54 MPB-04 Studi Petrogenesis Andesit Di Daerah Hargorojo Dan Sekitarnya, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah-Ismail, I., & Hendratno, A PDF
54 MPB-04 Studi Petrogenesis Andesit Di Daerah Hargorojo Dan Sekitarnya, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah-Ismail, I., & Hendratno, A PDF
Ikrar Ismail1*
Agus Hendratno1
Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada
*Email : ikrar.ismail@mail.ugm.ac.id
SARI
Andesit di Daerah Hargorojo dan sekitarnya, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Provinsi
Jawa Tengah terbentuk oleh kegiatan magmatisme pada Kala Tersier. Andesit di daerah penelitian
hadir sebagai produk batuan erupsi efusif seperti lava dan breksi autoklastik. Tidak hanya lava, namun
pada daerah penelitian dapat dijumpai batuan intrusi yang diinterpretasikan sebagai batuan terobosan
berupa andesit basaltik piroksen. Studi petrogenesis dilakukan untuk menentukan proses pembentukan
andesit.
Analisis petrografi menunjukkan semua andesit basaltik di daerah penelitian memiliki plagioklas yang
hadir sebagai fenokris dan massa dasar, mineral opak, mineral mafik dan beberapa sampel memiliki
hornblenda, gelas dan klinopiroksen. Analisis geokimia dilakukan dengan XRF dan ICP-MS. Analisis
XRF dilakukan untuk menghasilkan data oksida utama dan analisis ICP-MS digunakan untuk
menghasilkan data unsur jejak. Tujuan analisis geokimia adalah untuk menentukan nama batuan, seri
magma, tatanan tektonik dan proses yang berlangsung selama batuan terbentuk. Analisis struktur
batuan (dengan kekar tiang) digunakan untuk menentukan arah aliran lava.
Andesit di daerah penelitian berasal dari magma basalt yang terbentuk pada zona subduksi tepatnya
pada island arc. Proses diferensiasi merubah komposisi magma induk menjadi andesit basaltik dengan
seri magma kalk-alkalin. Batuan berupa lava berasal dari 2 sumber erupsi dan dapat dibagi menjadi 3
arah aliran.
Kata kunci : andesit basaltik, petrogenesis, volkanisme Tersier, island arc, kalk-alkalin, Kecamatan
Bagelen
597
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
berimplikasi pada penurunan kandungan kelimpahan unsur jejak pada batuan volkanik
mineral apatit dalam batuan. Diagram di daerah penelitian menunjukkan kemiripan
Harker juga dapat membandingkan antara dengan komposisi jejak pada pikrit (magma
SiO2 dengan unsur jejak. Unsur jejak dapat basalt olivin) yang dikutip dari Eggins (1993)
dibedakan menjadi dua, yaitu unsur jejak dalam Dirk (2008). Kemiripan terlihat pada
incompatible dan unsur jejak compatible. anomali negatif Nb, Ti dan pengkayaan Rb,
Dari hasil plotting dari kedua jenis unsur Th, Ba, K, Sr dan Y. Dari hal tersebut, dapat
jejak incompatible dan compatible tersebut diketahui bahwa magma asal batuan volkanik
menunjukkan bahwa unsur jejak di daerah penelitian adalah magma pikrit atau
incompatible cenderung memiliki hubungan basalt olivin asal mantel N-MORB yang telah
hubungan positif dengan SiO2 sedangkan mengalami pengkayaan unsur Rb, B, Th, K
unsur jejak compatible cenderung memiliki dari kerak yang menunjam. Magma pikrit
hubungan negatif dengan SiO2. Hal tersebut atau basal olivin tersebut telah mengalami
menunjukkan adanya proses fraksinasi proses fraksinasi kristalisasi sehingga
kristalisasi. Hubungan Sr dan SiO2 yang komposisinya berubah menjadi andesitik.
bervariasi menunjukkan adanya fraksinasi
kuat Sr oleh feldspar. Unsur Cr dan Ni sangat V. PEMBAHASAN
dipengaruh oleh pengurangan atau Magma basalt olivin toleitik tersebut
penambahan dari fase feromagnesian seperti mengalami proses diferensiasi magma
olivin. selama magma naik menuju dapur magma
Kandungan Cr yang rendah (berkisar 8-19 yang nantinya akan keluar menuju
ppm) menunjukkan terjadinya fraksinansi permukaan. Proses tersebut antara lain
spinel atau klinopiroksen. Kandungan Ni asimilasi dan fraksinasi kristalisasi. Proses
yang juga rendah (berkisar 9-17 ppm) asimilasi ditunjukkan oleh peningkatan unsur
menunjukkan telah terjadinya fraksinasi jejak low field strength dan munculnya
olivin. Rendahnya kandungan Cr dan Ni tekstur oscillatory zoning pada plagioklas
menunjukkan bahwa magma induk bukan serta ditambah data geokimia berupa
peridotit melainkan basalt. Genesis magma kandungan K2O yang lebih dari 1%. Proses
andesit di daerah penelitian dapat pula fraksinasi kristalisasi ditunjukkan oleh
dipahami berdasarkan analisis diagram laba- peningkatan Na2O, K2O dan unsur jejak
laba (spider diagram) dengan unsur jejak di incompatible dan penurunan oksida Fe2O3total,
daerah Hargorojo (Gambar 9). Pada diagram MgO, CaO dan unsur jejak compatible.
laba-laba unsur jejak untuk semua jenis Proses diferensiasi magma terjadi karena
batuan andesit basaltik di daerah penelitian adanya kontaminasi dari kerak bagian atas
dengan menggunakan tiga normalisasi. akan menghasilkan batuan andesit basaltik
Normalisasi tersebut adalah normalisasi dengan seri magma kalk-alkali.
dengan chondrite, primordial magma, dan Magma yang berasal dari dapur magma, bila
MORB. Dari hasil plotting didapatakan mengalami perubahan kesetimbangan antara
kesamaan pada pola unsur Nb dan Ti yang tekanan dari dalam dapur magma dan tekanan
menunjukkan anomali negatif. Hal lain yang hidrosatis akan mencapai permukaan dan
dapat diamati adalah adanya anomali positif membentuk busur gunungapi (volcanic arc).
pada unsur Sr dan K. Unsur Th, K, Ba dan Rb Gunungapi ini yang membentuk kompleks
umumnya mengalami pengkayaan. Anomali volkanik Kulon Progo pada daerah penelitian.
negatif pada unsur Nb merupakan refleksi Dari data yang diperoleh di daerah penelitian
bahwa batuan volkanik di daerah penelitian didapatkan jenis batuan berupa andesit
terbentuk pada tatanan tektonik subduksi. basaltik piroksen yang hadir sebagai batuan
Unsur Sr yang melimpah merupakan indikasi terobosan dangkal dan andesit basaltik dan
dari kelimpahan plagioklas. Pengkayaan andesit basaltik hornblenda sebagai aliran
yang terjadi pada unsur Sr, Rb, Th, Ba dan K lava.
merupakan pengaruh dari
maturitas/kedewasaan busur atau kerak yang Volkanisme pada Kala Miosen di sekitar
menunjam atau dapat pula karena pengaruh Khuluk Ijo, membuat suplai magma yang
alterasi. Karakteristik pada diagram laba laba membentuk batuan berupa lava andesit
dengan normalisasi chondrite, karakteristik basaltik. Magma ini bersifat hydrous yang
598
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
mana terlihat oleh kehadiran hornblenda intensif. Erosi intensif tersebut
yang mana merepresentasikan magma membuat morfologi gunungapi kini
mengandung 3% H2O (Best, 2003). Afinitas tidak dapat diamati dengan baik, namun
magma ini berupa kalk-alkali. Aliran lava dengan pendekatan fasies model
andesit basaltik hornblenda ini volkanik purba, rekonstruksi mengenai
diinterpetasikan berasal dari Gunung jejak gunungapi akan dapat dipahami.
Kukusan. Kegiatan magmatisme terakhir
yang berada di daerah penelitian adalah Aliran lava 2 diinterpretasikan sebagai fasies
batuan terobosan dangkal yang sentral dari Gunungapi Kukusan yang
diinterpretasikan sebagai dike yang kini dapat diantarnya tersusun oleh lava andesit basaltik
diamati sebagai Gunung Agung. hornblenda dan adanya manifestasi batuan
terobosan yang hadir sebagai dike disekitar
Distribusi lava dapat dipisahkan dari paleocrater Gunungapi Kukusan. Fasies
orientasi arah kekar tiang. Selain sentral merupakan bukaan keluarnya magma
menggunakan data tersebut, interpretasi dari dalam bumi ke permukaan. Oleh sebab
mengenai distribusi lava dapat dilakukan itu daerah sentrak ini dicirikan oleh asosiasi
dengan menggunakan data topografi yang batuan beku yang berupa kubah lava dan
dikombinasikan dengan analisis citra. Citra berbagai macam batuan terobosan semi
yang digunakan adalah DEM (Digital gunung api (subvolcanic intrusions), seperti
Elevation Model) (Gambar 10). Dari halnya leher gunung api (volcanic neck), sill,
analisis yang dilakukan dapat ditarik tiga arah retas dan cryptodomes. Batuan terobosan
utama aliran lava. dangkal dapat ditemukan di dinding
kawah/kaldera pada masa kini atau pada
Aliran lava 1 diinterpretasikan berasal gunungapi purba yang telah tererosi (Bronto,
dari gunungapi di selatan daerah 2006).
penelitian. Produk erupsi ini dapat
diperkirakan arah alirannya melalui Aliran lava 3 diinterpretasikan masuk ke
orientasi kekar tiang, topografi dan juga dalam fasies proksimal dari gunungapi
dari DEM. Pada aliran lava 1 ini tidak Kukusan. Fasies ini tersusun oleh aliran lava
dapat dilakukan interpretasi mengenai sebagai produk dari volkanisme yang
fasies model gunungapi purba yang jaraknya relatif dekat dekat dengan sumber
mengalirkan lava karena luasan daerah erupsi. Asosiasi batuan pada kerucut
penelitian yang tidak banyak mencakup gunugapi komposit sangat disominasi oleh
wilayah aliran lava 1. perselingan aliran lava dengan bresi
piroklastik dan aglomerat. Kelompok batuan
Aliran lava 2 dan 3 diinterpretasikan ini sangat resisten, sehingga biasanya
berasal dari Gunungapi Kukusan, membentuk timbulan tertinggi pada
dimana aliran lava 2 mengalir relatif gunungapi purba (Bronto, 2006). Walaupun
menuju arah selatan dan lava 3 menuju rekonstruksi dapat dilakukan, namun
arah ke arah barat. Bird view citra DEM keakuratan data untuk membangun
dari Gunung Kukusan terlihat kesimpulan mengenai tubuh gunungapi purba
kenampakan sirkular. Morfologi masih memiliki banyak kelemahan.
sirkular tersebut diperkirakan sebagai Kelemahan dapat terjadi karena sebaran
suatu paleocrater yang kini menjadi variasi litologi pada teori tidak dijumpai pada
jejak adanya gunungapi purba. Pada lapangan dikarenakan batasan luas daerah
lokasi di sekitar crater ini penelitian.
diinterpretasikan sebagai sumber erupsi
yang kemudian memuntahkan material VI. KESIMPULAN
erupsi. Hasil erupsi tersebut kini
dijumpai berupa produk batuan erupsi Batuan andesit basaltik pada daerah
yang bersifat efusif dan memiliki pola penelitian terbentuk dari magma dengan seri
radial dalam pelamparannya. Hal magma kalk-alkali. Seri magma kalk-alkali
tersebut semakin menguatkan alasan terbentuk oleh magma induk berupa magma
bahwa daerah Gunung Kukusan adalah basalt olivin toleiitik (magma pikrit) yang
sebuah crater yang kini telah tererosi kemudian mengalami proses diferensiasi
dimana terjadi asimilasi maupun fraksinasi
599
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
kristalisasi dan kemudian mengubah diinterpretasikan sebuah paleocrater
komposisi magma menjadi basaltik andesit Hubungan sebaran fasies volkanik dan sifat
yang bersifat lebih asam. Magma tersebut petrologi dapat dihubungankan dengan
terbentuk pada tatanan tektonik zona morfologi sisa gunungapi purba Kukusan dan
subduksi, atau lebih tepat berada pada zona juga batuan yang menyusun morfologi
volcanic island arc (busur kepulauan). tersebut. Fasies sentral gunungapi purba
Kukusan ditentukan dengan kehadiran lava
Dari orientasi arah kekar tiang dikombinasi andesit basaltik hornblenda dan juga batuan
dengan kenampakan morfologi dari kontur terobosan dangkal berupa andesit basaltik
dan citra DEM, terdapat tiga distribusi arah piroksen. Fasies proksimal gunungapi purba
aliran lava, dimana mengalir ke arah utara Kukusan ditentukan dengan kehadiran lava
(dari gunungapi di selatan daerah penelitian), andesit basaltik hornblenda yang mengalir
mengalir ke arah barat dan selatan (dari menjauhi fasies sentral.
Gunung Kukusan). Gunung Kukusan
DAFTAR PUSTAKA
Alzwar. M., Samodra, H., Tarigan, J. I., 1998, Pengantar Dasar Ilmu Gunungapi, Penerbit NOVA,
Bandung.
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 1999, Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Lembar
1408-213 (Bagelen), BAKOSURTANAL, Cibinong.
Barianto, D. H., Aboud, E., Setijadji, L. D., 2009, Structural Analysis using Landsat TM, Gravity Data,
and Paleontological Data from Tertiary Rock in Yogyakarta, Indonesia, Memoirs of the Faculty
of Engineering, Kyushu University, vol 69, no 2, June 2009.
Bemmelen, R.W. v., 1949, The Geology of Indonesia, Vol.1A, Government Printing Office, The Hauge,
Amsterdam.
Best, M .G., 2003, Igneous and Methamorphic Petrology, Blackwell Publishing Co., Malden.
Bronto, S., 2006, Fasies Gunung Api dan Aplikasinya, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juni 2006:
59-71, Bandung.
Dirk, Mesker H,.J,, 2008, Petrologi – geokimia batuan Gunung Api Tampomas dan sekitarnya, Jurnal
Geologi Indonesia, Vol. 3 No.1 Maret 2008 : 23-35, Bandung.
Farndon, J., 2007, The Complete Guide Rock to Rock and Minerals, Annes Publishing Ltd., London.
Gill, James B., 1980, Orogenic Andesites and Plate Tectonics, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, New
York
Gillespie, M. R., Styles, M.T., 1999, BGS Rock Classification Scheme Volume 1 Classification Of
Igneous Rocks, British Geological Survey, Nottingham.
Harahap, B. H., 2011, Magma Genesis in Kabanjahe Regional Continental Margin Arc of Sumatra,
Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 2 Juni 2011: 105-127, Bandung.
Harjanto, Agus., 2011, Vulkanostratigrafi di Daerah Kulon Progo dan Sekitarnya, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Hartono, Udi., 2012, Magmatisme di Zona Penujaman, Unpublished
Hibbard, M. J., 1995, Petrography to Petrogenesis, Prentice Hall, Inc., New Jersey.
600
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Jenner, G. A., 1996, Trace Element Geochemistry of Igneous Rock: Geochemical Nomenclature and
Analytical Geochemistry, in Wyman, D. A., ed., Trace Element Geochemistry of Volcanic Rocks :
Application for Massive Sulfide Exploration, Geological Association of Canada, Short Course
Notes, v. 12, p. 51-77.
Johannsen, A., 1939, A Descriptive Petrography of the Igneous Rocks, Volume 1 : Introduction, Texture,
Classifications and Glossary, 2nd ed., The University of Chicago Press, Chicago.
Kerrich, R., Wyman, D. A., 1996, The Trace Element Systematics of Igneous Rocks in Mineral
Exploration: An Overview, in Wyman, D. A., ed Trace Element Geochemistry of Volcanic
Rocks: : Application for Massive Sulfide Exploration, Geological Association of Canada, Short
Course Notes, v. 12, p. 1-50.
McDonough., Sun, SS. 1995, The composition of the Earth : Chemical Geology 120 p 223-253, Elsevier
Science B.V.
McPhie, J., Doyle, M., Allen, R., 1993, Volcanic Texture: A Guide to the Interpretation of Textures in
Volcanic Rocks, CODES Key Centre, Hobart.
Middlemost, E. A. K., 1985, Magma and Magmatic Rocks: An Introduction to Igneous Petrology,
Longman Inc., New York.
Nelson, S.A., 2003, Igneous Rocks and Plate Tectonic, Tulane University.
(http://www.tulane.edu/~sanelson/eens212
Pearce, J. A., 1996, A User’s Guide to Basalt Discrimination Diagrams, in Wyman, D. A., ed Trace
Element Geochemistry of Volcanic Rocks: Application for Massive Sulfide Exploration,
Geological Association of Canada, Short Course Notes, v. 12, p. 79-113.
Primulyana, S., Prambada, O., 2011, Batuan Gunungapi Sibual Buali, Sumatera Utara, Jurnal Geologi
Indonesia, Vol. 6 No. 1 April 2011: 19-29, Bandung.
Pulunggono, A., Martodjojo, S., 1994, Perubahan Tektonik Paleogene-Neogene Merupakan Peristiwa
Penting di Jawa, Proceedings Geologi dan Geotektonik P. Jawa, Sejak Akhir Mesozoik hingga
Kuater, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Rahardjo, Wartono, dkk., 1995, Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Rollinson, H.R., 1993, Using Geochemical Data: Evaluation, Presenation, Interpretation, Longman
Group UK Ltd., Essex.
Schminke, H. U., 2004, Volcanism, Springer-Verlag, Berlin.
Setijadji, L. D., Kajino, S., Imai A., Watanabe, K., 2006, Cenozoic Island Arc Magmatism in Java Island
(Sunda Arc, Indonesia): Clues on Relationship between Geodynamics of Volcanic Centres and
Ore Mineralization, Journal of Resources Geology, vol. 56 no.3, pp 267-292, New York.
Setijadji, L. D., Watanabe, K., 2009, Updated Age Data of Volcanic Centers in the Southern Mountain
of Central-East Java Island, Indonesia. International Conference Earth Science and Technology,
Yogyakarta.
Siivola, J., Schmid, R., Recommendations by the IUGS Subcommission on the Systematics of
Metamorphic Rocks: Web version 01.02.07 (www.bgs.ac.uk/scmr/home.html)
Soeria-Atmadja, R., Maury, R. C., Bellon, H., Pringgoprawiro, H., Polves, M., Priadi, B., 1994,
Indonesian Island Arcs: Magmatism, Mineralization and Tectonic Setting : Tertiary Magmatic
Belts in Java, pp. 226-244, Penerbit ITB, Bandung.
601
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Subiyanto, 1989, Calc Alkaline Volcanic Rocks ad elated Soils from West Progo, Yogyakarta (Java,
Indonesia), Thesis, Rijksuniveresiteit Gent International Trainin Centre for Post Graduate Soil
Scientists, Gent.
Syafri I., Budiadi, E., Sudradjat A., 2013, Geotectonic Configuration of Kulon Progo Area, Yogyakarta,
Indonesian Journal of Geology, vol. 8 no 4 December 2013.
Tarbuck, E. J., Lutgens, F. K., 2008, Earth : An Introduction to Physical Geology, 9th ed., Pearson
Education, Inc., New Jersey.
Tarduno, J.A., Duncan, R.A., Scholl, D.W., et al., 2002. Proceedings of the Ocean Drilling Program,
Initial Reports, Volume 197.
Tatsumi, Y., Eggins, S., 1995, Subduction Zone Magmatism, Blackwell Science, Inc., Cambridge
Thompson, G .R., Turk, J., 1997, Introduction to Physical Geology, Thompson Brooks/Cole, California.
Thorpe, R. S., Brown, G.C., 1985, The Field Description of Igneous Rock, John Willey & Sons, New
York.
Williams, H., and McBirney, A.R. (1979) Volcanology: Freeman, Cooper & Co., San Francisco
Williams, H., Turner, F. J., Gilbert, C. M., Petrography: An Introduction to the Study of Rocks in Thin
Sections, 2nd ed., W.H. Freeman and Company, New York.
Wilson, M., 1989, Igneous Petrogenesis, Springer, Dordrecht.
Winter, J. D., 2001, An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology, Prentice-Hall Inc., New
Jersey.
602
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
TABEL
Tabel 1. Pengukuran kekar tiang dan kekar lembaran di lapangan
STA Strike Dip Jenis Kekar STA Strike Dip Jenis Kekar
3 275 57 Kekar Tiang 21 284 28 Kekar Tiang
225
(N…°E) 48
(°) Kekar Tiang 289
(N…°E) 27
(°) Kekar Tiang
269 45 Kekar Tiang 328 30 Kekar Tiang
4 304 89 Kekar Lembaran 329 33 Kekar Tiang
284 72 Kekar Lembaran 335 26 Kekar Tiang
285 72 Kekar Lembaran 33 73 61 Kekar Tiang
274 83 Kekar Lembaran 69 47 Kekar Tiang
270 89 Kekar Lembaran 81 47 Kekar Tiang
5 358 49 Kekar Tiang 83 66 Kekar Tiang
350 54 Kekar Tiang 77 41 Kekar Tiang
10 295 44 Kekar Tiang 46 182 39 Kekar Tiang
315 41 Kekar Tiang 193 48 Kekar Tiang
314 45 Kekar Tiang 196 48 Kekar Tiang
336 62 Kekar Tiang 199 55 Kekar Tiang
330 46 Kekar Tiang 47 165 63 Kekar Tiang
20 85 72 Kekar Tiang 166 67 Kekar Tiang
73 59 Kekar Tiang 165 67 Kekar Tiang
57 66 Kekar Tiang 160 72 Kekar Tiang
603
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
604
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
GAMBAR
Gambar 2. Kolom kesebandingan stratigrafi daerah Kulon Progo (Harjanto, 2011 dengan modifikasi)
605
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 3. Diagram rose dari liniasi pada blok barat. Penetuan umur ditentukan dari studi geologi yang
telah dilakukan sebelumnya (Barianto et al., 2009)
606
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
A Op B Op
Pl Pl
Cpx
Cpx
Hbl Hbl
Pl Pl
Gambar 5. Kenampakan mineral primer penyusun andesit di daerah penelitian (A) dan XPL (B)
Gambar 6. Penentuan seri magma berdasarkan: A. kandungan Al2O3 dan Alkali Index dengan
perhitungan (AI = [Na+K2O]/ [(SiO2-43)x0,17]; Middlemost, 1975 dalam
Rollinson, 1993); B. kandungan K2O/Na2O dan SiO2 (Ishihara dan Murakami, 2004
dalam Setijadji, 2006); C. kandungan SiO2 dan K2O (Peccerillo dan Taylor, 1976,
dalam Rollinson, 1993); D. kandungan Sr/Y dan Y (Defant dan Drumont, 1990
dalam Zulkarnain, 2008)
607
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 7. Penentuan tatanan tektonik berdasarkan : A. kandungan Ti/Y dan Zr/Y (Pearce dan
Gale, 1977 dalam Rollinson, 1993); B. kandungan Cr dan Y; C. kandungan Zr dan Ti
(Pearce, 1973 dalam Rollinson, 1993); D. kandungan Ti/100 dan V (Shervais, 1982
dalam Rollinson, 1993)
608
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
609
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 9. Diagram laba-laba untuk unsur jejak batuan andesit basaltik di daerah penelitian yang
dinormalisasi terhadap (A) chondrite (Thompson, 1984 dalam Wilson, 1989); (B)
Primordial magma (Sun & McDonough, 1995); (C) MORB (Pearce, 1983 dalam
Wilson, 1989)
610
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
611