Anda di halaman 1dari 18

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9

PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

STUDI PETROGENESIS ANDESIT DI DAERAH HARGOROJO DAN


SEKITARNYA, KECAMATAN BAGELEN, KABUPATEN PURWOREJO,
PROVINSI JAWA TENGAH

Ikrar Ismail1*
Agus Hendratno1
Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada
*Email : ikrar.ismail@mail.ugm.ac.id

SARI
Andesit di Daerah Hargorojo dan sekitarnya, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Provinsi
Jawa Tengah terbentuk oleh kegiatan magmatisme pada Kala Tersier. Andesit di daerah penelitian
hadir sebagai produk batuan erupsi efusif seperti lava dan breksi autoklastik. Tidak hanya lava, namun
pada daerah penelitian dapat dijumpai batuan intrusi yang diinterpretasikan sebagai batuan terobosan
berupa andesit basaltik piroksen. Studi petrogenesis dilakukan untuk menentukan proses pembentukan
andesit.
Analisis petrografi menunjukkan semua andesit basaltik di daerah penelitian memiliki plagioklas yang
hadir sebagai fenokris dan massa dasar, mineral opak, mineral mafik dan beberapa sampel memiliki
hornblenda, gelas dan klinopiroksen. Analisis geokimia dilakukan dengan XRF dan ICP-MS. Analisis
XRF dilakukan untuk menghasilkan data oksida utama dan analisis ICP-MS digunakan untuk
menghasilkan data unsur jejak. Tujuan analisis geokimia adalah untuk menentukan nama batuan, seri
magma, tatanan tektonik dan proses yang berlangsung selama batuan terbentuk. Analisis struktur
batuan (dengan kekar tiang) digunakan untuk menentukan arah aliran lava.
Andesit di daerah penelitian berasal dari magma basalt yang terbentuk pada zona subduksi tepatnya
pada island arc. Proses diferensiasi merubah komposisi magma induk menjadi andesit basaltik dengan
seri magma kalk-alkalin. Batuan berupa lava berasal dari 2 sumber erupsi dan dapat dibagi menjadi 3
arah aliran.

Kata kunci : andesit basaltik, petrogenesis, volkanisme Tersier, island arc, kalk-alkalin, Kecamatan
Bagelen

I. PENDAHULUAN atas batuan yang berumur Eosen sampai


Miosen (van Bemmelen, 1949). Urutan
Daerah penelitian masuk pada zona stratigrafi batuan dari tua ke muda adalah
Pegunungan Kulon Progo yang berada pada Formasi Nanggulan, Formasi Andesit Tua,
Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Formasi Jonggrangan, Formasi Sentolo dan
Yogyakarta (Gambar 1). Penelitian Endapan Alluvial.
dilakukan dengan pemetaan geologi dengan
skala 1:12.500 pada luasan area 2 km x 2 km. Kegiatan magmatik busur kepulauan
Penelitian ini memiliki tujuan untuk berumur Tersier di pulau Jawa diawali sejak
menentukan proses pembentukan lava 40 – 19 juta tahun yang lalu (Eosen Akhir –
andesit dipandang dari asal muasal Miosen Awal) dan menghasilkan produk
terbentuknya magma, seri magma berupa jejak sumbu volkanik berarah barat –
berdasarkan data petrografi dan geokimia timur. Produk himpunan batuan yang
batuan. terbentuk bersifat andesitis dengan ciri
afinitas kalk alkali dan sedikit toleit. Kegiatan
Pegunungan Kulon Progo memiliki bentuk magmatik kedua terjadi antara 11– 2 juta
elips dan memiliki lereng melingkar. Van tahun yang lalu (Miosen Akhir – Pliosen)
Bemmelen (1949) kemudian menamakan dengan himpunan batuan yang bersifat kalk
bentukan morfologi Pegunungan Kulon alkali andesitis (Soeria Atmadja, dkk, 1991).
Progo sebagai Oblong Dome (Kubah
Oblong). Pegunungan Kulon Progo tersusun
594
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

II. GEOLOGI REGIONAL Volkanisme Tersier menyebabkan


munculnya kompleks gunungapi yang
Van Bemmelen, (1949) mengungkapkan membentuk pegunungan di Kulon Progo.
secara fisiografis bahwa daerah Pegunungan Daerah Pegunungan Kulon Progo memiliki
Kulon Progo adalah bagian dari zona tiga pusat gunungapi yaitu Kulon Progo
Pegunungan Serayu Selatan bagian timur selatan (Gunung Ijo), Kulon Progo utara
yang merupakan bagian dari Zona Depresi (Gunung Gajah) dan Menoreh (Daerah
Tengah. Bemmelen (1949) menyebut bahwa Borobudur). Volkanisme tersebut mebuat
morfologi Pegunungan Kulon Progo pada magma naik dan membentuk Gunungapi
bagian tepinya terdiri dari batuan beku Gajah terbentuk dan menghasilkan produk
andesit, breksi vulkanik dan dominan ditutupi erupsi berupa breksi andesit piroksen basaltik
oleh batugamping. Pusat dome merupakan dengan kisaran umur 29,6-25,4 jtl (Oligosen
plato batugamping. Atas). Setelah itu magmatisme kembali
Stratigrafi Pegunungan Kulon Progo meningkat dan menghasilkan aktivitas
(Gambar 2) didasarkan dari hasil penelitian Gunungapi Ijo yang berada di sebelah selatan
Juhri et al. (1977) dalam Subiyanto (1989) Gunung Gajah. Magma pada Gunungapi Ijo
terdapat empat formasi yang terbentuk pada mengalami evolusi dan menghasilkan magma
umur Tersier dan satu formasi pada umur yang lebih asam yang memiliki umur
Kuarter. Bemmelen (1949) membagi urutan 17,0±2,0 sampai 16,0±2,2 jtl (Miosen
batuan berumur Eosen sampai Miosen. Bawah). Produk yang dihasilkan berupa
Urutan strata batuan dari umur paling tua andesit augit hornblenda. Terjadi kembali
hingga umur paling muda adalah Formasi aktivitas magmatisme pada umur 12,4±0,7
Nanggulan, Formasi Andesit Tua, Formasi sampai 11,2±0,7 juta tahun lalu (Miosen
Jonggrangan, Formasi Sentolo dan Endapan Atas) yang ditandai dengan hadirnya
Alluvial. Peneliti lain menamakan Formasi Gunungapi Menoreh. Gunungapi Menoreh
Andesit Tua sebagai Formasi Kebo Butak memiliki komposisi batuan berupa breksi
(Rahardjo, et al. 1977, dalam Harjanto, 2011) andesit augit hornblenda tanpa adanya aliran
atau Formasi Kulon Progo dengan Anggota lava (Bemmelen, 1949 serta Setijadji dan
Ijo (Suroso, et.al 1986 dalam Harjanto, 2011) Watanabe, 2009).
dan kompleks volkanik Progo dengan Daerah Penelitian
Formasi Kaligesing/Formasi Dukuh
(Pringgopawiro dan Riyanto, 1988 dalam Batuan penyusun daerah penelitian berasal
Harjanto, 2011). dari Formasi Andesit Tua yang tersusun oleh
batuan batuan volkanik berupa lava maupun
Pegunungan Kulon Progo diduga terbentuk breksi. Pelamparan satuan dibagi
oleh deformasi paling sedikit dua kali periode berdasarkan hubungan antar batuan yang
fase tektonik, yaitu : pertama terjadi pada dilihat dari lintasan yang dibuat pada tahap
Oligosen Akhir - Miosen Awal dan kedua penyelidikan lapangan. Urutan stratigrafi
Miosen Akhir-Kuarter yang menghasilkan daerah penelitian dari yang umur paling
busur magmatik. (Harjanto, 2011) muda hingga paling tua adalah sebagai
Tektonik pertama yang bekerja pada daerah berikut :
Kulon Progo terjadi pada Kala Oligosen- 1. Satuan andesit basaltik piroksen
Miosen Akhir yang didominasi oleh fase 2. Satuan lava andesit basaltik
kompresi sedang pada Kala Miosen Akhir- 3. Satuan lava andesit basaltik
Pliosen didominasi oleh fase ekstensi. hornblenda
Evolusi pada Gunungapi Gajah, Gunungapi
Ijo dan Gunungapi Menoreh dapat dijadikan Secara umum, hubungan antara satuan basalt
sebagai bahan analisis evolusi tektonik. dengan satuan lava andesit basaltik
Orientasi arah dominan tenggara-baratlaut hornblenda dan satuan lava andesit basaltik
(Gunungapi Gajah), tenggara-baratlaut dan hornblenda dengan satuan lava andesit
selatan-utara (Gunungapi Ijo) dan barat-timur basaltik adalah tidak selaras dengan jenis
(Gunungapi Menoreh) dimana arah barat- nonconformity.
timur adalah yang memiliki umur paling
muda (Gambar 3) (Barianto et al., 2009).
595
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Dari hasil data yang diperoleh saat tahap tumbuh bersama terutama plagioklas dan
pengambilan data lapangan, diketahui bahwa piroksen.
kebanyakan singkapan batuan andesit yang
dijumpai memiliki struktur batuan berupa Gelas acap kali masih terdapat sebagai massa
kekar tiang dan beberapa dijumpai kekar dasar (hipokristalin). Mineral sekunder hasil
lembaran. Data pengukuran kekar tiang dan alterasi yang hadir di dalam batuan terdiri
kekar lembaran dapat dilihat pada (Tabel 1). atas karbonat/kalsit, klorit, dan minera
lempung hasil alterasi dari mineral utama
Data kekar tiang tersebut digunakan sebagai pembentuk batuan.
acuan untuk melakukan interpretasi arah
aliran lava. Interpretasi dapat dilihat pada Geokimia
(Gambar 4). Hasil interpretasi didapatkan Hasil analisis geokimia unsur utama
bahwa secara umum lava mengalir dengan percontoh batuan dari daerah penelitian
tiga arah aliran utama. disajikan pada Tabel 3, dan percontoh dari
peneliti lain yang melakukan penelitian di
III. METODE PENELITIAN
daerah Kulon Progo sebagai perbandingan.
Metode penelitian dibagi menjadi empat Untuk plotting, unsur utama dinormalisasi ke
tahap yaitu : 100% berat anhydrous, yakni dengan
menghilangkan unsur hilang dibakar (yang
1. Tahap studi pustaka dan studi berkisar 0,9-2,9% berat). Kandungan unsur
geologi regional utama pada percontoh batuan dari daerah
2. Tahap pengambilan data lapangan penelitian, dalam satuan % berat adalah :
3. Tahap analisis laboraturium SiO2 = 53,23 - 55,98; TiO2 = 0,73 - 1,02;
4. Tahap sintesis data Al2O3 = 18,90 – 18,95; FeO* = 7,78 – 9,39;
MnO = 0,09 – 0,14; MgO = 1,97 – 4,01;
IV. HASIL ANALISIS
CaO = 8,40 – 11,29; Na2O = 2,67 – 2,97;
Petrografi K2O = 0,38 – 1,15; dan P2O5 = 0,19
Hasil analisis petrografi percontoh batuan Penentuan seri magma dilakukan dengan
daerah Hargorojo dan sekitarnya yang terdiri diagram kandungan Al2O3 dan Alkali Index
atas basal, andesit basal, dan andesit adalah dengan perhitungan (AI = [Na+K2O]/ [(SiO2-
sebagai berikut (Tabel 2). Secara 43)x0,17]; Middlemost, 1975 dalam
mikroskopis batuan terlihat berwarna kelabu Rollinson, 1993), kandungan K2O/Na2O dan
keruh, hijau pucat keruh, coklat pucat - coklat SiO2 (Ishihara dan Murakami, 2004 dalam
keruh, umumnya bertekstur porfiritik, Setijadji, 2006), kandungan SiO2 dan K2O
hipokristalin, dengan mineral penyusun (Peccerillo dan Taylor, 1976, dalam
utama terdiri atas plagioklas, piroksen, Rollinson, 1993) dan kandungan Sr/Y dan Y
hornblenda tersebar sebagai fenokris dan (Defant dan Drumont, 1990 dalam
massa dasar (porfiritik) (Gambar 5). Zulkarnain, 2008). Dari hasil plot pada
diagram yang digunakan, seri magma dari
Massa dasar yang berukuran sangat halus batuan volkanik yang ada di daerah penelitian
tumbuh bertahap sampai fenokris, ukuran merupakan seri magma kalk-alkali (Gambar
butir kristal muladari 0,1 mm – 4,00 mm. 6). Magma yang memiliki seri kalk-alkali
Plagioklas merupakan fenokris dengan merupakan penciri dari magma yang
kelimpahan terbanyak. Terdapat zoning pada terbentuk pada tatanan tektonik zona
plagioklas berupa oscillatory zoning dan penunjaman/subduksi (Wilson, 1989).
normal zoning sebagai hasil dari pendinginan Terdapat batuan yang memiliki seri magma
magma yang cepat saat mendekati tholeitiik menunjukkan awal pembentukan
permukaan. Plagioklas memiliki rentang volkanisme karena busur volkanik muda
An40-An50 yang merupakan andesin. Piroksen cenderung memiliki seri magma tholeiitik
terdiri atas klinopiroksen berupa augit. yang rendah unsur K.
Hornblenda sering tampak rim margin di
bagian pinggir yang terubah menjadi mineral Penentuan tatanan tektonik dilakukan juga
bijih Fe, Mg, dan Ti-oksida. Fenokris sering dengan mengunakan unsur kimia pada batuan
andesit. Diagram yang digunakan untuk
596
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
menentukan tatanan tektonik adalah diagram alkaline terbentuk pada pertengahan tahap
kandungan Ti/Y dan Zr/Y (Pearce dan Gale, subduksi, yaitu ketika subduksi semakin
1977 dalam Rollinson, 1993) yang mendalam dan kedalaman zona Benioff
menunjukkan hasil bahwa batuan andesit bertambah.
terbentuk pada zona batas lempeng (Gambar
6.11A). Zona batas lempeng merupakan zona Diagram kandungan Ti/100 dan V (Shervais,
pertemuan dua buah lempeng tektonik, 1982 dalam Rollinson, 1993), diagram
namun secara petrogenesis hasil ini masih kandungan Ti/100, Zr, 3Y; Ti/100, Zr, Sr/2
terlalu umum dan belum cukup jelas untuk serta Zr dan Ti (Pearce dan Cann, 1973 dalam
menjelaskan tatanan tektonik yang Rollinson, 1993) serta diagram kandungan
sebenarnya dari pembentukan batuan beku di TiO2, MnOx10, P2O5x10 (Mullen, 1983
daerah penelitian. Diagram lain yang dalam Rollinson, 1993) menunjukkan batuan
digunakan adalah diagram Cr dan Y; C. pada daerah penelitian yang mana merupakan
kandungan Zr dan Ti (Pearce, 1973 dalam bagian dari kompleks volkanik Tersier
Rollinson, 1993) (Gambar 6.11B & C). Pegunungan Kulon Progo ini merupakan
batuan beku yang terbentuk pada tatanan
Penentuan tatanan tektonik dilakukan juga tektonik busur kepulauan (island arc)
dengan mengunakan unsur kimia pada batuan dengan seri magma yang dihasilkan adalah
andesit. Diagram yang digunakan untuk seri magma kalk-alkali atau CAB/Calc
menentukan tatanan tektonik adalah diagram Alkaline Basalt (Gambar 7D dan Gambar
kandungan Ti/Y dan Zr/Y (Pearce dan Gale, 8).
1977 dalam Rollinson, 1993) yang
menunjukkan hasil bahwa batuan andesit Untuk menjelaskan proses yang terjadi
terbentuk pada zona batas lempeng (Gambar selama batuan terbentuk digunaka Diagram
7A). Zona batas lempeng merupakan zona Harker. Hasil plotting pada diagram Harker
pertemuan dua buah lempeng tektonik, menggunakan oksida utama menunjukkan
namun secara petrogenesis hasil ini masih bahwa hubungan positif muncul antara SiO2
terlalu umum dan belum cukup jelas untuk dengan Na2O dan K2O. Hubungan positif
menjelaskan tatanan tektonik yang antara SiO2 dengan Na2O dan K2O
sebenarnya dari pembentukan batuan beku di menunjukkan adanya proses kristalisasi
daerah penelitian. Diagram lain yang feldspar yang normal. Hubungan negatif
digunakan adalah diagram Cr dan Y; C. muncul antara plotting SiO2 dengan TiO2,
kandungan Zr dan Ti (Pearce, 1973 dalam Al2O3, Fe2O3, MgO, CaO dan P2O5.
Rollinson, 1993) (Gambar 7B & C). Hubungan negatif ini menjadi manifestasi
bahwa terjadi proses fraksinasi kristalisasi
Hasil plotting menunjukkan bahwa batuan normal dari mineral olivin dan piroksen. Pada
terbentuk pada tatanan dengan terminologi diagram Harker antara SiO2 vs MgO
volcanic arc. Diagram tektonik basalt oleh menunjukkan hubungan fraksinasi
Pearce & Cann (1973) membagi Volcanic kristalisasi olivin, klinopiroksen dan
Arc Basalt menjadi Island Arc Tholeiite dan magnetit, dimana terjadi korelasi negatif. Hal
Calc-Alkaline Basalt. Hubungan dari Island ini menjelaskan bahwa olivin akan
Arc Basalt dan Calc-Alkaline Basalt dapat mengalami removal (pemindahan) sehingga
dijelaskan oleh teori mengenai model membentuk klinopiroksen dan magnetit,
magmatisme pada busur kepulauan yang sedangkan bila berat MgO >12% berat (basalt
didasarkan pada studi busur kepulauan di dengan kandungan magnesia yang tinggi)
Jepang, menyebutkan bahwa semakin jauh akan terjadi akumulasi olivin (Wilson, 1989).
dari palung atau semakin bertambahnya
kedalaman zona Benioff, maka magmatisme Penurunan kandungan MgO tersebut
akan menghasilkan magma yang lebih alkalin mengindikasikan terjadi fraksinasi
(Kuno, 1959; Dickinson dan Hatherton, kristalisasi olivin. Fraksinasi piroksen
1967; Sigimura, 1973 dan Dickinson dalam utamanya klinopiroksen ditunjukkan oleh
Wilson, 1989). Magma tholeiite akan korelasi negatif unsur SiO2 vs CaO, Fe2O3,
terbetuk lebih dahulu pada tahap awal dan MgO. Hal yang sama juga ditunjukkan
subduksi, magma ini terbentuk ketika busur oleh hubungan SiO2 vs P2O5 yang memiliki
masih muda (immature). Seri magma calc- hubungan korelasi negatif. Korelasi ini

597
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
berimplikasi pada penurunan kandungan kelimpahan unsur jejak pada batuan volkanik
mineral apatit dalam batuan. Diagram di daerah penelitian menunjukkan kemiripan
Harker juga dapat membandingkan antara dengan komposisi jejak pada pikrit (magma
SiO2 dengan unsur jejak. Unsur jejak dapat basalt olivin) yang dikutip dari Eggins (1993)
dibedakan menjadi dua, yaitu unsur jejak dalam Dirk (2008). Kemiripan terlihat pada
incompatible dan unsur jejak compatible. anomali negatif Nb, Ti dan pengkayaan Rb,
Dari hasil plotting dari kedua jenis unsur Th, Ba, K, Sr dan Y. Dari hal tersebut, dapat
jejak incompatible dan compatible tersebut diketahui bahwa magma asal batuan volkanik
menunjukkan bahwa unsur jejak di daerah penelitian adalah magma pikrit atau
incompatible cenderung memiliki hubungan basalt olivin asal mantel N-MORB yang telah
hubungan positif dengan SiO2 sedangkan mengalami pengkayaan unsur Rb, B, Th, K
unsur jejak compatible cenderung memiliki dari kerak yang menunjam. Magma pikrit
hubungan negatif dengan SiO2. Hal tersebut atau basal olivin tersebut telah mengalami
menunjukkan adanya proses fraksinasi proses fraksinasi kristalisasi sehingga
kristalisasi. Hubungan Sr dan SiO2 yang komposisinya berubah menjadi andesitik.
bervariasi menunjukkan adanya fraksinasi
kuat Sr oleh feldspar. Unsur Cr dan Ni sangat V. PEMBAHASAN
dipengaruh oleh pengurangan atau Magma basalt olivin toleitik tersebut
penambahan dari fase feromagnesian seperti mengalami proses diferensiasi magma
olivin. selama magma naik menuju dapur magma
Kandungan Cr yang rendah (berkisar 8-19 yang nantinya akan keluar menuju
ppm) menunjukkan terjadinya fraksinansi permukaan. Proses tersebut antara lain
spinel atau klinopiroksen. Kandungan Ni asimilasi dan fraksinasi kristalisasi. Proses
yang juga rendah (berkisar 9-17 ppm) asimilasi ditunjukkan oleh peningkatan unsur
menunjukkan telah terjadinya fraksinasi jejak low field strength dan munculnya
olivin. Rendahnya kandungan Cr dan Ni tekstur oscillatory zoning pada plagioklas
menunjukkan bahwa magma induk bukan serta ditambah data geokimia berupa
peridotit melainkan basalt. Genesis magma kandungan K2O yang lebih dari 1%. Proses
andesit di daerah penelitian dapat pula fraksinasi kristalisasi ditunjukkan oleh
dipahami berdasarkan analisis diagram laba- peningkatan Na2O, K2O dan unsur jejak
laba (spider diagram) dengan unsur jejak di incompatible dan penurunan oksida Fe2O3total,
daerah Hargorojo (Gambar 9). Pada diagram MgO, CaO dan unsur jejak compatible.
laba-laba unsur jejak untuk semua jenis Proses diferensiasi magma terjadi karena
batuan andesit basaltik di daerah penelitian adanya kontaminasi dari kerak bagian atas
dengan menggunakan tiga normalisasi. akan menghasilkan batuan andesit basaltik
Normalisasi tersebut adalah normalisasi dengan seri magma kalk-alkali.
dengan chondrite, primordial magma, dan Magma yang berasal dari dapur magma, bila
MORB. Dari hasil plotting didapatakan mengalami perubahan kesetimbangan antara
kesamaan pada pola unsur Nb dan Ti yang tekanan dari dalam dapur magma dan tekanan
menunjukkan anomali negatif. Hal lain yang hidrosatis akan mencapai permukaan dan
dapat diamati adalah adanya anomali positif membentuk busur gunungapi (volcanic arc).
pada unsur Sr dan K. Unsur Th, K, Ba dan Rb Gunungapi ini yang membentuk kompleks
umumnya mengalami pengkayaan. Anomali volkanik Kulon Progo pada daerah penelitian.
negatif pada unsur Nb merupakan refleksi Dari data yang diperoleh di daerah penelitian
bahwa batuan volkanik di daerah penelitian didapatkan jenis batuan berupa andesit
terbentuk pada tatanan tektonik subduksi. basaltik piroksen yang hadir sebagai batuan
Unsur Sr yang melimpah merupakan indikasi terobosan dangkal dan andesit basaltik dan
dari kelimpahan plagioklas. Pengkayaan andesit basaltik hornblenda sebagai aliran
yang terjadi pada unsur Sr, Rb, Th, Ba dan K lava.
merupakan pengaruh dari
maturitas/kedewasaan busur atau kerak yang Volkanisme pada Kala Miosen di sekitar
menunjam atau dapat pula karena pengaruh Khuluk Ijo, membuat suplai magma yang
alterasi. Karakteristik pada diagram laba laba membentuk batuan berupa lava andesit
dengan normalisasi chondrite, karakteristik basaltik. Magma ini bersifat hydrous yang
598
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
mana terlihat oleh kehadiran hornblenda intensif. Erosi intensif tersebut
yang mana merepresentasikan magma membuat morfologi gunungapi kini
mengandung 3% H2O (Best, 2003). Afinitas tidak dapat diamati dengan baik, namun
magma ini berupa kalk-alkali. Aliran lava dengan pendekatan fasies model
andesit basaltik hornblenda ini volkanik purba, rekonstruksi mengenai
diinterpetasikan berasal dari Gunung jejak gunungapi akan dapat dipahami.
Kukusan. Kegiatan magmatisme terakhir
yang berada di daerah penelitian adalah Aliran lava 2 diinterpretasikan sebagai fasies
batuan terobosan dangkal yang sentral dari Gunungapi Kukusan yang
diinterpretasikan sebagai dike yang kini dapat diantarnya tersusun oleh lava andesit basaltik
diamati sebagai Gunung Agung. hornblenda dan adanya manifestasi batuan
terobosan yang hadir sebagai dike disekitar
Distribusi lava dapat dipisahkan dari paleocrater Gunungapi Kukusan. Fasies
orientasi arah kekar tiang. Selain sentral merupakan bukaan keluarnya magma
menggunakan data tersebut, interpretasi dari dalam bumi ke permukaan. Oleh sebab
mengenai distribusi lava dapat dilakukan itu daerah sentrak ini dicirikan oleh asosiasi
dengan menggunakan data topografi yang batuan beku yang berupa kubah lava dan
dikombinasikan dengan analisis citra. Citra berbagai macam batuan terobosan semi
yang digunakan adalah DEM (Digital gunung api (subvolcanic intrusions), seperti
Elevation Model) (Gambar 10). Dari halnya leher gunung api (volcanic neck), sill,
analisis yang dilakukan dapat ditarik tiga arah retas dan cryptodomes. Batuan terobosan
utama aliran lava. dangkal dapat ditemukan di dinding
kawah/kaldera pada masa kini atau pada
 Aliran lava 1 diinterpretasikan berasal gunungapi purba yang telah tererosi (Bronto,
dari gunungapi di selatan daerah 2006).
penelitian. Produk erupsi ini dapat
diperkirakan arah alirannya melalui Aliran lava 3 diinterpretasikan masuk ke
orientasi kekar tiang, topografi dan juga dalam fasies proksimal dari gunungapi
dari DEM. Pada aliran lava 1 ini tidak Kukusan. Fasies ini tersusun oleh aliran lava
dapat dilakukan interpretasi mengenai sebagai produk dari volkanisme yang
fasies model gunungapi purba yang jaraknya relatif dekat dekat dengan sumber
mengalirkan lava karena luasan daerah erupsi. Asosiasi batuan pada kerucut
penelitian yang tidak banyak mencakup gunugapi komposit sangat disominasi oleh
wilayah aliran lava 1. perselingan aliran lava dengan bresi
piroklastik dan aglomerat. Kelompok batuan
 Aliran lava 2 dan 3 diinterpretasikan ini sangat resisten, sehingga biasanya
berasal dari Gunungapi Kukusan, membentuk timbulan tertinggi pada
dimana aliran lava 2 mengalir relatif gunungapi purba (Bronto, 2006). Walaupun
menuju arah selatan dan lava 3 menuju rekonstruksi dapat dilakukan, namun
arah ke arah barat. Bird view citra DEM keakuratan data untuk membangun
dari Gunung Kukusan terlihat kesimpulan mengenai tubuh gunungapi purba
kenampakan sirkular. Morfologi masih memiliki banyak kelemahan.
sirkular tersebut diperkirakan sebagai Kelemahan dapat terjadi karena sebaran
suatu paleocrater yang kini menjadi variasi litologi pada teori tidak dijumpai pada
jejak adanya gunungapi purba. Pada lapangan dikarenakan batasan luas daerah
lokasi di sekitar crater ini penelitian.
diinterpretasikan sebagai sumber erupsi
yang kemudian memuntahkan material VI. KESIMPULAN
erupsi. Hasil erupsi tersebut kini
dijumpai berupa produk batuan erupsi Batuan andesit basaltik pada daerah
yang bersifat efusif dan memiliki pola penelitian terbentuk dari magma dengan seri
radial dalam pelamparannya. Hal magma kalk-alkali. Seri magma kalk-alkali
tersebut semakin menguatkan alasan terbentuk oleh magma induk berupa magma
bahwa daerah Gunung Kukusan adalah basalt olivin toleiitik (magma pikrit) yang
sebuah crater yang kini telah tererosi kemudian mengalami proses diferensiasi
dimana terjadi asimilasi maupun fraksinasi
599
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
kristalisasi dan kemudian mengubah diinterpretasikan sebuah paleocrater
komposisi magma menjadi basaltik andesit Hubungan sebaran fasies volkanik dan sifat
yang bersifat lebih asam. Magma tersebut petrologi dapat dihubungankan dengan
terbentuk pada tatanan tektonik zona morfologi sisa gunungapi purba Kukusan dan
subduksi, atau lebih tepat berada pada zona juga batuan yang menyusun morfologi
volcanic island arc (busur kepulauan). tersebut. Fasies sentral gunungapi purba
Kukusan ditentukan dengan kehadiran lava
Dari orientasi arah kekar tiang dikombinasi andesit basaltik hornblenda dan juga batuan
dengan kenampakan morfologi dari kontur terobosan dangkal berupa andesit basaltik
dan citra DEM, terdapat tiga distribusi arah piroksen. Fasies proksimal gunungapi purba
aliran lava, dimana mengalir ke arah utara Kukusan ditentukan dengan kehadiran lava
(dari gunungapi di selatan daerah penelitian), andesit basaltik hornblenda yang mengalir
mengalir ke arah barat dan selatan (dari menjauhi fasies sentral.
Gunung Kukusan). Gunung Kukusan

DAFTAR PUSTAKA
Alzwar. M., Samodra, H., Tarigan, J. I., 1998, Pengantar Dasar Ilmu Gunungapi, Penerbit NOVA,
Bandung.
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 1999, Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Lembar
1408-213 (Bagelen), BAKOSURTANAL, Cibinong.
Barianto, D. H., Aboud, E., Setijadji, L. D., 2009, Structural Analysis using Landsat TM, Gravity Data,
and Paleontological Data from Tertiary Rock in Yogyakarta, Indonesia, Memoirs of the Faculty
of Engineering, Kyushu University, vol 69, no 2, June 2009.
Bemmelen, R.W. v., 1949, The Geology of Indonesia, Vol.1A, Government Printing Office, The Hauge,
Amsterdam.
Best, M .G., 2003, Igneous and Methamorphic Petrology, Blackwell Publishing Co., Malden.
Bronto, S., 2006, Fasies Gunung Api dan Aplikasinya, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juni 2006:
59-71, Bandung.
Dirk, Mesker H,.J,, 2008, Petrologi – geokimia batuan Gunung Api Tampomas dan sekitarnya, Jurnal
Geologi Indonesia, Vol. 3 No.1 Maret 2008 : 23-35, Bandung.
Farndon, J., 2007, The Complete Guide Rock to Rock and Minerals, Annes Publishing Ltd., London.
Gill, James B., 1980, Orogenic Andesites and Plate Tectonics, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, New
York
Gillespie, M. R., Styles, M.T., 1999, BGS Rock Classification Scheme Volume 1 Classification Of
Igneous Rocks, British Geological Survey, Nottingham.
Harahap, B. H., 2011, Magma Genesis in Kabanjahe Regional Continental Margin Arc of Sumatra,
Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 2 Juni 2011: 105-127, Bandung.
Harjanto, Agus., 2011, Vulkanostratigrafi di Daerah Kulon Progo dan Sekitarnya, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Hartono, Udi., 2012, Magmatisme di Zona Penujaman, Unpublished
Hibbard, M. J., 1995, Petrography to Petrogenesis, Prentice Hall, Inc., New Jersey.

600
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Jenner, G. A., 1996, Trace Element Geochemistry of Igneous Rock: Geochemical Nomenclature and
Analytical Geochemistry, in Wyman, D. A., ed., Trace Element Geochemistry of Volcanic Rocks :
Application for Massive Sulfide Exploration, Geological Association of Canada, Short Course
Notes, v. 12, p. 51-77.
Johannsen, A., 1939, A Descriptive Petrography of the Igneous Rocks, Volume 1 : Introduction, Texture,
Classifications and Glossary, 2nd ed., The University of Chicago Press, Chicago.
Kerrich, R., Wyman, D. A., 1996, The Trace Element Systematics of Igneous Rocks in Mineral
Exploration: An Overview, in Wyman, D. A., ed Trace Element Geochemistry of Volcanic
Rocks: : Application for Massive Sulfide Exploration, Geological Association of Canada, Short
Course Notes, v. 12, p. 1-50.
McDonough., Sun, SS. 1995, The composition of the Earth : Chemical Geology 120 p 223-253, Elsevier
Science B.V.
McPhie, J., Doyle, M., Allen, R., 1993, Volcanic Texture: A Guide to the Interpretation of Textures in
Volcanic Rocks, CODES Key Centre, Hobart.
Middlemost, E. A. K., 1985, Magma and Magmatic Rocks: An Introduction to Igneous Petrology,
Longman Inc., New York.
Nelson, S.A., 2003, Igneous Rocks and Plate Tectonic, Tulane University.
(http://www.tulane.edu/~sanelson/eens212
Pearce, J. A., 1996, A User’s Guide to Basalt Discrimination Diagrams, in Wyman, D. A., ed Trace
Element Geochemistry of Volcanic Rocks: Application for Massive Sulfide Exploration,
Geological Association of Canada, Short Course Notes, v. 12, p. 79-113.
Primulyana, S., Prambada, O., 2011, Batuan Gunungapi Sibual Buali, Sumatera Utara, Jurnal Geologi
Indonesia, Vol. 6 No. 1 April 2011: 19-29, Bandung.
Pulunggono, A., Martodjojo, S., 1994, Perubahan Tektonik Paleogene-Neogene Merupakan Peristiwa
Penting di Jawa, Proceedings Geologi dan Geotektonik P. Jawa, Sejak Akhir Mesozoik hingga
Kuater, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Rahardjo, Wartono, dkk., 1995, Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Rollinson, H.R., 1993, Using Geochemical Data: Evaluation, Presenation, Interpretation, Longman
Group UK Ltd., Essex.
Schminke, H. U., 2004, Volcanism, Springer-Verlag, Berlin.
Setijadji, L. D., Kajino, S., Imai A., Watanabe, K., 2006, Cenozoic Island Arc Magmatism in Java Island
(Sunda Arc, Indonesia): Clues on Relationship between Geodynamics of Volcanic Centres and
Ore Mineralization, Journal of Resources Geology, vol. 56 no.3, pp 267-292, New York.
Setijadji, L. D., Watanabe, K., 2009, Updated Age Data of Volcanic Centers in the Southern Mountain
of Central-East Java Island, Indonesia. International Conference Earth Science and Technology,
Yogyakarta.
Siivola, J., Schmid, R., Recommendations by the IUGS Subcommission on the Systematics of
Metamorphic Rocks: Web version 01.02.07 (www.bgs.ac.uk/scmr/home.html)
Soeria-Atmadja, R., Maury, R. C., Bellon, H., Pringgoprawiro, H., Polves, M., Priadi, B., 1994,
Indonesian Island Arcs: Magmatism, Mineralization and Tectonic Setting : Tertiary Magmatic
Belts in Java, pp. 226-244, Penerbit ITB, Bandung.

601
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Subiyanto, 1989, Calc Alkaline Volcanic Rocks ad elated Soils from West Progo, Yogyakarta (Java,
Indonesia), Thesis, Rijksuniveresiteit Gent International Trainin Centre for Post Graduate Soil
Scientists, Gent.
Syafri I., Budiadi, E., Sudradjat A., 2013, Geotectonic Configuration of Kulon Progo Area, Yogyakarta,
Indonesian Journal of Geology, vol. 8 no 4 December 2013.
Tarbuck, E. J., Lutgens, F. K., 2008, Earth : An Introduction to Physical Geology, 9th ed., Pearson
Education, Inc., New Jersey.
Tarduno, J.A., Duncan, R.A., Scholl, D.W., et al., 2002. Proceedings of the Ocean Drilling Program,
Initial Reports, Volume 197.
Tatsumi, Y., Eggins, S., 1995, Subduction Zone Magmatism, Blackwell Science, Inc., Cambridge
Thompson, G .R., Turk, J., 1997, Introduction to Physical Geology, Thompson Brooks/Cole, California.
Thorpe, R. S., Brown, G.C., 1985, The Field Description of Igneous Rock, John Willey & Sons, New
York.
Williams, H., and McBirney, A.R. (1979) Volcanology: Freeman, Cooper & Co., San Francisco
Williams, H., Turner, F. J., Gilbert, C. M., Petrography: An Introduction to the Study of Rocks in Thin
Sections, 2nd ed., W.H. Freeman and Company, New York.
Wilson, M., 1989, Igneous Petrogenesis, Springer, Dordrecht.
Winter, J. D., 2001, An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology, Prentice-Hall Inc., New
Jersey.

602
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

TABEL
Tabel 1. Pengukuran kekar tiang dan kekar lembaran di lapangan

STA Strike Dip Jenis Kekar STA Strike Dip Jenis Kekar
3 275 57 Kekar Tiang 21 284 28 Kekar Tiang
225
(N…°E) 48
(°) Kekar Tiang 289
(N…°E) 27
(°) Kekar Tiang
269 45 Kekar Tiang 328 30 Kekar Tiang
4 304 89 Kekar Lembaran 329 33 Kekar Tiang
284 72 Kekar Lembaran 335 26 Kekar Tiang
285 72 Kekar Lembaran 33 73 61 Kekar Tiang
274 83 Kekar Lembaran 69 47 Kekar Tiang
270 89 Kekar Lembaran 81 47 Kekar Tiang
5 358 49 Kekar Tiang 83 66 Kekar Tiang
350 54 Kekar Tiang 77 41 Kekar Tiang
10 295 44 Kekar Tiang 46 182 39 Kekar Tiang
315 41 Kekar Tiang 193 48 Kekar Tiang
314 45 Kekar Tiang 196 48 Kekar Tiang
336 62 Kekar Tiang 199 55 Kekar Tiang
330 46 Kekar Tiang 47 165 63 Kekar Tiang
20 85 72 Kekar Tiang 166 67 Kekar Tiang
73 59 Kekar Tiang 165 67 Kekar Tiang
57 66 Kekar Tiang 160 72 Kekar Tiang

Tabel 2. Presentase komposisi mineral pada sampel batuan andesit


Komposisi (%)
No Fenokris Masa Dasar
Sampel
Klino Mineral Klino Mineral
Plagioklas Hornblenda Plagioklas Clay Kalsit Gelas
piroksen Opak piroksen Mafik
II/12 51 18 5 12 5 - - - 5 4
II/15 59 - 10 20 5 - - - - 6
II/20 46 - 13 30 4 - - - - 7
II/28 48 20 7 8 5 - - - 5 -
II/37 30 - - 10 5 - 40 15 - -
II/38 54 17 5 8 5 - - - 5 6
II/43 55 8 - 22 5 - - - 5 5
II/44 51 25 - 10 2 3 - - 5 4

603
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Tabel 3. Hasil analisis geokimia pada oksida utama

Oksida Kode Sampel


Utama II/15 II/38 II/28 DRPW011 DRPW032 DRPW062
SiO2 55.98 53.23 53.86 51.86 51.15 55.11
TiO2 0.73 1 1.02 1.05 1.06 0.84
Al2O3 18.92 18.9 18.95 19.59 18.75 18.41
Fe2O3total 7.78 9.37 9.39 - - -
Fe2O3 - - - 4.13 4.24 4.38
FeO - - - 5.97 6.16 5.59
MnO 0.09 0.14 0.13 0.17 0.18 0.18
MgO 1.97 4.01 3.94 3.19 4.45 2.77
CaO 11.29 9.23 8.40 9.71 9.85 7.64
Na2O 2.67 2.91 2.97 2.88 2.9 3.4
K2O 0.38 1.02 1.15 1.25 1.06 1.4
P2O5 0.19 0.19 0.19 0.2 0.22 0.29
Total 100 100 100 100 100 100

Oksida Kode Sampel


Utama
DRPW096 040822-04B 041215-01 WP-51 WP-50D
SiO2 55.69 62.00 59.36 63.79 60.95
TiO2 0.72 0.45 0.72 0.43 0.64
Al2O3 17.82 16.2 17.32 16.74 16.66
Fe2O3 3.97 2.6 3.29 2.31 3.02
FeO 4.89 2.97 3.84 2.68 3.65
MnO 0.21 0.14 0.18 0.11 0.17
MgO 3.31 3.13 2.66 2.74 3.17
CaO 8.02 7.24 7.2 6.22 6.95
Na2O 3.67 3.60 3.54 3.61 3.69
K2O 1.45 1.55 1.66 1.27 1.01
P2O5 0.26 0.12 0.23 0.1 0.1
Total 100 100 100 100 100

604
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

GAMBAR

Gambar 1. Peta Indeks Lokasi Penelitian

Gambar 2. Kolom kesebandingan stratigrafi daerah Kulon Progo (Harjanto, 2011 dengan modifikasi)

605
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 3. Diagram rose dari liniasi pada blok barat. Penetuan umur ditentukan dari studi geologi yang
telah dilakukan sebelumnya (Barianto et al., 2009)

Gambar 4. Peta interpretasi arah aliran lava di daerah penelitian

606
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

A Op B Op

Pl Pl
Cpx
Cpx
Hbl Hbl
Pl Pl

Gambar 5. Kenampakan mineral primer penyusun andesit di daerah penelitian (A) dan XPL (B)

Gambar 6. Penentuan seri magma berdasarkan: A. kandungan Al2O3 dan Alkali Index dengan
perhitungan (AI = [Na+K2O]/ [(SiO2-43)x0,17]; Middlemost, 1975 dalam
Rollinson, 1993); B. kandungan K2O/Na2O dan SiO2 (Ishihara dan Murakami, 2004
dalam Setijadji, 2006); C. kandungan SiO2 dan K2O (Peccerillo dan Taylor, 1976,
dalam Rollinson, 1993); D. kandungan Sr/Y dan Y (Defant dan Drumont, 1990
dalam Zulkarnain, 2008)

607
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 7. Penentuan tatanan tektonik berdasarkan : A. kandungan Ti/Y dan Zr/Y (Pearce dan
Gale, 1977 dalam Rollinson, 1993); B. kandungan Cr dan Y; C. kandungan Zr dan Ti
(Pearce, 1973 dalam Rollinson, 1993); D. kandungan Ti/100 dan V (Shervais, 1982
dalam Rollinson, 1993)

608
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 8. Penentuan tatanan tektonik berdasarkan : A. kandungan Ti/100, Zr, 3Y; B.


kandungan Ti/100, Zr, Sr/2 (Pearce dan Cann, 1973 dalam Rollinson, 1993); C.
kandungan TiO2, MnOx10, P2O5x10 (Mullen, 1983 dalam Rollinson, 1993); D.
kandungan Zr dan Ti (Pearce dan Cann, 1973 dalam Rollinson, 1993)

609
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 9. Diagram laba-laba untuk unsur jejak batuan andesit basaltik di daerah penelitian yang
dinormalisasi terhadap (A) chondrite (Thompson, 1984 dalam Wilson, 1989); (B)
Primordial magma (Sun & McDonough, 1995); (C) MORB (Pearce, 1983 dalam
Wilson, 1989)

610
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 10. Peta distribusi lava di daerah penelitian

611

Anda mungkin juga menyukai