Anda di halaman 1dari 25

Final Exam

Financial Accounting

Melinda Alfiani R. D.

0108911920025

Dosen Pengampu :

- Helena Sidharta S.E., M.M., Ph.D.


- Dr. Wirawan E.D.R., S.E., M.ScA, CFP., CMA., QWP., Ak., CA.

Universitas Ciputra

Tahun Ajaran 2020


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Profile Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk


Tahun Berdiri : 19 Februari 1950
Alamat : Menara Bank BTN. Jl. Gajah Mada No. 1
Jakarta 10130, Indonesia
Sektor Perusahaan : Commercial Bank, including to conduct
Sharia principle-based business
Legal Basis Pendirian :
- Martial Law No. 9Year 1950 dated February 9, 1950 concerning
Amendments to the Postspaarbank Law (Staatblad 1934 No. 653, 1937
No. 176 and 197 and 1941 No. 295) (State Gazette of the Republic of
Indonesia No. 12 Year 1950)
- Government Regulation Amendment of Law No. 4 Year 1963 dated
June 22, 1963 concerning Amendments and Additions to Law No. 36
Year 1953 concerning Bank Tabungan Negara (State Gazette No. 86 of
1953)
- Government Regulation No. 24 Year 1992 dated April 29, 1992
concerning Adjustment of Legal Status of Bank Tabungan Negara to
State-owned Limited Liability Corporation (Persero)
- Deed of establishment of the Bank as Persero No. 136 Dated July 31,
1992 passed before Muhani Salim, S.H., Notary in Jakarta
Status Perusahaan : Limited Liability Corporation (Persero) /
Public Company / State-Owned Enterprise
(SOE)
Ownership :
- The Government of the Republic of Indonesia: 60,00%
- Public – Domestic: 16,82%
- Public – Foreign: 23,18%
Jumlah Karyawan : 11,647 (2019)
Kontak Perusahaan :
- Phone : 021) 6336789 ext. 2003
- Fax : (021) 6336719
- E-mail : achmad.chaerul@btn.co.id
- Call center : 1500-286
Sosial media :
- Facebook : BankBTNcoid
- Twitter : @bankBTNcoid
- Instagram : bankBTN
- Youtube : Bank BTN

Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (Bank BTN) (BBTN) didirikan


09 Februari 1950 dengan nama “Bank Tabungan Pos”. Kantor pusat Bank
BTN berlokasi di Jalan Gajah Mada No. 1, Jakarta Pusat 10130 – Indonesia.
Bank BTN memiliki 88 kantor cabang (termasuk 23 kantor cabang syariah),
279 cabang pembantu (termasuk 36 kantor cabang pembantu syariah), 483
kantor kas (termasuk 6 kantor kas syariah), dan 2.951 SOPP (System on-
line Payment Point/Kantor Pos on-line).
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bank Tabungan
Negara (Persero) Tbk adalah Negara Republik Indonesia, dengan persentase
kepemilikan sebesar 60,03%. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,
ruang lingkup kegiatan Bank BTN adalah menjalankan kegiatan umum
perbankan, termasuk melakukan kegiatan Bank berdasarkan prinsip syariah.
Bank BTN mulai melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah sejak 14
Februari 2005.
Pada tanggal 08 Desember 2009, BBTN memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham BBTN (IPO) Seri B kepada masyarakat sebanyak 2.360.057.000
dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp800,-
per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 17 Desember 2009. Pada Bank BTN terdapat 1 lembar
Saham Seri A Dwiwarna yang dipegang Pemerintah Negara Republik
Indonesia. Pemegang saham seri A memperoleh hak khusus untuk
mengajukan calon Dewan Komisaris dan Direksi sebagai tambahan atas hak
yang diperoleh pemegang saham seri B.

Visi dan Misi :


Visi
Menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan
Misi
- Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan
industri terkait, pembiayaan konsumsi dan usaha kecil menengah.
- Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan
produk, jasa dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini.
- Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas,
profesional dan memiliki integritas tinggi.
- Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip
kehati-hatian dan good corporate governance untuk meningkatkan
Shareholder Value
- Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.
Sejarah Pencatatan Bank

Struktur Organisasi
Dewan Komisaris dan Direksi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Analisa Data


2.1.1. Nilai Perusahaan Berdasarkan Harga Saham
Salah satu komponen penting dalam investasi adalah pasar modal
yang mempunyai peran strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan
dunia usaha. Pasar modal dalam situasi yang berkembang baik, mampu
berperan memobilisasi dana bahkan berperan pula dalam mendistribusikan
kekayaan melalui mekanisme yang mampu melipat gandakan transaksi jual
beli saham atau obligasi di pusat maupun daerah (Hamdi, 1999:44). Harga
saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan
perusahaan. Kekuatan pasar ditunjukkan oleh terjadinya transaksi
perdagangan saham di pasar modal. Pada prinsipnya semakin baik prestasi
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, maka akan meningkatkan
permintaan saham perusahaan tersebut, sehingga pada gilirannya akan
meningkatkan pula harga saham perusahaan (Kusdiyanto, 1996:39). Harga
saham sebagai indikator nilai perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik secara langsung atau tidak akan mempengaruhi harga saham
perusahaan. Dari sudut pandang pemegang saham faktorfaktor yang
berpengaruh terhadap pemegang saham menurut Usman (1990:166) dapat
dibagi menjadi tiga kategori yaitu faktor yang bersifat fundamental, faktor
yang bersifat teknis serta faktor sosial, ekonomi, dan politik. Faktor tersebut
secara bersamasama akan membentuk kekuatan pasar yang berpengaruh
terhadap transaksi saham perusahaan, sehingga harga saham akan
mengalami berbagai kemungkinan kenaikan harga maupun penurunan
harga. Berikut merupakan proyeksi harga saham BBTN selama 10 tahun
terakhir:
Tahun Harga Saham
2010 Rp1.577
2011 Rp1.163
2012 Rp1.470
2013 Rp870
2014 Rp1.205
2015 Rp1.295
2016 Rp1.740
2017 Rp3.570
2018 Rp2.540
2019 Rp2.120
Jumlah saham 10.484.100.000
beredar

Rp3.570

Rp2.540
Rp2.120
Rp1.740
Rp1.577 Rp1.470
Rp1.163 Rp1.205 Rp1.295
Rp870

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Selama 10 tahun berjalan, saham dari BBTN dalam posisi


overvalued dimana BPVS perusahaan lebih rendah dari harga saham
pasarnya. Meskipun di tahun 2013 BBPTN berada di posisi undervalued
akan tetapi pada tahun 2015 hingga 2019 BBTN berada di posisi
overvalued. Hal ini menandakan bahwa BBTN merupakan salah satu
perusahaan yang tidak baik untuk dijadikan investasi dalam jangka panjang.
Disamping itu, EPS BBTN juga tidak terlalu bagus dimana artinya laba dari
persaham BBTN cenderung sedikit. Harga saham BBTN mengalami
kenaikan dan penurunan dengan harga Rp 2.120 di tahun 2019.
Menurut (Sari, 2012) mengatakan bahwa Kinerja keuangan yang
tercermin dalam rasio-rasio keuangan Return on Equity (ROE), Debt to
Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Current Ratio (CR) dan
Divident Per Share (DPS) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel terikat yaitu harga saham. Sebesar 95,4% kenaikan dan penurunan
harga saham disebabkan oleh kinerja perusahaan. berikut merupakan grafik
kinerja perusahaan berdasarkan ROA, ROE, DPS, PER, dan DER:
a. ROA dan ROE
0,1800
0,1600
0,1528
0,1400 0,1421 0,1398
0,1327 0,1352 0,1335 0,1369
0,1200 0,1178
0,1000
0,0914
0,0800
0,0600
0,0400
0,0200
0,0134 0,0126 0,0122 0,0119 0,0077 0,0108 0,0122 0,0116 0,0092 0,0088
0,0000 0,0007
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Berdasarkan rasio ROA dan ROE BBTN cukup stabil dalam posisi
ROE namun tidak menunjukkan perkembangan yang baik karena ROE
BBTN mendekati angka 0 dan semakin memburuk di tahun 2019 dimana
angkanya mencapai 0,0088. Hal ini menunjukkan bahwasannya BBTN
tidak efektif dalam pengelolaan ekuitas. Meskipun harga saham cenderung
fluktuatif, akan tetapi dalam memanfaatkan kinerja perusahaan BBTN tidak
terlalu baik atau efektif.
b. DPS

IDR49,96 IDR49,96
IDR44,70
IDR39,03
IDR35,31
IDR26,21 IDR26,21
IDR21,28

IDR4,11 IDR1,20
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Dividend per share merupakan rasio yang mengukur seberapa besar
dividen yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang
beredar pada tahun tertentu. Rasio ini memberikan gambaran mengenai
seberapa besar laba yang dibagikan dalam bentuk dividen kepada
pemegang saham untuk tiap lembar saham. Perusahaan yang dividend
per share nya lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan
sejenis akan lebih diminati oleh investor, karena investor akan
memperoleh kepastian modal yang ditanamkannya, yakni hasil berupa
dividen. Namun perlu diingat bahwa perusahaan juga pelu
memperhatikan kebutuhan investasinya, sehingga perusahaan perlu
menetapkan kebijakan dividen yang berkaitan dengan penentuan
pembagian pendapatan ( earning ) antara penggunaan untuk dibayarkan
kepada pemegang saham sebagai dividen dan untuk digunakan dalam
perusahaan yang akan diperlukan untuk investasi perusahaan. BBTN
memiliki nilai DPS yang rendah selama 10 tahun terahir yaitu rata-rata
sebesar Rp 3 setiap lembar sahamnya. Jika dibandingkan dengan harga
sahamnya yang mencapai Rp 2.000 maka investor akan berpikir 3x lipa
jika ingin menginvestasikan uangnya di BBTN.
c. PER

106,21

18,05 12,36
10,90 11,30 5,84 11,32 7,34 6,97 9,48

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Dapat dilihat selama tahun 2010-2018 BBTN memiliki PER yang


masih normal yaitu di bawah angka 20 akan tetapi hal tersebut tidak
berlaku pada tahun 2019 dimana nilai PER BBTN sebesar 106,21.
Kesimpulan:
Kesimpulan dari nilai perusahaan berdasarkan harga saham BBTN tidak
cukup baik karena BBTN tidak dapat memanfaatkan kinerja perusahaan
secara optimal berdasarkan dari rasio yang dihasilkan seperti ROE, ROA,
DPS dan PER. Apalagi pada tahun 2019 dimana BBTN mengalami
penurunan yang sangat drastis yang mampu membuat kinerja pursahaan
menurun drastic. Jika BBTN tidak meningkatkan kinerja perusahaan
maka BBTN akna terancam bangkrut.
2.1.2. Nilai Tambah Perusahaan (EVA)
Economic Value Added (EVA) merupakan salah satu metode
pengukuran kinerja yang ditemukan pertama kali oleh G. Bennet Stewart
dan Joel M. Stren. EVA merupakan salah satu metode yang mengukur
kinerja keuangan perusahaan untuk menentukan nilai tambah, yang nilai
tambah tersebut digunakan para pemilik modal sebagai acuan dalam
menentukan investasi di suatu perusahaan. Menurut Utama ( 1997), manfaat
EVA adalah:
• EVA dapat digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan
karena penilaian kinerja tersebut difokuskan pada penciptaan nilai
(value creation).
• EVA akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan
struktur modal.
• EVA membuat manajemen berpikir dan bertindak seperti halnya
pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaximumkan tingkat
pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai
perusahaan dapat dimaksimalkan.
• EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek
yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya-biaya
modalnya.
Berikut merupakan Langkah-langkah menghitung EVA:
a. NOPAT
Berikut merupakan perhitungan NOPAT BBTN selama 10 tahun
terakhir:

Tahun EAT Beban Bunga NOPAT


2010 Rp915.938.000.000 Rp3.143.934.000.000 Rp4.059.872.000.000
2011 Rp1.118.661.000.000 Rp3.759.509.000.000 Rp4.878.170.000.000
2012 Rp1.363.962.000.000 Rp4.080.603.000.000 Rp5.444.565.000.000
2013 Rp1.562.161.000.000 Rp5.115.187.000.000 Rp6.677.348.000.000
2014 Rp1.115.592.000.000 Rp7.295.733.000.000 Rp8.411.325.000.000
2015 Rp1.850.907.000.000 Rp8.073.584.000.000 Rp9.924.491.000.000
2016 Rp2.618.905.000.000 Rp8.870.675.000.000 Rp11.489.580.000.000
2017 Rp3.027.466.000.000 Rp9.805.116.000.000 Rp12.832.582.000.000
2018 Rp2.807.923.000.000 Rp11.627.554.000.000 Rp14.435.477.000.000
2019 Rp209.263.000.000 Rp15.167.294.000.000 Rp15.376.557.000.000

NOPAT
Rp18.000.000.000.000
Rp16.000.000.000.000
Rp14.000.000.000.000
Rp12.000.000.000.000
Rp10.000.000.000.000
Rp8.000.000.000.000
Rp6.000.000.000.000
Rp4.000.000.000.000
Rp2.000.000.000.000
Rp0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Semakin besar pendapatan atau laba usaha yang didapat maka


NOPAT yang diperoleh akan semakin besar pula. NOPAT yang diperoleh
akan mempengaruhi besarnya EVA. Apabila NOPAT lebih besar dari biaya
modal, maka EVA yang diperoleh bernilai positif begitu juga sebaliknya.
NOPAT BBTN selama 10 tahun terakhir cenderung mengalami
peningkatan yang mana Eva yang dihasilkan nanti juga akan semakin
meningkat dan nilai tambah perusahaan akan semakin bagus.
b. IC
Menurut Tunggal (Endang,2016 : 36) IC merupakan hasil
penjabaran perkiraan dalam neraca untuk melihat besarnya modal yang
diinvestasikan perusahaan oleh kreditur dan seberapa besar modal yang di
investasikan dalam perusahaan, IC bisa dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Invested Capital = Total Hutang & Ekuitas – Hutang Jangka Pendek

IC
Rp0
-Rp20.000.000.000.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

-Rp40.000.000.000.000
-Rp60.000.000.000.000
-Rp80.000.000.000.000
-Rp100.000.000.000.000
-Rp120.000.000.000.000
-Rp140.000.000.000.000
-Rp160.000.000.000.000

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwasannya BBTN dalam


investasi modal selalu mengalami peningkatan.
c. EVA

Menurut Tunggal (Endang, 2016 : 35) perusahaan apabila memiliki


nilai EVA positif, maka dapat dikatakan bahwa manajemen perusahaan
tersebut mampu menciptakan nilai tambah bagi perusahaannya. Sebaliknya
apabila EVA negatif, maka perusahaan mengalami distructing / destroying
value. EVA bisa dihitung dengan sebagai berikut:
EVA = NOPAT x (ICxWACC)
Menurut Rudianto (Adiguna, 2017 : 435) penilaian kinerja keuangan
perusahaan diukur dengan ketentuan :
• Jika EVA > 0, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dikatakan baik,
sehingga terjadi proses nilai ekonomisnya.
• Jika EVA = 0, maka kinerja keuangan perusahaan secara ekonomis
dalam keadaan impas.
• Jika EVA < 0, maka kinerja keuangan perusahaan tersebut dikatakan
kurang baik karena laba yang diperoleh tidak memenuhi harapan
pemilik modal, sehingga tidak terjadi pertambahan nilai pada ekonomis
perusahaan.

EVA
Rp35.000.000.000.000

Rp30.000.000.000.000

Rp25.000.000.000.000

Rp20.000.000.000.000

Rp15.000.000.000.000

Rp10.000.000.000.000

Rp5.000.000.000.000

Rp0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Berdasarkan grafik EVA di atas yang didapatkan dari perhitungan


NOPAT yang dikalikan dengan hasil ICxWACC maka dari periode 10
tahun terakhir dapat dikatakan BBTN mampu menambah nilai perusahaan
dan memiliki kinerja keuangan yang cukup baik karena memiliki nilai EVA
> 0 yaitu Rp 26.152.901.022.883.

Kesimpulan EVA:
Analisis kinerja keuangan menggunakan metode Economic Value Added
(EVA) menunjukkan perkembangan yang positif selama 10 tahun terakhir
yakni EVA > dari 0, maka telah terjadi nilai tambah ekonomis dan kinerja
keuangan perusahaan dapat dikatakan baik. Walaupun laba BBTN
mengalami fluktuatif dan penurunan drastic di tahun 2019, akan tetapi hasil
analisis EVA menunjukkan kinerja keuangan perusahaan bernilai positif
maka harapan para pemilik modal dapat terpenuhi dengan baik, harapan
para pemilik modal adalah mendapatkan investasi yang sama atau lebih.
2.1.3. Efisiensi Perusahaan (IC)
Deskripsi mengenai modal intelektual (IC) yang biasa digunakan
dalam literatur akuntansi adalah pengetahuan yang dimiliki, pengalaman
yang diterapkan, teknologi organisasi, hubungan dengan pelanggan, dan
keterampilan yang professional (Edvinsson dan Malone, 1997). Deskripsi
ini kemudian dikategorikan ke dalam tiga komponen yaitu: human capital,
internal structural capital, dan relational capital. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Marr et al. (2003) disebutkan bahwa terdapat lima alasan
mengapa organisasi perlu untuk melakukan pengukuran terhadap modal
intelektual, yaitu sebagai berikut:
• Untuk membantu organisasi memformulasikan strategi
• Menilai pelaksanaan strategi
• Membantu dalam pembuatan keputusan untuk melakukan diversifikasi
dan ekspansi
• Menggunakannya sebagai dasar dalam memberikan kompensasi
• Untuk mengkomunikasikan pengukuran tersebut kepada stakeholders
VAIC dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1998 (Pulic, 1998).
Model VAIC dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak perusahaan
memperoleh nilai tambah dengan adanya efisiensi modal intelektual atau
sumber daya intelektual yang telah dimiliki. Indeks VAIC terdiri dari hasil
penjumlahan dari tiga komponen rasio yaitu: human capital efficiency
(HCE), structural capital efficiency (SCE) yang mencakup baik internal dan
relational capital efficiency), dan capital employed efficiency (CEE) yang
terdiri dari efisiensi modal fisik dan finansial (Nazari dan Herremans, 2007).
Tahun HC CE SC VAIC
2010 1.136.484.000.000 6.447.278.000.000 56.421.000.000 1,28197
2011 1.321.601.000.000 7.321.643.000.000 581.000.000 1,18146
2012 1.486.938.000.000 10.278.871.000.000 - 3.834.182.000.000 - 0,17345
2013 1.613.152.000.000 11.556.753.000.000 533.943.000.000 1,76546
2014 1.595.409.000.000 12.206.406.000.000 754.585.000.000 1,98659
2015 1.929.346.000.000 13.860.107.000.000 1.584.482.000.000 2,52570
2016 2.121.653.000.000 19.130.536.000.000 3.025.881.000.000 3,28310
2017 2.554.429.000.000 21.663.434.000.000 3.522.622.000.000 3,23921
2018 2.876.562.000.000 23.840.448.000.000 4.633.318.000.000 3,54268
2019 2.863.955.000.000 23.836.195.000.000 2.619.888.000.000 2,62259

HC (Human Capital)

VA & HC
10.000.000.000.000

8.000.000.000.000

6.000.000.000.000

HC =
4.000.000.000.000
Axis Title

2.000.000.000.000
VA =

-
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

-2.000.000.000.000
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20

-4.000.000.000.000

HC didefinisikan sebagai gaji dan upah pada saat itu (Pulic, 1998). HCE
menunjukkan seberapa banyak VA diciptakan dengan jumlah biaya yang telah dikeluarkan
untuk tenaga kerjanya. Jika gaji yang dikeluarkan rendah sedangkan VA tinggi, maka bisa
disimpulkan bahwa perusahaan menggunakan human capital secara efisien. Jika VA
memiliki hubungan yang rendah terhadap gaji, maka perusahaan tersebut disimpulkan
tidak efisien dalam penggunaan human capital, dan HCE akan menjadi rendah (Clarke et
al., 2011). Berdasarkan grafik di atas maka dapat disimpulkan bahwa BBTN mampu
menggunakan human capital secara efisien karena memiliki nilai VA > HC. Akan tetapi
hal tersebut tidak berlaku pada tahun 2010-2012 dimana BBTN memiliki nilai VA<HC
yang mana artinya pada tahun 2012
VAIC
4,00000
3,50000
3,00000
2,50000
2,00000
1,50000
1,00000
0,50000
-
-0,50000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Value added intellectual coefficient (VAIC) merupakan gabungan dari tiga


efisiensi. Rumus untuk menghitung VAIC adalah sebagai berikut:
VAIC = HCE + SCE + CEE
Adanya efisiensi dalam penerapan modal intelektual mampu menciptakan
produktivitas yang tinggi bagi para pegawai. Produktivitas inilah yang akan
mampu membawa perusahaan untuk mencapai kinerja keuangan yang lebih
baik lagi. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Chen et al.
(2005); Clarke et al. (2011). Modal intelektual atau efisiensi modal pegawai
pada satu periode mungkin akan mempengaruhi kinerja keuangan di masa
yang akan datang.
Berdasarkan dari grafik BBTN dapat dilihat bahwasannya angka
rata-rata VAIC BBTN selama 10 tahun adalah 2,5-3 dan paling tinggi
terdapat pada tahun 2018 yaitu sekitar 3,5. Hal ini dapat dikatakan bahwa
BBTN termasuk dalam katehori common performance dimana hal tesebut
termasuk dalam kategori rendah. Bahkan pada tahun 2012 VAIC BBTN
mencapai angka -0.5 dimana artinya perusahaan tidak dapat
mengembangkan nilai tambah selama 10 tahun dan berarti BBTN berada
pada level stucknan atau tidak berkembang.
2.2. Pembahasan
2.2.1. Hubungan antara analisis
Perusahaan-perusahaan di Indonesia masih menggunakan
akuntansi tradisional yang menekankan pada penggunaan tangible asset.
Padahal, dengan adanya perubahan lingkungan bisnis menjadi
knowledge based business,tangible asset menjadi kurang penting
dibandingkan dengan intangible asset. Laporan keuangan menjadi tidak
mampu menyajikan informasi yang cukup tentang kemampuan perusahaan
untuk menciptakan nilai. Salah satu tanda informasi akuntansi tidak dapat
dijadikan landasan utama dalam membuat keputusan adalah semakin
meningkatnya kesenjangan antara nilai pasar dan nilai buku ekuitas
perusahaan dalam financial market. diperkuat oleh Barunch Lev dalam
Chen et al,mencatat bahwa selama tahun 1977-2001,dalam US
Standard and Poors ( S & P) rasio nilai pasar terhadap nilai buku
perusahaan meningkat dari 1 sampai 5. Hal ini menyatakan secara tidak
langsung bahwa sekitar 80% nilai pasar perusahaan tidak tercermin dalam
laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan dan
pengungkapan Intellectual Capital perusahaan seperti Inovasi dari
suatu perusahaan sangat mempengaruhi persepsi investor terhadap nilai
perusahaan yang tercemin pada harga sahamnya. Faktor berikutnya yang
dapat mempengaruhi harga saham adalah permintaan pasar. Permintaan
pasar merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi harga
saham. Permintaan pasar merupakan lingkungan makro dari sebuah
perusahaan.
Adanya efisiensi dalam penerapan modal intelektual mampu
menciptakan produktivitas yang tinggi bagi para pegawai. Produktivitas
inilah yang akan mampu membawa perusahaan untuk mencapai kinerja
keuangan yang lebih baik lagi. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Chen et al. (2005). Human capital efficiency (HCE) terdiri
dari keterampilan, pengalaman, produktivitas, pengetahuan, dan kesesuaian
antara karyawan terhadap tempat kerjanya. Dalam model VAIC, level HC
didefinisikan sebagai gaji dan upah pada saat itu (Pulic, 1998). HCE
menunjukkan seberapa banyak VA diciptakan dengan jumlah biaya yang
telah dikeluarkan untuk tenaga kerjanya. Menurut (Kecerdasan & Ikep, n.d.)
Hasil pengujian menunjukkan tidak adanya hubungan jika Intellectual
Capital(IC) naik, harga saham akan naik. Hasil pengujian menunjukkan
tidak adanya hubungan jika Intellectual Capital (IC) naik, harga saham akan
naik. Sehingga besarnya IC tidak dapat dijadikan tolak ukur utama
keberhasilan suatu perusahaan dimana IC yang tinggi tidak selalu
menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat
kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang saham melalui kenaikan
harga sahamnya, maka para investor hendaknya mempertimbangkan rasio
profitabilitas dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham
dalam memutuskan suatu investasi di Pasar Modal.
Faktor lain yang mempengaruhi harga saham adalah EVA. Para
investor menyukai EVA karena hal ini menghubungkan laba dengan jumlah
sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mencapainya. Sejumlah
perusahaan telah dievaluasi dengan dasar EVA. Seperti BBTN yang
memiliki tambahan laba positif selama 10 tahun terakhir menandakan
bahwa kekayaan perusahaan bertambah menurut perhitungan EVA. Akan
tetapi, banyak perusahaan yang terlihat menguntungkan padahal
kenyataannya tidak demikian. Analisis EVA dapat memperkecil risiko
manipulasi laporan keuangan oleh manajemen. EVA memperbaiki
kesalahan ini dengan cara eksplisit mengakui bahwa pada saat para
menajer menggunakan modal, mereka harus membayarnya, seperti
upah. Dengan memperhitungkan seluruh biaya modal, termasuk biaya
ekuitas, EVA menunjukan jumlah kekayaan berupa uang yang diciptakan
atau di habiskan oleh perusahaan dalam setiap periode pelaporan.
Dengan katalain, EVA merupakan cara pemegang saham menentukan
seberapa besar laba yang mereka inginkan. Seperti BBTN yang memiliki
nilai EVA sebesar > 0 selama 10 tahun terakhir maka meskipun kinerja
perusahaan tidak terlalu bagus akan tetapi setidaknya BBTN masih
memiliki nilai EVA yang dapat menambah nilai perusahaan.
2.2.2. Saran Berdasarkan Analisis
Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, dapat dilihat bahwa BBBTN
memiliki performa yang kurang bagus dari tahun 2010-2019. Jika BBTN
tidak mau meningkatkan kinerja perusahannya maka investor juga akan
berpikir 2x lipat untuk menginvestasikan uangnya. Agar para investor
lebih tertarik dalam berinvestasi hendaknya perusahaan tidak hanya
meningkatkan IC dan EVA perusahaan karena harga saham juga
dipengaruhi faktor lainnya. Dilihat dari kinerja keuangannya yaitu ROA,
ROE,PER, dll dapat dikatakan bahwa BBTN tidak mampu bekerja secara
efisien dan efektif yang menyebabkan harga saham overvalued dengan
dividen yang kecil. Saran untuk kedepannya adala memperthatikan asset
yang dimiliki aik itu tangible maupun intangible karena aset berwujud dapat
digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kinerja
keuangannya. Melakukan pengeluaran untuk pembelian aset berwujud tidak
lagi dipandang sebagai sebuah pengeluaran saja tetapi juga dipandang
sebagai alat untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaannya.
Tentunya hal ini bias tercapai apabila aset tersebut dikelola secara efisien
dan juga asset tangible akan dapat dimanfaatkan dengan maksimal Ketika
BBTN memiliki asset intangible yang kuat seperti karyawan yang
berkompeten, value perusahaan yang tidak dapat digoyahkan, memiliki
fundamental perusahaan yang kuat, knowledge based yang mumpuni, dll.
2.2.3. Prediksi Perusahaan
Berdasarkan hasil analisa maka dapat dilihat atau bisa dikatakan
dikatakan kinerja Bank BTN (BBTN) hingga Kuartal III 2020 melaporkan
laba bersih Rp1.1 T, naik signifikan dibanding periode yang sama di tahun
2019 sebesar Rp801 M yang tterjadi karena BBTN masih membukukan
cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) senilai Rp1.6 trilyun, dimana
angka beban ini masih lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Namun tidak seperti perusahaan BUMN lain yang labanya naik terus, maka
antara tahun 2010 – 2014 lalu, kinerja BBTN cenderung jalan di tempat,
yang disebabkan karena berikut:
a. Booming properti mengurangi pangsa pasar BBTN yang spesialis kredit
rumah rakyat dengan harga murah, karena ketika trend-nya terjadi
seperti ruko, apartemen, kondominium harganya mahal
b. Manajemen BBTN tidak melakukan ekspansi atau inovasi tertentu, dan
ini juga menggerus pangsa pasarnya (terutama oleh Bank Danamon,
yang juga gencar masuk ke pasar KPR)
c. Kurangnya dukungan dari Pemerintah, dimana belum ada lagi program
khusus untuk pembangunan rumah bagi rakyat menengah kebawah,
yang sekali lagi, merupakan spesialisasi BBTN.
Hingga pada tahun 2015, Pemerintah meluncurkan Program Sejuta
Rumah dengan BBTN sebagai penyalur KPR-nya, dan praktis peruntungan
perusahaan berubah. Karena dalam perjalanannya, program ini benar-benar
sukses membangun 1 juta unit rumah pada tahun 2018 lalu. Alhasil
pendapatan BBTN lompat dari Rp12.8 trilyun menjadi Rp14.5 trilyun di
tahun 2015, dan di tahun-tahun selanjutnya pendapatan tersebut terus
menanjak hingga tembus Rp23.3 trilyun pada tahun 2019. Dan demikian
pula dengan laba bersihnya, yang lompat dari Rp1.1 trilyun di tahun 2014,
hingga tembus Rp2.8 trilyun di tahun 2018. Namun pada tahun 2019-nya,
BBTN mulai menerapkan standar akuntansi baru PSAK 71, yang pada
intinya mengharuskan perusahaan untuk membukukan CKPN tidak hanya
dari aset kredit macetnya, tapi dari semua kategori kredit termasuk kredit
lancar yang berakibat pada pendapatan BBTN dimana meskipun sejatinya
masih lanjut naik di tahun 2019, namun beban CKPN-nya melonjak menjadi
Rp3.5 trilyun, dari sebelumnya Rp1.7 trilyun di tahun 2018 dan otomatis
laba BBTN anjlok sampai lebih dari 90%, menjadi tinggal Rp209 milyar.
Inilah kenapa ketika terjadi market crash pada Maret 2020 lalu, maka BBTN
menjadi salah satu saham big caps yang turun paling signifikan, dengan
turun dari 2,200 sampai mentok di 720. Hal tersebut disebabkan karena
sejak tahun 2019, laba bersih BBTN memang sudah turun sebelum adanya
pandemi.
Kalau kita lihat rasio CKPN terhadap aset produktifnya, yang
sekarang sudah cukup besar di level 4.3%, dimana itu meningkat signifikan
dibanding 2.2% di tahun 2019, dan 1.3% di tahun 2018, maka harusnya
kedepannya manajemen tidak perlu lagi melakukan pencadangan kerugian
terlalu besar. Jika dilihat rasio yang sama dari BBRI, BMRI, BBCA dan
BBNI, yang masing-masing tercatat 4.7%, 5.0%, 3.1%, dan 4.1% pada Q2
2020, maka bisa dikatakan bahwa posisi BBTN, dari sisi pencadangan
kerugiannya, sudah cukup aman dan konservatif. Sehingga, jika penurunan
beban CKPN yang terjadi di Q3 2020 barusan kembali berlanjut di kuartal-
kuartal berikutnya, sedangkan pendapatan BBTN juga minimal stabil di
posisinya sekarang ini, maka otomatis laba perusahaan akan kembali
menanjak.
Kemudian yang penting untuk diperhatikan BBTN adalah dukungan
pemerintah, yang sejak awal merupakan pemicu utama peningkatan kinerja
BBTN sejak tahun 2015 lalu. Dan kabar baiknya, diluar program sejuta
rumah yang masih berjalan, Pemerintah di tahun 2020 ini juga meluncurkan
program pemulihan ekonomi nasional, dimana BBTN memenuhi kriteria
untuk menerima penempatan dana dari pemerintah, meningkatkan alokasi
KPR Bersubsidi, dan menggelar program tabungan perumahan rakyat atau
TAPERA. Kesemua dukungan pemerintah tersebut akan berdampak mulai
tahun 2021, karena pada tahun 2020 , seperti emiten-emiten lainnya di BEI,
target manajemen BBTN sebatas untuk mempertahankan kinerja yang
sudah ada saja (dan sejauh ini, target tersebut tercapai). Akan tetapi,
dibanding banyak saham-saham lain termasuk sesama saham perbankan,
maka dapat dikatakan bahwa fundamental BBTN berpeluang untuk pulih
lebih cepat, ketika nanti BBTN berada pada masa-masa sulit karena
pandemi berakhir. Mungkin perlu dicatat bahwa, berbeda dengan bank-bank
lain yang pemulihan kinerjanya bergantung pada kinerja ekonomi makro
nasional secara umum (simpelnya, selama pertumbuhan GDP nasional
masih minus, maka kinerja BBRI dkk masih akan turun), maka kinerja
BBTN hampir sepenuhnya ditentukan oleh segmen KPR saja, dimana
bahkan di tahun resesi ini perkembangannya terbilang masih baik/angkanya
masih tumbuh.
Disamping itu, jika dilihat harga sahamnya maka dapat dikatakan
bahwa BBTN termasuk dalam perusahaan yang murah, prospeknya bagus,
dan manajemennya juga pekerja keras (salah satunya sukses menurunkan
bunga depositonya dari sebelumnya 5 – 6% menjadi 4.5% saja per tahun,
sehingga beban pokoknya turun, dan ternyata dana pihak ketiganya tetap
tumbuh 20.8% pada Q3 2020). Maka dari itu, jika investor berinvestasi di
BBTN tidak akan mengalami penurunan drastic Kembali seperti pada tahun
2013 yang mencapai angka Rp 800.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasila analisis dari laporan keuangan dan rasio-rasio BBTN


selama 10 tahun terakhir maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pertumbuhan BBTN secara laba mengalami kenaikan dan penurunan secara
fluktuatif akan tetapi cenderung stuck dimana tidak adanya perkembangan
selama 10 tahun terakhir.
2. BBTN masih sangat bergantung pada program pemerintah dimana BBTN
tidak akan dapat berkembang tanpa bantuan pemerintah. Meskipun memang
pada dasarnya BBTN merupakans salah satu perusahaan yang dimiliki oleh
negara akan tetapi perkembangan ini tidak berdampak bagus untuk investor.
3. Memiliki intellectual capital yang cukup bagus dimana artinya BBTN masih
memiliki sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk perusahaan
kedepannya dan memiliki nilai VAIC yang berada pada kategori common
perform yang mana tidak bagus akan tetapi juga tidak terlalu buruk.
4. Nilai EVA BBTN selama tahun 2010-2019 berada pada posisi >0 yang
mana berarti BBTN masih mampu menciptakan value added bagi
perusahaan.
Daftar Pustaka

Ciptaningsih, T. (2013). Uji Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja


Keuangan BUMN yang Go Public di Indonesia. Jurnal Manajemen Teknologi,
12(3), 330–348. https://doi.org/10.12695/jmt.2013.12.3.7
Duho, K. C. T., & Onumah, J. M. (2019). The Determinants of Intellectual Capital
Performance of Banks in Ghana: an Empirical Approach. 1–14.
https://doi.org/10.31219/osf.io/d8cwz
Hefrizal, M. (2018). Analisis Metode Economic Value Added Untuk Menilai
Kinerja Keuangan Pada Pt. Unilever Indonesia. JURNAL AKUNTANSI DAN
BISNIS : Jurnal Program Studi Akuntansi, 4(1), 64–73.
https://doi.org/10.31289/jab.v4i1.1552
Kecerdasan, I., & Ikep, P. (n.d.). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者に
おける 健康関連指標に関する共分散構造分析Title. 10(1), 6.
Safitri, H., & Hariyanto, D. (2020). Analisis Intellectual Captal (VAIC)TM, Firm
Value dan Firm Size Terhadap Return Saham Dengan Harga Saham Sebagai
Variabel Moderasi Dalam Menentukan Keputusan Investasi Pada Jakarta
Islamic Index (JII 70). Jurnal Produktivitas, 7, 82–88.
Sari, V. P. (2012). Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Retail Dan Wholesale Yang Terdaftar Di Bei. 5, 0–12.
Wibowo, W., & Windyarti, K. A. (2019). Analisis Pengaruh Economic Value
Added Terhadap Market Value Added Pada 20 Emiten Teraktif Di Bursa Efek
Jakarta Periode 2001 2005. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi, Dan
Keuangan Publik, 2(2), 97. https://doi.org/10.25105/jipak.v2i2.4430
Wibowo, D. I. O. A., Manajemen, P. S., Ekonomi, F., Bisnis, D. A. N., & Surakarta,
U. M. (2018). PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN
MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED ( EVA ) ( Studi
Kasus PT Astra Otoparts Tbk Tahun 2013-2017 yang Listing di BEI ).
Bank BTN: Kinerja Kuartal III 2020 Membaik!. (2021). Retrieved 24 January 2021,
from https://www.teguhhidayat.com/2020/10/bank-btn-kinerja-kuartal-iii-
2020.html

Anda mungkin juga menyukai