Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH IAD

PEMANFAATAN POHON JATI

NAMA : HANANDYA FATTAH


NIM : 201810330311060
FAKULTAS : KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


2018 / 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keadaan hutan indonesia dua puluh tahun terakhir cukup memprihatinkan, hal
ini terlihat dari tingginya laju kerusakan hutan indonesia. Akibat yang ditimbulkan dari
kerusakan hutan ini, Indonesia menuai banyak bencana berupa banjir dan tanah longsor,
selain itu isu yang saat ini ramai di perbincangkan oleh dunia internasional adalah
perubahan iklim berupa pemanansan global yang disebabkan meningkatnya gas CO2
di atmosfer bumi. Dengan semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan jati, maka
menyebabkan pembudidayaan tanaman jati ini harus lebih ditingkatkan
agar menghasilkan produksi yang seimbang dengan kebutuhan pasar terhadap kayu jati
tersebut. Oleh karena itu, penelitian-penelitian tentang pembudidayaan jati harus terus
dilakukan untuk menemukan metode yang tepat dengan hasil yang baik serta biaya
yang relatif murah.
Tanaman jati merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomis yang sangat
tinggi,karena tanaman jati dapat dibuat sebagai bahan bangunan dan meubel yang
memiliki kualitas dan kelas pasar yang cukup tinggi. Tanaman jati tergolong tanaman
yang dapat tumbuh dengan baik di hutan tropis, dan tidak dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik di hutan hujan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari judul ini adalah untuk mengetahui dan menambah
wawasan terhadap potensi tanaman jati di indonesia.

1.3 Rumusan Masalah


1. Penghasil tanaman jati yang terbaik di Indonesia
2. Nilai ekonomi yang terdapat pada kayu jati
BAB II
PEMBAHASAN
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar,
berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di
musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Jati dapat
tumbuh di daerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C
baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang paling baik untuk
pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air. Jati
memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa.

Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya


kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga
tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati. Jati biasanya diproduksi
secara konvensionaldengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi bibit dengan
jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji yang
keras. Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti
merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta
menambahkan asam, basa, atau bakteri. Akan tetapi alternatif tersebut masih belum
optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.

Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang
bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18–20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak
terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian
jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam; dan jati pring (Jw.,
bambu) nampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Pohon jati (Tectona grandis sp.)
dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan
diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter,
dengan diameter 0,9-1,5 meter. Bunga majemuk terletak dalam malai besar, 40 cm ×
40 cm atau lebih besar, berisi ratusan kuntum bunga tersusun dalam anak payung
menggarpu dan terletak di ujung ranting; jauh di puncak tajuk pohon. Taju mahkota 6-
7 buah, keputih-putihan, 8 mm. Berumah satu.
Buah berbentuk bulat agak gepeng, 0,5 – 2,5 cm, berambut kasar dengan inti
tebal, berbiji 2-4, tetapi umumnya hanya satu yang tumbuh. Buah tersungkup oleh
perbesaran kelopak bunga yang melembung menyerupai balon kecil. Nilai Rf pada
daun jati sendiri sebesar 0,58-0,63.

Kegunaan Pohon Jati Selain kuat, pohon jati memiliki banyak manfaat dari akar
hingga daun. Berikut ini beberapa manfaat pohon jati: Akar berguna sebagai pewarna.
Sekitar abad ke-17, warga Sulawesi Selatan menggunakan akar jati untuk mewarnai
anyaman. Warna yang dihasilkan adalah kuning dan kuning agak kecoklatan. Pohon
jati berguna untuk membuat berbagai konstruksi berat dan furniture. Selain itu, hasil
seduhan kayu jati yang pahit dapat dijadikan sebagai penawar rasa sakit. Ranting pohon
jati berguna sebagai bahan bakar kualitas satu yang menghasilkan panas sangat tinggi
sehingga dulu digunakan sebagai bahan bakar lokomotif uap. Daun muda yang diseduh
maupun ditumbuk berguna sebagai penawar rasa sakit. Daun jati dimanfaatkan secara
tradisional di Jawa sebagai pembungkus, termasuk pembungkus makanan. Nasi yang
dibungkus dengan daun jati terasa lebih nikmat. Contohnya adalah nasi jamblang yang
terkenal dari daerah Jamblang, Cirebon. Daun jati juga banyak digunakan
di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai pembungkus tempe. Berbagai
jenis serangga hama jati juga sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan orang desa.
Dua di antaranya adalah belalang jati (Jw. walang kayu), yang besar berwarna
kecoklatan, dan ulat-jati (Endoclita). Ulat jati bahkan kerap dianggap makanan
istimewa karena lezatnya. Ulat ini dikumpulkan menjelang musim hujan, di pagi hari
ketika ulat-ulat itu bergelantungan turun dari pohon untuk mencari tempat untuk
membentuk kepompong (Jw. ungkrung). Kepompong ulat jati pun turut dikumpulkan
dan dimakan.

Penghasil tanaman jati terbaik terdapat pada daerah jawa tengah, tepat nya pada
kabupaten Blora. Kabupaten Blora terdapat di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan
langsung dengan kabupaten Bojonegoro provinsi Jawa Timur, secara geografis terdiri
atas dataran rendah dan perbukitan dengan ketinggian 20-280 meter dpl. Bagian utara
merupakan kawasan perbukitan kapur utara, dari bagian selatan juga berupa perbukitan
kapur yang merupakan bagian dari Pegunungan kendeng. Luas wilayah
administrasi kabupaten Blora yang didominasi oleh pegunungan kapur ini adalah
1820,59 km². Hampir 50% wilayah ini merupakan kawasan hutan yang meliputi hutan
negara dan hutan rakyat. Blora adalah salah satu daerah utama penghasil kayu jati
berkualitas terbaik di Indonesia. Daerah Cepu Blora sejak lama dikenal sebagai daerah
tambang minyak bumi, yang dieksploitasi sejak era Hindia Belanda. Blora mendapat
sorotan internasional ketika di kawasan Blok Cepu ditemukan cadangan minyak bumi
sebanyak 250 juta barel.

Kayu jati dari hutan Blora sangat terkenal kualitasnya dan telah lama menjadi
pemasok utama kebutuhan kayu jati di sentra kerajinan kayu jati seperti furniture jati
dan souvenir kayu jati. Ada 2 jenis kayu jati, jati hutan yang dikelola perhutani untuk
memenuhi kebutuhan ekspor dengan kualitas jati yang paling tinggi, dan jati rakyat
orang Blora menyebutnya dengan “jati kampung” untuk memenuhi kebutuhan lokal
dan nasional. Pengrajin kayu jati Blora juga memanfaatkan kayu akar jati dari limbah
produksi perhutani untuk kerajinan ukiran dan penambah bahan furniture jati dan
souvenir kayu jati. Pengelolaan kayu jati secara nasional telah diatur secara ketat
melalui undang-undang, sehingga hanya pihak yang memiliki ijin dan sertifikasi khusus
yang dapat memasarkan kayu jati.

Dalam industri furniture atau souvenir kayu jati yang menggunakan bahan baku
utama kayu jati dikenal dengan istilah jati Jawa Barat dan jati Jawa Timur/Tengah. Di
Jawa Barat, hutan jati terkonsentrasi di sekitar Ciamis. Menurut sumber dan
pengalaman yang ada, kayu jati Jawa barat cenderung lebih murah harganya
dibandingkan dengan jati yang berasal dari Blora Jawa Tengah dan sekitarnya.
Perbedaan tersebut bisa mencapai nilai yang cukup tinggi bahkan signifikan. Kayu jati
dari Jawa Barat memiliki pori-pori kayunya lebih besar, pada beberapa bagian kayu
terdapat warna coklat kemerahan, namun jika dijemur langsung di bawah sinar
matahari, warna tersebut akan hilang dan berubah coklat keemasan. Perbedaan Kualitas
dari beberapa buyer furniture Jati yang berpengalaman bisa membedakan kedua tipe
kayu tersebut dan bahkan secara spesifik melakukan negosiasi harga berdasarkan tipe
kayu tersebut.
Jati adalah Pohon yang memiliki nilai komersial yang tinggi ini dibawa dari
India dan dibudidayakan pada zaman penjajahan Belanda ternyata cocok tumbuh di
Indonesia. Banyak masyarakat yang memanfaatkan kayu jati untuk pengrajin benda,
kursi, meja, lemari dan lain-lain. Begitu juga dengan warga Jepara yang sudah terbiasa
untuk mencari penghasilan sebagai pengrajin jati. Kayu jati banyak digunakan untuk
bantalan rel kereta api, tiang jembatan, mebel, balok dan gelagar rumah, serta kusen,
pintu, dan jendela.

Produk jati mempunyai nilai jual yang tinggi akibat maraknya permintaan
ekspor kayu olahan yang berbahan baku kayu jati. Pengembangan potensi yang ada di
masyarakat dalam hal teknologi manajemen dan permodalan sehingga mampu
menghasilkan produk yang luar biasa hasilnya bagi peningkatan taraf hidup. Kebutuhan
perbaikan kualitas lingkungan hidup, antara lain produksi oksigen dan konservasi
hutan, tanah dan air.
KESIMPULAN

Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon jati berguna
untuk membuat berbagai konstruksi berat dan furniture. Selain itu, hasil seduhan kayu
jati yang pahit dapat dijadikan sebagai penawar rasa sakit. Ranting pohon jati berguna
sebagai bahan bakar kualitas satu yang menghasilkan panas sangat tinggi sehingga dulu
digunakan sebagai bahan bakar lokomotif uap. Daun muda yang diseduh maupun
ditumbuk berguna sebagai penawar rasa sakit. Daun jati dimanfaatkan secara
tradisional di Jawa sebagai pembungkus, termasuk pembungkus makanan. Nasi yang
dibungkus dengan daun jati terasa lebih nikmat. Contohnya adalah nasi jamblang yang
terkenal dari daerah Jamblang, Cirebon penghasil tanaman jati terbaik terdapat pada
daerah jawa tengah, tepat nya pada kabupaten Blora. Pada daun jati terdapat hama yang
dijadikan usaha pemanfaatan nilai tambah tanaman karna ulat daun yang mengandung
protein hewani yang tinggi ini merupakan usaha untuk mengurangi masalah
kekurangan gizi.
DAFTAR PUSTAKA
http://jatihibrida.weebly.com/pendahuluan.html
http://www.biotek.bppt.go.id/index.php/artikel-sains/90-mengenal-jati-tectona. grand
http://green.kompasiana.com/penghijauan/2015/01/26/kemana-jati-jepara-
719450.html

Anda mungkin juga menyukai