Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN REUMATHOID


ATRITIS

KELOMPOK III

1. Dewi Sartika : 21906124


2. Fatmawati : 21906125
3. Muhammad lamasano : 21906097
4. Nadira : 21906142
5. Nur Rezki Aulia : 21906131
6. Nirawati : 21906101

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MAKASSAR


TAHUN PELAJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat


Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
REUMATHOID ATRITIS” makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah KMB III.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan penglaman bagi para pembaca, dan untuk kedepannya kami dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi perbaikan makalah berikutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, 07 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................ 2

C. Tujuan Penulisan .............................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 4

A. Pengertian ....................................................................... 4

B. Etiologi .............................................................................. 4

C. Manifestasi Klinis .............................................................. 5

D. Patofisiologi ..................................................................... 5

E. Komplikasi ........................................................................ 7

F. Prognosis ......................................................................... 7

G. Pemenriksaan Penunjang ................................................. 8

H. Pencegahan ...................................................................... 9

I. Penatalaksanaan .............................................................. 9

BAB III PENUTUP............................................................................. 20

A. Kesimpulan ....................................................................... 20

B. Saran ................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan


dengan semakin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal
kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal
dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
beberapa golongan reumatik.

Salah satu golongan penyakit reumatik yang menimbulkan gangguan


muskuloskeletal adalah rheumatoid arthritis. Reumatik dapat
mengakibatkan perubahan otot hingga fungsinya dapat menurun bila otot
pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot.
Dengan meningkatnnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan
baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita rematik.
Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum
sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik bukan merupakan suatu
penyakit, tetapi merupakan suatu sindrom. Golongan penyakit yang
menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun
semua menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para
ahli dibidang rematologi, rematik dapat terungkap sebagai keluhan atau
tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem
muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan serta
adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot dan
gangguan gerak. (sonarto,1982)

Dari berbagai masalah ksehatan itu ternyata gangguan muskuloskletal


menempati urutan kedua 14,5 % setelah pnyakit kardiovaskuler dalam
pola penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on

1
Health,1996) dan berdasarkan WHO di jawa ditemukan bahwa rheumatoid
arthritis menempati urutan pertama ( 49% ) dari pola penyakit lansia
(Boedhi Darmojo et.al, 1991). Sehingga perawat mengambil tema tentang
asuhan keperawatan pada klien rematoid artritis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan rheumatoid arthritis?


2. Apa etiologi rheumatoid arthritis?
3. Apa manifestasi klinis rheumatoid arthritis?
4. Bagaimana patofisiologi rheumatoid arthritis?
5. Jelaskan pathway rheumatoid arthritis?
6. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh
penyakit rheumatoid arthritis?
7. Bagaimana prognosis rheumatoid arthritis?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang rheumatoid arthritis?
9. Bagaimana pencegahan rheumatoid arthritis?
10. Bagaimana penatalaksanaan rheumatoid arthritis?

C. Tujuan

Tujuan Umum :

Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar penyakit dan


asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit rematoid artritis.

Tujuan Khusus :

1. Menjelaskan pengertian rheumatoid arthritis.


2. Menjelaskan etiologi rheumatoid arthritis
3. Menjelaskan manifestasi klinis rheumatoid arthritis.
4. Menjelaskan patofisiologi rheumatoid arthritis.
5. Menjelaskan pathway rheumatoid arthritis.
6. Menjelaskan komplikasi rheumatoid arthritis.
7. Menjelaskan prognosis rheumatoid arthritis.
8. Menjelaskan pemeriksaan penunjang rheumatoid arthritis?

2
9. Menjelaskan pencegahan rheumatoid arthritis.
10. Menjelaskan penatalaksanaan rheumatoid arthritis

3
BAB II

PEMBAHASAN

A Pengertian

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah,
arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah
suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan
dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, rheumatoid
arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis
dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi
diartroidial.

Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit


yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan
tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama
pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai
banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial
dan struktur – struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.

Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra –


artikuler. (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. 2001).

B. Etiologi

Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara


pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas
(antigen – antibodi), faktor metabolik dan infeksi virus (Suratun,
Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

4
Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan,
tetapi jelas ada interaksi faktor genetik dengan faktor
lingkungan. (Maini dan Feldmann, 1998 : Blab et al, 1999).

C. Manifestasi Klinis

Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan,


kehilangan energi, kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah,
nyeri otot dan sendi serta kekakuan otot dan kekauan sendi biasanya
paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi klinis
rheumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan
stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas,
eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik
untuk rheumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik
dari rheumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi,
berat badan menurun, anemia (Long, 1996).

D. Patofisiologi

Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke


struktur-struktur sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan sendi
dan kapsul fibrosa sendi. Ligamentum dan tendon meradang.
Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah putih, pengaktivan
komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut.
Peradangan kronik akan menyebabkan membran sinovium hipertrofi
dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang
menyebabkan nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut.
Sinovium yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang
disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga
semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut.
Proses ini secara lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat
serta deformitas.

5
Penyimpangan KDM

Reaksi faktor R dengan Kekakuan sendi Hambatan mobilitas fisik


antibody, faktor
metabolic, infeksi dengan
kecenderungan virus Reaksi peradangan nyeri

Synovia menebal Pannus Kurangnya informasi


tentang proses penyakit

Nodul Inflitrasi dalam os Defisiensi pengetahuan


subcondria ansietas

Hambatan nutrisi pada Kartilago nekrosis


Deformitas sendi
kartilago artikularis

Gangguan body image Kerusakan kartilago Erosi kartilago


dan tulang

Mudah luksasi dan Tendon dan ligament adhesi pada permukaan


subluksasi melemah sendi

Risiko cedera Hilangnya kekuatan Ankilosis fibrosa


otot

Keterbatasan gerakan Kekuatan sendi Ankilosis tulang


sendi

Deficit perrawatan diri Hambatan mobilitas


fisik

6
E. Komplikasi

1. Osteoporosis
2. Gangguan jantung
3. Gangguan paru

F. Prognosis

Pada umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami


manifestasi penyakit yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu
episode artritis reumatoid dan selanjutnya akan mengalami remisi
sempurna). Tapi sebagian besar penyakit ini telah terkena artritis
reumatoid akan menderita penyakit ini selama sisa hidupnya dan
hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis
polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita artritis reumatoid
yang progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional
yang menetap pada setiap eksaserbasi.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwasannya penyakit ini


bersifat sistemik. Maka seluruh organ dapat diserang, baik mata, paru-
paru, jantung, ginjal, kulit, jaringan ikat, dan sebagainya. Bintik-bintik
kecil yang berupa benjolan atau noduli dan tersebar di seluruh organ
di badan penderita. Pada paru-paru dapat menimbulkan lung fibrosis,
pada jantung dapat menimbulkan pericarditis, myocarditis dan
seterusnya. Bahkan di kulit, nodulus rheumaticus ini bentuknya lebih
besar dan terdapat pada daerah insertio dan otot-otot atau pada
daerah extensor. Bila RA nodule ini kita sayat secara melintang maka
kita akan dapati gambaran: nekrosis sentralis yang dikelilingi dengan
sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun yang berjajar seperti
jeruji roda sepeda (radier) dan membentuk palisade. Di sekitarnya
dikelilingi oleh deposit-deposit fibrin dan di pinggirnya ditumbuhi
dengan fibroblast. Benjolan rematik ini jarang dijumpai pada
penderita-penderita RA jenis ringan. Disamping hal-hal yang
disebutkan di atas gambaran anemia pada penderita RA bukan

7
disebabkan oleh karena kurangnya zat besi pada makanan atau tubuh
penderita. Hal ini timbul akibat pengaruh imunologik, yang
menyebabkan zat-zat besi terkumpul pada jaringan limpa dan sistema
retikulo endotelial, sehingga jumlahnya di daerah menjadi kurang.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gratitis dan
ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan
penyakit (desease modifying antiremathoid drugs, DMARD) yang
menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis
reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran
jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi
neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes faktor reumatoid positif, antinuclear antibody (ANA), posotif


bermakna pada sebagian penderita.
2. LED naik pada penyakit aktif : Umumnya meningkat pesat ( 80 –
100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala – gejala
meningkat; anemia; albumin serum rendah dan fosfatase alkali
meningkat.
3. Rontgen menunjukkan erosi terutama pada sendi – sendi tangan,
kaki dan pergelangan pada stadium dini; kemudian, pada tiap
sendi.
4. Kelainan destruktif yang progresif pada sendi dan disorganisasi
pada penyakit yang berat.
5. Kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl.

8
H. Pencegahan

Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-


hari, sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari.
Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak.
Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini,
seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat
badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.
Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang
mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat
efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur.

I. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Memberikan Pendidikan

Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi,


penyebab dan prognosis penyakit termasuk komponen
penatalaksanaan regimen obat yang kompleks. Pendidikan tentang
penyakit ini kepada pasien, keluarga dan siapa saja yang
berhubungan dengan pasien.

Pendidikan pencegahan yang diberikan pada klien berupa istirahat


yang cukup, gunakan kaos kaki atau sarung tangan sewaktu tidur
malam, kurangi aktivitas yang berat secara perlahan – lahan.

2. Istirahat

Sangat penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai rasa


lelah yang hebat. Oleh karena itu, pasien harus membagi waktu
istirahat dan beraktivitas

3. Latihan Fisik

Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini


mencakup gerakan aktif dan pasif semua sendi yang sakit,
minimalnya 2x sehari.

9
4. Termotrafi

Lakukan kompres panas pada sendi – sendi yang sakit dan


bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri.

5. Gizi

Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan


mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi
peradangan pada sendi.

Adapun syarat – syarat diet atritis reumatoid adalah protein cukup,


lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan
dengan urine yang dikeluarkan setiap hari. Rata – rata asupan
cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat
diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.

10
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN REUMATHOID
ATRITIS

1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Ny. M
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Bertani
Alamat : Panti Werda Binjai
Wisma : Dahlia
Diagnosa medis : Rematoid Artritis
Tanggal pengkajian : 18 Juli 2019
b. Anamnesa
1) Keluhan utama
Klien mengeluh sakit dan nyeri di daerah pinggang hingga mata
kaki. Kalau banyak jalan kaki sering sakit, bila terlalu lama duduk
sulit berdiri
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Sebelumnya klien tidak pernah menderita penyakit yang parah.
Hanya pusing dan mudah lelah
3) Riwayat penyakit sekarang
Klien merasa sakit pada kedua ekstremitas bawah apabila
banyak jalan dan bekerja terlalu berat. Keadaan ini dialami ± 6
bulan ini
4) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit
seperti penyakit os

11
Pengkajian Dasar
1. Temperatur: 370 C
2. Pulse
- Kecepatan 86 x/menit
- Radial
3. Respirasi (pernafasan)
Kecepatan: 26 x/menit
Irama: regular
4. Tekanan darah
Saat baring: 110/90 mmHg
Saat duduk: 110/90 mmHg
Saat berdiri: 120/90 mmHg
5. BB sekarang : 56 kg
6. Tingkat orientasi
Baik, pasien dengan lingkungan sekitar dapat berorientasi
7. Memory (ingatan)
Pasien masih dapat mengingat masa yang lalu sampai sekarang
(jangka panjang)
8. Pola tidur
Cukup, 8 jam / hari
Siang: 1 jam
Malam: 7 jam
9. Penyesuaian psikososial
Emosi terkendali
Sistem Persyarafan
1. Raut wajah simetris
2. Mata
· Pergerakan: aktif
· Kejelasan melihat: pasien dapat melihat dengan jarak fisus
lapangan pandang 1/30 meter
· Katarak: tidak ada

12
3. Pupi: isokor, tidak ada dilatasi
4. Ketajaman pendengaran
· Pendengaran masih bai
· Tinitus tidak ada
· Serumen telinga ada, dalam batas normal
5. Tidak ada rasa nyeri pada persyarafan
Sistem Kardiovaskuler
· HR: 86 x/menit
· Tidak ada pembengkakan vena jugularis
Sistem Gastrointestinal
· Status gizi: baik
· Pemasukan diet:
Pagi: susu + roti
Siang: nasi + lauk pauk + buah
Malam: nasi + lauk pauk
· Pasien menghabiskan setiap diet yang diberi habis, mual dan muntah
tidak ada
· Keadaan gigi: sudah banyak yang tanggal, rahang masih kuat, rongga
mulut kotor
· Peristaltik ada (dalam keadaan normal)
· Palpasi perut soepel, tidak ada konstipasi dan diare
Sistem Genitourisearius
1. BAK: kuning, bau khas / BAB: kuning, bau khas, frekuensi 1x sehari-
hari
· Tidak ada distensi kandung kemih
· Frekuensi 6x sehari
· Pemasukan cairan: dalam sehari pasien minum 12 gelas per hari
(4500 cc)
· Pengeluaran cairan: 2700 cc per hari
2. Seksualitas: tidak dapat dikaji
Sistem Kulit

13
a. Kulit
· Kulit lembab
· Tidak ada luka
· Turgor kulit baik, bila diberi tekanan kembali dalam 2 detik
b. Adanya jaringan parut: pada pasien terdapat keriput pada
bagian kulit
c. Keadaan kuku: kotor
d. Keadaan rambut: hitam keputihan, kotor
Sistem Muskuloskletal
1) Kontraktur
Gerakan sendi tidak kuat lagi
2) Tingkat mobilisasi
· Ambulasi dengan bantuan alat atau dengan bantuan perawat
· Pergerakan kaki kanan terbatas karena adanya pembengkakan
pada lutut dan terasa nyeri atau sakit
· Kekuatan otot berkurang, dan pasien hanya mempu berjalan
sejauh 500 meter
Psikososial
Pasien mengatakan senang dengan kehadiran perawat di Wisma,
karena ada yang memperhatikan segala aktifitasnya dan mendapatkan
kasih sayang.
c. Pemeriksaan fisik
· Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110 / 70 mmHg
Nadi : 80 x/i
Pernafasan : 20 x/i
Suhu tubuh : 370 C
Tinggi badan : 145 cm
Berat badan : 50 kg
· Mata

14
Ketajaman penglihatan masih baik dan dapat melihat dari jarak 30
m tidak ditemukan ikterus, konjungtiva tidak dijumpai anemia.
· Hidung
Tidak ada perdarahan bentuk simetris, tidak ada polip dan
kelainan lainnya.
· Telinga
Pendengaran baik, serumen dalam batas normal.
· Mulut
Rongga mulut kotor akibat sering mengunyah sirih, tidak ada
tanda-tanda peradangan. Fungsi pengecapan baik dapat
merasakan asam dan manis, gigi masih ada.
· Kelenjar tiroid
Tidak ada pembengkakan.
· Ekstremitas
Atas: ada rasa nyeri dan sakit pada pergelangan tangan
Bawah: tidak ada cacat pada ekstremitas bawah, tampak
pembengkakan di lutut, klien mengatakan daerah pinggang sering
terasa nyeri, lutut hingga mata kaki sering sakit dan kebas dan
sulit dan sakit berdiri apabila terlalu lama duduk.
· Nutrisi
Makan 3x sehari dengan menu nasi, lauk pauk, ikan, nafsu makan
kadang baik tergantung menu yang disajikan
Jenis minuman air putih ± 8 gelas / hari.
· Eliminasi
BAB 1 x sehari warna kuning, bau khas
Bak 4 – 5 x sehari warna kekuningan.
·

15
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Perubahan Rasa nyeri pada
Klien mengatakan patologis sendi bagian
sering sakit pada persendian oleh bawah
bagian pinggang rematoid srtritis
hingga mata kaki

DO:
Rasa sakit pada
persendian klien
memijat-mijat kaki
sekala nyeri 3 – 4
2 DS: Hilang kekuatan Resiko tinggi
Klien mengatakan sakit otot rasa nyeri, timbulnya cedera
berdiri, saat baru kaku sendi
bangun tidur atau saat
duduk

DO:
Klien tampak mencoba
berdiri dengan pelan-
pelan apabila sedang
duduk apabila hendak
berdiri berpegangan

16
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d perubahan patologis pada
rematoid artritis d/d rasa sakit pada bagian persendian, klien
tampak memijat kaki, skala nyeri 3.
b. Resiko tinggi terjadinya cedera b/d hilangnya kekuatan otot
rasa nyeri dan kaku sendi d/d sulit berdiri apabila sedang
duduk, klien tampak mencoba berdiri dengan pelan-pelan.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Dx 1
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d perubahan patologis pada
rematoid artritis d/d rasa sakit pada bagian persendian, klien
tampak memijat kaki, skala nyeri 3.
Tujuan:
Klien merasa nyaman.
Kriteria hasil:
Rasa nyeri berkurang / hilang.

No Intervensi Rasional
1 Anjurkan klien untuk 1. Dengan menganjurkan klien
beristirahat sesuai dengan untuk beristirahat sesuai
kondisi dengan kondisinya
diharapkan nyeri berkurang
2 Bantu atau anjurkan pasien 2. Dengan membantu dan
untuk menghindari gerakan mengajarkan pasien untuk
eksternal rotasi pada menghindarkan gerakan
ekstremitas eksternal rotasi pada
ekstremitas diharapkan di
lokasi dan stress pada sendi
tidak terjadi
3 Ajarkan terapi panas mis: 3. Dengan menganjurkan

17
kompres hangat terapi panas yaitu kompres
pada bagian yang sakit
diharapkan panas
meningkatkan sirkulasi
relaksasi otot untuk
mengurangi kekuatan,
kemungkinan juga panas
dapat membantu
pengeluaran endorphin yaitu
sejenis morphin yang
diprosuksi tubuh
4 Beri obat sesuai terapi dokter 4. Terapi ini memungkinkan
klien untuk mendapatkan
rasa kontrol terhadap nyeri

Implementasi:
· Menganjurkan klien untuk beristirahat
· Membantu dan mengajari klien untuk menghindarkan gerakan
eksternal rotasi pada ekstremitas
· Mengajarkan pada klien untuk terapi panas (kompres hangat pada
bagian yang sakit
· Memberi obat sesuai terapi dokter
Evaluasi:
S : Klien mengatakan masih nyeri tapi sudah agak berkurang dan
nyaman sewaktu diberi kompres hangat pada sendi yang sakit
O : Klien tampak tenang
A : Masalah sebagian dapat teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

18
Dx 2
Resiko tinggi terjadinya cedera b/d hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri
dan kaku sendi d/d klien tampak sulit berdiri apabila sedang duduk dan
mencoba berdiri dengan pelan-pelan.
Tujuan:
Pasien terhindar dari cedera.
Kriteria hasil:
Cedera tidak terjadi
Intervensi Rasionalisasi
1. Anjurkan klien memakai 1. Dengan menganjurkan klien
alas kaki yang menyokong memakai alas kaki yang
enyokong diharapkan klien
tidak jatuh terpeleset
2. Anjurkan klien untuk 2. Dengan menganjurkan klien
menghindari lantai yang licin untuk menghindari lantai yang
licin diharapkan klien tidak
cedera
3. Anjurkan untuk melakukan 3. Dengan menganjurkan klien
latihan / olah raga jika melakukan olah raga / latihan
kondisi memungkinkan jika kondisi klien
memungkinkan dapat
meningkatkan mobilitas dan
kekuatan otot dan mencegah
deformitas

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra-


artikuler. ( Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Volume 3. 2001 ).

Artriis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama


mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya
ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan
mobilitas, dan keletihan. ( Diane C. Baughman. 2000 )

Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,


namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen –
antibodi), faktor metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati,
Manurung & Raenah, 2008).

B. Saran

Sebaiknya kita menjaga aktivitas, pola tidur, diet dan yang lainnya
agar seimbang, untuk menghindari AR menyerang pada sistem imun
kita.

20
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Amin H & Hardhi K, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Medication.
Jogjakarta
https://aanborneo.blogspot.com/2013/03/makalah-rheumatoid-
arthritis.html?m=1.diakses pada tanggal 07 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai