LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. Friskihari
Umur : 21 tahun
Tanggal Pemeriksaan : 25 Oktober 1997
Alamat : Jl. Staf No.33 RT 04/08 Lingkar Selatan Lengkong Bandung
Pekerjaan : TNI AD
Anamnesis
Seorang laki-laki berusia 21 tahun datang ke Poliklonik RS Dustira dengan
keluhan nyeri telinga sejak 6 hari yang lalu. Nyeri telinga dirasakan pada telinga
sebelah kiri. 1 hari sebelumnya telinga kiri terasa gatal, kemudian pasien
menggaruknya dan membersihkannya dengan cotton bud, setelah itu telinga kiri
menjadi nyeri.
Keluhan disertai dengan rasa tidak enak ditelinga kiri, telinga terasa penuh, telinga
terasa berdenging dan pendengaran telinga sebelah kiri menurun. Pasien juga
mengeluhkan keluar cairan dari telinga berwarna bening dan berbau. Pasien tidak
mengeluhkan nyeri pada saat membuka mulut ataupun pada saat mengunyah.
Pasien mengatakan sering mengorek telinga dengan menggunakan jari tangan dan
cutton bud. Pasien juga sering membersihkan telinganya dengan air saat sedang
mandi. Pasien tidak pernah memiliki riwayat telinga kemasukan benda asing. Pasien
jarang melakukan olahraga berenang. Tidak ada riwayat trauma pada telinga kiri.
Pasien tidak mengeluhkan adanya bengkak dan kemerahan pada daun telinga.
Pasien juga tidak mengeluhkan pembengkakan pada leher.
Pasien tidak mengelukan adanya demam, batuk dan pilek. Pasien belum mengobati
keluhan sakit telinganya. Riwayat alergi obat tidak ada.
2
Status Generalis :
Keadaan Umum :
Kesadaran : Compos Mentis
Kesan Sakit : Sakit Ringan
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70 mmhg
Nadi : 80 x/menit r.e.i.c
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,8oC
AD AS
Tes suara Jarak 1 m: mendengar suara Jarak 1 m: mendengar suara
bisikan bisikan
Tes Rinne Positif Positif
4
Hidung luar
Bentuk Simetris
Deformitas Tidak ada
Krepitasi Tidak ada
Inflamasi Tidak ada
Rinoskopi Anterior
Dextra Sinistra
Vestibulum Nasi Tenang Tenang
Mukosa cavum nasi Tenang Tenang
Sekret - -
Massa/benda asing - -
Konka inferior Eutrofi Eutrofi
Konka Media Eutrofi Eutrofi
Septum Deviasi (-)
Pasase udara (+) (+)
5
Pemeriksaan Tenggorok
Kavum Oris Trismus (-)
Mukosa Tenang
Lidah Atrofi (-)
Palatum durum Tidak ada kelainan
Gigi geligi 7654321 1234567
7654321 1234567
Orofaring: Mukosa Tenang/Tenang
Tonsil Besar T1-T1
Kripta (-)
Detritus (-)
Laringoskopi Indirek
Laring Epiglotis Edema (-), massa (-)
Kartilago arytenoid Tenang/ Tenang
Plica aryepiglotica Tenang/ Tenang
Plica vokalis Simetris, massa (-/-)
Rima glotis Tenang/ Tenang
Cincin trakea Terbuka ditengah
Pemeriksaan Maksilofasial
Bentuk : Simetris
Parese Nervus Cranialis : Tidak ada
Sinus Paranasal
Sinus Frontalis : Nyeri tekan -/-
Nyeri ketok -/-
Sinus maksilaris : Nyeri tekan -/-
Nyeri ketok -/-
Sinus Ethmoidalis : Nyeri tekan -/-
Nyeri ketok -/-
Leher
KGB : Tidak teraba
Massa : Tidak ada
7
I. CASE OVERVIEW
Anamnesis Analisis
IV. DEFINISI
a. Otitis Eksterna adalah radang pada liang telinga akut maupun kronik yang
disebabkan infeksi bakteri, jamur dan virus.
b. Otitis Eksterna Sirkumkripta adalah peradangan pada folikel rambut berupa
furunkel yang berbatas tegas pada 1/3 luar liang telinga (MAE atau Pars
Cartilagenous).
c. Otitis Eksterna Difus adalah peradangan pada kulit 2/3 dalam liang telinga.1
10
V. KRITERIA DIAGNOSIS
1) Nyeri telinga (otalgia) merupakan keluhan tersering pada proses inflamasi telinga
luar/ tengah. Dua hari yang lalu menunjukkan suatu proses akut.
2) Mengorek telinga menimbulkan trauma mekanik kulit CAE sehingga merupakan
faktor risiko terjadinya infeksi telinga luar.
3) Tidak adanya batuk pilek dan otore untuk menyingkirkan otitis media akut.
4) Tidak adanya riwayat berenang menyingkirkan Swimmer’s ear, dan tidak adanya
riwayat benturan menyingkirkan Trauma telinga.
5) Tragal sign (+) adalah tanda khas pada otitis eksterna yakni rasa nyeri pada
telinga saat dilakukan penarikan aurikula dan penekanan tragus.
6) Kanalis akustikus eksternus berwarna kemerahan (hiperemis), bengkak (edema)
dan adanya sekret serous berbau menandakan tanda khas otitis eksterna difusa.1
prosesus mastoideus dan kelenjar parotis. Pada infeksi tertentu dari liang telinga
kelenjar-kelenjar limfe yang berdekatan dengan liang telinga menjadi membesar
sistem limfatik dan bagian anterior dan superior liang telinga, tragus dan kulitnya
berdekatan ke daerah temporal bermuara kedalam kelenjar preaurikular yang terletak
diatas kelenjar parotis. Saluran eferen kelenjar parotis menuju kelenjar servikal dalam
bagian superior lalu dari lobulus, heliks dan dinding inferor liang telinga mengalir
kedalam kelenjar infra aurikular ke inferior telinga dan posterior sudut ruang bawah.5
Epidermis dari liang telinga bagian tulang rawan biasanya terdiri dari 4 lapis yaitu sel
basal, skuamosa, sel granuler, dan lapisan tanduk. Pada meatus akustikus eksternus
juga terdapat folikel rambut. Folikel rambut banyak terdapat pada 1/3 bagian luar
liang telinga tetapi pendek tersebar secara tidak teratur dan tidak begitu banyak pada
2/3 liang telinga bagian tulang rawan. Pada liang telinga bagian tulang, rambut-
rambutnya halus dan kadang-kadang terdapat kelenjar pada dinding posterior dan
superior. Dinding luar folikel rambut dibentuk oleh invaginasi epidermis yang mana
menipis ketika mencapai dasar polikel, dinding sebelah dalam folikel adalah rambut
sendiri. Ruang potensial yang terbentuk disebut kanalis folikularis. Kelenjar sebasea
atau kelenjar lemak banyak terdapat pada liang telinga dan hamper semuanya
bermuara ke folikel rambut.6
Kelenjar sebasea pada telinga banyak terdapat pada liang telinga luar bagian
tulang rawan, dimana kelenjar ini berhubungan dengan rambut. Pada bagian luar
liang telnga bagian tulang rawan, kelenjar sebasea menjadi lebih kecil, berkurang
jumlahnya dan lebih jarang atau tidak ada sama sekali pada kulit liang telinga bagian
tulang.Kelenjar sebasea terletak secara berkelompok pada bagian superficial kulit.5
Kelenjar apokrin terutama terletak pada dinding liang telinga superior dan
inferior. seperti kelenjar sebasea, kelenjar apokrin terbentuk dari local dari
pembungkus luar akar folikel rambut. kelenjar – kelenjar ini dapat dibagi kedalam 3
bagian, yaitu bagian sekresi, saluran sekresi di dalam kulit dan saluran termilal atau
komponen saluran epidermal.5
Bagian saluran yang melingkar adalah struktur tubular dimana jarang
bercabang dan terdiri dari lapisan epitel sebelah dalam, lapisan mioepitel ditengah
dan membrane proria disebalah luar. Disekeliling tabular adalah jaringan ikat padat.
Epitelnya berupa lapisan tunggal bervariasi dari bentuk silinder hingga kuboidal
sangat gepeng (pipih). Di dalam sitoplasma, biasanya terletak supranuklear terlihat
sebagai granul lipid dan pigmen dalam ukuran yang berpariasi. Lapisan mioepitelium
yang tebalnya satu lapis sel berbentuk pipih dan mengandung otot polos membentuk
pembungkus berkesinambungan disekeliling bagian melingkar dari kelenjar, dan
16
apabila berkontraksi akan menekan lumen tubuli sehingga sekret akan keluar. Apabila
sampai dipermukaan epidermis, sekret ini sebagian masuk folikel rambut dan
sebagian lagi kepermukaan bebas liang telinga, secara perlahan-lahan akan
mengering dan berbentuk setengah padat dan berwarna menjadi lebih gelap. Saluran
sekresi relatif panjang dan berbelok-belok dan mempunyai diameter yang bervariasi,
berbatas tegas dari bagian sekresi kelenjar.6
VII. KLASIFIKASI
Otitis eksterna diklasifikasikan atas:
1. Otitis Eksterna Akut
a) Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/ bisul)
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut di
liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan
furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada seseorang yang menderita
diabetes.1
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya dari
ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila
17
3. Otomikosis
Beberapa jamur dapat menyebabkan reaksi radang liang telinga. Dua jenis
jamus yang paling sering ditemukan pada tempat ini adalah Pityrosporum dan
Aspergillus. Pityrosporum dapat menyebabkan sisik superfisial yang menyerupai
ketombe pada kulit kepala, atau dapat menyertai suatu dermatitis seboroika yang
meradang, atau dapat menjadi dasar berkembangnya infeksi lain yang lebih berat
19
IX. ETIOLOGI
Otitis eksterna paling sering disebabkan oleh bakteri patogen (91%). Bakteri
penyebab yang paling umum adalah Pseudomonas (38% dari semua kasus),
Staphylococcus, bakteri anaerob dan gram negatif.9
Etiologi otitis eksterna dibagi menjadi,1,10,11
20
X. FAKTOR RISIKO
Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah pH di liang telinga, yang
biasanya normal atau asam, bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun.
Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Hal
lainnya ialah membersihkan telinga secara berlebihan, seperti dengan cotton bud
ataupun benda lainnya yang menyebabkan trauma ringan atau ketika berenang, yang
menyebabkan perubahan kulit karena kena air, kebiasaan memasukkan air ke dalam
telinga, dan juga penyakit sistemik diabetes.1,12,13
Pada orang tua dengan diabetes melitus, pH serumennya lebih tinggi
dibandingkan dengan pH serumen non diabetes, yang menyebabkan penderita
diabetes lebih mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya faktor
immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis
eksterna maligna.12
A. Faktor Eksogen
1) Udara yang hangat dan lembab
2) pH liang telinga
3) Trauma ringan
4) Berenang
21
5) Alergi
6) Benda asing dalam telinga.
B. Faktor Endogen
1) Diabetes Melitus
2) Irigasi Telinga
3) Imunodefisiensi/ imunosupresi
XI. PATOFISIOLOGI
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna seperti suasana terlalu lembab dapat
menyebabkan maserasi kulit dan memberikan tempat berkembang biak yang baik
bagi bakteri. Obstruksi meatus akustikus eksternus oleh serumen yang berlebihan,
debris, atau kanal yang sempit dan berliku-liku juga dapat menyebabkan infeksi
dengan cara retensi kelembaban.8,14
Trauma pada meatus akustikus eksternus sering terjadi pada upaya
pembersihan telinga dengan kapas, klip kertas, atau perkakas lain yang masuk dalam
telinga dapat menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema
epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri
masuk melalui permukaan superfisial epidermis, terjadi inflamasi dan cairan eksudat.
Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya karena kulit dari liang telinga luar
langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis
menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Kulit dan tulang
rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan tulang rawan
daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan ke
kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang
hebat pada penderita otitis eksterna. Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu
lalu menimbulkan perubahan rasa tidak nyaman dalam telinga. Selain itu, proses
infeksi akan mengeluarkan cairan serosa berlanjut menjadi seropurulen yang bisa
menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara
22
akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran. Infeksi pada liang telinga luar
dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.14,15
XII.KOMPLIKASI
Jika tidak diobati, otitis eksterna akut dapat berkembang menjadi otitis
eksterna maligna, suatu kondisi serius yang sering menyebabkan morbiditas atau
mortalitas yang parah. Komplikasi ini hampir secara khusus terlihat pada pasien
immunocompromised, seperti penderita diabetes, penderita AIDS, orang-orang yang
menjalani kemoterapi, dan pasien yang memakai obat immunosuppressant (misalnya,
glukokortikoid). Jika tidak diobati, nekrosis otitis eksterna maligna memiliki tingkat
kematian mencapai 50%.15,16
Proses infeksi dapat menghasilkan stenosis saluran telinga. Infeksi juga bisa
menyebar dan menyebabkan chondritis di daerah sekitarnya. Jika infeksi terus
berkembang, dapat melibatkan kelenjar parotid. Beberapa jenis otitis eksterna
menimbulkan peresis nervus fasialis.15,16
XIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan komprehensif dilakukan dengan cara sebagai berikut:17
1. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan hati – hati.
2. Selama pengobatan sebaiknya pasien tidak berenang dan tidak mengorek
telinga.
3. Farmakologi:
a) Topikal
Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium infiltrat diberikan salep ikhtiol
atau antibiotik dalam bentuk salep seperti polymixin B atau basitrasin.
Pada otitis eksterna difus, pengobatannya ialah dengan memasukkan tampon
yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik
antara obat dengan kulit yang meradang. Pilihan antibiotika yang dipakai adalah
campuran polimiksin B, neomisin, hidrokortison, dan anestesi topikal.
23
disuruh berbaring pada satu sisi tubuhnya, kemudian diteteskan antibiotika dan
dipasang sumbat kapas dalam telinga. Harus diberikan 4 atau 5 tetes ke dalam telinga
setiap 4 jam untuk 48 jam pertama, setelah itu liang diperiksa kembali. Kemudian
tetesan antibiotika harus diberikan 3 kali sehari selama 1 minggu. Kadang-kadang
terdapat pembengkakkan sedemikian rupa sehingga tetesan tersebut tidak dapat
masuk ke liang telinga. Pada keadaan ini, masukkan dengan hati-hati gumpalan kapas
tipis 5-7,5cm dan ditekan hati-hati ke dalam liang telinga dengan forsep bayonet atau
forsep buaya. Ujung dalam gumpalan ini harus sedikit mungkin ke membran timapani
dan ujung luarnya harus menonjol ke luar dari liang telinga. Dengan pasien pada
salah satu sisinya, gumpalan tersebut harus dibasahi dengan larutan antibiotika setiap
3-4 jam. Setelah kapas tersebut dibasahi, pasang sumbatan kapas ke dalam telinga.
Dua puluh empat jam setelah itu kapas harus diangkat dan telinga dibersihkan, serta
kemudian dimasukkan gumpalan kapas yang lebih besar. Biasanya dalam waktu 48
jam, edema akan mengurai sedemikian rupa sehingga tetesan antibiotika dapat
langsung masuk ke dalam telinga.20,21
Suatu antibiotika yang mengandung neomisin bersama polimiksin B sulfat
(cortisporin) atau kolistin (colymiysin) akan efektif untuk sekitar 99 % pasien. Bila
infeksi disebabkan oleh jamur, salep Nystatin (mycostatin) dapat dioleskan semuanya
ke kulit liang telinga dan dapat digunakan tetesan m-kresil asetat (creysylate) atau
mertiolat dalam air (1:1000). Harus dihindarkan masuknya air selama 2 minggu
setelah infeksi teratasi untuk mencegah rekurensi.21
Terapi topikal biasanya cukup efektif, tetapi bila dijumpai adenopathy dan gejala
toksisitas, antibiotika sistemik dibutuhkan. Penggunaan kortikosteroid diharapkan
dapat mengurangi proses inflamasi.11
Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus berat; dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik khususnya diperlukan
jika dicurigai adanya perikondritis atau kondritis pada tulang rawan telinga.11
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin
terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya pasien harus
26
menjaga agar telinganya selalu kering, dengan cara menggunakan alkohol encer
secara rutin tiga kali seminggu. Pasien juga harus diingatkan agar tidak menggaruk /
membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering.1,22
a. Non Farmakologi
1. Membersihkan liang telinga secara hati-hati dengan pengisap atau kapas.
2. Memasang tampon yang telah direndam dengan antibiotik yang diganti tiap
hari.
3. Pasien diharapkan untuk tidak berenang dan tidak mengorek telinga.
b. Farmakologi
1. Analgetik oral: Ibuprofen 3x400 mg
2. Antibiotik topikal: Polimiksin B dan neomisin sulfat
dr. G
SIP. 4151171510
Jl.Unjani Cimahi Selatan
Telp. 081234567891
Cimahi, 13/11/2019
Pro : Tn. F
Usia : 21 Tahun
27
XIV. PENCEGAHAN
1. Preventif
Pasien harus menghindari berenang di dalam air yang terpolusi, menggunakan
semprotan rambut, dan menghabiskan waktu yang lama di air hangat, iklim yang
lembab. Berusaha untuk membersihkan saluran dengan lap kapas mengganggu
mekanisme membersihkan-sendiri yang normal dan bisa mendorong serpihan ke
dalam gendang telinga, dimana kotoran menumpuk. Juga, tindakan ini bisa
menyebabkan kerusakan kecil yang mempengaruhi otitis eksternal.19,20
28
2. Rehabilitatif
Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus berat; dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik khususnya diperlukan
jika dicurigai adanya perikondritis atau kondritis pada tulang rawan telinga.11
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin terjadi
pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya pasien harus menjaga
agar telinganya selalu kering, dengan cara menggunakan alkohol encer secara rutin
tiga kali seminggu. Pasien juga harus diingatkan agar tidak menggaruk /
membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering.1,21
3. Promotif
Edukasi juga penting dalam mencegah otitis eksterna difus di masa depan. Hal ini
bertujuan untuk meminimalkan trauma kanal telinga dan menghindari paparan air.
Hindari membersihkan liang telinga terlalu sering maupun menggunakan alat
pembersih yang tidak sesuai karena dapat menyebabkan trauma.22
4. Kuratif
Biasanya perlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga
mengandung obat agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon
kasa disisipkan perlahan-lahan dengan menggunakan forsep aligator. Penderita harus
meneteskan obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari. Dalam
48 jam tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen sudah bertambah besar.22
1. Pemeriksaan Histopatologi
Pada otitis eksterna difusa akut tampak adanya gambaran hiperkeratosis epidermis,
parakeratosis, akanthosis, erosi, spingiosis, hiperplasia stratum korneum dan stratum
germinativum, edema, hiperemis, infiltrasi leukosit, nekrosis, nekrosis fokal diikuti
penyembuhan fibroblastik pada dermis dan aparatus kelenjar berkurang, serta
aktifitas sekretoris kelenjar berkurang.18
2. Pemeriksaan Bakteriologi
Mengidentifikasi mikroorganisme patogen.23
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan kadar gula darah untuk menyingkirkan diabetes.23
XVI. EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun otitis eksterna terjadi pada 4 dari setiap 1000 orang di Amerika
Serikat. Kejadian lebih tinggi selama musim panas, mungkin karena partisipasi dalam
kegiatan air lebih tinggi. Otitis eksterna akut maupun kronis, dan eczematous
merupakan otitis yang umum di Amerika Serikat, namun otitis necrotizing jarang
terjadi.26
Sebuah studi epidemiologi tunggal di Inggris menemukan prevalensi selama 12-
bulan yang sama untuk individu yang berusia 5-64 tahun dan prevalensinya
meningkat pada usia lebih dari 65 tahun.27
Secara umum di dunia frekuensi otitis eksterna tidak diketahui, namun insidennya
meningkat di negara tropis seperti Indonesia. Tidak ada ras ataupun jenis kelamin
yang berpengaruh terhadap angka kejadian otitis eksterna.28
Umumnya, tidak ada hubungan antara perkembangan otitis eksterna dan usia.
Prevalensi otitis eksterna di Indonesia belum di ketahui pasti, namun kejadian otitis
eksterna sering terjadi di negara tropis seperti Indonesia. Di Indonesia otitis eksterna
dapat ditemukan pada semua kelompok usia, insiden tertinggi ditemukan pada anak
usia 7 hingga 12 tahun.29
XVII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
2. Quality Of Life
No. Pertanyaan Etik Analisa
1. Bagaimana prospek, dengan atau Otitis eksterna difusa memiliki prospek
tanpa pengobatan untuk kembali yang lebih baik dengan pemberian obat
ke kehidupan normal, dan apakah antibiotic topical disertai dengan
ada gangguan dari fisik, mental menghindari kebiasaan mengorek
,dan sosial bila pengobatan telinga dan menjaga agar teling tetap
berhasil? kering. Apabila otitis eksterna difusa
tidak diobati kemungkinan sembuh
dapat terjadi namun perjalanan penyakit
untuk sembuh cukup lama.
2. Apakah ada bias dalam penilaian
dokter mengenai kualitas hidup Tidak ada bias.
pasien ?
3. Isu Etik apa yang muncul terkait Melakukan informed consent mengenai
dalam peningkatan kualitas hidup pengertian, penyebab dan terbentuknya
pasien ? penyakit, komplikasi, serta pengobatan
atau tindakan yang akan dilakukan
penyakit otitis eksterna difus.
4. Bagaimana kondisi pasien Kondisi pasien sekarang tidak
sekarang atau masa depan, mengalami komplikasi dari otitis
apakah kehidupan pasien eksterna difusa. Namun bila pengobatan
selanjutnya dapat dinilai seperti tidak dilakukan sesuai anjuran dokter,
yang diharapkan ? dapat terjadi berulang dan memiliki
komplikasi.
5. Apakah ada rencana alasan Ada, pasien harus control sesuai dengan
rasional untuk pengobatan anjuran dokter karena penyakit otitis
selanjutnya ? eksterna difusa dapat terjadi berulang.
6. Apakah ada rencana untuk
kenyamanan dan perawatan Tidak ada
paliatif ?
3. Patient Preferences
No. Pertanyaan Etik Analisa
1. Apakah pasien telah diinformasikan
mengenai keuntungan dan risikonya,
Tidak, penjelasan dan informasi
mengerti atau tidak terhadap informasi
diberikan kepada keluarga.
yang diberikan dan memberikan
persetujuan?
2. Apakah pasien secara mental mampu dan (syarat pasien yang kompeten
kompeten secara legal? apakah ada diatur dalam Permenkes No. 290
keadaan yang menimbulkan Th.2008 tentang persetujuan
ketidakmampuan ? tindakan kedokteran: pasal 1
ayat 7)
3. Bila berkompeten, apa yang pasien
katakan mengenai pilihan pengobatannya -
?
4. Bila tidak kompeten apakah ada
-
ungkapan pilihan pasien sebelumnya ?
5. Bila tidak berkompeten, siapa yang dapat (syarat pasien yang kompeten
menggantikanya, apakah orang yang diatur dalam Permenkes No. 290
berkompeten tersebut menggunakan Th.2008 tentang persetujuan
standar yang sesuai dalam pengambilan tindakan kedokteran: pasal 1
keputusan ? ayat 1 dan 2)
6. Apakah pasien tersebut telah
menunjukkan sesuatu yang lebih -
disukainya ?
6. Apakah pasien tidak berkeinginan / tidak
mampu untuk bekerja sama dengan
-
pengobatan yang diberikan ? bila iya,
mengapa ?
7. Sebagai tambahan, apakah hak pasien
untuk memilih untuk dihormati tanpa Ya.
memandang etnis dan agama?
34
4. Contextual Features
No. Pertanyaan Etik Analisa
1. Apakah ada masalah kepentingan
professional, interprofesional ,yang
mungkin menimbulkan konflik Tidak ada
kepentingan dalam penatalaksanaan
pasien?
Apakah ada masalah keluarga yang
2. mungkin pengambilan keputusan -
pengobatan?
Apakah ada masalah dari dokter yang
2. mungkin mempengaruhi pengambilan -
keputusan pengobatan?
3. Apakah ada masalah faktor keuangan
-
dan ekonomi?
4. Apakah ada faktor religi dan budaya? -
5. Apakah ada batasan kepercayaan? -
Apakah ada masalah alokasi sumber
-
6. daya?
Bagaiamana hukum mempengaruhi Dokter memberikan obat yang
pengambilan keputusan pengobatan? sesuai agar pengobatan tidak
mempengaruhi kondisi ataupun
7. memberikan kerugian.
Apakah penelitian klinik atau
-
8. pembelajaran terlibat?
Apakah konflik kepentingan didalam
bagian pengambilan keputusan didalam -
9. suatu institusi?
35