawab:
1. Apa yang menjadi target atau sasaran Departemen atau Lembaga?
2. Mengapa Departemen atau Lembaga mengajukan anggaran tersebut?
3. Program atau aktivitas apa saja yang akan digunakan Departemen atau Lembaga
untuk mencapai sasaran tersebut?
4. Berapa volume kerja yang diperlukan untuk melaksanakan program atau aktivitas
tersebut?
5. Bagaimana tingkat layanan yang telah disediakan di masa lalu.
6. Seberapa tingkat aktivitas yang akan diijinkan oleh legislative dan berapa jumlah dana
yang diijinkan oleh legilatif.
Pendekatan Program dan Perencanaan-Pemrograman-Penganggaran(The Program and
Planning-Program-Budgeting Approach).
Pendekatan ini disebut dengan Planning Program Budgeting System(PPBS). Dari
kata yang dipakai yaitu kata program mengacu kepada serangkaian tindakan yang akan
dikerjakan dalam waktu tertentu dimasa yang akan datang. National Committee on
Governmental Accounting(NCGA) mendefinisikan budget program yakni “suatu anggaran di

19
mana pengeluaran utamanya didasarkan atas program kerja sedangkan yang berikutnya
didasarkan atas obyek sebagaimana dijumpai dalam sistem tradisional dan sistem kinerja”.
Penganggaran program mengacu kepada orientasi perencanaan yang menekankan kepada
program, fungsi dan aktivitas. Pengukuran kinerja bukan merupakan prasyarat bagi
penganggaran program meskipun kinerja ini juga dipandang penting. Jika penganggaran
program telah dibentuk maka didalamnya sudah termasuk rincian kinerja yang akan
dilaksanakan. Program tanpa kinerja ibarat rumah tak berpenghuni dan kinerja tanpa program
ibarat orang bepergian tanpa arah yang jelas.
Adapun fungsi anggaran, baik APBN maupun APBD yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi Otorisasi,
Mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan,
Mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi pedoman bagi manajemen
dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan,
Mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara telah sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.
4. Fungsi Alokasi,
Mengandung arti bahwa anggaran pemerintah harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas
perekonomian.
5. Fungsi Distribusi,
Mengandung arti bahwa kebijakan anggaran pemerintah harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi Stabilitasasi,
Mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Anggaran adalah alat akuntabilitas, pengendalian manajemen dan kebijakan ekonomi.
Sebagai instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan
bernegara. Dalam upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi anggaran tersebut,
telah dilakukan pengaturan secara jelas peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses

20
penyusunan dan penetapan anggaran. Selain itu, dalam rangka reformasi bidang keuangan
negara, penyempurnaan penganggaran juga dilakukan melalui pendekatan berikut ini:
1. Pengintegrasian Antara Rencana Kerja dan Anggaran
Dalam penyusunan anggaran dewasa ini digunakan pendekatan budget is a plan, a
plan is budget. Oleh karena itu, antara rencana kerja dan anggaran merupakan satu kesatuan,
disusun secara terintegrasi. Untuk melaksanakan konsep ini Pemerintah harus memiliki
rencana kerja dengan indikator kinerja yang terukur sebagai prasyaratnya.
2. Penyatuan Anggaran
Pendekatan yang digunakan dalam penganggaran adalah mempunyai satu dokumen
anggaran, artinya Menteri/Ketua Lembaga /Kepala SKPD bertanggung jawab secara formil
dan materiil atas penggunaan anggaran di masing-masing instansinya. Tidak ada lagi
pemisahan antara anggaran rutin dan pembangunan. Dengan pendekatan ini diharapkan tidak
terjadi duplikasi anggaran, sehingga anggaran dapat dimanfaatkan secara lebih efisien dan
efektif.
3. Penganggaran Berbasis Kinerja
Konsep yang digunakan dalam anggaran ini adalah alokasi anggaran sesuai dengan
hasil yang akan dicapai, terutama berfokus pada output atau keluaran dari kegiatan yang
dilaksanakan. Oleh karena itu, untuk keperluan ini diperlukan adanya program/kegiatan yang
jelas, yang akan dilaksanakan pada suatu tahun anggaran. Dalam penerapan anggaran
berbasis kinerja ini diperlukan adanya: indikator kinerja, khususnya output (keluaran) dan
outcome (hasil), standar pelayanan minimal yang harus dipenuhi oleh pemerintah, standar
analisa biaya, dan biaya standar keluaran yang dihasilkan.
4. Penggunaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
Pemerintah dituntut untuk menjaga kesinambungan penyelenggaraan fungsi
pemerintahan. Oleh karena itu, Pemerintah wajib menyusun Rencana Kerja Jangka Panjang,
Rencana Kerja Jangka Menengah/Rencana Strategis, dan Rencana Kerja Tahunan. Dalam
rangka menjaga kesinambungan program/ kegiatannya, pemerintah dituntut menyusun
anggaran dengan perspektif waktu jangka menengah. Selain menyajikan anggaran yang
dibutuhkan selama tahun berjalan, pemerintah juga dituntut memperhitungkan implikasi
biaya yang akan menjadi beban pada APBN/APBD tahun anggaran berikutnya sehubungan
dengan adanya program/kegiatan tersebut.

21
5. Klasifikasi anggaran
Dalam rangka meningkatkan kualitas informasi keuangan, Pemerintah menggunakan
klasifikasi anggaran yang dikembangkan mengacu pada Government Finance Statistic (GFS)
sebagaimana yang sudah diterapkan di berbagai negara. Klasifikasi anggaran dimaksud
terdiri dari klasifikasi menurut fungsi, menurut organisasi, dan menurut jenis belanja.
Penyempurnaan tersebut memperlihatkan adanya keterkaitan yang erat antara
perencanaan dengan penganggaran, sekaligus memperlihatkan hubungan antara Undang-
undang Keuangan Negara dengan Undang-undang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Tahap perencanaan pada pemerintah pusat dikoordinir oleh Bappenas sedangkan pada
pemerintah daerah dikoordinir oleh satuan kerja perencanaan daerah. Tahap penganggaran
dipimpin oleh Kementerian Keuangan pada Pemerintah Pusat, sedangkan pada pemerintah
daerah dikelola oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD). Setiap tahun, penyusunan
APBN/APBD dimulai dari penyusunan RKP dengan menyiapkan rancangan kebijakan
umum, program indikatif, dan pagu indikatif. Rancangan RKP/RKPD ini selanjutnya
disampaikan ke DPR/DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan. Setelah
disepakati bersama dengan DPR/DPRD, maka kebijakan umum anggaran, program prioritas
dan plafon anggaran sementara, akan menjadi dasar bagi Kementrian/Lembaga/SKPD untuk
menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). RKA ini selanjutnya digunakan untuk
menyusun Rancangan APBN/RAPB yang wajib disampaikan ke DPR/DPRD untuk dibahas
dan diperbaiki sebelum disetujui untuk ditetapkan menjadi APBN/APBD.
DPR/DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah
penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan APBN/APBD. Proses pengesahan Rancangan
APBN dilakukan setelah ada persetujuan oleh DPR, sedangkan pada pengesahan Rancangan
APBD ada tambahan proses evaluasi. Evaluasi atas RAPBD yang telah disetujui oleh DPRD
dilakukan oleh gubernur untuk RAPBD kabupaten/kota dan Mendagri untuk RAPBD
provinsi. Proses evaluasi tersebut bertujuan untuk melindungi kepentingan umum,
menyelaraskan dan menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
dan/atau peraturan daerah lainnya.mlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan
APBN/APBD. Proses pengesahan Rancangan APBN dilakukan setelah ada persetujuan oleh
DPR, sedangkan pada pengesahan Rancangan APBD ada tambahan proses evaluasi. Evaluasi
atas RAPBD yang telah disetujui oleh DPRD dilakukan oleh gubernur untuk RAPBD
kabupaten/kota dan Mendagri untuk RAPBD provinsi. Proses evaluasi tersebut bertujuan

22
untuk melindungi kepentingan umum, menyelaraskan dan menyesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya.

2.2.1 Prinsip- prinsip Penganggaran


Anggaran merupakan satu instrument penting di dalam manajemen karena merupakan
bagian dari fungsi manajemen.Di dunia bisnis maupun di organisasi sektor publik, termasuk
pemerintah, anggaran merupakan bagian dari aktivitas penting yang dilakukan secara rutin.
Dalam rangka penyusunan angggaran terdapat beberapa prinsip penganggaran yang perlu
dicermati, yaitu :
1. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran
APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil,
dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan.
Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran
karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan –
kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban
atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.
2. Disiplin Angggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional
yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan
pada setiap pos / pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang
belum / tidak tersedia anggarannya dalam APBD/ APBD- Perubahan
3. Keadilan Anggaran
Permerintah daerah wajib mengalokasikan pengguanan anggarannya secara adil agar
dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian
pelayanan karena pendapatan daerah pada hakekatnya diperoleh melalui peran serta
masyarakat.
4. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan asas efisiensi, tepat guna,
tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaaanya dapat dipertanggungjawabkan.Dana yang
tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan
dan kesejahteraan maksimal untuk kepentingan masyarakat.

23
5. Disusun dengan pendekatan kinerja
APBD disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengutamakan upaya pencapaian
hasil kerja (ouput/ outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan.
Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan.
Selain itu harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi kerja yang
terkait.
Dalam pasal 3 UUD 1945, disebutkan bahwa “ Majelis Permusyarawatan Rakyat
menetapkan UUD dan garis- garis besar haluan negara ( GBHN)”.
GBHN adalah haluan negara tentang pembangunan nasional dalam garis- garis besar sebagai
penyataan kehendak rakyat. Untuk menjabarkan garis- garis besar haluan negara ini,
disusunlah rencana pembangunan lima tahun atau Repelita. Dengan demikian, sasaran yang
tercantum dalam Repelita, sellau mengacu pada sasaran GBHN.
Dalam pelaksanaanya , disusun antara lain Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
( APBN) sebagai rencana operasional tahunan yang menjabarkan sasaran Repelita. Untuk
menjembatani saran Repelita dengan APBN , disusun sasaran repelita Tahunan ( Sarlita)
sebagai dokumen yang diacu untuk menyusun sasaran APBN. Dengan demikian antara
GBHN, Repelita, Sarlita, dan APBN saling terkait satu sama lain.
Untuk mencapai sasaran Repelita, dibutuhkan sejumlah dana yangberasal dari :
1. Tabungan Pemerintah
2. Bantuan Luar Negeri ( Bantuan Proyek)
3. Dana Masyarakat
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
Sistem anggaran belanja negara di Indonesia, dibagi menjadi dua bagian , yaitu :
1. Sistem penerimaan terdiri dari :
 Penerimaan dalam negeri
 Penerimaan pembangunan
2. Sistem pengeluaran terdiir dari :
 Pengeluaran Rutin
 Pengeluaran pembangunan
Menurut GBHN, Indonesia menganut sistem anggaran berimbang yang dinamis, artinya
pengeluaran negara sama dengan penerimaannya.
Siklus APBN
Terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam proses penyusunan
RAPBN, antara lain siklus APBN, kondisi ekonomi domestik daninternasional yang

24
tercermin dalam asumsi dasar ekonomi makro, berbagai kebijakan APBN dan pembangunan,
parameter konsumsi komoditas bersubsidi, kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara,
resiko fiskal dan kinerja pelaksanaan APBN dari tahun ke tahun.Siklus adalah putaran waktu
yang berisi rangkaian kegiatan secara berulang dengan tetap dan teratur. Oleh karena itu,
Siklus APBN dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang berawal dari perencanaan dan
penganggaran sampai dengan pertanggungjawaban APBN yang berulang dengan tetap dan
teratur setiap tahun anggaran.

2.2.2 Pelaksanaan Anggaran Keuangan Daerah dan Negara


Setelah APBDN ditetapkan secara terperinci dengan undang-undang,maka
pelaksanaan di atur lebih lanjut dengan keputusan presiden sebagai pedoman bagi
kementrian negara/lembaga dalam pelaksanaan anggaran.Pengaturan dalam keputusan
presiden tersebut terutama dalam hal-hal yang belum di perincidi dalam Undang-Undang
APBDN, seperti ,alokasi anggaran untuk kantor daerah kementrian Negara/lembaga,
pembayaran gaji dalam belanja pegawai, pembayaran untuk tunggakan yang menjadi beban

25
kementerian Negara/lembaga, dan alokasi dana perimbangan untuk provinsi/kabupaten/kota
dan alokasi subsidi sesuai dengan keperluan perusahaan/badan yang menerima.
Pemerintahan pusat dan pemerintah daerah menyampaikan laporan realisasi semester
pertama kepada DPR/DPRD pada akhir juli tahun anggaran yang bersangkutan untuk
memberi informasi mengenai perkembangan pelaksanaan APBN/APBD. Laporan realisasi
tersebut menjadi bahan evaluasi pelaksanaan APBN/APBD semester pertama dan
penyesuain/perubahan APBN/APBD pada semester berikutnya.Ketentuan megenai
pegelolaan keuangan Negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD ditetapkan tersendiri
dalam Undang-Undang yang mengatur perbendaharaan negara mengingat lebih banyak
menyangkut hubung administrative antar-kementerian negara/lembaga di linkungan
pemerintah.

2.2.3 Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat


Penyusunan dan penyampaian Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)
merupakan bentuk pertanggungjawaban dari pelaksanaan APBN atau APBN-P. Sebagaimana
disebutkan dalam Undang-undang No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pasal 30 ayat
(1), Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban

26
pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhirLaporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2012 mencakup seluruh aspek
keuangan yang dikelola oleh seluruh entitas Pemerintah Pusat, yang terdiri dari Bendahara
Umum Negara (BUN) dan kementerian negara/lembaga (K/L), beserta jenjang struktural di
bawahnya seperti eselon I, kantor wilayah, serta satuan kerja yang bertanggung jawab atas
otorisasi kredit anggaran yang diberikan kepadanya termasuk satuan kerja Badan Layanan
Umum (BLU) dan satuan kerja pengguna dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
LKPP disusun oleh Menteri Keuangan selaku Pengelola Fiskal berdasarkan
konsolidasi Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) dan Laporan
Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN). LKPP dihasilkan melalui sistem akuntansi
terintegrasi yang disebut Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) sesuai dengan PMK
Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Pusat sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 233/PMK.05/2011.
Alur Penyusunan LKPP Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah Pusat
SAPP, berdasarkan definisi dalam pasal 1 PMK Nomor 233/PMK.05/2011,
merupakan serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi mulai dari pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi
keuangan Pemerintah Pusat. Selanjutnya, sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) PMK yang sama,
SAPP terdiri dari: (i) Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dan (ii) Sistem
Akuntansi Instansi (SAI).
Alur Penyusunan LKPP

27
Dapat dilihat bahwa proses penyusunan LKPP merupakan muara dari proses Sistem
Akuntansi Instansi yang diselenggarakan oleh Kementerian Negara/Lembaga dan Sistem
Akuntansi BUN yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan sebagai Bendahara
Umum Negara. Sistem Akuntansi Instansi ini dilaksanakan dari Satuan Kerja, Kantor
Wilayah, Eselon I yang kemudian dilaporkan dalam Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga (LKKL) yang terdiri dari: (i) Laporan Realisasi Anggaran; (ii) Neraca; dan
(iii) Catatan Atas Laporan Keuangan. Sementara itu, pertanggungjawaban yang dilaksanakan
dengan Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara meliputi: (i) Sistem Akuntansi Pusat
(SiAP); (ii) Sistem Akuntansi Utang Pemerintah (SA-UP); (iii) Sistem Akuntansi Hibah
(SIKUBAH); (iv) Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP); (v) Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Penerusan Pinjaman (SA-PPP); (vi) Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-
TD); (vii) Sistem Akuntansi Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (SA-BSBL); (viii) Sistem
Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK); dan (ix) Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Badan Lainnya (SA-PBL). Keseluruhan proses dalam SA-BUN ini menghasilkan Laporan
Keuangan BUN yang terdiri dari: Laporan Realisasi Angaran, Neraca, Laporan Arus Kas,
dan Laporan Manajerial. Adapun Laporan Manajerial terdiri atas Laporan Posisi Kas,
Laporan Posisi Utang, Laporan Posisi Penerusan Pinjaman, Ikhtisar Laporan Keuangan
Badan Lainnya dan Laporan Posisi Investasi Pemerintah.
Selanjutnya, akan dibahas sekilas mengenai masing-masing sistem akuntansi yang
merupakan komponen dari Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara.
a. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP)
Berdasarkan definisi dalam pasal 1 PMK Nomor 233/PMK.05/2011, SiAP adalah
serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan, dan operasi keuangan
pada Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. SiAP ini meliputi Sistem
Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN), yang menghasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca
Kas Umum Negara (KUN), dan Sistem Akuntansi Umum (SAU) yang menghasilkan Laporan
Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat dan Neraca. SiAP ini dilaksanakan oleh KPPN, Kanwil
Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Direktorat Pengelolaan Kas Negara.
b. Sistem Akuntansi Utang Pemerintah (SA-UP) dan Sistem Akuntansi Hibah
(SIKUBAH)
Berdasarkan definisi dalam pasal 1 PMK Nomor 233/PMK.05/2011, SA-UP adalah
serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran serta pelaporan posisi utang, operasi utang

28
pemerintah, penerimaan, dan pengeluaran pembiayaan terkait utang. Sementara itu,
SIKUBAH didefinisikan sebagai serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi
mulai dari pengumpulan data, pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran serta pelaporan posisi
dan operasi hibah Pemerintah.
SA-UP&H menghasilkan Laporan realisasi Penerimaan Hibah, pembayaran bunga utang,
Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan serta Neraca. Sesuai dengan pasal 12
PMK Nomor 171/PMK.05/2007, SA-UP&H dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Pengelolaan Utang selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN).
Kemudian, Laporan ini dikirimkan ke Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selaku
Unit Akuntansi Bendahara Umum Negara (UABUN).
c. Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP)
Berdasarkan definisi dalam pasal 1 PMK Nomor 233/PMK.05/2011, SA-IP adalah
serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran serta pelaporan posisi investasi pemerintah,
penerimaan dan pengeluaran terkait investasi. SA-IP dilaksanakan oleh unit yang
menjalankan penatausaahaan dan pelaporan.
investasi Pemerintah, yang dalam hal ini Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN).
Selanjutnya, DJKN menyampaikan laporan beserta Arsip Data Komputer (ADK) kepada
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan. Penatausahaan investasi Pemerintah ini
menghasilkan laporan berupa: (i) Laporan Realisasi Anggaran; (ii) Neraca; (iii) Catatan atas
Laporan Keuangan; dan (iv) Laporan Investasi Pemerintah (managerial report).
d. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Penerusan Pinjaman (SA-PPP)
Berdasarkan definisi dalam pasal 1 PMK Nomor 233/PMK.05/2011, SAPPP adalah
serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran serta pelaporan penerusan pinjaman pemerintah. SA-
PPP dilaksanakan oleh Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman serta menghasilkan
Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Laporan ini kemudian dikirim kepada Direktorat
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan sebagai UABUN.
e. Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD)
Berdasarkan definisi dalam pasal 1 PMK Nomor 233/PMK.05/2011, SA-TD adalah
serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran serta pelaporan posisi dan operasi keuangan atas
transaksi transfer ke daerah. SA-TD dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan

29
Keuangan serta menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Laporan ini juga
kemudian dikirimkan kepada UABUN.
f. Sistem Akuntansi Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (SA-BSBL)
Berdasarkan definisi dalam pasal 1 PMK Nomor 233/PMK.05/2011, SABSBL adalah
serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan
atas transaksi subsidi dan belanja lain-lain.
SA-BSBL menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan
Keuangan. Berdasarkan Pasal 17A ayat (3), SA-BSBL dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Anggaran selaku Pengguna Anggaran Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain. Selanjutnya
ayat (4) pasal yang sama diatur bahwa Pengguna Anggaran dapat menunjuk pejabat pada
Kementerian Negara/Lembaga/Pihak Lain sebagai Kuasa Pengguna Anggaran.
g. Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK)
Berdasarkan definisi dalam pasal 1 PMK Nomor 233/PMK.05/2011, SA-TK adalah
serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan untuk seluruh transaksi penerimaan dan
pengeluaran aset pemerintah yang terkait dengan fungsi Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara, yang tidak tercakup dalam Sub Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara.
Berdasarkan perubahan Huruf I Lampiran PMK Nomor 171/PMK.05/2007, transaksi bersifat
khusus dimaksud antara lain: Pengeluaran Kerjasama Internasional, Pengeluaran Pernjanjian
Hukum Internasional, PNBP yang dikelola oleh DJA kecuali bagian laba BUMN, Aset
pemerintah yang berada dalam penguasaan Pengelola Barang, Pembayaran dan penerimaan
setoran/potongan PFK, dan Pembayaran Belanja Pensiun. SA-TK menghasilkan Laporan
Keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
Berdasarkan Pasal 17B ayat (3) PMK Nomor 233/PMK.05/2011, disebutkan bahwa
dalam rangka pelaksanaan SA-TK, Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri
Keuangan membentuk unit akuntansi antara lain berupa Unit Akuntansi Pembantu Bendahara
Umum Negara Transaksi Khusus (UAP BUN TK) yang berdasarkan ayat (4) pasal yang sama
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
h. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Lainnya (SAPBL)
Berdasarkan definisi dalam pasal 1 PMK Nomor 233/PMK.05/2011, SAPBL adalah
serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan ikhtisar laporan

30
keuangan badan lainnya. SAPBL diterapkan untuk menyusun Laporan Posisi Keuangan
(Neraca) Badan Lainnya dan Ikhtisar Laporan Keuangan Badan Lainnya. Berdasarkan
perubahan Huruf J Bagian Kedua Lampiran PMK Nomor 171/PMK.05/2007, SA-PBL
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan.
Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 55 ayat (1) UU No.1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN,
Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
untuk disampaikan kepada Presiden. Selanjutnya, dalam ayat (3) ketentuan yang sama,
Laporan Keuangan tersebut disampaikan Presiden kepada Badan Pemeriksa Keuangan paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Sesuai dengan ketentuan dapal pasal
30 ayat (1) UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, selambat-lambatnya 6 (enam)
bulan setelah tahun anggaran berakhir Presiden menyampaikan rancangan undangundang
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang
telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Ketentuan mengenai penyampaian
rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN oleh Presiden
kepada DPR juga diatur dalam Pasal 163 ayat (1) UU No. 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR,
DPD, dan DPRD. Selanjutnya, tahapan pembahasan dan penetapan rancangan undang-
undang tentang pertanggungjawawaban pelaksanaan APBN berdasarkan Pasal 158 Tata
Tertib DPR RI adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah menyampaikan pokok-pokok Rancangan Undang-Undang tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dalam rapat paripurna kepada DPR berupa laporan
keuangan yang telah diperiksa oleh BPK selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
2. Fraksi menyampaikan pandangannya terhadap materi Rancangan UndangUndang tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN yang disampaikan oleh Pemerintah dalam rapat
paripurna.
3. Pemerintah memberikan tanggapan terhadap pandangan fraksi dalam rapat paripurna.
DJPB kementerian Keuangan menjadi koordinator dalam menyusun tanggapan pemerintah
tersebut
4. BPK menyampaikan laporan keuangan Pemerintahan pusat pada rapat paripurna.
5. Badan Anggaran melakukan pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dengan mempertimbangkan pemandangan umum

31
fraksi, tanggapan Pemerintah, saran dan pendapat Badan Musyawarah, keputusan rapat kerja
komisi dengan Pemerintah serta laporan keuangan Pemerintahan pusat.
6. Pembahasan dan penetapan Rancangan Undang-Undang tentang Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBN dilakukan dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah
disampaikannya bahan hasil pemeriksaan laporan keuangan Pemerintah oleh BPK ke DPR. 7.
Badan Anggaran melakukan pembahasan rancangan undang-undang.
8. Sebelum penetapan rancangan undang-undang oleh Badan Anggaran sebagaimana
dimaksud dalam angka 5 di atas, Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) dapat
menyampaikan telaahannya terhadap laporan keuangan Pemerintah pusat yang telah diaudit
oleh BPK kepada Badan Anggaran.
9. Untuk pengambilan keputusan dalam Pembicaraan Tingkat I terhadap Rancangan Undang-
Undang tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN, berlaku ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 155 ayat (4) Tata Tertib DPR RI, yang mengatur bahwa pengambilan
keputusan Rancangan Undang-Undang tentang APBN antara Badan Anggaran dengan
pemerintah pada akhir Pembicaraan Tingkat I, dilakukan dengan acara:
a. Pengantar Ketua Badan Anggaran;
b. Laporan panita kerja;
c. Pembacaan naskah Rancangan Undang-Undang tentang LKPP;
d. Pendapat mini sebagai sikap akhir fraksi;
e. Pendapat pemerintah;
f. Penandatanganan naskah Rancangan Undang-Undang tentang APBN; dan
g. Pengambilan keputusan untuk dilanjutkan pada Pembicaraan Tingkat II.
10. Hasil pembahasan Pembicaraan Tingkat I kemudian disampaikan oleh Badan
11. Untuk acara rapat paripurna, berlaku ketentuan dalam Pasal 155 ayat (5) Tata Tertib DPR
RI, yang mengatur bahwa hasil pembahasan dalam Pembicaraan Tingkat I dilaporkan dalam
rapat paripurna untuk ditetapkan yang didahului dengan:
a. Penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat mini sebagai sikap akhir fraksi,
dan hasil Pembicaraan Tingkat I;
b. Pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap fraksi dan anggota secara lisan
yang diminta oleh pimpinan rapat paripurna; dan
c. Pendapat akhir Presiden yang disampaikan oleh menteri yang mewakilinya.

32
2.2.4 Pelaksanaan Anggaran Keuangan Negara (APBN)
Tahun anggaran meliputi masa satu tahun mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan
31 Desember tahun yang bersangkutan. APBN dalam satu tahun anggaran meliputi:
1. Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih;
2. Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih;
3. Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya. Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui Rekening Kas
Umum Negara dengan menggunakan sistem giral.
Secara garis besar, tahap-tahap siklus anggaran dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Penyusunan RAPBN oleh pemerintah;
2. Penyampaian RAPBN kepada DPR/pengesahannya;
3. Pelaksanaan APBN oleh pemerintah;
4. Pengawasan pelaksanaan APBN oleh BPK;
5. Pertanggungjawaban/Perhitungan Anggaran Negara (PAN);
6. Persetujuan RUU PAN menjadi UU PAN oleh DPR.
Berdasarkan fungsinya, penganggaran pemerintah mempunyai tiga fungsi utama yaitu:
1. Stabilitas fiskal makro,
2. Alokasi sumber daya sesuai prioritas, dan
3. Pemanfaatan anggaran secara efektif dan efisien.
Untuk mencapai tujuan penganggaran ini, dilakukan dengan tiga pendekatan baru
dalam penyusunan sistem penganggaran yaitu:
1. Penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah. Kerangka pengeluaran jangka
menengah digunakan untuk mencapai disiplin fiskal secara berkelanjutan. Kementerian
negara/lembaga mengajukan usulan anggaran untuk membiayai program dan kegiatan dalam
tahun anggaran yang direncanakan dan menyampaikan prakiraan maju yang merupakan
implikasi kebutuhan dana untuk pelaksanaan program dan kegiatan tersebut pada tahun
berikutnya. Prakiraan maju yang diusulkan kementerian negara/lembaga disetujui oleh
presiden dalam keputusan presiden tentang rincian APBN untuk menjadi dasar bagi
penyusunan usulan anggaran kementerian negara/lembaga pada tahun anggaran berikutnya
setelah tahun anggaran yang sedang disusun.
2. Penerapan penganggaran terpadu. Penyusunan anggaran terpadu dilakukan dengan
mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan kementerian
negara/lembaga untuk menghasilkan dokumen Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

33
Negara/Lembaga (RKA-KL) dengan klasifikasi anggaran belanja menurut organisasi, fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja.
3. Penerapan penganggaran berbasis kinerja (ABK). Penerapan penyusunan anggaran
berbasis kinerja menekankan pada ketersediaan rencana kerja yang benar-benar
mencerminkan komitmen kementerian negara/lembaga sebagai bagian dari proses
penganggaran. Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja dilakukan dengan memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi
dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.Dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja
diperlukan indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja dari setiap program dan jenis
kegiatan.Tingkat kegiatan yang direncanakan dan standar biaya yang ditetapkan pada awal
siklus tahunan penyusunan anggaran menjadi dasar dalam menentukan anggaran untuk tahun
anggaran yang direncanakan dan prakiraan maju bagi program yang bersangkutan.Standar
biaya, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus bagi pemerintah pusat,
ditetapkan oleh menteri keuangan setelah berkoordinasi dengan kementerian negara/lembaga
terkait. Pengaturan mengenai pengukuran kinerja, evaluasi kinerja kegiatan, dan evaluasi
kinerja program adalah sebagai berikut:
a. Dalam rangka penerapan anggaran berbasis kinerja, kementerian negara/lembaga
melaksanakan pengukuran kinerja.

b. Kementerian negara/lembaga melakukan evaluasi kinerja kegiatan satuan kerja


kementerian negara/lembaga setiap tahun berdasarkan sasaran dan/atau standar kinerja
kegiatan yang telah ditetapkan sebagai umpan balik bagi penyusunan RKA-KL tahun
berikutnya.

c. Kementerian negara/lembaga melakukan evaluasi kinerja program sekurang-kurangnya


sekali dalam 5 (lima) tahun berdasarkan sasaran dan/atau standar kinerja yang telah
ditetapkan.

Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja di
sektor publik, perlu dilakukan perubahan klasifikasi anggaran agar sesuai dengan klasifikasi
yang digunakan secara internasional. Perubahan dalam pengelompokan transaksi pemerintah
tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja,
memberikan gambaran yang objektif dan proporsional mengenai kegiatan pemerintah,
menjaga konsistensi dengan standar akuntansi sektor publik, dan memudahkan penyajian dan
meningkatkan kredibilitas statistik keuangan pemerintah.

34
Terdapat kendala perencanaan dan penganggaran secara umum dan spesifik. Kendala
umum, yaitu :
1. Lemahnya koordinasi dalam pengelolaaan data dan informasi sehingga tidak tepat
sasaran.
2. Lemahnya keterkaitan proses perencanaan, proses penganggaran dan proses politik
dalam menerjemahkan dokumen perencanaan menjadi dokumen anggaran.
3. Kurangnya keterlibatan masyarakat warga ( Civil Society)
4. Lemahnya system pemantauan, evaluasi, dan pengendalian (Safeguarding)
5. Lemahnya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
6. Ketergantungan pada sumber dana dari donor dan lembaga internasional
Permasalahan ( spesifik) dalam perencanaan dan penganggaran adalah :
1. Permasalahan yang terkait dengan struktur program dan kegiatan perencanaan dan
penganggaran antara lain adalah :
2. Pelaksanaan ( Operasional) perencanaan yang diwujudkan dalam bentuk program,
cenderung disusun dengan pendekatan input based.
3. Program digunakan oleh beberapa Kementerian Negara/ Lembaga.
4. Program memiliki tingkatan yang sama atau lebih rendah dibandingkan kegiatan.
Masih ditemui adanya bebrapa keluaran yang tidak berkaitan dengan pencapain
kinerja
5. Permasalahan yang terkait dengan tidak sinerginya perencanaan pusat, perencanaan
sectoral dan daerah.
6. Pembangunan nasional ( Makro) semata – mata agregasi ( gabungan) atas
pembangunan – pembangunan daerah/ wilayah atau bahkan sekedar gabungan
pembangunan antar sektor semata.
7. Pembangunan nasional adalah hasil sinergi berbagai bentuk keterkaitan (linkasges),
baik keterkaitan spasial ( spatial linkages atau regional linkages), keterekaitan sectoral
( sectoral linkages) dan keterkaitan institusional ( Institutional linkages).
8. Perubahan lingkungan strategis nasional dan internasional yang perlu diperhatikan
antara lain:
 Demokratisasi, Proses perencanaan pembangunan dituntut untuk disusun
secara terbuka dan melibatkan semakin banyak unsur masyarakat
 Otonomi Daerah, Perencanaan pembangunan dituntut untuk selalu sinkron
dan sinergis antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten

35
 Globalisasi, Perencanaan pembangunan dituntut untuk mampu mengantisipasi
kepentingan nasional dalam kancah persaingan global
 Perkembangan Teknologi, Perencanaan pembangunan dituntut untuk selalu
beradaptasi dengan perubahan teknologi yang cepat
2.2.5 Pelaporan dan Evaluasi Anggaran
Setelah anggaran selesai disusun, organisasi sektor publik melaksanakan apa yang
dianggarkan dalam kegiatan-kegiatan tahun berjalan. Pelaksanaan anggaran kinerja tidak bisa
dilepaskan dari proses pelaporan dan evaluasi atas aktivitas yang telah dilaksanakan. Hal ini
menjadi sangat penting karena salah satu ukuran keberhasilan anggaran kinerja adalah
kemampuannya untuk diukur dan dievaluasi guna mendapatkan umpan balik.
Untuk itu, setiap organisasi sektor publik harus melaporkan pada tingkat di mana
mereka telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Artinya, setiap organisasi harus
menyediakan informasi mengenai aktivitas yang telah dilakukan. Informasi ini seharusnya
meliputi input, output, dan outcome, dan berbagai indikator kualitatif lainnya yang dirasakan
perlu. Hal ini berbeda dengan pelaksanaan anggaran tradisional yang hanya menekankan
pada pelaporan kuantitatif.
Service Efforts and Accomplisment (SEA) mengukur keberhasilan organisasi dalam 3
indikator:
1. Indikator usaha, yakni sumber daya yang digunakan untuk pelayanan (input)
2. Indikator pencapaian, yakni pelayanan apa yang dapat disediakan dan dicapai
dengan input yang tersedia (output dan outcome)
3. Indikator yang menghubungkan usaha dan pencapaian, indikator ini dibagi
lagi menjadi 2, yaitu:
 Indikator efisiensi, perbandingan input dan output
 Indikator efektivitas, perbandingan input dan outcome
Pentingnya Anggaran
Anggaran untuk organisasi sektor publik berasal secara umum dari penggunaan
tingkat pajak atau jumlah yang digunakan untuk jasa. Peran perencanaan dicapai dengan
ukuran moneter (seperti materi, pekerja dan perlengkapan) diperlukan untuk mencapai
aktivitas yang direncanakan dalam periode anggaran. Peran pengendalian dicapai dengan
mempersiapkan anggaran yang menunjukkan masukan dan rencana yang dicapai. Varian
antara anggaran dan aktual menunjukkan divergensi sumber daya yang jelas dalam alokasi
organisasi pemerintah untuk membolehkan melakukan tugas yang bertanggungjawab.

36
Pengendalian dapat dilakukan dengan membandingkan hasil anggaran dengan aktual untuk
meyakinkan tingkat pengeluaran tidak melebihi dan aktivitas dari rencana yang terjadi.
Kecuali alasan untuk varian yang dianalisa dan langkah perbaikan menghantarkan anggaran
dan kembali ke aktual sesuai garis, keseluruhan sistem akan diluar pengendalian. Oleh karena
itu, kondisi relevan, akurat dan laporan yang tepat waktu posisi aktual dan anggaran
diperlukan pada setiap level menajemen untuk dapat dimonitor sesuai anggaran.

Evaluasi
Laporan keuangan yang membandingkan antara pendapatan dan pengeluaran yang
dianggarkan dan aktual utnuk periode tertentu sebagai basis untuk evaluasi terhadap standar
yang ada. Anggaran juga menyediakan tujuan yang jelas untuk evaluasi kinerja pada tiap
level tanggung jawab.

37
BAB III
PENUTUP

.1 Kesimpulan

 Perencanaan merupakan hal yang penting karena jenis, kuantitas dan kualitas kinerja
jasa dan pengadaan pemerintah tidak dievaluasi dan disesuaikan melalui mekanisme
pasar terbuka dan mereka cukup peka kepada kepentingan umum.
 Fungsi / manfaat perencanaan yaitu sebagai penuntun arah, minimalisasi
ketidakpastian, minimalisasi inefisiensi sumber daya, dan penetapan Standar dalam
Pengawasan Kualitas
 Anggaran merupakan rencana operasional keuangan yang mencakup suatu estimasi
pengeluaran untuk suatu jangka waktu tertentu dan rencana penerimaan pendapatan
untuk membiayai.
 kendala perencanaan dan penganggaran pada umumnya adalah lemahnya koordinasi
dalam pengelolaaan data dan informasi sehingga tidak tepat sasaran., Lemahnya
keterkaitan proses perencanaan, proses penganggaran dan proses politik dalam
menerjemahkan dokumen perencanaan menjadi dokumen anggaran., Kurangnya
keterlibatan masyarakat warga ( Civil Society), Lemahnya system pemantauan,
evaluasi, dan pengendalian (Safeguarding), Lemahnya koordinasi antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah, Ketergantungan pada sumber dana dari donor dan
lembaga internasional

38
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
Halim, Abdul. 2012. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat
Nordiawan, Deddy. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat
Nordiawan, Deddy, dkk. 2012. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat
www.google.com
www.wikipedia.org

39

Anda mungkin juga menyukai