MAKALAH
OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pengembangan Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Bentuk Tes” meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Kami juga berterimakasih kepada Dyah Ayu Pramoda
Wardhani, M. Pd. selaku dosen mata kuliah “Evaluasi Pembelajaran” yang telah
memberi tugas ini kepada kami.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
PENDAHULUAN
BAB I
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan instrumen evaluasi hasil belajar.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan tes.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis tes.
4. Untuk mengetahui macam-macam tes berdasarkan bentuk jawaban.
5. Untuk mengetahui langah-langkah pengembangan menyususn tes hasil
belajar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
tertentu dari peserta tes yaitu indikator pencapaian kompetensi. (Poerwanti,
2011)
Tes berasal dari bahasa Perancis Kuno yaitu “testum” yang berarti
piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu,
tanah, dan sebagainya (Erman, 2003). Kemudian diadopsi dalam psikologi dan
pendidikan untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk
dapat melihat dan mengukur dan menemukan peserta Tes yang memenuhi
kriteria tertentu.
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Tes hasil belajar disebut dengan tes penguasaan, karena tes ini berfungsi
mengukur penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru.
Tes diujikan setelah peserta didik memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan
pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan peserta didik atas materi
tersebut (Purwanto, 2009). Sedangkan menurut Sudijono (dalam Sholichah,
2018), ia mengemukakan bahwa “tes hasil belajar adalah salah satu jenis tes
yang digunakan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta
didik”.
Tes hasil belajar yang baik harus mampu mengukur kemampuan peserta
didik dalam memahami materi-materi yang diajarkan. Tes hasil belajar
merupakan sumber data dan sebagai evaluasi bagi guru maupun pihak sekolah.
Dengan tes tersebut, peserta didik dapat mengetahui kemampuannya dalam
penerimaan materi dibanding dengan temantemannya. Maka dapat disimpulkan
bahwa tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur penguasaan
siswa terhadap materi yang telah diajarkan serta dapat mengukur perkembangan
kemajuan belajar peserta didik.
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik, dalam hal ini tes berfungsi
mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh
peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam
jangka waktu tertentu.
4
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes
tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran
yang telah ditentukan telah dapat tercapai.
5
5) Tes Uji Coba
Untuk mengetahui apakah tes yang dikembangkan bagus, perlu
serangkaian uji coba, untuk memperoleh informasi, tidak hanya tentang
ciri-ciri tes yang penting, seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan,
dan tingkat pembeda, melainkan juga segi-segi lain, seperti kecukupan
waktu, kejelasan tulisan maupun perintah tes, dan lain sebagainya.
B. Jenis Tes Berdasarkan Tahapan/Waktu Penyelenggaraan
1) Tes Masuk (Entrance Test)
Tes masuk diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu
program pengajaran dimulai. Tes masuk dirancang secara khusus dan
disesuaikan dengan tujuan program pengajaran. Semakin sesuai isi tes
masuk itu dengan tujuan pokok program pengajaran, maka akan
semakin tinggi tingkat relevansi serta efektivitas dari tes masuk tersebut.
2) Tes Formatif (Formative Test)
Tes formatif dilakukan pada saat program pengajaran sedang
berlangsung (progress), tujuannya untuk memperoleh informasi
tentang jalannya pengajaran sampai tahap tertentu. Informasi tersebut
penting untuk mengetahui apakah program pengajaran berjalan sesuai
dengan format yang ditentukan sehingga dipertahankan atau program
pembelajaran memerlukan perubahan atau penyesuaian, hasilnya
berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Jadi tes untuk
menentukan keberhasilan belajar dan untuk mengetahui keberhasilan
proses pembelajaran.
3) Tes Sumatif (Summative Test)
Tes sumatif diselenggarakan untuk mengetahui hasil
pengajaran secara keseluruhan. Item tes sumatif atau bahan cakupannya
meliputi yaitu materi yang telah disampaikan. Tes sumatif diberikan di
akhir pelajaran atau akhir semester. Hasilnya untuk menentukan
keberhasilan belajar peserta didik. Tingkat keberhasilan dinyatakan
dengan skor atau nilai, pemberian sertifikat, dan sejenisnya.
4) Pra-tes dan Post-test
6
Pra-tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa
pada awal program pengajaran. Tingkat kemampuan awal ini penting
untuk menentukan sejauh mana kemajuan seorang siswa. Kemajuan
yang dicapai bisa dilihat dari perbandingan hasil pra-tes dengan hasil
tes yang diselenggarakan di akhir program pengajaran (post-test).
C. Jenis Tes Berdasarkan Cara Penyusunan
1) Tes Buatan Guru (Teacher-made Test)
Tes yang dikembangkan sendiri oleh guru disebut tes buatan
guru (teacher-made test). Jadi tes buatan guru adalah tes yang dirancang
dan dipersiapkan oleh guru, tetap dengan mengacu pada karakteristik tes
yang baik dan dilakukan secara cermat, untuk tetap menjamin validitas
maupun reliabilitasnya.
2) Tes Terstandar (Standardized Test)
Tes terstandar adalah tes yang dikembangkan dengan mengikuti
prosedur serta prinsip pengembangan tes secara ketat. Semua prosedur
pengembangan tes dikuti sehingga ciri-ciri tes sebagai alat ukur yang
baik senantiasa dapat dipenuhi. Dengan demikian, tingkat validitas,
reliabilitas, kepraktisan, maupun daya beda sudah bukan menjadi
masalah lagi.
D. Jenis Tes Berdasarkan Cara Mengerjakan dan Bentuk Jawaban
1) Tes Esei (Essay-type Test)
Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa
mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah
dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
2) Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang
diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering
pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).
3) Tes Lisan
Pada tes lisan, pertanyaan dan jawaban (response) dalam bentuk
lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu
penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya
7
tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen
yang lain.
4) Tes Tindakan
Pada Tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu
sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan
psikomotor.
(Poerwanti, 2011)
a) Tes uraian dalam bentuk bebas atau terbuka: dalam uraian bebas
jawaban peserta didik tidak dibatasi, bergantung pada pandangan
8
peserta didik itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian
bebas sifatnya umum.
Contoh:
b) Tes uraian dalam bentuk uraian terbatas: dalam bentuk ini pertanyaan
telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu.
Contoh:
9
Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Kelas/Semester : 4/1
Tema : 3 (Peduli Terhadap Lingkungan)
KD : 3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk dan fungsi bagian tubuh
pada hewan dan tumbuhan.
Soal :
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!
1. Berbentuk apakah daun tumbuhan singkong dan padi?
10
bervariasi. Contohnya: Jelaskan perbedaan antara …dengan .. dan
kemukakan alasannya… mengapa..
d. Kalimat soal yang disusun hendaklah ringkas dan padat.
e. Sebelum tester mengerjakan soal hendaklah seorang tester
mengemukakan cara mengerjakannya, contoh, “Jawaban soal
harus ditulis di atas lembaran jawaban dan sesuai dengan urut
nomor.
3. Kelebihan Tes Uraian
Bagi guru, menyusun tes tersebut sangat mudah dan tidak
memerlukan waktu yang lama.
Si penjawab mempunyai kebebasan dalam menjawab dan
mengeluarkan isi hati dan buah pikirannya.
Melatih mengeluarkan pikiran dalam bentuk kalimat atau bahasa
yang teratur.
Lebih ekonomis, hemat karena tidak memerlukan kertas terlalu
banyak untuk membuat soal tes, dapat didektekan atau ditulis
dipapan tulis.
4. Kelemahan Tes Uraian
Tidak atau kurang dapat digunakan untuk mengetes pelajaran yang
luas atau banyak sehingga kurang dapat menilai isi pengetahuan
siswa yang sebenarnya.
Kemungkinan jawaban dan keterangan sifatnya menyulitkan
penjelasan pengetesan dalam mensekornya.
Baik buruknya tulisan dan panjang pendeknya jawaban yang sama
mudah menimbulkan evaluasi dan perskoran (scorting) yang
kurang objektif.
B. Tes Bentuk Obyektif
Tes objektif disebut objektif karena cara pemeriksaannya yang
seragam terhadap semua murid yang mengikuti sebuah tes. Tes objektif juga
dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short answer test), dan salah satu
tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab
oleh tester dengan jalan memilih salah satu (atau lebih), di antara beberapa
11
kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing masing items
atau dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-
simbol tertentu pada tempat-tempat yang disediakan untuk masing-masing
butir yang bersangkutan. Menurut Asrul (2004), terdapat beberapa jenis tes
objektif yaitu:
1. Melengkapi (Completion Test)
Completion test adalah dikenal dengan istilah melengkapi atau
menyempurnakan. Salah satu jenis objektif yang hampir mirip sekali
dengan tes objektif fill in. Letak perbedaannya ialah pada tes objektif
bentuk fill in bahan yang dites itu merupakan satu kesatuan. Sedangkan
pada tes objektif bentuk completion tidak harus demikian.
Tes completion memiliki kelebihan yakni :
Test ini amat mudah dalam penyusunannya.
Jika dibanding dengan tes objektif bentuk fill in, tes objektif ini lebih
menghemat tempat (kertas).
Karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan
beragam.
Test ini juga dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kom-
petensi dan tidak sekedar mengungkapkan taraf pengenalan atau
hapalan saja.
12
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : 3/1
Tema : 3 (Benda di Sekitarku)
KD : 3.1 Menggali informasi tentang konsep perubahan wujud benda
dalam kehidupan sehari-hari yang disajikan dalam bentuk lisan, tulis,
visual, dan/atau eksplorasi lingkungan.
Soal :
Ayo, melengkapi pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan tepat!
1. Kapur barus lama-kelamaan akan berubah menjadi zat... .
2. Adonan gulali lama-kelamaan akan...setelah dingin.
3. Air dipermukaan bumi menguap karena terkena....
13
Peserta didik tidak mempunyai keleluasaan dalam menulis,
mengorganisasikan, dan mengekspresikan gagasan yang
mereka miliki yang dituangkan ke dalam kata atau kalimatnya
sendiri
Penyusunan soal yang baik memerlukan waktu yang relatif lama
Sangat sukar menentukan alternatif jawaban dan alasan yang
benar-benar homogen, logis dan berfungsi. (Wardani, 2013)
Contoh:
14
3. Matching (menjodohkan)
Test bentuk ini sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan,
tes mencari pandangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan. Ciri-ciri
tes ini adalah :
Test terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
Tugas tes adalah mencari dan menetapkan jawaban-jawaban yang
telah bersedia sehingga sesuai dengan/cocok/merupakan
pasangan/merupakan jodoh dari pertanyaan.
Pembuatan mudah
Dapat dinilai dengan mudah dan cepat dan objektif.
Apabilas tes jenis ini dibuat dengan baik, maka faktor merubah
praktis dapat dihilangkan
Test ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal
15
Matching test cenderung lebih banyak mengungkap aspek
hapalan atau daya ingat
Karena mudah disusun, maka tes jenis ini kurang baik acap kali
dijadikan “pelarian” bagi pengajaran, yaitu kalau pengajar tidak
sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain.
Karena jawaban yang pendek, maka tes ini kurang baik untuk
mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran.
16
Cara penyusunan tes objektif bentuk fill in:
a) Agar tes ini dapat digunakan secara efisien sebaiknya jawaban yang
harus diisikan ditulis pada lembar jawaban atau pada tempat yang
terpisah.
b) Ungkapan cerita yang dijadikan bahan tes hendaknya disusun
seringkas mungkin demi menghemat tempat atau kertas serta waktu
penyesuaiannya.
c) Apabila jenis mata pelajaran yang akan disajikan itu memungkinkan
pengajaran atau pengujian soal juga dapat dituangkan dalam bentuk
gambar.
Contoh:
17
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : 5/1
Tema : 1 (Organ Gerak Hewan dan Manusia)
KD : 3.1 Menjelaskan alat gerak dan fungsinya pada hewan dan manusia
serta cara memelihara kesehatan alat gerak
Soal :
Tuliskan B jika pernyataan dibawah ini benar dan S jika salah!
1. Otot merupakan alat gerak aktif pada manusia dan hewan.
( )
2. Kelainan pada tulang karena sikap duduk membungkuk sehingga
tulang belakang membengkok ke belakang disebut skoliosis.
( )
18
d. Dalam membuat soal jangan ada kata-kata yang meragukan misalnya
dengan kata “Kadang” “Barang kali”.
Sekarang ini bentuk true false tidak diperlukan lagi untuk tes
hasil belajar karena bentuk ini dianggap kurang tepat untuk mengukur
tingkat kemajuan belajar anak.
C. Tes Bentuk Lisan
Tes lisan adalah tes yang pelaksanaanya dilakukan dengan mangadakan
tanya jawab secara langsung antara pendidik dengan peserta didik.
1. Kelebihan tes lisan
Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki
peserta didik, sikap serta kepribadiannya karena dilakukan secara
berhadapan langsung.
Bagi peserta didik ynag kemampuan berfikirnya relatif lambat dan
sering mengalami kesulitan dalam memahami pernyataan soal, tes
bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan
langsung kejelasan pertanyaan ynag dimaksud.
Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.
2. Kelemanah tes lisan
Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes
Waktu pelaksanaan yang diperlukan terlalu banyak (Fitriani, 2013)
Contoh bentuk tes lisan:
19
D. Tes Bentuk Tindakan (Performance Test)
Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam
bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji
yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang
kualitas hasil belajar yang dihasilkannya atau ditampikannya. Peserta didik
bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan.
Tes tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu
perkerjaan yang telah selesai dikerjakan oleh peserta didik, termasuk juga
keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan
kemampuan merencanakan suatu pekerjaan. Tindakan atau unjuk kerja yang
dapat dinilai seperti: memainkan alat musik, bernyanyi, membaca
puisi/deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium, dan
mengoperasikan suatu alat.
Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan unjuk kerja. Cara
penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang
dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Tes jenis ini sangat bermanfaat untuk memperbaiki kemampuan/
perilaku peserta didik, karena secara objektif kesalahan-kesalahan yang
dibuat oleh peserta didik dapat diamati dan diukur, sehingga menjadi dasar
pertimbangan untuk praktik selanjutnya.
1. Kelebihan tes tindakan
Satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui
hasil belajar dalam bidang keterampilan, seperti keterampilan
membaca al-Qur’an berdasarkan ilmu tajwid.
Sangat baik digunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara
pengetahuan teori dengan keterampilan praktik, sehingga hasil
penilaian menjadi lengkap
Dalam pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk
saling menyontek.
20
Guru dapat lebih mengenal karakteristik masing-masing peserta
didik sebagai dasar tindak lanjut hasil penilaian, seperti penbelajaran
remedial.
2. Kelemahan tes tindakan
Memakan waktu yang lama
Dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar
Cepat membosankan
Jika tes tindakan sudah menjadi sesuatu yang rutin, maka ia tidak
mempunyai arti apa-apa lagi
Memerlukan syarat-syarat pendukung yang lengkap, baik waktu,
tenaga maupun biaya. Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi,
maka hasil penilaian tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan
baik.
Contoh:
21
langkah pokok, yaitu menyusun spesifikasi tes, menulis soal tes, menelaah soal
tes, melakukan uji coba tes, menganalisis butir soal, memperbaiki tes, merakit
tes, melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes.
A. Menyusun Spesifikasi Tes
Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan
spesifikasi tes, yaitu yang berisi tentang uraian yang menunjukkan
keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Sehingga dengan
adanya spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal.
Penyusunan spesifikasi tes menyangkup kegiatan:
1) Menentukan tujuan tes
Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes yang banyak
digunakaan dalam lembaga pendidikan, yaitu: tes penempatan, tes
diagnostik, tes formatif dan tes sumatif. Tujuan tes itu harus dirumuskan
secara jelas dan tegas serta ditentukan sejak awal, karena menjadi dasar
untuk menentukan arah, ruang lingkup materi, jenis/model, dan karakter
alat pendidikan.
2) Menyusun kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan table matrik yang berisi spesifikasi soal-
soal yang akan dibuat. Penyusunan kisi-kisi dimaksudkan agar penilaian
tes hasil belajar benar-benar representatif dan relevan dengan materi
pelajaran yang sudah diberikan oleh guru kepada peserta didik. Kisi-kisi
ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis
soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif
sama. Ada empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:
a) Menulis tujuan umum pelajaran
b) Membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang
akan diujikan
c) Menentukan indikator. Yang dapat diukur digunakan buku
teks sebagai bahan acuan.
d) Menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan.
Jumlah soal yang digunakan tergantung pada waktu yang tersedia
untuk tes dan materi yang akan diujikan.
22
3) Menentukan bentuk soal
Dalam bentuk tes, guru harus membuat soal. Penulisan soal
adalah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang
kerakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi. Pemilihan bentuk tes
yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang
tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan
karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
4) Menentukan panjang tes
Penentuan panjang tes berdasarkan pada materi cakup ujian dan
kelelahan peserta tes. Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu
90 sampai 150 menit, untuk tes praktek bisa lebih dari itu. Pada
umumnya waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tes bentuk pilihan
ganda adalah 2 sampai 3 menit untuk tiap butir soal. Hal ini juga
dipengaruhi tingkat kesulitan soal. Untuk tes bentuk uraian lama tes
ditentukan berdasarkan pada kompleksitas jawaban yang dituntut.
Untuk mengatasi agar jawaban soal tidak terlalu panjang, sebaiknya
jawaban dibatasi dengan beberapa kata atau beberapa halaman.
B. Menulis Soal Tes
Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan dengan
perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Langkah ini perlu dilakukan
secara hati-hati agar keseluruhan tes dapat berkualitas baik. Kualitas tes
secara keseluruhan sangat terpengaruh dengan tingkat kebaikan dari
masing-masing butir soal yang menyusunnya.
C. Menelaah Soal Tes
Menelaah soal tes dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata
dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan atau kesalahan.
Walaupun telah dipersiapkan dengan baik, kekurangan dan kesalahan
pembuatan soal mengkin terjadi selama proses pembuatan berlangsung.
Sebaiknya telaah ini dilakukan oleh orang lain, karena sering kali
kelemahan dan kekurangan, baik dari tata bahasa maupun dari substansi,
tidak dapat terlihat oleh pembuat soal. Namun, lebih baik lagi jika telaah
23
soal ini dilakukan oleh sejumlah orang, para ahli secara bersama dengan tim
mengoreksi soal. Dengan ini, diharapkan dapat semakin memperbaiki
kualitas soal yang terbentuk.
D. Melakukan Uji Coba
Jika semua soal sudah disusun dengan baik, maka perlu
diujicobakan terlebih dahulu di lapangan. Tujuannya untuk mengetahui
soal-soal dimana yang perlu diubah, dibenahi atau diperbaiki, bahkan
dibuang sama sekali, serta soal-soal mana yang perlu dipergunakan
selanjutnya
E. Menganalisis Butir Soal
Soal yang baik adalah soal yang sudah mengalami beberapa kali
uji coba dan revisi, yang didasarkan atas analisis empiris dan rasional.
Analisis empiris dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
setiap soal yang digunakan. Informasi empiris pada umumnya menyangkut
segala hal yang dapat memengaruhi validitas soal, seperti aspek-aspek
keterbacaan soal, tingkat kesukaran soal, bentuk jawaban, daya pembeda
soal, pengaruh kultus dan sebagainya.
Sedangkan analisis rasional dimaksudkan untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan setiap soal. Melalui analisis masing-masing butir
soal ini dapat diketahui antara lain: tingkat kesukaran butir soal, daya
pembeda, pola jawaban, dan juga efektivitas pengecoh.
F. Memperbaiki Tes
Setelah uji coba dilakukan dan kemudian dianalisis, maka langkah
berikutnya adalah melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang
masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Langkah ini biasanya
dilakukan atas butir soal, yaitu memperbaiki masing-masing butir soal yang
ternyata masih belum baik. Dengan demikian, ada soal yang masih dapat
diperbaiki dari segi bahasa, ada juga soal yang harus di revisi total, baik
yang menyangkut pokok soal maupun alternatif jawaban, bahkan ada soal
yang harus dibuang atau disisihkan karena tidak memenuhi standar kualitas
yang diharapkan.
G. Merakit Soal Tes
24
Berdasarkan hasil revisi soal, barulah dilakukan perakitan soal
menjadi instrumen yang terpadu. Keseluruhan butir perlu disusun secara
berhati-hati hingga menjadi kesatuan soal tes. Untuk itu, semua hal yang
dapat memengaruhi validitas soal, seperti nomor urut soal, pengelompokan
bentuk soal, lay out, penataan soal dan sebagainya haruslah diperhatikan.
H. Melaksanakan Tes
Setelah langkah menulis tes selesai dan telah direvisi pasca uji
coba, langkah selanjutnya adalah melaksanakan tes. Dalam penilaian hasil
belajar, guru dapat menggunakan beberapa tes, misal tes tulis, tes lisan, dan
tes perbuatan
I. Menafsirkan/Interpretasi Hasil Tes
Langkah penafsiran data sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari
pengolahan data, karena setelah mengolah data dengan sendirinya akan
menafsirkan hasil pengolahan itu. Hasil tes menghasilkan data kuantitatif
yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai,
yaitu rendah, menengah atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai ini selalu
dikaitkan dengan acuan penilaian.
Memberikan interpretasi maksudnya adalah membuat pernyataan
mengenai hasil pengolahan tes. Berdasarkan penafsiran ini dapat diputuskan
bahwa peserta didik mencapai taraf kesiapan yang memadai atau tidak, ada
kemajuan yang berarti atau tidak, ada kesulitan atau tidak. Jika ingin
menggambarkan pertumbuhan peserta didik, penyebaran skor,
perbandingan antar kelompok, maka guru perlu menggunakan garis (kurva),
grafik, atau beberapa hal yang diperlukan profil.
25
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Instrumen evaluasi hasil belajar merupakan suatu alat yang digunakan
untuk mempermudah dalam mengukur sejauh mana tujuan kegiatan
belajar mengajar yang tercapai oleh peserta didik baik secara kognitif,
afektif, maupun psikomotoriknya.
2. Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur penguasaan
siswa terhadap materi yang telah diajarkan serta dapat mengukur
perkembangan kemajuan belajar peserta didik.
3. Terdapat 4 jenis tes, yaitu: (a) pembagian jenis tes berdasarkan tujuan
penyelenggaraan, (b) jenis tes berdasarkan waktu penyelenggaraan, (c)
pembagian jenis tes berdasarkan cara penyusunan, (d) jenis tes berdasarkan
cara mengerjakan dan bentuk jawaban.
4. Jenis tes berdasarkan bentuk jawaban dan cara mengerjakan, terdapat
empat macam yaitu, tes uraian, tes objektif, tes lisan, dan tes tindakan.
5. Langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar ada sembilan langkah
pokok, yaitu menyusun spesifikasi tes, menulis soal tes, menelaah soal tes,
melakukan uji coba tes, menganalisis butir soal, memperbaiki tes, merakit
tes, melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes.
4.2 Saran
Setelah kita mempelajari mengenai “Pengembangan Instrumen
Evaluasi Hasil Belajar Bentuk Tes”, maka kita sebagai pendidik harus bisa
mengerti arti evaluasi yang sesungguhnya. Diharapkan pendidik akan mampu
melakukan evaluasi dengan tepat dan benar sesuai teknik serta langkah-
langkah yang sesuai.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Wardani, 2013. Evaluasi Hasil Belajar. (online).
http://digilib.unila.ac.id/1739/10/BAB%20II.pdf. Diakses tanggal 12
Oktober 2019.
28