Anda di halaman 1dari 37

SAA 1

Investment
Analisa Saham

Melinda Alfiani R. D
10117218

Dosen pengampu :
Liliana Inggrit W.

Universitas Ciputra
Tahun ajaran 2019
BAB 1
Pendahuluan

I. Profil Perusahaan

Nama PT Akasha Wira International Tbk

Kode ADES

Perkantoran Hijau Arkadia Tower C Lantai 15 Jl. TB. Simatupang Kav. 88


Alamat
Jakarta 12520

Email wisnu.adji@akashainternational.com

Telepon 021-27545000

Faks 021 – 78845549; 78845547

NPWP 01.371.491.0-054.000

Website https://www.akashainternational.com

Tanggal IPO 13 Jun 1994

Papan PENGEMBANGAN
Sektor CONSUMER GOODS INDUSTRY

Sub Sektor COSMETICS AND HOUSEHOLD

Jumlah Saham
88.720.000 (lembar)
(IPO)

PT Akasha Wira International Tbk (“Perusahaan”) didirikan dengan nama


PT Alfindo Putrasetia pada tahun 1985. Nama Perusahaan telah diubah beberapa
kali, terakhir pada tahun 2010, ketika nama Perusahaan diubah menjadi PT
Akasha Wira International Tbk. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami
beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir dibuat dengan Akta Notaris Jose
Dima Satria, SH, M.Kn, No. 48 tanggal 25 Juni 2013 mengenai perubahan atas
Kuorum, Hak Suara, dan Keputusan serta mengenai perubahan atas Tugas dan
Wewenang Direksi.

Perusahaan didirikan dalam rangka Undang-undang No. 1 tahun 1967, jo


Undang-undang No. 11 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing, yang telah
dicabut dan diganti dengan Undang-undang No. 25 tahun 2007 dan telah
memperoleh persetujuan dari Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) dalam Surat Keputusan No. 42/V/PMA/2006 tanggal 10 Maret 2006.
Pada tahun 2010, Perusahaan telah memperoleh Ijin Prinsip Perluasan Penanaman
Modal berdasarkan Surat Keputusan No. 253/I/IP/II/PMA/2010 tanggal 26
Oktober 2010.

Sesuai dengan Surat Ketua Bapepam No. S-774/PM/1994 tanggal 2 Mei


1994 mengenai “Pemberitahuan Efektifnya Pernyataan Pendaftaran”, Perusahaan
telah melakukan penawaran umum kepada masyarakat melalui pasar modal
sejumlah 15.000.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000 (dalam angka penuh)
per saham. Perusahaan mencatatkan seluruh sahamnya sejumlah 38.000.000
saham di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 14 Juni 1994.

Berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada tanggal
6 Juni 1997, Perusahaan mengeluarkan 38.000.000 saham bonus yang berasal dari
tambahan modal disetor dengan nilai nominal per saham sebesar Rp 1.000 (dalam
angka penuh).

VISI
Menyediakan Solusi Konsumen Terbaik Di Dunia Kepada Masyarakat Luas
MISI
Memberikan Solusi Konsumen Terbaik Untuk Memenuhi Kebutuhan Gaya Hidup
Berkualitas
Sebagai Bentuk Pemenuhan Komitmen Kami Kepada Pemangku Kepentingan
Melalui Orang, Budaya, dan Sistem Terbaik Yang Kami Miliki.

II. Struktur Organisasi

Nama Jabatan

Presiden
Hanjaya Limanto
Komisaris
Danny Yuwono Siswanto Komisaris

Miscellia Dotulong Komisaris Independen

Wihardjo Hadiseputro Presiden Direktur

Ari Wisnubroto Direktur

Thomas Maria Wisnu Adjie Direktur Independen


III. Sejarah perusahaan
PT Ades Waters Indonesia pada awalnya didirikan dengan nama PT Alfindo
Putra Setia, berdasarkan akta pendirian no 11, pada tanggal 6 Maret 1985. Akta
pendirian tersebut telah disetujui oleh Menteri Kehakiman pada tanggal 13 Juli
1985. Di tahun 2004, sesuai dengan surat pernyataan efektif dari ketua Bapepam,
perusahaan melaksanakan penawaran umum terbatas kepada para pemegang saham
dalam rangka penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sejumlah
73.720.000 saham dengan nominal Rp 1.000 per saham dan dengan harga
penawaran Rp 1.025. Saham-saham tersebut tercatat dei BES dan BEJ pada tanggal
27 Mei 2004. Pada tahun yang sama terjadi perubahan yang lain didalam
perusahaan. Sebuah perusahaan patungan antara Nestle SA dan Refreshmen
Product Services yang bernama Waters Partner Bottling SA (WPB), mengambil
alih mayoritas saham di perusahaan, sehingga dari perushaan berubah dari PT
Alfindo Putra Setia menjadi PT Ades Waters Indonesia. WPB sepenuhnya
mendukung perusahaan untuk melayani konsumen di Indonesia. Kedua mitra
tersebut menciptakan dan mengembangkan operasional bisnis yang kuat dan
berkelanjutan dalam bisnis minuman bermerek. WPA juga memberikan dukungan
penuh dalam bidang pemasaran, distribusi, keuangan, teknis, sumber daya manusia
dan manajemen untuk mengembangkan bisnis secara meluas.
Pada tahun 2004, Water Partners Bottling S.A (WPB), merupakan
perusahaan patungan antara Coca-cola dan Nestle (scr tidak langsung) mengambil
alih mayoritas saham di Perseroan. Nama perusahaan diubah menjadi PT Ades
Water Indonesia Tbk. Kemudian, pada tahun 2006, perusahaan mengubah status
badan hukumnya dari perusahaan lokal non fasilitas menjadi perushaan modal asing
berdasarkan dari persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Pada tahun 2008, Sofos Pte, mengambil alih saham perusahaan secara tidak
langsung melalui pembeliaan seluruh saham WPA, yang memiliki 542.347.113
saham yang mewakili 91.94% saham perusahaan.
Pemegang saham mayoritas Akasha Wira International Tbk adalah Water
Partners Bottling S.A. (91,94%), merupakan perusahaan joint venture antara The
Coca Cola Company dan Nestle S.A. kemudian pada tanggal 3 Juni 2008, Water
Partners Bottling S.A. diakuisisi oleh Sofos Pte. Ltd., perusahaan berbadan hukum
Singapura.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ADES
adalah industri air minum dalam kemasan, industri roti dan kue, kembang gula,
makaroni, kosmetik dan perdagangan besar. Kegiatan utama Akasha International
adalah bergerak dalam bidang usaha pengolahan dan distribusi air minum dalam
kemasan (merek Nestle Pure Life dan Vica) serta perdagangan besar produk-produk
kosmetika.
Pada tanggal 2 Mei 1994, ADES memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) ADES
kepada masyarakat sebanyak 15.000.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per
saham, dengan harga penawaran perdana Rp3.850,- per saham. Saham-saham
tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 13 Juni
1994. Pada tahun 1994, untuk pertama kalinya perushaan menawarkan saham
kepada masyarakat luas sejumlah 15.000.000 saham biasa dengan harga nominal
saham Rp 1.000.
BAB 2
Isu Perusahaan

I. Berita Terkini Perusahan


• Berita 1
Sumber : https://www.tribunnews.com/bisnis/2016/06/02/unilever-jual-
merk-air-mineral-ades-ke-coca-cola

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Raksasa perusahaan


minuman Coca-Cola Co dan Coca-Cola FEMSA SAB kian memperluas
penjualan minuman non-soda dan meningkatkan bisnis minumannya di
wilayah Amerika Latin.
Pasca menyetujui pembelian AdeS, bisnis minuman berbasis kedelai
dari Unilever sekitar US$ 575 juta. Dalam pernyataan hari Rabu (1/6/2016),
perusahaan yang berpusat di Atlanta dan Meksiko itu mengatakan, setelah
pengambilalihan tuntas, AdeS akan menjadi bagian bisnis minuman non-
soda yang diproduksi bersama oleh Coca-Cola FEMSA dan Coca-Cola
dalam wilayah waralabanya. AdeS, yang dikenal untuk produk minuman
kedelai - susu dan jus buah beragam rasa, memiliki pendapatan sebesar US$
284 juta pada tahun 2015. Didirikan pada tahun 1988 di Argentina, merk
minuman AdeS terkenal di Brasil , Meksiko , Argentina , Uruguay ,
Paraguay , Bolivia , Chili dan Kolombia.
Bagi Unilever, penjualan itu langkah terbaru untuk melepas aset-
aset dalam bisnis makanannya yang kesulitan, di mana pertumbuhan
melambat dalam beberapa tahun ini akibat kurang inovasi dan turunnya
permintaan, sehingga perusahaan terpaksa menjual merek-merek seperti
Slim-Fast dan Ragu. Sekitar dua-pertiga pendapatan perusahaan makanan
itu berasal dari pasar yang sudah jenuh seperti di Amerika. Saham Coca-
Cola naik tipis pada perdagangan New York Stock Exchange. Di satu sisi,
saham Unilever naik 1,2% di London Stock Exchange. Saham Coca-Cola
FEMSA naik 1,3% di Mexican Stock Exchange.

• Berita 2
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20190327170626-17-
63264/penjualan-ades-turun-kok-laba-bisa-naik-39

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten penyedia air minum merek


ADES, PT Akasha Wira International Tbk (ADES) berhasil mencatatkan
pertumbuhan laba bersih hingga 38,48% pada tahun lalu menjadi Rp 52,96
miliar dari tahun sebelumnya Rp 38,24 miliar.
Perusahaan juga mampu membukukan kenaikan margin bersih menjadi
6,58% dari tahun 2017 yang hanya 4,7%.
Uniknya, kenaikan laba bersih tersebut dapat dicapai ADES meskipun
penjualan perusahaan terkoreksi 1,25% menjadi Rp 804,3 miliar dari
pencapaian tahun 2017 sebesar Rp 814,49 miliar.
Penjualan perusahaan turun tipis tahun lalu karena pendapatan dari
lini produk kosmetik anjlok 6,47% year on year (YoY) menjadi Rp 308,74
miliar, sedangkan penjualan air minum tumbuh tipis 2,31% YoY menjadi
Rp 495, 54 miliar. Jika melihat kinerja top line (penjualan) yang lesu, tapi
pencapaian laba bersih (bottom line) memuaskan, besar kemungkinan ada
sokongan dari efisiensi pos pembiayaan dan tambahan pemasukan dari pos
pendapatan lain.
Tahun 2018, ADES berhasil menekan pos beban penjualan, juga beban
administrasi dan umum, di mana jumlah biaya yang dikeluarkan turun
masing-masing 21,53% YoY dan 4,78% YoY.
Di lain pihak, perusahaan mampu mencatatkan pendapatan tambahan yang
cukup besar dari bunga yang diperoleh lewat tabungan giro dan investasi
pada deposito berjangka. Perolehan bunga tersebut dicatatkan pada pos
pendapatan keuangan perusahaan. Tahun lalu, pendapatan keuangan ADES
meroket 523,36% YoY menjadi Rp 1,86 miliar dari sebelumnya hanya Rp
304 juta. Kenaikan pendapatan keuangan disokong oleh meningkatnya
jumlah kas dan setara kas perusahaan yang tumbuh hingga 4 kali lipat
dibanding tahun 2017, menjadi Rp 102,27 miliar.
Dari sisi neraca, total aset perusahaan tumbuh 4,88% YoY menjadi Rp
881,28 miliar. Kenaikan ini sepenuhnya didukung oleh pertambahan
pencatatan pada kas dan setara kas ADES.
Jika kas dan setara kas perusahaan tidak tumbuh, mestinya total aset
perusahaan justru berbalik menjadi negatif sebesar 9% YoY.
Bisa dibilang, kinerja ADES belum terlalu memuaskan, karena
pertumbuhan laba bukan disokong oleh peningkatan penjualan, melainkan
karena pendapatan bunga dan penurunan biaya bukan di pos beban utama.
Pelaku pasar juga sepertinya belum mengapresiasi kinerja ADES tahun
lalu. Pasalnya pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (27/3/2019),
harga saham ADES terkoreksi 2,76% menjadi Rp 1.055/unit, kendati year
to date saham ADES naik 15%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


• Berita 3
Sumber: https://market.bisnis.com/read/20161213/192/611671/air-
minum-kemasan-ades-bakal-tambah-kapasitas

Bisnis.com, JAKARTA--Perusahaan barang-barang konsumsi, PT


Akasha Wira International Tbk. (ADES) berencana untuk menambah
kapasitas air minum dalam kemasan untuk meningkatkan penjualan.
Direktur Independen Akasha Wira International Wisnu Adjie menuturkan
pihaknya sudah merencanakan pembelian mesin baru pada 2016 yang akan
direalisasikan pada 2017. Adapun mesin tersebut akan menambah 200 juta
liter per tahun.
Wisnu menuturkan mesin baru itu akan sama dengan mesin yang
dipasang di Sengon, Jawa Timur pada bulan lalu. Adapun harga mesin air
minum dalam kemasan (AMDK) lengkap dengan penunjang dan konstruksi
asal Jerman senilai US$7 juta. "Ada rencana pembelian 2016 dan
pemasangan pada 2017 di Pabrik Sengon, Jawa Timur," ungkapnya pada
Bisnis, Jumat (9/10/2016). Pembelian mesin produksi AMDK tersebut di
Pabrik Sengon berasal dari cashflow perusahaan dan pinjaman perbankan.
Saat ini, kapasitas AMDK mencapai 600 juta liter per tahun.
Hingga September 2016, utang emiten bersandi saham ADES
mencapai Rp30,08 miliar dan pinjaman bank jangka panjang yang jatuh
tempo dalam waktu setahun senilai Rp20,35 miliar. Untuk melunasi utang
perbankan, ADES masih mengandalkan kas internal. Nilai kas dan setara
kas perusahaan minuman dan kosmetik ini per kuartal III/2016 mencapai
Rp35,55 miliar. Selain itu, enjualan bersih emiten bersandi saham ADES
per September 2016 senilai Rp658,27 miliar, naik 37,29% dari posisi
Rp479,47 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

• Berita 4
Sumber: https://ekbis.sindonews.com/read/669820/34/ades-distribusikan-
produk-kosmetik-pg-1346730275

Sindonews.com - Produsen air minum dalam kemasan PT Akasha


Wira International Tbk (ADES) mendapatkan hak mengimpor,
mendistribusikan, dan menjual produk perawatan rambut kategori premium
profesional milik Procter & Gamble (P&G) seperti Wella dan Clairol di
Indonesia. Perjanjian ini berlangsung selama tiga tahun dan dapat
diperpanjang dengan kesepakatan kedua belah pihak. Direktur & Corporate
Secretary ADES Wisnu Adjie mengatakan, untuk merealisasikan target
pertumbuhan penjualan produk perawatan kecantikan dari tahun ke
tahun.Perseroan menambah kategori produk yang dijual di segmen premium
dengan sasaran konsumen A & B yang saat ini belum dimasuki perseroan.
”Kami telah mendapatkan izin mendistribusikan dan menjual produk
perawatan kecantikan di kategori premium profesional milik P & G di
Indonesia,” ujar dia dalam keterangan resminya, kemarin.
Wisnu mengatakan, masuknya perseroan di bidang distribusi dan
penjualan produk perawatan rambut kategori premium profesional ini
diharapkan meningkatkan kinerja perseroan di masa mendatang, terlebih di
tengah persaingan yang cukup ketat di industri produk kosmetika di
Indonesia. Dia mengungkapkan, pada kuartal IV tahun ini perseroan juga
menargetkan memulai memproduksi produk makanan dan minuman ringan
dengan sistem makloon. Saat ini, ADES sedang dalam proses penelaahan
atas beberapa perusahaan makloon standar yang akan memproduksi produk
perseroan, dengan target pemasaran di seluruh Indonesia.
Presiden Direktur PT Kresna Graha Sekurindo Tbk (KREN) Michael Steven
mengatakan, situasi ekonomi Indonesia yang semakin kondusif serta
meningkatnya pendapatan masyarakat membuat pertumbuhan sektor
konsumsi terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari waktu
ke waktu.
”Peningkatan taraf pendapatan masyarakat turut memicu kenaikan saham
sektor konsumer,” tutur dia.
Dia melanjutkan, pertumbuhan ini ditopang oleh pengembangan
usaha yang kian agresif sejalan dengan upaya perbaikan jalur distribusi serta
kemampuan pemerintah untuk menurunkan laju inflasi. Melihat hal itu,
saham sektor konsumer jadi bidikan investor di tengah krisis ekonomi
dunia.
• Berita 5
Sumber : https://radarcirebon.com/gojek-ades-kolaborasi-sampah-plastik-
bisa-ditukar-pulsa.html

BANDUNG – Gojek melalui Gosend, bersama Ades dan


Waste4Change, mengukuhkan kerja sama untuk memudahkan masyarakat
mengumpulkan sampah plastik botol ke bank sampah terdekat. Kolaborasi
ini merupakan langkah bersama untuk membantu masyarakat agar dapat
lebih aktif memahami dan berpartisipasi dalam upaya peduli lingkungan.
Bagi Gojek, ini merupakan bagian dari inisiatif GoGreener. Program ini
dilakukan di 6 kota di Indonesia yaitu: Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Medan, dan Makassar.

Ades memperkenalkan #NiatMurni Ades sebagai gerakan nyata


yang melanjutkan inisiatif serta usaha untuk mengelola plastik botol bekas.
Program kerja sama #NiatMurni Ades dengan Gojek merupakan langkah
bersama untuk membantu masyarakat agar dapat secara aktif lebih
memahami, dan berpartisipasi dalam upaya peduli lingkungan, dengan
memadukan teknologi sebagai platform untuk mendorong ekosistem
ekonomi sirkular di Indonesia. Mohamad Rezki Yunus, Marketing Manager
Hydration, Coca-Cola Indonesia menjelaskan, Ades melihat pentingnya
keberlanjutan program terhadap lingkungan yang akan berdampak pada
kelestarian sumber mata air Ades. Hal ini yang mendasari inisiatif ADES
untuk bekerja sama dengan Gojek dan Waste4Change sebagai mitra dengan
misi yang sama dalam hal memberikan kembali kepada lingkungan. “Ini
merupakan upaya ADES untuk mendorong #NiatMurni masyarakat dalam
memberikan manfaat positif terhadap lingkungan dengan berpartisipasi
melalui cara yang sederhana yaitu kegiatan pengumpulan plastik botol
bekas,” kata Rezki. “Ades percaya bahwa setiap plastik botol dapat
memiliki nilai yang lebih dari sekadar sampah (second life). Melalui
kolaborasi ini kami berharap dapat membantu mengatasi permasalahan
pengelolaan sampah dengan mengedukasi masyarakat,” imbuh Saat ini
jumlah sampah di Indonesia mencapai 65,8 juta ton per tahun, di mana
terdapat 7,2 juta ton sampah jenis plastik yang dihasilkan per tahun yang
kebanyakan digunakan sebagai kantong plastik, kemasan dan botol.

Triyono Prijosoesilo, Public Affairs and Communications Director


Coca-Cola Indonesia menambahkan, upaya Sinergi #NiatMurni Ades dan
Gojek sejalan dengan upaya Plastic Reborn Coca-Cola Indonesia dalam
usaha pencapaian terhadap komitmen World Without Waste. Melalui kerja
sama pengumpulan (collect) dan kolaborasi (partner) antara ADES dan
Gojek (serta Waste4Change) yang memadukan teknologi sebagai platform
ini akan mendukung ekosistem ekonomi sirkular di Indonesia. “Kolaborasi
ini merupakan langkah bersama kami untuk mempermudah masyarakat
mengelola sampah plastik botol mereka, sekaligus mendukung target
pemerintah dalam peningkatan tingkat pengumpulan serta daur ulang
sampah untuk kualitas lingkungan dan kehidupan Indonesia yang lebih
baik,” tambah Triyono.

Sementara itu, Head of Logistic Gojek, Junaidi mengaku, sangat


mendukung dan menyambut baik kolaborasi bersama ADES dan
Waste4Change. Hal ini sejalan dengan GoGreener, yaitu inisiatif dari Gojek
yang bertujuan untuk memudahkan konsumen, mitra merchant, dan mitra
driver menjalani gaya hidup ramah lingkungan. “Kami yakin inisiatif
#NiatMurni serta GoGreener, #PastiAdaJalan akan mendorong gaya hidup
lebih ramah lingkungan,” tuturnya. Kolaborasi ini juga memberikan nilai
ekonomi pada setiap kemasan botol plastik bekas. Setiap 50 kemasan plastik
botol bekas yang dikirimkan konsumen akan mendapatkan 2 ribu poin.
Pengumpulan poin kemudian dapat ditukarkan dengan token PLN, Pulsa
ataupun saldo GoPay.

Pada tahap awal, Sinergi #NiatMurni Ades dan Gojek akan berjalan
selama 3 bulan untuk kemudian ditinjau proses collection, serta perubahan
perilaku sudut pandang masyarakat dalam melihat kemasan plastik botol
bekas. GoSend akan memudahkan masyarakat untuk menjangkau titik
tujuan pengantaran sampah plastik botol ke bank sampah terdekat. Layanan
ini nantinya juga dapat diakses melalui aplikasi Gojek melalui banner Ades
#NiatMurni yang ada di shuffle card, yang kemudian akan menghubungkan
pengguna ke website Waste4Change dimana pemesanan layanan GoSend
hingga pengantaran plastik botol bekas akan diproses. Mohamad Bijaksana
Junerosano, Founder and Managing Director Waste4Change
menambahkan, peran aktif dari konsumen untuk berperilaku lebih bijaksana
dalam penanganan sampahnya sangat diperlukan. Untuk berpartisipasi
dalam inisiatif #NiatMurni ini, masyarakat dapat membantu memastikan
plastik botol bekas diterima dengan baik oleh bank sampah yang dituju
dengan meremukkan plastik botol bekas. Kemudian dikumpulkan lalu
dipilah dan disimpan dalam kemasan yang rapi serta tertutup rapat sebelum
diberikan kepada mitra driver GoSend. “Kolaborasi ini diharapkan akan
mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah
kemasan yang dimulai dari lingkungan tempat tinggal,” tutup
Junaidi. (yud/rls)
BAB 4
Ekonomi Makro

• Berita 1
Sumber : https://republika.co.id/berita/ekonomi/korporasi/pq8s0y370/investasi-
manufaktur-diprediksi-meningkat-pascapemilu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian


Perindustrian (Kemenperin) menyatakan optimistis akan terjadi peningkatan investasi
dan ekspansi di sekkor industri manufaktur seusai penyelenggaraan Pemilihan
Umum (Pemilu) tahun 2019. Dengan mengimplementasikan peta jalan Making
Indonesia 4.0, selain diproyeksi industri dapat tumbuh optimal, juga mendorong
kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian nasional.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menargetkan sepanjang 2019


pertumbuhan industri manufaktur dapat mencapai 5,4 persen. Subsektor yang
diperkirakan tumbuh tinggi, antara lain industri makanan dan minuman, industri
permesinan, industri tekstil dan pakaian jadi, industri kulit, barang dari kulit, dan alas
kaki, serta industri barang logam, komputer dan barang elektronika. “Setelah Pemilu
2019 akan banyak proyek priotitas yang akan segera berjalan, termasuk beberapa
proyek prioritas seperti di industri petrokimia. Selain itu, finalisasi peraturan mengenai
mobil listrik dan pemberian insentif bagi industri,” ujarnya melalui siaran pers, Sabtu
(20/4). Airlangga menerangkan tren petumbuhan industri seusai pemilu akan terjadi,
karena Indonesia adalah negara yang paling matang dalam penerapan sistem
demokrasinya. Demokrasi yang matang menjadi modal pemerintah dalam menarik
investasi dari luar negeri. “Optimisme pembangunan yang digaungkan pemerintah saat
ini juga penting untuk menarik investasi. Semua sektor industri akan running setelah
pilpres dan pileg," paparnya.

Menperin juga meyakini, kondisi ekonomi, politik, dan keamanan di Indonesia


masih tetap stabil dan kondusif. Sehingga akan mendukung berjalannya aktivitas usaha
atau perindustrian semakin agresif. “Apalagi, beberapa kebijakan baru akan
diluncurkan untuk memudahkan pelaku industri berusaha di Indonesia dan melanjutkan
kembali yang sedang terlaksana dengan baik,” ungkapnya.

• Berita 2
Sumber : https://www.beritasatu.com/ekonomi/585844/pemerintah-serius-
tingkatkan-investasi-sektor-manufaktur

Jakarta, Beritasatu.com - Pemerintah memberikan perhatian yang serius


terhadap upaya memacu nilai investasi khususnya dari sektor manufaktur. Sebab,
aktivitas industrialisasi dinilai dapat membawa efek berganda yang luas terhadap
perekonomian nasional, antara lain peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam
negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor. “Sesuai
arahan Bapak Presiden Joko Widodo, seluruh kementerian termasuk Kementerian
Perindustrian (Kemperin), agar dapat menyederhanakan aturan-aturan yang bisa
memudahkan investasi masuk sehingga industri kita bisa tumbuh berkembang dan
berdaya saing global,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita
melalui keterangannya yang diterima di Jakarta, Minggu (17/11/2019). Agus
menjelaskan, dalam implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, salah satu
program prioritasnya adalah menarik investasi dari perusahaan-perusahaan skala
global. Langkah ini diyakini dapat mendongkrak kapasitas produksi sekaligus
memperkuat struktur manufaktur nasional. “Kami pun mendorong agar para investor
tersebut dapat menjalin mitra dengan industri di dalam negeri, termasuk sektor
industri kecil dan menengah (IKM). Upaya strategis ini diharapkan akan terjadi
transfer teknologi terutama bagi investor yang telah mengadopsi industri 4.0,”
paparnya. Agus menambahkan, selain gencar menarik investasi sektor industri padat
karya, pemerintah juga aktif menggenjot pertumbuhan di sektor industri yang
berorientasi ekspor dan menghasilkan produk substitusi impor. “Ini sejalan dengan
tekad pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja lebih banyak lagi dan
mengurangi defisit neraca perdagangan,” imbuhnya.

Berdasarkan catatan Kemperin, pada periode Januari-September 2019,


penanaman modal dalam negeri (PMDN) dari sektor industri manufaktur mencapai
Rp52,8 triliun yang terdiri dari 5.133 proyek. Sedangkan, untuk penanaman modal
asing (PMA) dari sektor industri manufaktur sebesar US$ 6,3 miliar yang meliputi
sebanyak 7.210 proyek. Adapun tiga penyumbang terbesar bagi PMDN sektor
manufaktur di periode tersebut, yakni industri makanan dengan nilai investasi hingga
Rp26,4 triliun (1.649 proyek), kemudian disusul industri logam, mesin dan
elektronik serta industri instrumen kedokteran, presisi, optik dan jam yang
menyentuh angka Rp7,6 triliun (656 proyek). Berikutnya, industri kimia dan farmasi
mencapai Rp6,8 triliun (678 proyek).

Sementara itu, tiga kontributor besar untuk PMA di periode yang sama, yaitu
industri logam, mesin dan elektronik serta industri instrumen kedokteran, presisi,
optik dan jam yang menggelontorkan dananya hingga US$ 2,3 miliar (1.520 proyek),
kemudian diikuti industri kimia dan farmasi mencapai US$ 1 miliar (940 proyek).
Berikutnya, industri makanan sebesar US$ 1 miliar (1.359 proyek). Agus optimistis,
Indonesia masih menjadi negara tujuan utama investasi khususnya bagi sektor
industri manufaktur. Potensi ini lantaran didukung dengan ketersediaan pasar yang
besar dan bahan baku yang melimpah. “Sejumlah investor skala global telah
menyatakan minatnya untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi mereka
guna memenuhi kebutuhan di pasar domestik hingga ekspor,” ujarnya.

Keunggulan lainnya, Indonesia memiliki sumber daya manusia (SDM)


industri yang cukup banyak dan kompetitif. Hal ini sejalan dengan fokus
pemerintahan Presiden Jokowi pada periode keduanya, yang ingin meningkatkan
kualitas SDM dalam upaya mewujudkan visi Indonesia maju. Selain itu, target
merebut peluang dari momentum bonus demografi. “Oleh karenanya, guna
menciptakan SDM kompeten yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri saat ini,
Kemperin semakin gencar menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan
vokasi. Program yang telah dijalankan, di antaranya adalah pendidikan vokasi yang
link and match antara SMK dengan industri serta pelatihan Diklat 3in1,” sebutnya.
Selanjutnya, dalam upaya menciptakan iklim investasi yang kondusif di Tanah Air,
berbagai jurus jitu yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah, yakni mulai dari
perbaikan perizinan melalui penerapan Online Single Submission (OSS) hingga
pemberian insentif fiskal seperti tax allowance, tax holiday dan super deduction tax.

Bahkan, pemerintah akan menerbitkan daftar positif (positive list) investasi


pada Januari 2020, yang rencananya diatur dalam bentuk Peraturan Presiden
(Perpres). Daftar positif investasi ini bakal diterapkan pada kawasan ekonomi khusus
(KEK) dan dipertimbangkan mendapatkan fasilitas tax holiday sesuai dengan
ketentuan dan bentuk final daftar positif yang berlaku. Di sisi lain, Agus
mengungkapkan, industri manufaktur masih menjadi kontributor paling besar
terhadap capaian nilai ekspor nasional. Pada periode Oktober 2019, industri
pengolahan mencatatkan nilai ekspornya sebesar US$ 11,34 miliar atau
menyumbang 75,95% dari total ekspor nasional yang menembus hingga US$ 14,93
miliar. “Sudah banyak produk manufaktur kita yang kompetitif di kancah global.
Oleh karena itu, Kemperin dan Kementerian Perdagangan akan terus berkoordinasi
untuk memfasilitasi akses dan kemudahan bagi pelaku industri kita supaya bisa
memperluas pasar ekspor,” tuturnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia pada


Oktober 2019 mengalami surplus sebesar US$ 161 juta. Surplus tersebut karena nilai
ekspor mencapai US$ 14,93 miliar dan impor US$ 14,77 miliar. Sementara itu,
ekspor nonmigas menyumbang hingga 93,8% dari total ekspor nasional di bulan
kesepuluh tahun ini, dan sektor nonmigas mencatatkan surplus sebesar US$ 990,5
juta. Berikutnya, sepanjang Januari-Oktober 2019, nilai ekspor dari produk industri
pengolahan menembus hingga US$ 105,1 miliar atau menyumbang 75,56% dari total
ekspor nasional yang mencapai US$ 139,1 miliar. Sedangkan, ekspor nonmigas
berkontribusi sebesar 92,56% terhadap total ekspor nasional pada Januari-Oktober
2019.

Adapun 10 produk yang berperan besar terhadap capaian nilai ekspor di


periode yang sama tersebut, yakni bahan bakar mineral; lemak dan minyak
hewan/nabati; mesin/peralatan listrik; kendaraan dan bagiannya; serta besi dan baja.
Selanjutnya, perhiasan/permata; karet dan barang dari karet; mesin-mesin/pesawat
mekanik; serta pakaian jadi bukan rajutan, serta kertas/karton. Mengenai lokasi
tujuan utama ekspor Indonesia, Tiongkok tetap sebagai negara yang terbesar
nilainya, yaitu mencapai US$ 21,12 miliar (16,40%), diikuti Amerika Serikat dengan
nilai US$ 14,53 miliar (11,29%), dan Jepang sebesar US$ 11,47 miliar (8,91%).
“Pemerintah terus berupaya memperluas akses pasar ekspor untuk industri
manufaktur. Misalnya kita perluas pasar ekspor ke negara-negara nontradisional
seperti di Asia Pasifik, Timur Tengah dan Afrika,” kata Agus.

• Berita 3
Sumber : https://ekonomi.bisnis.com/read/20180604/257/802896/investasi-sektor-
manufaktur-harus-dijaga
Bisnis.com, JAKARTA -- Investor di sektor manufaktur perlu dijaga agar tidak
hengkang ke negara lain. Investasi dinilai menjadi satu-satunya andalan untuk tetap
memacu pertumbuhan perekonomian dan membuka lapangan kerja. Eka Sastra,
anggota DPR RI, mengatakan investor harus dijaga di tengah pengembangan industri
4.0 yang berbasis big data. Hal ini yang membedakan industri 4.0 dengan industri pada
gelombang-gelombang sebelumnya. “Soal revolusi industri 4.0 ini bukan soal siap atau
tidak tapi bagaimana masyarakat terlibat di dalamnya”, ujarnya dalam keterangan
resmi, Senin (4/6/2018).

Dalam diskusi Forum Diskusi Ekonomi Politik (FDEP) bertajuk Menjaga


Kelangsungan Investasi Indonesia, pengamat ekonomi UGM Tony Prasetiantiono
menyampaikan pemerintah sejauh ini sudah menyiapkan 5 sektor industri untuk
dihadapkan pada revolusi industri 4.0. Sektor itu adalah makanan dan minuman, tekstil,
otomotif, elektronik, dan kimia. Sementara itu, selain kelima sektor tersebut akan tetap
berkontribusi pada perekonomian Indonesia, baik sebagai penyumbang pendapatan
negara, serta penyerap tenaga kerja. Tony menyampaikan salah satu upaya Indonesia
untuk stabilitas rupiah salah satunya adalah dengan mengandalkan ekspor dan investasi.
Faktor-faktor itu saling berkaitan sebab untuk ekspor diperlukan kegiatan industri dan
industri amat erat berkaitan dengan investasi. "Pemerintah sudah bekerja keras untuk
menarik investasi sebanyak mungkin," ujarnya.

Namun berkebalikan dengan hal tersebut, fakta di dalam negeri menunjukkan


sejumlah investor justru merasa tidak nyaman. Alasan utamanya adalah adanya
regulasi-regulasi tertentu yang berujung peningkatan biaya produksi. Regulasi yang
muncul salah satunya dilatarbelakangi oleh perlunya pemerintah meningkatkan
pendapatan negara, yang kemudian diwujudkan dengan menaikkan tarif pajak, bea,
cukai, dan retribusi. Hal tersebut dipandang menyebabkan para pelaku industri dalam
kondisi dilematis karena harus menahan produksi untuk menghindari peningkatan
biaya. Peningkatan kapasitas produksi akan mengarahkan aktivitas usaha berbalik dari
menghasilkan keuntungan menjadi pemicu kerugian karena peningkatan produksi
berarti peningkatan jumlah pajak, bea, cukai, dan retribusi yang harus dibayar.
Hal ini dibenarkan oleh Tony Tanduk, Ketua Asosiasi Industri Pengguna Garam
Indonesia. “Jika Indonesia ingin mengajak pihak lain untuk berinvestasi, perlu
diperhitungkan bagaimana menjaga keberlangsungan investasi itu di Indonesia,"
katanya. Dia menambahkan pentingnya menghadapi persaingan investasi dengan
negara-negara lainnya seperti Vietnam dan sebagainya. “Dukungan terhadap investasi
yang sudah ada di Indonesia menjadi penting, misalnya dengan membangun
infrastruktur dan membuat regulasi-regula “Dukungan terhadap investasi yang sudah
ada di Indonesia menjadi penting, misalnya dengan membangun infrastruktur dan
membuat regulasi-regulasi yang menunjang kegiatan produksi," tambahnya.

Industri bisa saja mengurangi kapasitas produksi untuk mencegah kerugian.


Dalam skenario itu, negara dan pekerja akhirnya akan ikut merugi karena negara dan
pekerja kehilangan potensi pendapatan. Negara juga merugi karena lapangan kerja
gagal tercipta akibat industri menahan atau bahkan memangkas produksi. Jika keadaan
itu berlanjut, investor akan memilih hengkang ke negara lain yang lebih mendukung
pengembangan modalnya. Kondisi yang demikian tidak bagus untuk Indonesia yang
tengah bekerja keras menarik investasi sebanyak mungkin. Calon investor bukan tidak
mungkin akan menghapus Indonesia dari daftar calon lokasi penanaman modal jika ada
fakta yang mengungkap bahwa banyak investor di Indonesia malah justru
memindahkan usaha ke negara lain.

Dalam diskusi tersebut salah satu industri yang dibahas adalah industri
tembakau. Regulasi terkait tembakau yang dianggap tidak jelas dapat menjadi
penyebab utama investor di industri ini enggan mempertahankan bisnisnya di
Indonesia. Hal ini dapat memberi dampak krusial, seperti diketahui pada 2017 sektor
tembakau menyumbangkan Rp149 triliun. Sektor itu juga mempekerjakan total 6,4 juta
orang yang terdiri dari petani tembaku, petani cengkeh, pekerja pabrik, hingga pekerja
di sektor distribusi produk tembakau yang menunjang kegiatan produksi," tambahnya.
• Berita 4
Sumber : https://www.beritasatu.com/ekonomi/531583/industri-manufaktur-
berperan-penting-genjot-investasi

Jakarta - Industri manufaktur berperan penting dalam upaya menggenjot


nilai investasi dan ekspor sehingga menjadi sektor andalan untuk mengakselerasi
pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen
merevitalisasi industri manufaktur melalui pelaksanaan peta jalan Making Indonesia
4.0 agar juga siap memasuki era revolusi industri 4.0. “Saat ini, sektor industri
berkontribusi terhadap PDB sebesar 20%, kemudian untuk perpajakan sekitar 30%,
dan ekspor hingga 74%. Capaian ini yang terbesar disumbangkan dari lima sektor
manufaktur di dalam Making Indonesia 4.0,” kata Menteri Perindustrian, Airlangga
Hartarto, pada diskusi Outlook Perekonomian Indonesia 2019 di Jakarta, Selasa
(8/1).

Kelima sektor yang dimaksud itu, yakni industri makanan dan minuman,
industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, dan industri
elektronika. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution,
selain sektor-sektor tersebut, ada beberapa sektor lain yang juga punya potensi besar
dalam menopang perekonomian nasional melalui kinerja ekspornya. “Seperti
industri perhiasan dan industri pengolahan ikan,” sebutnya.
Menanggapi hal tersebut, Airlangga menyampaikan bahwa quickwins
peningkatan ekspor bisa dilakukan melalui pengembangan ekspor produk
hortikultura seperti pengalengan buah-buahan dan ekspor buah segar yang dilakukan
di Lampung dan akan direplikasi di daerah lain. "Selain itu, otomotif juga punya
kapasitas yang potensial. Ini memerlukan regulasi," kata Airlangga. Ia menegaskan,
pemerintah bertekad untuk terus menciptakan iklim bisnis yang kondusif dan
memberikan kemudahan perizinan usaha agar dapat lebih menarik investasi.
Sepanjang tahun 2018, diproyeksi penanaman modal dari sektor industri manufaktur
mencapai Rp 226,18 triliun. “Kalau kita lihat, beberapa provinsi pertumbuhan
ekonominya mampu lebih tinggi dari pertumbuhan nasional. Misalnya, Jawa Barat,
Banten, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara, karena di daerah
tersebut ada kawasan industri. Ini di luar Jawa Timur. Jadi, ada output industri,”
paparnya.

Airlangga menjelaskan, aktivitas industri senantiasa konsisten memberikan


efek berantai yang luas bagi perekonomian baik di daerah maupun nasional.
Misalnya, peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan
tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa negara. Hal ini tidak terlepas dari peran
peningkatan investasi sektor manufaktur. “Indonesia saat ini masih menjadi negara
tujuan utama untuk investasi. Ada beberapa investor yang sudah menyatakan
minatnya ingin masuk, seperti dari Eropa dan Asia. Jadi, akan ada penambahan
kapasitas baru di sektor industri otomotif, alas kaki, dan garmen,” ungkapnya.

Untuk itu, pemerintah pun telah menyediakan fasilitas insentif fiskal berupa
tax holiday bagi para investor. “Tidak hanya untuk yang berinvestasi besar, tetapi
bagi mereka yang berinvestasi di bawah Rp500 miliar juga diberikan mini tax
holiday,” imbuhnya. Bahkan, implementasi pemberian mini tax holiday tersebut
akan menyasar pula kepada industri yang berorientasi padat karya.
Sementara itu, guna semakin menggenjot nilai ekspor dari sektor industri
manufaktur, diperlukan harmonisasi regulasi di lintas kementerian. Misalnya,
dibutuhkan perjanjian dagang bebas atau kerja sama ekonomi yang komprehensif
kepada negara potensial. “Contohnya, industri tekstil alas kaki. Kami sedang
menunggu CEPA, karena untuk ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa, kita
dikenakan bea masuk 10-20 persen. Kalau itu disamakan seperti Vietnam, jadi nol
persen, maka ekspor dan kapasitas kita bisa meningkat,” tutur Airlangga. Lebih
lanjut, adanya perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, Indonesia
menjadi salah satu negara yang diuntungkan. “Saya sudah ketemu pihak Nike dan
lain lain, mereka akan shift sebagian ordernya ke Indonesia,” ujarnya.

Penggerak Perekonomian

Airlangga menambahkan, dirinya memiliki cara tersendiri dalam memandang


kondisi perekonomian Indonesia. Menurutnya, sektor penggerak ekonomi nasional
bak dua tangan dan dua kaki manusia. “Analogi sederhana kalau bicara ekonomi itu
seperti tubuh manusia. Punya dua tangan dua kaki," ungkapnya. Menurut Airlangga,
ekonomi fiskal dan moneter seperti kedua tangan. Kebijakan di dua sektor tersebut
memiliki peranan besar dalam menjaga keseimbangan. Sementara itu, kedua kaki
diibaratkan seperti sebuah harga komoditas dan industri manufaktur. Peran
keduanya, juga cukup vital dalam menggerakkan perekonomian. “Jadi kalau industri
manufaktur bisa maju, maka perekonomiannya maju. Harga komoditas tinggi,
ekonomi maju. Itu analogi sederhana daripada memahami perekonomian kita,”
katanya. Airlangga memproyeksi, industri manufaktur akan tumbuh 5,4% pada 2019.
Sejumlah subsektor yang diproyeksi tumbuh tinggi antara lain, industri makanan dan
minuman, permesinan, tekstil dan pakaian jadi. Subsektor lain yang akan
berkembang pada tahun Babi Tanah ialah industri kulit, barang dari kulit, dan alas
kaki, serta industri barang logam, komputer dan barang elektronika.

Saat ini, lanjut Airlangga, pihaknya tengah fokus memacu ekspor dari industri
otomotif karena memiliki kapasitas lebih. “Saat ini, industri otomotif kita punya
kapasitas 2 juta unit per tahun, sementara untuk kebutuhan domestik 1,1 juta unit,
dan ekspor 300 ribu unit, maka sisanya bisa dimanfaatkan untuk menambah ekspor,”
terangnya. Terkait hal itu, Kemperin telah membahas dengan Kementerian Keuangan
untuk memperbaiki struktur Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). “Kalau
nanti perjanjian kerja sama dengan Australia sudah ditandatangani, pasar ekspor di
sana sebesar 1,2 juta unit bisa kita dorong,” ucapnya. Selain itu, untuk sektor industri
elektronika, pemerintah juga berencana membuat peta jalan terkait pengoptimalan
tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Dengan begitu, ada nilai tambah yang bisa dinikmati industri dalam negeri.
“Jangan sampai pembangunan infrastruktur teknologi kita bangun, tetapi bahan baku
masih ketergantungan dari negara lain," tuturnya. Kemudian, industri juga bakal
mendapatkan fasilitas kredit ekspor dari lembaga pembiayaan. Salah satunya adalah
industri alat berat. Menperin pun optimistis, dengan berbagai strategi peningkatan
ekspor tersebut, bisa memperbaiki neraca perdagangan.
Mengenai salah satu program prioritas pemerintah di tahun 2019 dalam membangun
sumber daya manusia (SDM) berkualitas, Kemenperin akan melanjutkan peluncuran
program pendidikan vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) dengan industri. Dalam proses pendidikannya mengadopsi sistem ganda
(dual system), yakni 70 persen praktik dan 30% teori. "Dengan komposisi kurikulum
30:70, butuh dukungan industri untuk praktik para siswa SMK. Sehingga, perlu
insentif pajak untuk industri terkait pendidikan vokasi. Saat ini insentif tersebut
sudah rampung dibahas dengan Kementerian Keuangan,” ujar Airlangga. Selama
tahun 2017-2018, Kemperin telah menggandeng sebanyak 609 industri dan 1.753
SMK. Tahun ini ditargetkan melibatkan sebanyak 2.600 SMK dan 750 industri di
wilayah Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. “Pada tahap
ketujuh, program tersebut akan diluncurkan di Makassar pada 17 Januari 2019
dengan diikuti oleh 39 industri dan 185 SMK,” ungkapnya

• Berita 5
Sumber : https://www.obsessionnews.com/pemerintah-pacu-investasi-sektor-
manufaktur/
Jakarta, Obsessionnews.com -Pemerintah memberikan perhatian yang serius
terhadap upaya memacu nilai investasi khususnya dari sektor manufaktur. Sebab,
aktivitas industrialisasi dinilai dapat membawa efek berganda yang luas terhadap
perekonomian nasional, antara lain peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam
negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor. “Sesuai
arahan Bapak Presiden Joko Widodo seluruh kementerian, termasuk Kementerian
Perindustrian, agar dapat menyederhanakan aturan-aturan yang bisa memudahkan
investasi masuk, sehingga industri kita bisa tumbuh berkembang dan berdaya saing
global,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melalui keterangan
tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (17/11/2019).

Agus menjelaskan, dalam implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, salah
satu program prioritasnya adalah menarik investasi dari perusahaan-perusahaan skala
global. Langkah ini diyakini dapat mendongkrak kapasitas produksi sekaligus
memperkuat struktur manufaktur nasional. “Kami pun mendorong agar para investor
tersebut dapat menjalin mitra dengan industri di dalam negeri, termasuk sektor industri
kecil dan menengah (IKM). Upaya strategis ini diharapkan akan terjadi transfer
teknologi terutama bagi investor yang telah mengadopsi industri 4.0,” paparnya. Dia
menambahkan, selain gencar menarik investasi sektor industri padat karya, pemerintah
juga aktif menggenjot pertumbuhan di sektor industri yang berorientasi ekspor dan
menghasilkan produk substitusi impor. “Ini sejalan dengan tekad pemerintah untuk
menciptakan lapangan kerja lebih banyak lagi dan mengurangi defisit neraca
perdagangan,” tandasnya. (arh)
BAB 5
Data historis saham dan analisa fundamental-teknikal

Tanggal pembelian saham : 29 November 2019

I. Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah analisis yang menggunakan basis data perusahaan
yaitu laporan keuangan perusahaan yang merupakan hasil kerja dan performa dari
perusahaan. Contohnya adalah laporan arus kas, neraca, laporan laba rugi
perusahaan. Teknik analisis ini mempertimbangkan data-data perusahaan tersebut
untuk menghasilkan analisis penilaian dengan kesimpulan apakah perusahaan
memiliki saham yang layak dibeli atau tidak.
Dari hasil saham ADES yang saya beli, saham ADES memiliki pertumbuhan
yang naik turun dari awalnya ADES tidak untung dengan harga 1.030/lmbr lalu
merugi dan mengalami naik turun. Harga terendah saham ADES pada saat bulan
November Hingga Desember adala 1.010 dan harga tertingginya adalah 1.050. pada
tanggal 12 Desember, ADES mengalami kenaikan harga saham sebesar 1.050 dan
saya membeli saham sebanyak 1 lot dan mendapatkan keuntungan sebesar 2.000.

Portofolio :
Laporan keuangan ADES
Data diatas merupakan Financial Report dari ADES dengan kuartal
pertahun. Dapat dilihat bahwa setiap tahunnya ADES mengalami kenaikan pada
revenuenya hingga naik 50%. Jumlah saham beredar ADES tetap sama yaitu
sebanyak 589.896 dari tahun 2013-2018. Untuk keuntungan saham per lembarnya,
ADES mengalami kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan dari 94/lmbr
menjadi 64/lmbr pada tahun 2018. Pada tahun 2019, ADES mengalami penurunan
secara terus menerus perharinya. Hingga saat ini pada tanggal 11 Desember, harga
saham ADES naik hingga 1.050 namun pada hari selanjutnya turun menjadi 1.040.
ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba dari asset-aset yang
dimiliki. Semakin besar ROA suatu perusahaan maka semakin baik kinerja
perusahaan dalam mengelola asset untuk menghasilkan laba bersih. Untuk ROA dari
ADES sendiri mengalami penurunan tiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa
kinerja keuangan ADES tidak cukup baik.

II. Analisis teknikal


Analisis teknikal bersifat analisis pola grafis yang memprediksi trend suatu
harga saham, penentuan garis Support-Resistance, titik balik (reversal) dan
peramalan (forecasting) – baik peramalan harga ataupun waktu (timing) dengan
cara mempelajari data pasar yang lampau. Dari pergerakan tersebut dapat diamati
popla-pola tertentu yang dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan pembelian
atau penjualan.
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa saham ADES mengalami kenaikan
dan penurunan secara terus menerus pada minggu ke-2 bulan desember hingga
harga terakhir yaitu 1.040.

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa harga saham ADES mengalami
penurunan secara terus menerus.
Pergerakan harga ADES dari bulan November hingga Desember kurang bagus
hingga mencapai harga rendah yaitu 1.040.
BAB 6
Opini Pribadi

1. Mengapa mengambil keputusan berinvestasi di perusahaan tersebut ?


Jawab : saya pribadi memutuskan unutk membeli saham ADES karena perusahaan
ADES sendiri mempunyai visi dan misi yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain
yaitu menerapkan sistem Go-Green. Jarang sekali perusahaan air mineral ya
notabene merupakan penyumbang limbah plastic terbesar di Indoensia memikirkan
hal ini. Padahal sebenarnya, perusahaan air mineral sangat berpengaruh untuk
menggerakkan masyarakat unutk lebih mencintai palnet. Meskipun berdasarkan
analisis fundamental dan teknikal kinerja keuangan ADES bisa dikategorikan tidak
bagus dan selalu mengalmai penurunan namun saya sangat menghargai dan
mensupport penuh atas visi dan misi perusahaan ini.
2. Kapan waktu yang tepat ketika membeli portofolio saham tersebut? Berapa
expected return yang anda tetapkan untuk portofolio tersebut? Apa dasar dari anda
menetapkan expected return tersebut?
Jawab : Waktu yang tepat untuk membeli portofolio adalah ketika harga saham
sedang turun dibawah rata-rata karena dengan begitu, kita akan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar. Expected return yang saya harapkan dari ADES
tidaklah besar karena saya mengetahui ADES tidak cukup memberikan return yang
baik pada bulan November – Desember. Pada saat saya membeli, yang saya
harapkan agar ADES mampu mencapai harga saham tetingginya yaitu 1.075.
namun hingga 12 Desember, ADES menunjukkan penurunan saham yaitu sebesar
1.040 meskipun pada saat saya membeli saham tersebut harganya 1.030. Dasar yang
saya pakai untuk mendapatkan return yang syaa harapkan adalah ADES
bekerjasama dengan Go-Jek untuk kampanye pengurangan sampah plastic yang
bisa ditukarkan dengan pulsa. Hal ini akan menggugah masyarakat untuk membeli
air mineral ADES agar mendapatkan keuntungan tersebut dan ADES mampu
menjalankan misi perusahaannya.
3. Selama periode pengamatan berapakah return tertinggi yang didapatkan dan pada
hari keberapa tersebut terjadi ?
Jawab : Return tertinggi yang pernah saya dapatkan yaitu harga ADES sebesar
1.050 dari yang saya beli hanya sebesar 1.030 dan saya mendapatkan keuntungan
sebesar 2000. Saya mendapatkan keuntungan ini pada hari Desember kemarin
tepatnya pada tanggal 11 Desember.
4. Selama periode pengamatan berapakah return terendah yang didapatkan dan pada
hari keberapa tersebut terjadi ?
Jawab : Return terendah yang pernah saya dapatkan ada pada harga 1.010 yang
terjadi pada tanggal 2 Desember 2012.
5. Selama melakukan pengamatan, apakah ada peristiwa perusahaan atau pasar
mempengaruhi harga saham secara signifikan?
Jawab : Menurut pengamatan saya, tentunya ada peristiwa pasar yang dapat
mempengaruhi harga pasar. Contohnya pada tanggal 10 Desember semua harga
saham yang saya beli di portofolio mengalami keniakan hal ini disebabkan oleh
harga saham JCI (Jakarta Composite Index) juga mehgalami kenaikan.
6. Setelah melakukan pengamatan, apakah saham yang dipilih cocok untuk dilakukan
investasi jangka Panjang? Mengapa? Atau malah lebih cocok untuk dilakukannya
taking profit? Mengapa?
Jawab : Menurut pengamatan saya, saham yang saya beli yaitu ADES tidak cocok
untuk investasi jangka Panjang karena harga saham yang naik turun tidak pasti
dengan kerugian yang bagi saya cukup besar yaitu 1,9% jika harga saham benar-
benar anjlok. Meskipun sempat megalami keuntungan atau kenaikan harga, hal itu
tidak akan berlangsung lebih dari dua hari. ADES lebih cocok untuk taking profit
karena harga sahamnya yang tidak stabil kadang naik hingga 2% namun hari
berikutnya akan turun sebesar 3%. ADES sangat cocok untuk orang-orang pemain
saham yang suka trading untuk mendapatkan keuntungan tanpa menunggu waktu
yang lama.

Anda mungkin juga menyukai