Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)

Fasilitator : Lilis Maghfuroh S.Kep., Ns., M.Kes

Kelas : 5C Keperawatan
Oleh : Kelompok 2
1. Anggi Kusumanegtias 1702012441
2. Eka Devi Nurlina 1702012447
3. Mirma Ayu Fitria 1702012456
4. Qofsah Rohmatun 1702012473

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul “Asuhan Keperawatan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)”
yang diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II dengan tepat pada
waktunya.
Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada ibu Lilis Maghfuroh S.Kep.,
Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak II yang telah
membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun makalah
dengan baik dan benar.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, kritik saran dari semua
pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas pada pembaca.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Lamongan, 11 November 2019

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan


Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti (Nursalam, dkk, 2008). Penyakit ini dapat menyerang semua orang
dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering
menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah (Nursalam, dkk, 2008).
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) adalah virus dengue (Nursalam, dkk, 2008). Demam Berdarah Dengue
(DBD) ditandai oleh empat manifestasi klinis utama, yaitu demam tinggi, fenomena
hemoragik, sering dengan hepatomegali, dan pada kasus berat, terjadi tanda – tanda
kegagalan sirkulasi (WHO, 1999).
Menurut WHO (1999), pada tahun 1996, 2500 – 3000 juta orang tinggal di area
yang secara potensial beresiko terhadap penularan virus dengue. Setiap tahun,
diperkirakan terdapat 20 juta kasus infeksi dengue yang mengakibatkan kira – kira 24 juta
kematian (WHO, 1999).
Penyakit ini mempunyai pola epidemik berdasarkan musiman dan siklus dengan
wabah besar terjadi pada interval 2 – 3 tahun. Selama periode 1960 – 1970, 1.070.207
kasus dan 42.808 kematian dilaporkan dan sebagian besar adalah anak – anak (WHO,
1999). Selama hampir sepanjang tahun 1980-an, pada negara – negara endemik, seperti
Cina, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam, DHF / DSS
menyebar secara perifer dan menyerang daerah pedesaan. Wabah yang sangat luar biasa
besar yang terjadi di Vietnam (354.517 kasus pada tahn 1987) dan Thailand (174.285
kasus pada tahun 1987). Jumlah total orang yang terjangkit dan meninggal karena DHF /
DSS dilaporkan di semua negara Pasifik Barat dan Asia Tenggara selama dekade 1980 –
an diperkirakan 1.946.965 dan 23.793.
Dari data – data di atas, maka penulis mencoba menyusun makalah tentang
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan DHF sehingga diharapkan mahasiswa/i dapat
lebih memahami tentang penyakit DHF dan pada akhirnya dapat menurunkan angka
kejadian penyakit DHF di Indoensia. .

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum

3
Mahasiswa/i keperawatan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan DHF.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa/i keperawatan mampu :
a. Menjelaskan pengertian DHF dengan baik
b. Menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem hematologi dengan baik
c. Menyebutkan etiologi DHF dengan tepat
d. Menyebutkan klasifikasi DHF dengan tepat
e. Menjelaskan patofisiologi dengan baik
f. Menyebutkan manifestasi klinis DHF dengan tepat
g. Menyebutkan komplikasi DHF dengan tepat
h. Menyebutkan pemeriksaan diagnostik untuk DHF dengan tepat
i. Menyebutkan penatalaksanaan pasien dengan DHF dengan tepat
j. Menjelaskan konsep dasar keperawatan DHF yang terdiri atas : pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi dengan tepat

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
denguesejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina).(Effendy, 1995)
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)) adalah penyakit
yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi,
yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.(Noer, 1999)
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit demam berat yang sering
mematikan disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan
hemostatis, dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein. (Behrman, et al,
2000).
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti.(Nursalam, dkk, 2008).
Jadi, Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti (betina) dan terdapat pada anak dan dewasa.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi


a) Pembuluh Darah

1. Struktur
Dinding arteri terdiri atas tiga lapis, yaitu :
 Tunika adventisia, lapisan terluar yang terdiri atas jaringan ikat yang fibrus
 Tunika media, lapisan tengah yang berotot dan elastik

5
 Tunika intima, lapisan dalam yang endotelial
2. Jenis – Jenis
 Arteri dan Arteriol
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang membawa darah keluar
dari jantung, selalu membawa darah segar berisi O2, kecuali arteri pulmoner
yang membawa darah ’kotor’ yang memerlukan oksigenasi.
Arteri yang besar disebut Aorta yang diameternya ± 25 mm (1 inchi) dan
memiliki banyak sekali cabang. Arteri dan arteriol berukuran 4 mm (0,16
inchi) saat mencapai jaringan.
Arteri dan arteriol memperoleh perdarahan dari sebuah sistem pembuluh
yang khusus, yang dikenal sebagai vasa vasorum; keduanya juga disarafi oleh
serabut – serabut saraf yang ramping yang melingkari dinding pembuluh darah.

 Vena dan Venula

Vena dan venula membawa darah ke arah jantung dan selalu membawa
darah yang miskin akan oksigen, kecuali vena pulmoner.
Struktur dinding vena yang tipis dan sedikit ototnya memungkinkan
dinding vena mengalami distensi lebih besar dibanding arteri.
Sistem saraf simpatis yang mempersarafi otot vena dapat merangsang vena
untuk berkontriksi sehingga menurunkan volume vena dan menaikkan volume
darah dalam sirkulasi umum.

 Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil dan disitu arteriol
berakhir dan venula mulai (Pearce, 1997 : 145). Kapiler membentuk jalinan
pembuluh darah bercabang – cabang di dalam sebagian besar jaringan tubuh.
Dinding kapiler tidak memiliki otot polos maupun adventisia dan tersusun
hanya oleh satu lapis sel endotel. Diameter kapiler ± 5 – 10 µm. Struktur

6
dinding kapiler yang tipis ini memungkinkan transpor nutrisi yang cepat dan
efisien ke sel dan mengangkut sisa metabolisme.

 Pembuluh Limfe
Pembuluh limfe merupakan sistem kmpleks pembuluh berdinding tipis
yang mirip dengan kapiler darah. Pembuluh limfe berfungsi untuk
mengumpulkan cairan limfa dari jaringan dan organ serta mengangkat cairan
tersebut ke sirkulasi vena.

3. Sirkulasi Darah

Sirkulasi darah dalam tubuh ada dua, yaitu :


 Sirkulasi Sistemik
Darah dari ventrikel kiri (jantung) → aorta → arteri → arteriola → kapiler →
venula → vena cava inferior dan superior → atrium kanan (jantung)
 Sirkulasi Pulmonal
Darah dari ventrikel kanan (jantung) → arteri pulmonalis → paru – paru
kanan dan kiri → vena pulmonalis → atrium kiri (jantung)

4. Kebutuhan Sirkulasi Jaringan


Presentasi aliran darah yang diterima oleh organ atau jaringan tertentu
ditentukan oleh kecepatan metabolisme jaringan, ketersediaan oksigen, dan fungsi
jaringan. Ketika terjadi peningkatan kebutuhan metabolisme, pembuluh darah akan
berdilatasi untuk meningkatkan aliran O2 dan nutrisi ke jaringan. Apabila
pembuluh darah gagal berdilatasi, maka akan terjadi ischemic jaringan.

5. Aliran Darah

7
Aliran darah terjadi disebabkan karena perbedaan tekanan darah antara sistem
arteri (± 100 mmHg) dan vena (± 4 mmHg) dan cairan selalu mengalir dari daerah
bertekanan tinggi ke tekanan rendah.

6. Tahanan Hemodinamika
Faktor terpenting pada sistem vaskuler yang menentukan tahanan adalah jari –
jari pembuluh darah. Peningkatan hematokrit yang sangat tinggi dapat
meningkatkan kekentalan darah dan menurunkan aliran darah kapiler.

b) Darah
Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk
cairan. Darah diproduksi di sumsum tulang dan nodus limfa. Cairan darah tersusun
atas komponen – komponen, yaitu :
1. Serum Darah / Plasma
Serum atau plasma darah terdiri atas :
 Air (91,0 %)
 Protein (8,0 %) : Albumin, Globulin, Protrombin, dan Fibrinogen
 Mineral (0,9 %) : NaCl, Na2CO2, garam dan kalsium, P, Mg, Fe
 Bahan organik : glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol, asam
amino
 Gas : O2 dan CO2
 Hormon – hormon
 Enzim
 Antigen
2. Sel Darah
Sel darah dibagi menjadi :
 Sel darah merah (Eritrosit)
Bentuk eritrosit adalah cakram bikonkaf, cekung pada kedua sisinya
sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling
bertolak belakang. Diameternya ± 8 µm.
Volume eritrosit sekitar 90 m3 dan membrannya sangat tipis sehingga O2
dan CO2 dapat dengan mudah berdifusi. Eritrosit tersusun terutama oleh
hemoglobin, yaitu protein yang kaya akan zat besi (Pearce, 1997 : 134)
sehingga memungkinkan dapat menjalankan fungsi utamanya sebagai transport
O2 antara paru dan jaringan.

8
Rata – rata panjang hidup eritrosit ± 115 hari. Sel menjadi usang dan
dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelial, terutama dalam limfa dan hati.
Bila terjadi perdarahan, maka eritrosit dan Hb hilang. Pada perdarahan sedang,
eritrosit diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya. Namun, apabila
kadar Hb turun sampai 40 % atau di bawahnya, maka perlu transfusi darah.
Nilai normal eritrosit adalah 4.500.000 – 5.500.000 / mm3.
 Sel darah putih (Leukosit)
Nilai normal leukosit adalah 5.000 – 10.000 / mm3. Leukosit berfungsi
untuk melindungi tubuh terhadap invasi bakteri atau benda asing. Leukosit
dibagi dalam dua kategori, yaitu :
1) Granulosit (60 %)
Granulosit ditentukan oleh adanya granula dalam sitoplasmanya.
Diameternya 2 – 3 kali dari eritrosit. Granulosit dibagi dalam tiga sub
grup, yaitu :
 Eosinofil : granula berwarna merah terang dalam sitoplasmanya
 Basofil : granula berwarna biru
 Netrofil : granula berwarna ungu pucat
Eosinofil dan Basofil berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai
material biologis kuat, seperti histamin, serotonin, dan heparin.
2) Leukosit Mononuklear (Agranulosit) (40 %)
Agranulosit merupakan leukosit dengan inti satu lobus dan
sitoplasmanya bebas granula. Agranulosit terdiri atas :
a. Limfosit
Dalam darah orang dewasa terdapat 30 % limfosit. Limfosit
diproduksi oleh nodus limfe dan jaringan limfoid usus, limfa, dan
kelenjar timus dari sel prekursor yang berasal sebagai sel stem
sumsum. Limfosit berfungsi untuk menghasilkan substansi yang
membantu penyerangan benda asing. Limfosit dapat dikelompokan
menjadi :
 Limfosit T yang berfungsi untuk membunuh sel secara langsung
atau menghasilkan berbagai limfokin, yaitu suatu substansi
yang memperkuat aktivitas sel fagositik.
 Limfosit B yang berfungsi untuk menghasilkan antibodi.

b. Monosit

9
Dalamdarah orang dewasa terdapat 5 % monosit. Monosit
diproduksi oleh sumsum tulang dan dapat berubah menjadi histiosit
jaringan, termasuk sel Kupfer di hati, makrofag peritoneal,
makrofag alveolar, dan komponen lain sistem retikuloendotelial.
3) Butir pembeku (Trombosit)
Nilai normal trombosit adalah 150.000 – 450.000 / mm3. Trombosit
merupakan partikel kecil dengan diameter 2 – 4 µm yang terdapat
dalam sirkulasi plasma darah. Trombosit dibentuk oleh fragmentasi sel
raksasa sumsum tulang (megakariosit) dan produksi trombosit diatur
oleh tromboprotein.
Trombosit berperan dalam mengontrol perdarahan. Apabila terjadi
cedera vaskuler, maka trombosit menggumpal pada tempat cedera
tersebut. Substansi yang dilepaskan dari granula trombosit dan sel darah
lainnya menyebabkan trombosit menmpel satu sama lain dan
membentuk tambalan / sumbatan. Substansi lain dilepaskan dari
trombosit untuk mengaktifasi faktor pembekuan dalam plasma darah.

Pembekuan darah adalah proses dimana komponen cairan darah


ditransformasi menjadi material semisolid yang dinamakan bekuan darah
(Smeltzer & Bare, 2001 : 930). Bekuan darah tersusun terutama oleh sel – sel
darah yang terperangkap dalam jaring – jaring fibrin. Faktor pembekuan darah
terdiri dari :
 Faktor I : Fibrinogen
 Faktor II : Protrombin
 Faktor III : Tromboplastin jaringan
 Faktor IV : Kalsium
 Faktor V : Labil
 Faktor VII : Faktor stabil
 Faktor VIII : Faktor antihemofilik
 Faktor IX : Faktor Christmas
 Faktor X : Faktor Stuart - Power
 Faktor XI : (anteseden) Plasma tromboplastin
 Faktor XII : Faktor Hageman

2.3 Etiologi

10
Etiologi dari DHF adalah virus dengue tipe1 – 4 (golongan enthropoda bome
golongan B) yang berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh
dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70OC yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti (betina).

2.4 Klasifikasi DHF


Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya
penyakit, secara klinis terbagi menjadi :
 Derajat I : demam, mual, muntah, anorexia, tanpa perdarahan spontan, uji torniquet
positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi.
 Derajat II : derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
 Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan lemah, tekanan darah
lemah dan rendah, gelisah, sianotis di sekitar mulut, hidung, dan ujung jari (tanda dini
renjatan).
 Derajat IV : renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.

2.5 Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masukke dalam tubuh penderita adalah viremia
yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal –
pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik – bintik merah pada kulit (ptekie), hiperemi
tenggorokan, dan hal lain yang mungkin terjadi, seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (hepatomegali), dan pembesaran limfa (splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia, serta efusi dan renjatan
(syok).
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama, maka akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis, dan kematian. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut tiga
faktor, yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia, dan gangguan koagulasi

11
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa
inkubasi antara 13 – 15 hari, antara lain :
1. Demam akut (suhu meningkat tiba – tiba)
2. Perdarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom)
3. Perdarahan, seperti epistaksis, hematemesis, hematuri, dan melena
4. Keluhan pada saluran pernapasan, seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan
5. Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anorexia, diare, konstipasi
6. Keluhan sistem tubuh lain : nyeri atau sakit kepala; nyeri otot, tulang, dan sendi; nyeri
otot abdomen; nyeri ulu hati; pegal; kemerahan pada kulit; kemerahan pada muka
(flushing); pembengkakan sekitar mata, lakrimasi, dan fotopobia; otot – otot sekitar
mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal
7. Renjatan

2.7 Komplikasi
Komplikasi potensial yang mungkin terjadi :
1. Gagal jantung (CHF)
2. Gagal ginjal (CRF)
3. Hipotensi
4. Sianosis hati
5. Stroke
6. Ensepalitis dengue
7. Edema paru

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


1. Darah
Pada DHF umumnya dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji
torniquet yang positif merupakan pemeriksaan penting. Masa pembekuan masi dalam
batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya memanjang.
Pada analisis kuantitatif ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X. Pada
pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta hipokloremia.
SGPT, SGOT, ureum, dan pH darah meningkat sedangkan reserve alkali merendah.
2. Urine
Mungkin ditemukan albuminuria ringan.

12
3. Sumsum Tulang
Pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke–5
dengan gangguan maturasi sedangkan pada hari ke-10 biasanya sudah kembali
normal untuk semua sistem.
4. Serologi
Uji serologi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan atas dua kelompok besar, yaitu:
 Uji serologi memakai serum ganda
Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalesen. Pada uji ini yang
dicari adalah kenaikan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali.
Termasuk dalam uji ini ialah pengikatan komplemen (PK), uji neutralisasi (NT),
dan uji dengue blot.
 Uji serologi memakai serum tunggal
Pada uji ini yang dicari adalah ada tidaknya atau titer tertentu antibodi
antidengue. Termasuk dalam golongan ini adalah uji dengue blot yang mengukur
antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya; uji Ig M antidengue
yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas Ig M.
 Isolasi Virus
Bahan pemeriksaan adalah darah pasien, jaringan – jaringan, baik dari pasien
hidup (melalui biopsi) dan pasien meninggal (autopsi).

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan DHF adalah sebagai berikut :
1. Lakukan tirah baring atau istirahat baring
2. Pemberian diet makanan lunak
3. Berikan minum banyak (2 – 2,5 liter / hari) dapat berupa : susu, teh manis, sirup,
dan beri penderita oralit.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali).
Ringer Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan karena
mengandung Na+ 130 mEq / L, K+ 4 mEq / L, korektor basa 28 mEq / L, Cl- 109
mEq / L, dan Ca2+ 3 mEq / L.
5. Monitor tanda – tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tekanan darah, dan
pernapasan); jika kondisi pasien memburuk, maka observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht, dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik.

13
Sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron (kolaborasi dengan
dokter). Dan juga pemberian kompres dingin atau hangat.
8. Monitor tanda – tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan
dokter).
10. Monitor tanda – tanda dini renjatan, meliputi : keadaan umum, perubahan tanda –
tanda vital, hasil – hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11. Apabila timbul kejang, dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
12. Transfusi darah bila penderita mengalami perdarahan yang membahayakan.
Tindakan perawatan invasif :
 Pemasangan infus untuk pemberian cairan melalui intravena.
 Pengambilan darah vena untuk pemeriksaan kimia atau hematologi darah.
 Pengambilan darah arteri untuk pemeriksaan Analisa Gas Darah dengan
menambahkan heparin ke dalam darah yang akan diperiksa.
 Pemasangan Nasogastric Tube (NGT) untuk mengeluarkan cairan lambung
pada perdarahansaluran pencernaan atas.

14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF, paling sering menyerang anak – anak dengan usia kurang
dari 15 tahun), jenis kelamin, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, dan lingkungan tempat tinggal pasien merupakan endemic
DHF dan sering terjadi pada musin hujan
2. Keluhan Utama
demam tinggi dan mendadak, perdarahan (bintik-bintik merah pada ekstremitas
atas, dada dan mimisan/perdarahan gusi), kadang-kadang disertai dengan
penurunan kesadaran serta kejang.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam, kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke – 3 dan ke
– 7, dan anak semakin lemah. Kadang – kadang disertai dengan keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare / konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau
hematemesis.
4. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan
ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
5. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih, seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar.
6. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Anak umur 12 – 18 Bulan :

Perkembangan anak : Berjalan sendiri tidak jatuh, Mengambil benda kecil


dengan jari dan telunjuk,mengungkapkan keinginan scr sederhana,minum
sendiri dari gelas tidak tumpah.
Stimulasi dini : Melatih anak naik turun tangga (GK),bermain dng anak

15
melempar dan menangkap bola besar kemudian kecil(GH),melatih anak
menunjuk dan menyebut nama-nama bagian tubuh (BBK),memberi kesempatan
anak melepas pakaian sendiri.
b. Anak umur 18 – 24 Bulan :
Perkembangan anak : Berjalan mundur 5 langkah, mencoret-coret dengan alat
tulis ,menunjuk bagian tubuh dan menyebut namanya,meniru melakukan
pekerjaan rumah tangga.
Stimulasi dini : Melatih anak berdiri dengan satu kaki, mengajari anak
menggambar bulatan,garis segi tiga dan gambar wajah, melatih anak mengikuti
perintah sederhana, melatih anak mau ditinggalkan ibunya sementara waktu .
c. Anak umur 2 – 3 tahun :
Perkembangan anak : berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitnya 2
hitungan, meniru membuat garis lurus, menyatakan keinginan sedikitnya dengan
2 kata, melepas pakaian sendiri.
Stimulasi dini : Melatih anak melompat dng satu kaki, mengajak anak bermain
menyusun dan menumpuk balok, melatih anak mengenal bentuk dan warna,
melatih anak mencuci tangan dan kaki serta mengeringkan sendiri.
d. Anak umur 3-4 tahun :
Perkembangan anak : berjalan jinjit, Menggunting dan membuat buku cerita dng
gambar, mengenal bentuk dan warna, mengenal sopan santun,berterima kasih
dan mencium tangan.
e. Anak umur 4-5 tahun :

Perkembangan anak : Melompat dengan satu kaki, mengancing baju, bercerita


sederhana, mencuci tangan sendiri.
Stimulasi dini : Biarkan anak melakukan permainan ketangkasan dan
kelincahan, bantu belajar menggambar, mengerti satu dan separuh dng cara
membagi kue/kertas, latih untuk mandiri,mis.bermain ketetangga.
f. Anak umur 5 – 6 tahun :
Perkembangan anak : menangkap bola kasti pada jarak satu meter, membuat
gambar segi empat, mengenal angka dan huruf, Serta berhitung, berpakaian
sendiri tanpa dibantu.

16
Stimulasi dini : melakukan permainan,mis.kasti, membuat sesuatu dari lilin/
tanah liat, melatih untuk mengenal waktu,hari,minggu dan bulan bercakap-
cakap bergaul dengan teman sebaya.
7. Riwayat imunisasi
a) BCG : 1 Bulan
b) Pentabio : 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan
c) Polio : 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
d) Campak : 9 bulan, 24 bulan
8. Pola Kebiasaan Pemeliharaan Kesehatan

a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang,


dan nafsu makan menurun.
b. Eliminasi alvi (buang air besar): Kadang – kadang anak mengalami diare /
konstipasi. Sementara DHF grade III – IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit /
banyak, sakit / tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit / nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
e. Kebersihan: Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan
9. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum
Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik
anak adalah sebagai berikut :
1) Grade I : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, tanda – tanda
vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan : ptekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.

17
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran coma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit
tampak biru.
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epsitaksis) pada grade II, III,
IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan
gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing
dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV).
2) Dada
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : vocal fremitus kurang bergetar, nyeri tekan epigastrik
Perkusi : adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan pada grade III
dan IV
Auskultasi : rales +, ronchi + yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
3) Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : Mengalami nyeri tekan
Perkusi : pembesaran hati (hepatomegali) dan asites pada grade IV
4) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, dan tulang.
10. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. HB dan PVC meningkat (≥20%)
b. Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig. D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hiponatremia
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat

18
g. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT /SGPT mungkin meningkat.
11. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Virus dengue Nyeri akut
- Pasien mengatakan
nyeri perut dan nyeri Viremia
saat menelan
DO : Merangsang saraf
- Pasien tampak simpatis
meringis, gelisah, dan
gelisah Dieruskan ke ujung
- Frekuensi nadi saraf bebas
meningkat
- Pola nafas berubah Nyeri otot

- Tekanan darah
meningkat Nyeri

DS : Virus dengue Hipertermia


- Pasien mengeluh
badan nya terasa Viremia
panas
DO : Merangsang
- Suhu tubuh diatas hipotalamus anterior
normal
- Kulit merah Suhu tubuh meningkat

- Kejang
- Takipnea Hipertermia

- Takikardia
- Kulit teraba
hangat
DS : Infeksi virus dengue Hipovolemia
- Pasien merasa
lemah Mengeluarkan zat

19
DO : mediator
- Nampak lemah
- Nadi teraba lemah Peningkatan
- Tekanan darah permeabilitas
menurun pembuluh darah

- Pengisian vena
menurun Darah berpindah ke

- Suhu tubuh ekstravaskular

meningkat
Kekurangan volume
cairan

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis
2. Hipertermia b.d. infeksi virus dengue
3. Hipovolemia b.d. peningkatan permeabilitas kapiler
3.3 Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
(SLKI) (SIKI)
1 Nyeri Akut b.d. Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi,
agen pencedera keperawatan selama 3 x 24 karakteristik, durasi,
fisiologis jam diharapkan nyeri dapat frekuensi, kualitas, skala
berkurang dengan kriteria nyeri
hasil : 2. Berikan teknik
- Klien melaporkan nonfarmakologi untuk
skala nyeri mengurangi rasa nyeri
berkurang (5) 3. Jelaskan strategi
- Pasien tidak nampak meredakan nyeri
meringis (5) 4. Kolaborasi pemberian
- Sikap gelisah pasien analgesik
menurun (5)
- Frekuensi nadi
normal (5)

20
2 Hipertermia b.d. Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab
infeksi virus keperawatan selama 3 x 24 hipertermia
dengue jam diharapkan suhu tubuh 2. Monitor suhu tubuh
pasien normal dengan 3. Sediakan lingkungan yang
kriteria hasil : dingin
- Suhu tubuh normal 4. Anjurkan tirah baring
(5) 5. Kolaborasi pemberian
- Klien tidak cairan dan elektrolit
menggigil (1) intravena
- Tidak ada kejang (1)
- Tidak ada takipnea
(1)
3 Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa tanda daan gejala
b.d. keperawatan selama 3 x 24 hipovolemia
peningkatan jam diharapkan kebutuhan 2. Monitor intake dan output
permeabilitas cairan terpenuhi dengan cairan
kapiler kriteria hasil : 3. Berikan asupan cairan
- Frekuensi nadi adekuat
membaik (5) 4. Anjurkan menghindari
- Kekuatan nadi posisi mendadak
membaik (5) 5. Kolaborasi pemberian
- Suhu tubuh cairan IV
membaik (5) 6. Kolaborasi pemberian

- Pengisian vena produk darah

meningkat (5)

21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti. Berdasarkan derajat beratnya, Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) diklasifikasikan menjadi :
 Derajat I : demam, mual, muntah, anorexia, tanpa perdarahan spontan, uji torniquet
positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi.
 Derajat II : derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
 Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan lemah, tekanan darah
lemah dan rendah, gelisah, sianotis di sekitar mulut, hidung, dan ujung jari (tanda dini
renjatan).
 Derajat IV : renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.

4.2 Saran
Kebersihan lingkungan haruslah dijaga bersama. Lingkungan yang baik tidak akan
menimbulkan penyakit. Peneliti berharap dengan makalah ini dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat luas tentang pentingnya menjaga lingkungan sehingga penyakit
DBD ini dapat dicegah.

22
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, Egc : Jakarta

Nursalam, Dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta : Salemba
Medika

Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, Hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : Egc

Hidayat Alimul Aziz. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba
Medika

Rampengan. 2007. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta : Egc

Supartini Yupi, S.Kp, Msc. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : Egc

Suriadi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Cv Sagung Seto.

23

Anda mungkin juga menyukai