Anda di halaman 1dari 31

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI HASIL

BELAJAR BENTUK TES

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran yang


Dibimbing oleh Dyah Ayu Pramoda Wardhani, M. Pd.

Disusun oleh Kelompok 2 Kelas 3B :

1. Fajar Sekar Fatimah 1886206025


2. Dewi Suryana 1886206027
3. Rista Yunia 1886206052

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT

OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pengembangan Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Bentuk Tes” meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Kami juga berterimakasih kepada Dyah Ayu Pramoda
Wardhani, M. Pd. selaku dosen mata kuliah “Evaluasi Pembelajaran” yang telah
memberi tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah


wawasan dan pengetahuan pembaca. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun. Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membacanya.

Malang, 12 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4

2.1 Instrumen Evaluasi Hasil Belajar ......................................................... 4


2.2 Pengertian Tes ...................................................................................... 4
2.3 Jenis-jenis Tes ...................................................................................... 5
2.4 Macam-macam Tes Berdasarkan Cara Mengerjakan dan Bentuk
Jawaban ................................................................................................ 8
2.5 Langkah-langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar............................ 21

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 26

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 26


3.2 Saran ..................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27

ii
PENDAHULUAN

BAB I

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia pendidikan tidak lepas dengan yang namanya penilaian.
Penilaian dilakukan sebagai tolok ukur untuk mengetahui berhasil atau tidaknya
seseorang dalam belajar. Namun seringkali seorang pendidik hanya
menekankan penilaian hasil belajar yang bersifat praktis dan ekonomis saja.
Sedangkan penilaian dalam hal proses tidak dilakukan, padahal ini sangatlah
penting.
Proses akhir dari sebuah kegiatan pembelajaran adalah kita melakukan
evaluasi. Evaluasi mutlak dilakukan untuk menentukan hasil keberhasilan dari
proses ataupun metode yang dilaksanakan.
Banyak di antara kita sebagai pendidik yang belum mengerti arti
evaluasi yang sesungguhnya,sehingga dalam melakukan evaluasi belum
memakai teknik-teknik evaluasi yang distandarkan dengan kriteria-kriteria
yang seharusnya dikerjakan. Maka penulis akan memaparkan mengenai
instrumen evaluasi hasil belajar yang mencakup bentuk-bentuk test.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan instrumen evaluasi hasil belajar?
2. Apa yang dimaksud dengan tes?
3. Apa saja jenis-jenis tes?
4. Apa saja macam-macam tes berdasarkan bentuk jawaban?
5. Bagaimana langkah-langkah pengembangan menyususun tes hasil belajar?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan instrumen evaluasi hasil belajar.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan tes.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis tes.
4. Untuk mengetahui macam-macam tes berdasarkan bentuk jawaban.
5. Untuk mengetahui langah-langkah pengembangan menyususn tes hasil
belajar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Instrumen Evaluasi Hasil Belajar


Menurut Arikunto, 2011 (dalam Mukhtar, 2014) menyaatakan bahwa
alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk
melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Kata “alat”
bisa juga disebut “instrumen”. Dengan demikian maka alat evaluasi juga
dikenal dengan instrumen evaluasi.
Instrumen memiliki arti sebuah perangkat atau alat, dalam lingkup
evaluasi instrumen merupakan perangkat yang digunakan dalam mengukur
hasil belajar siswa baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
(Sumadi, 2008 dalam Mukhtar, 2014)
Evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang mendasari
keseluruhahn kegiatan belajar mengajar yang baik. Evaluasi merupakan proses
yang sisematik dan sinambung, untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi
kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dan efektivitas pencapaian tujuan
instruksional yang telah ditetapkan. (Erman, 2003)
Jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen evaluasi hasil belajar
merupakan suatu alat yang digunakan untuk mempermudah dalam mengukur
sejauh mana tujuan kegiatan belajar mengajar yang tercapai oleh peserta didik
baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Dengan adanya
instrumen evaluasi maka dalam melakukan proses penarikan kesimpulan dari
beberapa informasi yang didapat akan lebih mudah.

2.2 Tes Hasil Belajar


Tes bisa diartikan sebagai kumpulan pertanyaan yang harus dijawab,
pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang
harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek

3
tertentu dari peserta tes yaitu indikator pencapaian kompetensi. (Poerwanti,
2011)
Tes berasal dari bahasa Perancis Kuno yaitu “testum” yang berarti
piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu,
tanah, dan sebagainya (Erman, 2003). Kemudian diadopsi dalam psikologi dan
pendidikan untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk
dapat melihat dan mengukur dan menemukan peserta Tes yang memenuhi
kriteria tertentu.
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Tes hasil belajar disebut dengan tes penguasaan, karena tes ini berfungsi
mengukur penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru.
Tes diujikan setelah peserta didik memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan
pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan peserta didik atas materi
tersebut (Purwanto, 2009). Sedangkan menurut Sudijono (dalam Sholichah,
2018), ia mengemukakan bahwa “tes hasil belajar adalah salah satu jenis tes
yang digunakan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta
didik”.
Tes hasil belajar yang baik harus mampu mengukur kemampuan peserta
didik dalam memahami materi-materi yang diajarkan. Tes hasil belajar
merupakan sumber data dan sebagai evaluasi bagi guru maupun pihak sekolah.
Dengan tes tersebut, peserta didik dapat mengetahui kemampuannya dalam
penerimaan materi dibanding dengan temantemannya. Maka dapat disimpulkan
bahwa tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur penguasaan
siswa terhadap materi yang telah diajarkan serta dapat mengukur perkembangan
kemajuan belajar peserta didik.

Tes hasil belajar secara umum memiliki dua fungsi, yaitu:

a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik, dalam hal ini tes berfungsi
mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh
peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam
jangka waktu tertentu.

4
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes
tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran
yang telah ditentukan telah dapat tercapai.

2.3 Jenis-jenis Tes


A. Jenis Tes Berdasarkan Tujuan Penyelenggaraan
1) Tes Seleksi (Selection Test)
Tes seleksi diselenggarakan untuk memilih peserta guna
diikutsertakan dalam kegiatan yang menuntut kemampuan tertentu.
Penentuan jenis kemampuan dan tingkat penguasaan pada tes seleksi,
sepenuhnya tergantung pada kebutuhan akan kemampuan yang
dibutuhkan untuk dapat mengikuti kegiatan
2) Tes Penempatan (Placement Test)
Tes penempatan umumnya diselenggarakan menjelang
dimulainya suatu program pengajaran, dengan maksud untuk
menempatkan seseorang pada kelompok yang sesuai dengan tingkat
kemampuan yang dimilikinya.
3) Tes Hasil Belajar (Achievement Test)
Hasil belajar yang diungkap lewat tes hasil belajar dapat
mengacu pada hasil pengajaran secara keseluruhan pada akhir
penyelenggaraan atau pada kurun waktu tertentu. Sebagai tes yang
memfokuskan pada hasil yang telah dapat dicapai oleh suatu bentuk
pengajaran, tes hasil belajar memiliki kaitan yang erat dengan apa yang
telah diajarkan (kurikulum). Kaitan itu terutama dalam hal isi tes. Isi tes
harus secara jelas mencerminkan isi pengajaran yang secara nyata telah
diselenggarakan.
4) Tes Diagnostik (Diagnostic Test)
Tes diagnostik sengaja dirancang sebagai alat untuk
menemukan kesulitan belajar yang sedang dihadapi siswa. Hasil tes
diagnostik dapat digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pengajaran
yang lebih sesuai dengan kemampuan siswa sebenarnya, termasuk
kesulitan-kesulitan belajarnya.

5
5) Tes Uji Coba
Untuk mengetahui apakah tes yang dikembangkan bagus, perlu
serangkaian uji coba, untuk memperoleh informasi, tidak hanya tentang
ciri-ciri tes yang penting, seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan,
dan tingkat pembeda, melainkan juga segi-segi lain, seperti kecukupan
waktu, kejelasan tulisan maupun perintah tes, dan lain sebagainya.
B. Jenis Tes Berdasarkan Tahapan/Waktu Penyelenggaraan
1) Tes Masuk (Entrance Test)
Tes masuk diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu
program pengajaran dimulai. Tes masuk dirancang secara khusus dan
disesuaikan dengan tujuan program pengajaran. Semakin sesuai isi tes
masuk itu dengan tujuan pokok program pengajaran, maka akan
semakin tinggi tingkat relevansi serta efektivitas dari tes masuk tersebut.
2) Tes Formatif (Formative Test)
Tes formatif dilakukan pada saat program pengajaran sedang
berlangsung (progress), tujuannya untuk memperoleh informasi
tentang jalannya pengajaran sampai tahap tertentu. Informasi tersebut
penting untuk mengetahui apakah program pengajaran berjalan sesuai
dengan format yang ditentukan sehingga dipertahankan atau program
pembelajaran memerlukan perubahan atau penyesuaian, hasilnya
berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Jadi tes untuk
menentukan keberhasilan belajar dan untuk mengetahui keberhasilan
proses pembelajaran.
3) Tes Sumatif (Summative Test)
Tes sumatif diselenggarakan untuk mengetahui hasil
pengajaran secara keseluruhan. Item tes sumatif atau bahan cakupannya
meliputi yaitu materi yang telah disampaikan. Tes sumatif diberikan di
akhir pelajaran atau akhir semester. Hasilnya untuk menentukan
keberhasilan belajar peserta didik. Tingkat keberhasilan dinyatakan
dengan skor atau nilai, pemberian sertifikat, dan sejenisnya.
4) Pra-tes dan Post-test

6
Pra-tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa
pada awal program pengajaran. Tingkat kemampuan awal ini penting
untuk menentukan sejauh mana kemajuan seorang siswa. Kemajuan
yang dicapai bisa dilihat dari perbandingan hasil pra-tes dengan hasil
tes yang diselenggarakan di akhir program pengajaran (post-test).
C. Jenis Tes Berdasarkan Cara Penyusunan
1) Tes Buatan Guru (Teacher-made Test)
Tes yang dikembangkan sendiri oleh guru disebut tes buatan
guru (teacher-made test). Jadi tes buatan guru adalah tes yang dirancang
dan dipersiapkan oleh guru, tetap dengan mengacu pada karakteristik tes
yang baik dan dilakukan secara cermat, untuk tetap menjamin validitas
maupun reliabilitasnya.
2) Tes Terstandar (Standardized Test)
Tes terstandar adalah tes yang dikembangkan dengan mengikuti
prosedur serta prinsip pengembangan tes secara ketat. Semua prosedur
pengembangan tes dikuti sehingga ciri-ciri tes sebagai alat ukur yang
baik senantiasa dapat dipenuhi. Dengan demikian, tingkat validitas,
reliabilitas, kepraktisan, maupun daya beda sudah bukan menjadi
masalah lagi.
D. Jenis Tes Berdasarkan Cara Mengerjakan dan Bentuk Jawaban
1) Tes Esei (Essay-type Test)
Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa
mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah
dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
2) Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang
diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering
pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).
3) Tes Lisan
Pada tes lisan, pertanyaan dan jawaban (response) dalam bentuk
lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu
penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya

7
tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen
yang lain.
4) Tes Tindakan
Pada Tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu
sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan
psikomotor.
(Poerwanti, 2011)

2.4 Macam-macam Tes Berdasarkan Cara dan Bentuk Jawababan


A. Tes Bentuk Uraian
Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan
jawaban uraian, baik uraian secara bebas, terbatas atau terstruktur. Tes
bentuk uraian ini, khususnya bentuk uraian bebas menuntut kemampuan
murid untuk mengorganisasikan dan merumuskan jawaban dengan
menggunakan kata-kata sendiri serta dapat mengukur kecakapan murid
untuk berfikir tinggi yang biasanya dituangkan dalam bentuk pertanyaan
yang menuntut:
a. Memecahkan masalah
b. Menganalisa masalah
c. Membandingkan
d. Menyatakan hubungan
e. Menarik kesimpulan dan sebagainya (Sutomo, 1995 dalam Asrul,
2014).

Menurut Andrian (2018) dilihat dari keluasan materi yang


ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi tiga bentuk,
yaitu uraian terbatas (restricted respons items), uraian bebas (extended
respons items) dan uarian terstruktur. Contoh untuk masing-masing jenis
tes ini dapat dilihat sebagai berikut:

a) Tes uraian dalam bentuk bebas atau terbuka: dalam uraian bebas
jawaban peserta didik tidak dibatasi, bergantung pada pandangan

8
peserta didik itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian
bebas sifatnya umum.
Contoh:

Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)


Kelas/Semester : 4/1
Tema : 3 (Peduli Terhadap Lingkungan)
KD : 3.1 Menjelaskan pentingnya upaya keseimbangan dan pelestarian
sumber daya alam dilingkungan.
Soal :
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!
1. Mengapa kita harus peduli terhadap kelestarian tumbuhan disekitar
kita? Jelaskan!

b) Tes uraian dalam bentuk uraian terbatas: dalam bentuk ini pertanyaan
telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu.
Contoh:

Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)


Kelas/Semester : 4/1
Tema : 3 (Peduli Terhadap Lingkungan)
KD : 3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk dan fungsi bagian tubuh
pada hewan dan tumbuhan.
Soal :
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!
1. Sebutkan bagian-bagian yang dimiliki oleh tumbuhan?
c) Tes uraian bentur terstruktur: soal berstruktur dipandang sebagai bentuk
antara soal-soal objektif dan soal-soal essay. Soal berstruktur
merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka
dan bebas memberikan jawaban.
Contoh:

9
Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Kelas/Semester : 4/1
Tema : 3 (Peduli Terhadap Lingkungan)
KD : 3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk dan fungsi bagian tubuh
pada hewan dan tumbuhan.
Soal :
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!
1. Berbentuk apakah daun tumbuhan singkong dan padi?

1. Karakteristik Tes Uraian


a. Tes tersebut bentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki
jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya
cukup panjang.
b. Bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntuk kepada tester untuk
memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membanding-kan,
membedakan, dan sebagainya.
c. Jumlah soal butir uraiannya terbatas yaitu berkisar lima sampai
dengan sepuluh butir.
d. Pada umumnya butir-butir soal uraian diawali dengan kata-kata,
“uraikan”,…. “Mengapa”,….”Terangkan”,….”Jelaskan”.
2. Langkah Penyusunan
a. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian diusahakan agar soal
tersebut dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang
telah diajarkan.
b. Untuk menghindari tumbuhnya perbuatan curang oleh tester
misalnya, menyontek dan bertanya kepada tester yang lainya
hendaknya sesuatu kalimat pada soal berlawanan dengan buku
pelajaran.
c. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan
agar pertanyaan-pertanyaan itu jangan dibuat seragam melainkan

10
bervariasi. Contohnya: Jelaskan perbedaan antara …dengan .. dan
kemukakan alasannya… mengapa..
d. Kalimat soal yang disusun hendaklah ringkas dan padat.
e. Sebelum tester mengerjakan soal hendaklah seorang tester
mengemukakan cara mengerjakannya, contoh, “Jawaban soal
harus ditulis di atas lembaran jawaban dan sesuai dengan urut
nomor.
3. Kelebihan Tes Uraian
 Bagi guru, menyusun tes tersebut sangat mudah dan tidak
memerlukan waktu yang lama.
 Si penjawab mempunyai kebebasan dalam menjawab dan
mengeluarkan isi hati dan buah pikirannya.
 Melatih mengeluarkan pikiran dalam bentuk kalimat atau bahasa
yang teratur.
 Lebih ekonomis, hemat karena tidak memerlukan kertas terlalu
banyak untuk membuat soal tes, dapat didektekan atau ditulis
dipapan tulis.
4. Kelemahan Tes Uraian
 Tidak atau kurang dapat digunakan untuk mengetes pelajaran yang
luas atau banyak sehingga kurang dapat menilai isi pengetahuan
siswa yang sebenarnya.
 Kemungkinan jawaban dan keterangan sifatnya menyulitkan
penjelasan pengetesan dalam mensekornya.
 Baik buruknya tulisan dan panjang pendeknya jawaban yang sama
mudah menimbulkan evaluasi dan perskoran (scorting) yang
kurang objektif.
B. Tes Bentuk Obyektif
Tes objektif disebut objektif karena cara pemeriksaannya yang
seragam terhadap semua murid yang mengikuti sebuah tes. Tes objektif juga
dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short answer test), dan salah satu
tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab
oleh tester dengan jalan memilih salah satu (atau lebih), di antara beberapa

11
kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing masing items
atau dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-
simbol tertentu pada tempat-tempat yang disediakan untuk masing-masing
butir yang bersangkutan. Menurut Asrul (2004), terdapat beberapa jenis tes
objektif yaitu:
1. Melengkapi (Completion Test)
Completion test adalah dikenal dengan istilah melengkapi atau
menyempurnakan. Salah satu jenis objektif yang hampir mirip sekali
dengan tes objektif fill in. Letak perbedaannya ialah pada tes objektif
bentuk fill in bahan yang dites itu merupakan satu kesatuan. Sedangkan
pada tes objektif bentuk completion tidak harus demikian.
Tes completion memiliki kelebihan yakni :
 Test ini amat mudah dalam penyusunannya.
 Jika dibanding dengan tes objektif bentuk fill in, tes objektif ini lebih
menghemat tempat (kertas).
 Karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan
beragam.
 Test ini juga dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kom-
petensi dan tidak sekedar mengungkapkan taraf pengenalan atau
hapalan saja.

Kekurangan tes completion yakni :

 Pada umumnya tester cenderung menggunakan tes model ini untuk


mengungkapkan daya ingat atau aspek hapalan saja.
 Dapat terjadi bahwa butir-butir item dari tes model ini kurang
relevan untuk disajikan.
 Karena pembuatannya mudah, maka tester sering kurang hatihati
dalam membuat soal-soal.

12
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : 3/1
Tema : 3 (Benda di Sekitarku)
KD : 3.1 Menggali informasi tentang konsep perubahan wujud benda
dalam kehidupan sehari-hari yang disajikan dalam bentuk lisan, tulis,
visual, dan/atau eksplorasi lingkungan.
Soal :
Ayo, melengkapi pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan tepat!
1. Kapur barus lama-kelamaan akan berubah menjadi zat... .
2. Adonan gulali lama-kelamaan akan...setelah dingin.
3. Air dipermukaan bumi menguap karena terkena....

2. Multiple Choice Test (Pilihan Berganda)


Tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana masing-
masing tes disediakan lebih dari kemungkinan jawaban, dan hanya satu
dari pilihan-pilihan tersebut yang benar atau yang paling benar.

Kelebihan dari bentuk tes pilihan ganda, yaitu:

 Jumlah materi tidak terbatas dan soal relatif banyak


 Mengukur jenjang kognitif dari ingatan sampai evaluasi
 Penskoran mudah, cepat, objektif dan mencakup materi yang
luas
 Sangat tepat untuk ujian yang pesertanya banyak dan hasilnya
harus segera, seperti UN
 Reliabilitas soal relatif tinggi
 Penskoran bisa digantikan oleh mesin
 Dapat digunakan untuk mengukur kemampuan Problem Solving
 Tidak ada peluang untuk menerka atau menebak jawaban.

Kelemahan dari bentuk tes pilihan ganda, yaitu:

 Kurang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan verbal

13
 Peserta didik tidak mempunyai keleluasaan dalam menulis,
mengorganisasikan, dan mengekspresikan gagasan yang
mereka miliki yang dituangkan ke dalam kata atau kalimatnya
sendiri
 Penyusunan soal yang baik memerlukan waktu yang relatif lama
 Sangat sukar menentukan alternatif jawaban dan alasan yang
benar-benar homogen, logis dan berfungsi. (Wardani, 2013)

Penyusunan tes dalam bentuk multifle choice yang baik yaitu:

 Hendaknya antara pernyataan dalam soal dengan alternatif


jawaban terdapat kesesuaian.
 Kalimat pada tiap-tiap butir soal hendaknya dapat disusun
dengan jelas.
 Sebaiknya soal hendaknya disusun menggunakan bahasa yang
mudah dipahami.
 Setiap butir pertanyaan hendaknya hanya mengandung satu
masalah, meskipun masalah itu agak kompleks.

Contoh:

Mata Pelajaran : PPKn


Kelas/Semester : 3/1
Tema : 3 (Benda di Sekitarku)
KD : 3.1 Menggali informasi tentang konsep perubahan wujud benda dalam
kehidupan sehari-hari yang disajikan dalam bentuk lisan, tulis, visual,
dan/atau eksplorasi lingkungan.
Soal :
Ayo, memilih salah satu jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (x)
pada huruf a, b, c, atau d!
1. Tolong menolong menciptakan... .
a. Perselisihan c. Kerja keras
b. Kerukunan d. Kebersihan
2. Sikap tolong mneolong terdapat pada jawaban... .
a. Bekerjasama saat ulangan
b. Riko menolong Deni yang jatuh dari sepeda
c. Jeni membiarkan Siska saat sakit dikelas
d. Memberi tahu jawaban pada teman saat ujian

14
3. Matching (menjodohkan)
Test bentuk ini sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan,
tes mencari pandangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan. Ciri-ciri
tes ini adalah :
 Test terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
 Tugas tes adalah mencari dan menetapkan jawaban-jawaban yang
telah bersedia sehingga sesuai dengan/cocok/merupakan
pasangan/merupakan jodoh dari pertanyaan.

Contohnya sebagai berikut:

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas/Semester : 1/1
Tema : Diriku
KD : 3.1 Mengenal teks desriptif tentang anggota tubuh dan panca indera,
wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang dan malam dengan bantuan
guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi
dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman
Soal :
Jodohkan pertanyaan disebelah kiri dengan jawaban disebelah kanan dengan
tepat!

1. Mata untuk... . A. Menggenggam


2. Jari tangan untuk... . B. Telinga
3. Mendengar menggunakan... . C. Tangan
4. Menendang bola D. Makan
menggunakan... . E. Kaki

Kelebihan dari tes matching :

 Pembuatan mudah
 Dapat dinilai dengan mudah dan cepat dan objektif.
 Apabilas tes jenis ini dibuat dengan baik, maka faktor merubah
praktis dapat dihilangkan
 Test ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal

Kelemahan dari test matching yakni :

15
 Matching test cenderung lebih banyak mengungkap aspek
hapalan atau daya ingat
 Karena mudah disusun, maka tes jenis ini kurang baik acap kali
dijadikan “pelarian” bagi pengajaran, yaitu kalau pengajar tidak
sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain.
 Karena jawaban yang pendek, maka tes ini kurang baik untuk
mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran.

Adapaun cara menyusunnya.

a) Hendaknya butir-butir dari soal yang dituangkan dalam bentuk


matching test ini jumlahnya tidak kurang dari 10 dan tidak lebih
dari 15 soal.
b) Daftar yang berada disebelah kiri hendaknya dibuat lebih panjang
ketimbang daftar yang disebelah kanan, agar jawaban dapat dengan
cepat dicari dan ditemukan oleh tester.
c) Sekalipun kadang-kadang sulit dilaksanakan, usahakanlah agar
petunjuk tentang cara mengerjakan soal dibuat seringkas dan
setengah mungkin
4. Fill in (isian)
Test objektif bentuk fill in ini biasanya berbentuk cerita atau
karangan. Test objektif fill ini memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan tes fill in:
 Dengan menggunakan tes objektif bentuk fill in maka masalah
yang diwujudkan tertuang secara keseluruhan dalam
konteksnya.
 Cara penyusunannya mudah.
Adapun kekurangannya adalah:
 Test objektif fill ini cenderung lebih banyak mengungkapkan
aspek pengetahuan atau pengenalan saja.
 Test ini juga sifatnya konfrensif, sebab hanya dapat
mengungkapkan sebahagian saja dari bahan yang seharusnya
diteskan.

16
Cara penyusunan tes objektif bentuk fill in:
a) Agar tes ini dapat digunakan secara efisien sebaiknya jawaban yang
harus diisikan ditulis pada lembar jawaban atau pada tempat yang
terpisah.
b) Ungkapan cerita yang dijadikan bahan tes hendaknya disusun
seringkas mungkin demi menghemat tempat atau kertas serta waktu
penyesuaiannya.
c) Apabila jenis mata pelajaran yang akan disajikan itu memungkinkan
pengajaran atau pengujian soal juga dapat dituangkan dalam bentuk
gambar.
Contoh:

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas/Semester : 3/1
Tema : 3 (Benda di Sekitarku)
KD : 3.1 Menggali informasi tentang konsep perubahan wujud benda
dalam kehidupan sehari-hari yang disajikan dalam bentuk lisan, tulis,
visual, dan/atau eksplorasi lingkungan.
Soal :
Ayo, melengkapi pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan tepat!
1. Air termasuk benda....
2. Benda cair mengalir dari tempat yang...ke tempat yang lebih....
3. Ciri benda cair yaitu memiliki bentuk sesai dengan...

5. True False (benar salah)


Test ini juga sering dikenal dengan tes objektif bentuk “Ya-Tidak” tes
objektif bentuk true false adalah salah satu bentuk tes, dimana ada yang
benar dan ada yang salah.
Contohnya adalah :

17
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : 5/1
Tema : 1 (Organ Gerak Hewan dan Manusia)
KD : 3.1 Menjelaskan alat gerak dan fungsinya pada hewan dan manusia
serta cara memelihara kesehatan alat gerak
Soal :
Tuliskan B jika pernyataan dibawah ini benar dan S jika salah!
1. Otot merupakan alat gerak aktif pada manusia dan hewan.
( )
2. Kelainan pada tulang karena sikap duduk membungkuk sehingga
tulang belakang membengkok ke belakang disebut skoliosis.
( )

Kelebihan dan kekurangan test true-false, kelebihannya ialah :


 Pembuatan mudah dapat dipergunakan berulang kali.
 Dapat mencakup bahan pelajaran yang luas.
 Tidak terlalu banyak memakan kertas.
 Bagi tester cara mengerjakannya mudah.
Adapun kekurangannya adalah :
 Test objektif bentuk true false membuka peluang bagi tester
untuk berspekulasi dalam memberikan jawaban.
 Sifatnya awal terbatas dalam arti bahwa tes tersebut hanya dapat
mengungkapkan daya ingat dan pergerakan kembali saja.
 Dapat terjadi bahwa butir-butir soal tes objektif, jenis ini tidak
dapat dijawab dengan dua kemungkinan saja yakni benar atau
salah.
Adapun cara penyusunan test true false adalah:
a. Seyogianya membuat petunjuk yang jelas, bagaimana mengerjakan
soal tes, agar anak tidak bingung.
b. Jangan membuat pernyataan yang masih dapat dipersoalkan antara
benar dan salahnya, pernyataan sudah benar atau salah.
c. Setiap soal supaya mengandung satu perngertian saja, jangan
membuat soal yang banyak mengandung pengertian.

18
d. Dalam membuat soal jangan ada kata-kata yang meragukan misalnya
dengan kata “Kadang” “Barang kali”.
Sekarang ini bentuk true false tidak diperlukan lagi untuk tes
hasil belajar karena bentuk ini dianggap kurang tepat untuk mengukur
tingkat kemajuan belajar anak.
C. Tes Bentuk Lisan
Tes lisan adalah tes yang pelaksanaanya dilakukan dengan mangadakan
tanya jawab secara langsung antara pendidik dengan peserta didik.
1. Kelebihan tes lisan
 Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki
peserta didik, sikap serta kepribadiannya karena dilakukan secara
berhadapan langsung.
 Bagi peserta didik ynag kemampuan berfikirnya relatif lambat dan
sering mengalami kesulitan dalam memahami pernyataan soal, tes
bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan
langsung kejelasan pertanyaan ynag dimaksud.
 Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.
2. Kelemanah tes lisan
 Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes
 Waktu pelaksanaan yang diperlukan terlalu banyak (Fitriani, 2013)
Contoh bentuk tes lisan:

Mata Pelajaran : PPKn


Kelas/Semester : 3/1
Tema : 4 (Kewajiban dan Hakku)
KD : 3.2 Mengidentifikasi kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga
dan warga sekolah
Pertanyaan untuk tes lisan :
Jwablah pertanyaan berikut ini secara lisan!
1. Sebutkan kewajiban saat bermain di rumah teman!
2. Hak apa yang kamu terima ketika bekunjung ke tetangga?
3. Bagaiman menjaga lingkungan agar menjadi nyaman?

19
D. Tes Bentuk Tindakan (Performance Test)
Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam
bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji
yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang
kualitas hasil belajar yang dihasilkannya atau ditampikannya. Peserta didik
bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan.
Tes tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu
perkerjaan yang telah selesai dikerjakan oleh peserta didik, termasuk juga
keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan
kemampuan merencanakan suatu pekerjaan. Tindakan atau unjuk kerja yang
dapat dinilai seperti: memainkan alat musik, bernyanyi, membaca
puisi/deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium, dan
mengoperasikan suatu alat.
Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan unjuk kerja. Cara
penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang
dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Tes jenis ini sangat bermanfaat untuk memperbaiki kemampuan/
perilaku peserta didik, karena secara objektif kesalahan-kesalahan yang
dibuat oleh peserta didik dapat diamati dan diukur, sehingga menjadi dasar
pertimbangan untuk praktik selanjutnya.
1. Kelebihan tes tindakan
 Satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui
hasil belajar dalam bidang keterampilan, seperti keterampilan
membaca al-Qur’an berdasarkan ilmu tajwid.
 Sangat baik digunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara
pengetahuan teori dengan keterampilan praktik, sehingga hasil
penilaian menjadi lengkap
 Dalam pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk
saling menyontek.

20
 Guru dapat lebih mengenal karakteristik masing-masing peserta
didik sebagai dasar tindak lanjut hasil penilaian, seperti penbelajaran
remedial.
2. Kelemahan tes tindakan
 Memakan waktu yang lama
 Dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar
 Cepat membosankan
 Jika tes tindakan sudah menjadi sesuatu yang rutin, maka ia tidak
mempunyai arti apa-apa lagi
 Memerlukan syarat-syarat pendukung yang lengkap, baik waktu,
tenaga maupun biaya. Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi,
maka hasil penilaian tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan
baik.
Contoh:

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas/Semester : 3/1
Tema : 3 (Benda di Sekitarku)

KD : 4.1 Menyajikan hasil informasi tentang konsep perubahan wujud


benda dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk lisa, tulis, visual
menggunakan kosakata buku dan kalimat efektif
Proyek :
1. Selidiki sebuah benda disekitarmu mengenai kelebihan dan
kelemahan bahan pembentuknya!
2. Catatlah hasil penyelidikanmu, meliputi penjelasan bentuk benda,
fungsi benda, kekurangan dan kelebihan bahan pembentuknya,
serta alasanmu memilih bahan lain yang lebih baik intuk membuat
benda tersebut!
3. Tulislah dibuku tugasmu dengan memperhatikan penggunaan
huruf kapital dan tanda baca!

2.5 Langkah-langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar


Mardapi (dalam Sholichah, 2018) mengemukakan bahwa dalam bidang
evaluasi pendidikan merinci kegiatan evaluasi hasil belajar ke dalam sembilan

21
langkah pokok, yaitu menyusun spesifikasi tes, menulis soal tes, menelaah soal
tes, melakukan uji coba tes, menganalisis butir soal, memperbaiki tes, merakit
tes, melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes.
A. Menyusun Spesifikasi Tes
Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan
spesifikasi tes, yaitu yang berisi tentang uraian yang menunjukkan
keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Sehingga dengan
adanya spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal.
Penyusunan spesifikasi tes menyangkup kegiatan:
1) Menentukan tujuan tes
Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes yang banyak
digunakaan dalam lembaga pendidikan, yaitu: tes penempatan, tes
diagnostik, tes formatif dan tes sumatif. Tujuan tes itu harus dirumuskan
secara jelas dan tegas serta ditentukan sejak awal, karena menjadi dasar
untuk menentukan arah, ruang lingkup materi, jenis/model, dan karakter
alat pendidikan.
2) Menyusun kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan table matrik yang berisi spesifikasi soal-
soal yang akan dibuat. Penyusunan kisi-kisi dimaksudkan agar penilaian
tes hasil belajar benar-benar representatif dan relevan dengan materi
pelajaran yang sudah diberikan oleh guru kepada peserta didik. Kisi-kisi
ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis
soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif
sama. Ada empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:
a) Menulis tujuan umum pelajaran
b) Membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang
akan diujikan
c) Menentukan indikator. Yang dapat diukur digunakan buku
teks sebagai bahan acuan.
d) Menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan.
Jumlah soal yang digunakan tergantung pada waktu yang tersedia
untuk tes dan materi yang akan diujikan.

22
3) Menentukan bentuk soal
Dalam bentuk tes, guru harus membuat soal. Penulisan soal
adalah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang
kerakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi. Pemilihan bentuk tes
yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang
tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan
karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
4) Menentukan panjang tes
Penentuan panjang tes berdasarkan pada materi cakup ujian dan
kelelahan peserta tes. Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu
90 sampai 150 menit, untuk tes praktek bisa lebih dari itu. Pada
umumnya waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tes bentuk pilihan
ganda adalah 2 sampai 3 menit untuk tiap butir soal. Hal ini juga
dipengaruhi tingkat kesulitan soal. Untuk tes bentuk uraian lama tes
ditentukan berdasarkan pada kompleksitas jawaban yang dituntut.
Untuk mengatasi agar jawaban soal tidak terlalu panjang, sebaiknya
jawaban dibatasi dengan beberapa kata atau beberapa halaman.
B. Menulis Soal Tes
Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan dengan
perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Langkah ini perlu dilakukan
secara hati-hati agar keseluruhan tes dapat berkualitas baik. Kualitas tes
secara keseluruhan sangat terpengaruh dengan tingkat kebaikan dari
masing-masing butir soal yang menyusunnya.
C. Menelaah Soal Tes
Menelaah soal tes dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata
dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan atau kesalahan.
Walaupun telah dipersiapkan dengan baik, kekurangan dan kesalahan
pembuatan soal mengkin terjadi selama proses pembuatan berlangsung.
Sebaiknya telaah ini dilakukan oleh orang lain, karena sering kali
kelemahan dan kekurangan, baik dari tata bahasa maupun dari substansi,
tidak dapat terlihat oleh pembuat soal. Namun, lebih baik lagi jika telaah

23
soal ini dilakukan oleh sejumlah orang, para ahli secara bersama dengan tim
mengoreksi soal. Dengan ini, diharapkan dapat semakin memperbaiki
kualitas soal yang terbentuk.
D. Melakukan Uji Coba
Jika semua soal sudah disusun dengan baik, maka perlu
diujicobakan terlebih dahulu di lapangan. Tujuannya untuk mengetahui
soal-soal dimana yang perlu diubah, dibenahi atau diperbaiki, bahkan
dibuang sama sekali, serta soal-soal mana yang perlu dipergunakan
selanjutnya
E. Menganalisis Butir Soal
Soal yang baik adalah soal yang sudah mengalami beberapa kali
uji coba dan revisi, yang didasarkan atas analisis empiris dan rasional.
Analisis empiris dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
setiap soal yang digunakan. Informasi empiris pada umumnya menyangkut
segala hal yang dapat memengaruhi validitas soal, seperti aspek-aspek
keterbacaan soal, tingkat kesukaran soal, bentuk jawaban, daya pembeda
soal, pengaruh kultus dan sebagainya.
Sedangkan analisis rasional dimaksudkan untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan setiap soal. Melalui analisis masing-masing butir
soal ini dapat diketahui antara lain: tingkat kesukaran butir soal, daya
pembeda, pola jawaban, dan juga efektivitas pengecoh.
F. Memperbaiki Tes
Setelah uji coba dilakukan dan kemudian dianalisis, maka langkah
berikutnya adalah melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang
masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Langkah ini biasanya
dilakukan atas butir soal, yaitu memperbaiki masing-masing butir soal yang
ternyata masih belum baik. Dengan demikian, ada soal yang masih dapat
diperbaiki dari segi bahasa, ada juga soal yang harus di revisi total, baik
yang menyangkut pokok soal maupun alternatif jawaban, bahkan ada soal
yang harus dibuang atau disisihkan karena tidak memenuhi standar kualitas
yang diharapkan.
G. Merakit Soal Tes

24
Berdasarkan hasil revisi soal, barulah dilakukan perakitan soal
menjadi instrumen yang terpadu. Keseluruhan butir perlu disusun secara
berhati-hati hingga menjadi kesatuan soal tes. Untuk itu, semua hal yang
dapat memengaruhi validitas soal, seperti nomor urut soal, pengelompokan
bentuk soal, lay out, penataan soal dan sebagainya haruslah diperhatikan.
H. Melaksanakan Tes
Setelah langkah menulis tes selesai dan telah direvisi pasca uji
coba, langkah selanjutnya adalah melaksanakan tes. Dalam penilaian hasil
belajar, guru dapat menggunakan beberapa tes, misal tes tulis, tes lisan, dan
tes perbuatan
I. Menafsirkan/Interpretasi Hasil Tes
Langkah penafsiran data sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari
pengolahan data, karena setelah mengolah data dengan sendirinya akan
menafsirkan hasil pengolahan itu. Hasil tes menghasilkan data kuantitatif
yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai,
yaitu rendah, menengah atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai ini selalu
dikaitkan dengan acuan penilaian.
Memberikan interpretasi maksudnya adalah membuat pernyataan
mengenai hasil pengolahan tes. Berdasarkan penafsiran ini dapat diputuskan
bahwa peserta didik mencapai taraf kesiapan yang memadai atau tidak, ada
kemajuan yang berarti atau tidak, ada kesulitan atau tidak. Jika ingin
menggambarkan pertumbuhan peserta didik, penyebaran skor,
perbandingan antar kelompok, maka guru perlu menggunakan garis (kurva),
grafik, atau beberapa hal yang diperlukan profil.

25
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Instrumen evaluasi hasil belajar merupakan suatu alat yang digunakan
untuk mempermudah dalam mengukur sejauh mana tujuan kegiatan
belajar mengajar yang tercapai oleh peserta didik baik secara kognitif,
afektif, maupun psikomotoriknya.
2. Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur penguasaan
siswa terhadap materi yang telah diajarkan serta dapat mengukur
perkembangan kemajuan belajar peserta didik.
3. Terdapat 4 jenis tes, yaitu: (a) pembagian jenis tes berdasarkan tujuan
penyelenggaraan, (b) jenis tes berdasarkan waktu penyelenggaraan, (c)
pembagian jenis tes berdasarkan cara penyusunan, (d) jenis tes berdasarkan
cara mengerjakan dan bentuk jawaban.
4. Jenis tes berdasarkan bentuk jawaban dan cara mengerjakan, terdapat
empat macam yaitu, tes uraian, tes objektif, tes lisan, dan tes tindakan.
5. Langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar ada sembilan langkah
pokok, yaitu menyusun spesifikasi tes, menulis soal tes, menelaah soal tes,
melakukan uji coba tes, menganalisis butir soal, memperbaiki tes, merakit
tes, melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes.

4.2 Saran
Setelah kita mempelajari mengenai “Pengembangan Instrumen
Evaluasi Hasil Belajar Bentuk Tes”, maka kita sebagai pendidik harus bisa
mengerti arti evaluasi yang sesungguhnya. Diharapkan pendidik akan mampu
melakukan evaluasi dengan tepat dan benar sesuai teknik serta langkah-
langkah yang sesuai.

26
DAFTAR PUSTAKA

Andrian, Andre. 2018. Penyusunan Evaluasi Hasil Belajar Instrumen Evaluasi


Hasil Belajar. (online).
https://www.academia.edu/36490164/PENYUSUNAN_EVALUASI_HASI
L_BELAJAR_INSTRUMEN_EVALUASI_HASIL_BELAJAR.docx.
Diakses tanggal 12 Oktober 2019.

Asrul, dkk. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media.

Erman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas


Pendidikan Indonesia.

Fitriani. 2013. Evaluasi Bentuk Tes. (online).


http://eprints.ums.ac.id/23442/4/01_BAB_I.pdf. Diakses pada 12 Oktober
2019.

Mukhtar. 2014. Pengertian Instrumen dalam Lingkup Evaluasi. (online).


https://digilib.unila.ac.id/1666/8/BAB%20II.pdf. Diakses tanggal 12
Oktober 2019.

Poerwanti, Endang. 2011. Mengembangkan Tes sebagai Instrumen Evaluasi.


(online).
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/196603
252001121-
MUNIR/Multimedia/Multimedia_Bahan_Ajar_PJJ/Asesmen_Pembelajaran/
assessmen_pembelajaran_4.pdf. Diakses pada 12 Oktober 2019

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sholichah. 2018. Tinjauan Tes Hasil Belajar. (online). http://repo.iain-


tulungagung.ac.id/8151/5/BAB%20II.pdf. Diakses tanggal 12 Oktober
2019.

27
Wardani, 2013. Evaluasi Hasil Belajar. (online).
http://digilib.unila.ac.id/1739/10/BAB%20II.pdf. Diakses tanggal 12
Oktober 2019.

28

Anda mungkin juga menyukai