KELOMPOK III
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Pengertian ....................................................................... 4
B. Etiologi .............................................................................. 4
D. Patofisiologi ..................................................................... 5
E. Komplikasi ........................................................................ 7
F. Prognosis ......................................................................... 7
H. Pencegahan ...................................................................... 9
I. Penatalaksanaan .............................................................. 9
A. Kesimpulan ....................................................................... 20
B. Saran ................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Health,1996) dan berdasarkan WHO di jawa ditemukan bahwa rheumatoid
arthritis menempati urutan pertama ( 49% ) dari pola penyakit lansia
(Boedhi Darmojo et.al, 1991). Sehingga perawat mengambil tema tentang
asuhan keperawatan pada klien rematoid artritis.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
2
9. Menjelaskan pencegahan rheumatoid arthritis.
10. Menjelaskan penatalaksanaan rheumatoid arthritis
3
BAB II
PEMBAHASAN
A Pengertian
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah,
arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah
suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan
dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, rheumatoid
arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis
dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi
diartroidial.
B. Etiologi
4
Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan,
tetapi jelas ada interaksi faktor genetik dengan faktor
lingkungan. (Maini dan Feldmann, 1998 : Blab et al, 1999).
C. Manifestasi Klinis
D. Patofisiologi
5
Penyimpangan KDM
6
E. Komplikasi
1. Osteoporosis
2. Gangguan jantung
3. Gangguan paru
F. Prognosis
7
disebabkan oleh karena kurangnya zat besi pada makanan atau tubuh
penderita. Hal ini timbul akibat pengaruh imunologik, yang
menyebabkan zat-zat besi terkumpul pada jaringan limpa dan sistema
retikulo endotelial, sehingga jumlahnya di daerah menjadi kurang.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gratitis dan
ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan
penyakit (desease modifying antiremathoid drugs, DMARD) yang
menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis
reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran
jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi
neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.
G. Pemeriksaan Penunjang
8
H. Pencegahan
I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Memberikan Pendidikan
2. Istirahat
3. Latihan Fisik
9
4. Termotrafi
5. Gizi
10
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN REUMATHOID
ATRITIS
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Ny. M
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Bertani
Alamat : Panti Werda Binjai
Wisma : Dahlia
Diagnosa medis : Rematoid Artritis
Tanggal pengkajian : 18 Juli 2019
b. Anamnesa
1) Keluhan utama
Klien mengeluh sakit dan nyeri di daerah pinggang hingga mata
kaki. Kalau banyak jalan kaki sering sakit, bila terlalu lama duduk
sulit berdiri
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Sebelumnya klien tidak pernah menderita penyakit yang parah.
Hanya pusing dan mudah lelah
3) Riwayat penyakit sekarang
Klien merasa sakit pada kedua ekstremitas bawah apabila
banyak jalan dan bekerja terlalu berat. Keadaan ini dialami ± 6
bulan ini
4) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit
seperti penyakit os
11
Pengkajian Dasar
1. Temperatur: 370 C
2. Pulse
- Kecepatan 86 x/menit
- Radial
3. Respirasi (pernafasan)
Kecepatan: 26 x/menit
Irama: regular
4. Tekanan darah
Saat baring: 110/90 mmHg
Saat duduk: 110/90 mmHg
Saat berdiri: 120/90 mmHg
5. BB sekarang : 56 kg
6. Tingkat orientasi
Baik, pasien dengan lingkungan sekitar dapat berorientasi
7. Memory (ingatan)
Pasien masih dapat mengingat masa yang lalu sampai sekarang
(jangka panjang)
8. Pola tidur
Cukup, 8 jam / hari
Siang: 1 jam
Malam: 7 jam
9. Penyesuaian psikososial
Emosi terkendali
Sistem Persyarafan
1. Raut wajah simetris
2. Mata
· Pergerakan: aktif
· Kejelasan melihat: pasien dapat melihat dengan jarak fisus
lapangan pandang 1/30 meter
· Katarak: tidak ada
12
3. Pupi: isokor, tidak ada dilatasi
4. Ketajaman pendengaran
· Pendengaran masih bai
· Tinitus tidak ada
· Serumen telinga ada, dalam batas normal
5. Tidak ada rasa nyeri pada persyarafan
Sistem Kardiovaskuler
· HR: 86 x/menit
· Tidak ada pembengkakan vena jugularis
Sistem Gastrointestinal
· Status gizi: baik
· Pemasukan diet:
Pagi: susu + roti
Siang: nasi + lauk pauk + buah
Malam: nasi + lauk pauk
· Pasien menghabiskan setiap diet yang diberi habis, mual dan muntah
tidak ada
· Keadaan gigi: sudah banyak yang tanggal, rahang masih kuat, rongga
mulut kotor
· Peristaltik ada (dalam keadaan normal)
· Palpasi perut soepel, tidak ada konstipasi dan diare
Sistem Genitourisearius
1. BAK: kuning, bau khas / BAB: kuning, bau khas, frekuensi 1x sehari-
hari
· Tidak ada distensi kandung kemih
· Frekuensi 6x sehari
· Pemasukan cairan: dalam sehari pasien minum 12 gelas per hari
(4500 cc)
· Pengeluaran cairan: 2700 cc per hari
2. Seksualitas: tidak dapat dikaji
Sistem Kulit
13
a. Kulit
· Kulit lembab
· Tidak ada luka
· Turgor kulit baik, bila diberi tekanan kembali dalam 2 detik
b. Adanya jaringan parut: pada pasien terdapat keriput pada
bagian kulit
c. Keadaan kuku: kotor
d. Keadaan rambut: hitam keputihan, kotor
Sistem Muskuloskletal
1) Kontraktur
Gerakan sendi tidak kuat lagi
2) Tingkat mobilisasi
· Ambulasi dengan bantuan alat atau dengan bantuan perawat
· Pergerakan kaki kanan terbatas karena adanya pembengkakan
pada lutut dan terasa nyeri atau sakit
· Kekuatan otot berkurang, dan pasien hanya mempu berjalan
sejauh 500 meter
Psikososial
Pasien mengatakan senang dengan kehadiran perawat di Wisma,
karena ada yang memperhatikan segala aktifitasnya dan mendapatkan
kasih sayang.
c. Pemeriksaan fisik
· Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110 / 70 mmHg
Nadi : 80 x/i
Pernafasan : 20 x/i
Suhu tubuh : 370 C
Tinggi badan : 145 cm
Berat badan : 50 kg
· Mata
14
Ketajaman penglihatan masih baik dan dapat melihat dari jarak 30
m tidak ditemukan ikterus, konjungtiva tidak dijumpai anemia.
· Hidung
Tidak ada perdarahan bentuk simetris, tidak ada polip dan
kelainan lainnya.
· Telinga
Pendengaran baik, serumen dalam batas normal.
· Mulut
Rongga mulut kotor akibat sering mengunyah sirih, tidak ada
tanda-tanda peradangan. Fungsi pengecapan baik dapat
merasakan asam dan manis, gigi masih ada.
· Kelenjar tiroid
Tidak ada pembengkakan.
· Ekstremitas
Atas: ada rasa nyeri dan sakit pada pergelangan tangan
Bawah: tidak ada cacat pada ekstremitas bawah, tampak
pembengkakan di lutut, klien mengatakan daerah pinggang sering
terasa nyeri, lutut hingga mata kaki sering sakit dan kebas dan
sulit dan sakit berdiri apabila terlalu lama duduk.
· Nutrisi
Makan 3x sehari dengan menu nasi, lauk pauk, ikan, nafsu makan
kadang baik tergantung menu yang disajikan
Jenis minuman air putih ± 8 gelas / hari.
· Eliminasi
BAB 1 x sehari warna kuning, bau khas
Bak 4 – 5 x sehari warna kekuningan.
·
15
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Perubahan Rasa nyeri pada
Klien mengatakan patologis sendi bagian
sering sakit pada persendian oleh bawah
bagian pinggang rematoid srtritis
hingga mata kaki
DO:
Rasa sakit pada
persendian klien
memijat-mijat kaki
sekala nyeri 3 – 4
2 DS: Hilang kekuatan Resiko tinggi
Klien mengatakan sakit otot rasa nyeri, timbulnya cedera
berdiri, saat baru kaku sendi
bangun tidur atau saat
duduk
DO:
Klien tampak mencoba
berdiri dengan pelan-
pelan apabila sedang
duduk apabila hendak
berdiri berpegangan
16
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d perubahan patologis pada
rematoid artritis d/d rasa sakit pada bagian persendian, klien
tampak memijat kaki, skala nyeri 3.
b. Resiko tinggi terjadinya cedera b/d hilangnya kekuatan otot
rasa nyeri dan kaku sendi d/d sulit berdiri apabila sedang
duduk, klien tampak mencoba berdiri dengan pelan-pelan.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Dx 1
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d perubahan patologis pada
rematoid artritis d/d rasa sakit pada bagian persendian, klien
tampak memijat kaki, skala nyeri 3.
Tujuan:
Klien merasa nyaman.
Kriteria hasil:
Rasa nyeri berkurang / hilang.
No Intervensi Rasional
1 Anjurkan klien untuk 1. Dengan menganjurkan klien
beristirahat sesuai dengan untuk beristirahat sesuai
kondisi dengan kondisinya
diharapkan nyeri berkurang
2 Bantu atau anjurkan pasien 2. Dengan membantu dan
untuk menghindari gerakan mengajarkan pasien untuk
eksternal rotasi pada menghindarkan gerakan
ekstremitas eksternal rotasi pada
ekstremitas diharapkan di
lokasi dan stress pada sendi
tidak terjadi
3 Ajarkan terapi panas mis: 3. Dengan menganjurkan
17
kompres hangat terapi panas yaitu kompres
pada bagian yang sakit
diharapkan panas
meningkatkan sirkulasi
relaksasi otot untuk
mengurangi kekuatan,
kemungkinan juga panas
dapat membantu
pengeluaran endorphin yaitu
sejenis morphin yang
diprosuksi tubuh
4 Beri obat sesuai terapi dokter 4. Terapi ini memungkinkan
klien untuk mendapatkan
rasa kontrol terhadap nyeri
Implementasi:
· Menganjurkan klien untuk beristirahat
· Membantu dan mengajari klien untuk menghindarkan gerakan
eksternal rotasi pada ekstremitas
· Mengajarkan pada klien untuk terapi panas (kompres hangat pada
bagian yang sakit
· Memberi obat sesuai terapi dokter
Evaluasi:
S : Klien mengatakan masih nyeri tapi sudah agak berkurang dan
nyaman sewaktu diberi kompres hangat pada sendi yang sakit
O : Klien tampak tenang
A : Masalah sebagian dapat teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
18
Dx 2
Resiko tinggi terjadinya cedera b/d hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri
dan kaku sendi d/d klien tampak sulit berdiri apabila sedang duduk dan
mencoba berdiri dengan pelan-pelan.
Tujuan:
Pasien terhindar dari cedera.
Kriteria hasil:
Cedera tidak terjadi
Intervensi Rasionalisasi
1. Anjurkan klien memakai 1. Dengan menganjurkan klien
alas kaki yang menyokong memakai alas kaki yang
enyokong diharapkan klien
tidak jatuh terpeleset
2. Anjurkan klien untuk 2. Dengan menganjurkan klien
menghindari lantai yang licin untuk menghindari lantai yang
licin diharapkan klien tidak
cedera
3. Anjurkan untuk melakukan 3. Dengan menganjurkan klien
latihan / olah raga jika melakukan olah raga / latihan
kondisi memungkinkan jika kondisi klien
memungkinkan dapat
meningkatkan mobilitas dan
kekuatan otot dan mencegah
deformitas
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebaiknya kita menjaga aktivitas, pola tidur, diet dan yang lainnya
agar seimbang, untuk menghindari AR menyerang pada sistem imun
kita.
20
DAFTAR PUSTAKA