kes
Mata kuliah : Manajemen bencana
MANAGEMENT BENCANA
Oleh
Kelompok 5
Andriani (16314
Asti Astuti (163147)
Dewi sartika (163148)
Nunung ayu lestari (1631
Muh.Adrian (1631
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktu dengan tujuan untuk memberikan wawasan pada semua pembaca.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen selaku Koordinator Mata
kuliah Management bencana dan semua pihak yang telah membantu demi
terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman
bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 2
C. Tujuan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 3
A. BNPBD................................................................................ 3
1. Pengertian BNPBD .......................................................
2. Visi misi dan struktur BNPBD.......................................
3. Tugas BNPBD................................................................
4. fungsi BNPBD...............................................................
5. Cara kerja BNPBD.........................................................
6. UUD Tentang BNPBD...................................................
B. Gempa bumi......................................................................... 3
1. pengertian gempa bumi..................................................
2. penyebab gempa bumi....................................................
3. proses terjadinya gempa bumi........................................
4. jenis-jenis gempa bumi...................................................
5. berdasarkan kedalaman dan gelombang gempa bumi....
6. dampak gempa bumi......................................................
7. pencegahan gempa bumi................................................
8. letak geografis gempa bumi...........................................
C. Tsunami ............................................................................... 4
1. pengertian tsunami.........................................................
2. penyebab gempa bumi tsunami......................................
3. tanda-tanda tsunami........................................................
4. ciri-ciri tsunami..............................................................
5. jenis tsunami...................................................................
6. dampak tsunami.............................................................
7.
3
D. Wabah DBD ........................................................................ 9
1. Pengertian.......................................................................
2. Gejala.............................................................................
3. Penyebab........................................................................
4. Pengobatan.....................................................................
5. ciri ciri............................................................................
6. pencegahan.....................................................................
E. Surveilens ............................................................................ 9
1. Pengertian.......................................................................
2. macam-macam...............................................................
BAB III PENUTUP................................................................................. 11
A. Kesimpulan……………...................................................... 11
B. Saran .................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini bumi merupakan satu-satunya planet yang dapat mendukung
kelangsungan hidup seluruh mahluk diantara planet-planet anggota tata surya lainnya.Oleh
karenanya pengetahuan mengenai bumi dianggap sangat vital guna kelangsungan hidup
penghuninya termasuk manusia.Dijagat raya ini masih banyak pengetahuan yang belum
kita kuasai, termasuk pengetahuan mengenaigempa bumi dan cara memprediksinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu BNPD,Gempa bumi,tsunami,wabah DBD Dan surveilens?
2. Fungsi dari BNPD Dan surveilens?
3. Penyebab terjadinya Gempa bumi,tsunami Dan wabah DBD?
4. Dampak dari Terjadinya gempa bumi,tsunami dan wabah DBD?
5. Penanggulangan Gempa bumi dan tsunami?
6. Pecegahan wabah DBD?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui fungsi BNPBD Dan surveilens
2. Untuk mengetahui penyebab dan cara penanggulangan Gempa bumi,tsunami dan
wabah DBD.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. BNPBD
1. Sejarah BNPB
1945 – 1966
Pemerintah Indonesia membentuk Badan Penolong Keluarga Korban Perang
(BPKKP). Badan yang didirikan pada 20 Agustus 1945 ini berfokus pada kondisi
6
situasi perang pasca kemerdekaan Indonesia. Badan ini bertugas untuk menolong
para korban perang dan keluarga korban semasa perang kemerdekaan.
1966 – 1967
Pemerintah membentuk Badan Pertimbangan Penanggulangan Bencana Alam
Pusat (BP2BAP) melalui Keputusan Presiden Nomor 256 Tahun 1966.
Penanggung jawab untuk lembaga ini adalah Menteri Sosial. Aktivitas BP2BAP
berperan pada penanggulangan tanggap darurat dan bantuan korban bencana.
Melalui keputusan ini, paradigma penanggulangan bencana berkembang tidak
hanya berfokus pada bencana yang disebabkan manusia tetapi juga bencana alam.
1967 – 1979
Frekuensi kejadian bencana alam terus meningkat. Penanganan bencana secara
serius dan terkoordinasi sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, pada tahun 1967
Presidium Kabinet mengeluarkan Keputusan Nomor 14/U/KEP/I/1967 yang
bertujuan untuk membentuk Tim Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana
Alam (TKP2BA).
1979 – 1990
Pada periode ini Tim Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam
(TKP2BA) ditingkatkan menjadi Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan
Bencana Alam (Bakornas PBA) yang diketuai oleh Menkokesra dan dibentuk
dengan Keputusan Presiden Nomor 28 tahun 1979. Aktivitas manajemen bencana
mencakup pada tahap pencegahan, penanganan darurat, dan rehabilitasi. Sebagai
penjabaran operasional dari Keputusan Presiden tersebut, Menteri Dalam Negeri
dengan instruksi Nomor 27 tahun 1979 membentuk Satuan Koordinasi
Pelaksanaan Penanggulangan Bencana Alam (Satkorlak PBA) untuk setiap
provinsi.
1990 – 2000
Bencana tidak hanya disebabkan karena alam tetapi juga non alam serta sosial.
Bencana non alam seperti kecelakaan transportasi, kegagalan teknologi, dan
konflik sosial mewarnai pemikiran penanggulangan bencana pada periode ini. Hal
tersebut yang melatarbelakangi penyempurnaan Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana Alam menjadi Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana (Bakornas PB). Melalui Keputusan Presiden Nomor 43
7
Tahun 1990, lingkup tugas dari Bakornas PB diperluas dan tidak hanya berfokus
pada bencana alam tetapi juga non alam dan sosial. Hal ini ditegaskan kembali
dengan Keputusan Presiden Nomor 106 Tahun 1999. Penanggulangan bencana
memerlukan penanganan lintas sektor, lintas pelaku, dan lintas disiplin yang
terkoordinasi.
2000 – 2005
Indonesia mengalami krisis multidimensi sebelum periode ini. Bencana sosial yang
terjadi di beberapa tempat kemudian memunculkan permasalahan baru.
Permasalahan tersebut membutuhkan penanganan khusus karena terkait dengan
pengungsian. Oleh karena itu, Bakornas PB kemudian dikembangkan menjadi
Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi
(Bakornas PBP). Kebijakan tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 3
Tahun 2001 yang kemudian diperbaharui dengan Keputusan Presiden Nomor 111
Tahun 2001.
2005 – 2008
Tragedi gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh dan sekitarnya pada tahun
2004 telah mendorong perhatian serius Pemerintah Indonesia dan dunia
internasional dalam manajemen penanggulangan bencana. Menindaklanjuti situasi
saat iu, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun
2005 tentang Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Bakornas PB).
Badan ini memiliki fungsi koordinasi yang didukung oleh pelaksana harian sebagai
unsur pelaksana penanggulanagn bencana. Sejalan dengan itu, pendekatan
paradigma pengurangan resiko bencana menjadi perhatian utama.
2008
Dalam merespon sistem penanggulangan bencana saat itu, Pemerintah Indonesia
sangat serius membangun legalisasi, lembaga, maupun budgeting. Setelah
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana, pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun
2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB terdiri
atas kepala, unsur pengarah penanggulangan bencana, dan unsur pelaksana
penanggulangan bencana. BNPB memiliki fungsi pengkoordinasian pelaksanaan
kegiataan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.
8
2. Pengertian BNPBD
1. Visi
2. Misi
Struktur Organisasi
Kepala;
Unsur Pengarah;
Unsur Pelaksana.
9
Instansi terkait;
Tenaga Profesional/ahli.
Kepala Pelaksana;
Sekretariat;
Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan;
Seksi Kedaruratan dan Logistik;
Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi;
Kelompok Jabatan Fungsional.
6. Unsur Pelaksana BPBD dipimpin oleh seorang Kepala Pelaksana yang membantu
Kepala BPBD dalam penyelenggaraan tugas BPBD sehari-hari, dan mempunyai tugas
melaksanakan penanggulangan bencana secara terintegrasi meliputi pra-bencana, tanggap
darurat dan pasca bencana, yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala
BPBD.
8. Sekretariat dipimpin oleh seorang Kepala Sekretariat yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Pelaksana.
10
9. Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Pelaksana.
11
2. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, dan menyeluruh.
c. Pascabencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pascabencana sangat
penting dilakukan. Hal ini merupakan tugas Negara demi menjaga
kesejahteraan warga serta stabilitas negara agar tidak berdampak pada banyak
hal. Tahap pascabencana ini seperti yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 11
terdiri atas dua bagian yaitu rehabilitasi dan rekonstruksi.
Secara garis besar, undang undang nomor 24 tahun 2007 membahas mengenai
penyelenggaraan penanggulangan bencana dari landasan nilai, kelembagaan, distribusi
12
kewenangan dan aturan hukum. Berdasarkan fokus bahasan dari tiap pasal, maka undang
undang nomor 24 tahun 2007 dapat dibagi menjadi beberapa segmen sebagai berikut :
Salah satu tahap setelah terjadinya bencana alam adalah tahap rehabilitasi yaitu
seperti yang dijelaskan pada pasal 11 Undang-undang No. 24 tahun 2007 bahwa
rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
13
d. Keseimbangan, keselarasan, dan keserasian
e. Ketertiban dan kepastian hokum
f. Kebersamaan
g. Kelestarian lingkungan hidup
h. Ilmu pengetahuan dan teknologi.
Didalam penanggulangan bencana ini juga terdapat beberapa prinsip yaitu cepat
dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan berhasil guna,
transparansi dan akuntabilitas, kemitraan, pemberdayaan, nondiskriminatif, dan
nonproletisi.
Adapun tunjuan dasar dari penanggulangan bencana alam sesuai dengan pasal 4 UU No.
24 tahun 2007 yaitu memberikan pelindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana,
serta menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
14
g. Pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan kredibel dari ancaman dan dampak bencana
Sedangkan tanggung jawab pemerintah daerah sesuai dengan pasal 8 dan pasal 9 UU No.
24 tahun 2007 yaitu penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena
bencana, pelindungan masyarakat dari dampak bencana, pengurangan risiko bencana dan
pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan, pengalokasian
dana penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan belanja daerah yang memadai.
16
Demi menjaga agar undang undang dijalankan dengan benar sesuai dengan
ketentuannya. Maka diatur pula hokum yag berlaku agar ditaati oleh semua pihak dan bagi
yang tidak mentaatinya dapat dikenakan sangsi sesuai peraturan yang ditetapkan. Sangsi
yang dimaksudkan bias berupa denda atau berupa penjara dengan masa hukuman yang
ditetapkan sesuai tingkat dan klasifikasi kesalahan.
.
B. GEMPA BUMI
Pada hakeketnya gempa bumi adalah getaran atau serentetan getaran dari kulit
bumi yang bersifat tidak abadi/ sementara dan kemudian menyebar ke segala arah (Howel,
1969). Gempa bumi juga merupakan hentakan besar yang terjadi sekaligus akibat
penimbunan energi elastik atau strain dalam waktu yang lama secara kontiuitas akibat dari
adanya proses pergerakkan lempeng benua dan samudera. Sesungguhnya, kulit bumi
bergetar secara kontinyu walaupun relatif sangat kecil. Getaran tersebut tidak dikatakan
sebagai gempa bumi karena sifat getarannya terus menerus, sedangkan gempa bumi
memiliki waktu awal dan akhir terjadinya sangat jelas. Ilmu yang secara khusus
mempelajari gempa bumi dinamakan Seismologi.
Kebanyakan gempa bumi yang terjadi di dunia diakibatkan oleh adanya pelepasan
energi yang dihasilkan oleh tekanan yang disebabkan oleh lempengan bumi yang
bergerak. Lempeng yang ada di dalam bumi ini bergerak atau bergeser ke arah kanan
maupun kiri ataupun ke atas maupun ke bawah. Semakin lama, tekanan itu kian membesar
dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi
17
oleh pinggiran lempengan. Nah, pada saat itulah gempa bumi terjadi. Gempa bumi
biasanya terjadi di perbatasan lempengan- lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling
parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa
bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi dikarenakan materi lapisan litosfer yang
terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman yang lebih dari 600 km. Gempa
bumi yang dihasilkan oleh tenaga dari dalam bumi disebut dengan gempa bumi tektonik.
Selanjutnya, yang juga sering menjadi penyebab dari gempa bumi adalah adanya
pergerakan magma yang ada di dalam gunung berapi. Gempa yang disebabkan oleh
aktivitas gunung berapi ini disebut dengan gempa vulkanik. Gempa bumi yang terjadi
karena pergerakan magma (baca: perbedaan intrusi dan ekstrusi magma) yang ada di
gunung berapi ini dapat menjadi gejala akan terjadinta letusan pada gunung
berapi (baca: gejala vulkanik gunung berapi). Maka dari itu tidak heran apabila ketika
aktivitas gunung berapi mengalami kenaikan, maka gempa sering kali terjadi. Meski kecil-
kecil dan terasa samar, namun gempa vulkanik ini biasanya terjadi sering sekali dalam
waktu satu hari.
Menumpuknya massa air yang sangat besar di balik bendungan atau dam
Penyebab gempa bumi yang selanjutnya adalah menumpuknya massa air yang
sangat besar di balik bendungan atau yang biasa disebut dam. Contoh dam yang
mengakibatkan gempa adalah Dam Karibia di Zambia, Afrika.
Injeksi atau atraksi cairan dari/ ke dalam bumi
Terjadinya gempa bumi juga disebabkan karena adanya injeksi atau atraksi cairan
dari atau ke dalam bumi. Contoh dari peristiwa ini terjadi pada beberapa pembangkit
listrik tenaga panas bumi yang berada di pegunungan Rocky, Arsenal. Meski demikian,
gempa yang disebabkan oleh injeksi atau atraksi cairan dari atau ke dalam bumi ini
tergolong sangat jarang terjadi.
Peledakan bahan peledak
Gempa bumi juga dapat disebabkan oleh faktor non alami. Salah satu faktor non
alami yang menyebabkan terjadinya gempa bumi adalah peledakan bahan peledak. Bahan
peledak sangat banyak digunakan di dunia untuk berbagai kepentingan. Penggunaan bahan
peledak pun boleh saja jika ada suatu kepentingan yang benar- benar membutuhkan.
18
Namun pada saat penggunaan bahan peledak terlalu banyak dan tidak dikontrol, maka
pada saat itu pula bisa menimbulkan getaran yang hebat. Oleh karena itu getaran yang
terjadi bisa dirasakan oleh manusia lain dan mengguncang permukaan bumi. Hal ini yang
disebut dengan gempa.
Gua di dalam bumi yang runtuh
Salah satu penyebab terjadinya gempa bumi yang selanjutnya adalah runtuhnya
gua yang ada di dalam bumi. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwasannya perut bumi
ini mengandung banyak misteri dan salah satunya adalah keberadaan gua di dalam bumi.
Para ahli zaman dulu menyatakan bahwa salah satu penyebab timbulnya gempa bumi
adalah karena runtuhnya gua- gua besar yang ada di dalam perut bumi. Namun ternyata
anggapan seperti ini adalah salah. Yang terjadi adalah runtuhnya daerah underground atau
pertambangan bawah tanah yang menimbulkan getaran- getaran bumi dan memiliki
kekuatan skala richter kecil. Mungkin inilah yang dirasa sebagai gempa. Karena memiliki
skala richter yang kecil, maka getaran ini hanya bisa dirasakan oleh daerah setempat atau
lokal saja.
Para ahli menganggap bahwa terdapat empat sebab yang menimbulkan gempa bumi,
yaitu :
Runtuhan Lubang - Lubang Interior Bumi
Runtuhnya lubang – lubang interior seperti gua atau tambang batuan/ mineral
dalam bumi dapat menyebabkan getaran di atas permukaannya, namun getaran ini
tidak terlalu besar dan terjadi hanya di setempat saja atau terjadi secara lokal.
Tabrakan (impack)
Tabrakan benda langit atau sering disebut meteor juga dapat menyebabkan getaran,
hanya saja getaranya tidak sampai terekam oleh alat pencatat getaran gempa bumi
dan juga sangat jarang terjadi.
Letusan atau Ledakan Gunungapi
Aktivitas gunungapi dapat menimbulkan gempa yang disebut gempa bumi
vulkanik. Gempa bumi ini terjadi baik sebelum, selama, ataupun sesudah letusan
gunungapi. Penyebab gempa ini adalah adanya persentuhan antara magma dengan
19
dinding gunungapi dan tekanan gas pada letusan yang sangat kuat, atau
perpindahan magma secara tiba – tiba dari dapur magma.
Apabila kita mendengar nama gempa atau gempa bumi, pasti hal yang pertama
terlintas di benak kita adalah adanya getaran yang sangat kuat. Memang benar, semua
gempa merupakan sebuah getaran yang kadang sangat kuat, kuat, sedang, dan lemah. Dan
tahukah Anda, bahwa ternyata gempa bumi ini dapat dibeda- bedakan menjadi beberapa
jenis. Jenis- jenis atau tipe- tipe dari gempa bumi ini ada banyak. Untuk mengetahui lebih
jelas dan lebih dalam mengenai jenis- jenis gempa bumi, berikut ini merupakan penjelasan
lebih lanjutnya.
Sesuai dengan namanya, yakni vulkanik, gempa bumi ini terjadi karena aktivitas
vulkanisme atau kegunung apian. Gempa bumi vulkanik terjadi karena adanya kativitas
magma. Aktivitas magma ini terjadi pada saat gunung berapi akan erupsi, maka dari itu
gempa ini dinamakan sebagai gempa vulkanik. Apabila magma yang ada di dalam gunung
tersebut tingkat eaktifannya semakit tinggi, maka akan menimbulkan ledakan yang pada
akhirnya juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi vulkanik ini
tergolong gempa yang tidak besar. Gempa ini seringkali hanya terasa di sekitar gunung
berapi tersebut saja.
b. Gempa bumi tektonik
Selain vulkanik, salah satu gempa yang sangat terkenal di Indonesia karena
keganasannya. Gempa bumi yang dimaksud adalah gempa bumi tektonik. Gempa bumi
tertonik merupakan gempa yang terjadi akibat adanya aktivitas tektonisme, yakni
pergeseran lempeng- lempeng tektonik secara mendadak yang mana mempunyai kekuatan
yang sangat kecil hingga yang besar. Gempa bumi tektonik terjadi karena disebabkan oleh
pelepasan tenaga yang timbul karena pergeseran lempengan plat tektonik yang
menyerupai karet yang ditarik dan dilepaskan tiba- tiba. teori tektonik plate menyatakan
bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, dan sebagaian besar lapisan kerak itu
akan hanyut dan mengapung. Lapisan- lapisan tersebut bergerak pelan- pelan sehingga
berpecah dan bertabrakan satu dengan yang lainnya. Hal inilah yang menyebabkan gempa
20
terjadi. Gempa bumi tektonik merupakan gempa bumi yang dikatakan sangat kuat, karena
dapat menimbulkan kerusakan. Kerusakan yang ditimbukan oleh gempa bumi tektonik,
seperti rusaknya bangunan, pasar, dan lain sebagainya.
Jenis gempa bumi selanjutnya adalah gempa bumi tumbukan. Gempa bumi
tumbukan merupakan gempa bumi yang disebabkan oleh jatuhnya meteor, asteroid
(baca: ciri-ciri asteroid) maupun benda langit lainnya ke permukaan Bumi. Tumbukan
benda langit tersebut dengan permukaan Bumi akan menghasilkan getaran yang pada
akhirnya disebut dengan gempa. Gempa bumi tumbukan ini jarang sekali terjadi, karena
biasanya jika ada benda langit yang jatuh ke Bumi, maka akan terbakar habis ketika
melewati atmosfer (baca: lapisan atmosfer) bumi. Sehingga tidak tersisa lagi ketika
sampai di permukaan Bumi, kecuali jika benda yang jatuh tersebut memang berukuran
lumayan besar.
d. Gempa bumi runtuhan
Gempa bumi runtuhan merupakan jenis gempa bumi yang terjadi akibat adanya
runtuhan material- material bumi. Gempa bumi runtuhan ini biasanya terjadi di daerah
kapur, maupun daerah pertambangan. Besar gempa bumi runtuhan ini tidaklah besar,
biasanya hanya dirasakan di daerah- daerah lokal saja, atau yang berada di sekitaran
daerah runtuhan tersebut.
e. Gempa bumi buatan
Seperti yang kita ketahui bersama mengenai penyebab gempa bumi tidak semuanya
bersifat alami. Beberapa penyebab gempa bumi ini berasal dari manusia. salah satunya
adalah yang menyebabkan gempa bumi buatan. Gempa bumi buatan merupakan jenis
gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas- aktivitas manusia, seperti peledakan dinamit,
nuklir maupun palu yang dipukulkan ke permukaan Bumi.
21
permukaan Bumi atau di dalam kerak bumi. Jenis gempa bumi dalam ini
biasanya tidak terlalu berbahaya karena terletak jauh di dalam Bumi.
Gempa bumi menengah
Selanjutnya adalah gempa bumi menengah. Gempa bumi menengah
merupakan gempa bumi yang memiliki letak hiposentrum di antara 60
kilometer sampai dengan 300 kilometer di bawah permukaan Bumi. Karena
letaknya yang lebih dangkal daripada gempa bumi dalam, maka getarannya
lebih bisa dirasakan hingga ke permukaan Bumi. Maka dari itulah biasanya
gempa bumi menengah menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya pun
lebih terasa.
Gempa bumi dangkal
Seperti dengan namanya, gempa bumi dangkal merupakan jenis gempa
bumi yang mempunyai hiposentrum berada di kedalaman kurang dari 60
kilometer dari permukaan bumi. Karena letaknya yang dangkal maka
gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang parah, hal ini
disebabkan kerena getaran yang dirasakan lebih terasa.
Gelombang sekunder
Gelombang sekunder juga disebit sebagai gelombang transversal.
Gelombang sekunder atau transversal ini merupakan gelombang yang
merambat, seperti halnya gelombang primer namun dengan kecepatan yang
telah berurang, yakni 4 hingga 7 kilometer per detik. Perlu diketahui bahwa
gelombang sekunder inibtidak dapat merambat melalui lapisan cair.
22
5. Dampak Terjadinya Gempa Bumi
Secara alamiah gempa bumi tidak dapat dihindari dan sangat sulit untuk
diprediksi atau diprakirakan, sehingga saat terjadinya menimbulkan banyak
kerugian dan korban jiwa. Tingkat kerusakkan atau dampak dari gempa bumi
dapat diperkirakan berdasarkan kekuatan gempa tersebut, seperti yang disebutkan
dalam skala intensitas modified Mercalli :
1. Tingkat Kekuatan I
Tidak dapat dirasakan orang, kecuali dalam keadaan luar biasa
2. Tingkat Keadaaan II
Terasa oleh orang yang sedang berisirahat atau yang berada di lantai atas
gedung bertingkat
3. Tingkat Keadaan III
Terasa di dalam gedung, alat – alat gantung bergoyang, getaran tanah seperti
efek truk kecil lewat, lama getarannya dapat ditaksir, dan tidak disadari bahwa
itu gempa
4. Tingkat Keadaan IV
Alat gantung bergoyang, efek getaran seperti truk besar lewat atau seperti
dinding tiba – tiba ditabrak massa besar
5. Tingkat Keadaan V
Terasa di luar bangunan, arah goncangan dapat ditaksir, bandul jam berhenti
berjalan dan berjalan lagi dengan berubah kecepatannya
6. Tingkat Keadaan VI
Terasa oleh semua orang, panik, orang tidak bisa berjalan dengan tegak, pohon
– pohon terlihat bergoncang
7. Tingkat Keadaan VII
Orang sulit berdiri, goncangan terasa oleh sopir mobil, parit dan irigasi rusak
8. Tingkat Keadaan VIII
Sulit mengemudikan mobil, cabang patah dari pohonnya, apabila tidak ada
hubungan rumah bergeser dari pondasinya
23
9. Tingkat Keadaan IX
Kepnikan umum, umumnya pondasi rumah rusak, rangka struktur bangunan
terpuntir, permukaan tanah retak cukup besar, di dekat sungai terjadi letusan
pasir dan lumpur
10. Tingkat Keadaan X
Bangunan tembok dan pondasinya hancur, bangunan kayu dan jembatan
runtuh, tanggul besar dan dam rusak berat, rel kereta api sedikit membengkok
11. Tingkat Keadaan XI
Rel kereta api bengkok, pipa saluran rusak berat dan tidak dapat digunakan.
12. Tingkat Kedaan XII
Kerusakkan hampir menyeluruh, batu besar bergeser, penglihatan kabur
Oleh karena kita tinggal di daerah yang rawan gempa, kita harus
memahami cara - cara penanganan bencana ini, yang dapat dilakukan dengan
usaha - usaha sebagai berikut.
7. LETAK GEOGRAFISNYA
Ada tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap lempeng
lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling menjauhi (spreading), saling
mendekati(collision) dan saling geser (transform). Jika dua lempeng bertemu pada suatu
sesar, keduanyadapat bergerak saling menjauhi, salingmendekati atau saling bergeser.
Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia namun
terukur sebesar 0-15cm per tahun. Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet dan saling
mengunci, sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu
26
saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut
sehingga terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai gempa bumi.
C. Tsunami
1. Pengertian Tsunami
Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu berarti "pelabuhan", dan nami berarti
"gelombang", sehingga tsunami dapat diartikan sebagai "gelombang pelabuhan". Istilah
ini pertama kali muncul di kalangan nelayan Jepang. Karena panjang gelombang tsunami
sangat besar pada saat berada di tengah laut, para nelayan tidak merasakan adanya
gelombang ini. Namun setibanya kembali ke pelabuhan, mereka mendapati wilayah di
sekitar pelabuhan tersebut rusak parah. Karena itulah mereka menyimpulkan bahwa
gelombang tsunami hanya timbul di wilayah sekitar pelabuhan, dan tidak di tengah lautan
yang dalam.
Tsunami adalah sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa laut,
gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut. Tsunami tidak terlihat saat masih
berada jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya
yang bergerak cepat ini akan semakin membesar. Tenaga setiap tsunami adalah tetap
terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Apabila gelombang menghampiri pantai,
ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun. Gelombang tersebut bergerak
pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat dirasakan efeknya oleh kapal laut (misalnya) saat
melintasi di laut dalam, tetapi meningkat ketinggian hingga mencapai 30 meter atau lebih
di daerah pantai. Tsunami bisa menyebabkan kerusakan erosi dan korban jiwa pada
kawasan pesisir pantai dan kepulauan.
Tsunami juga sering dianggap sebagai gelombang air pasang. Hal ini terjadi karena
pada saat mencapai daratan, gelombang tsunami lebih menyerupai air pasang yang tinggi
daripada menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh tiupan angin.
Namun sebenarnya gelombang tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan peristiwa
pasang surut air laut. Karena itu untuk menghindari pemahaman yang salah, para ahli
oseanografi sering menggunakan istilah gelombang laut seismik (seismic sea wave) untuk
menyebut tsunami, yang secara ilmiah lebih akurat.
27
2. Penyebab Terjadinya Tsunami
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun
secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di atasnya.
Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai
menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga
banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah
lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara
tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu.
28
Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika
ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya
mencapai ratusan meter.
Beberapa penyebab terjadinya tsunami akan dijelaskan sebagai berikut :
29
Tidak semua gempa menghasilkan tsunami, hal ini tergantung beberapa faktor utama
seperti tipe sesaran (fault type), kemiringan sudut antar lempeng (dip angle), dan
kedalaman pusat gempa (hypocenter). Gempa dengan karakteristik tertentu akan
menghasilkan tsunami yang sangat berbahaya dan mematikan, yaitu:
Tipe sesaran naik (thrust/ reverse fault), seperti terlihat pada Gambar 3.
Tipe ini sangat efektif memindahkan volume air yang berada diatas lempeng untuk
bergerak sebagai awal lahirnya tsunami.
Kemiringan sudut tegak antar lempeng yang bertemu.
Semakin tinggi sudut antar lempeng yang bertemu. (mendekati 90o), maka semakin
efektif tsunami yang terbentuk.
Kedalaman pusat gempa yang dangkal (<70 km).
Semakin dangkal kedalaman pusat gempa, maka semakin efektif tsunami yang
ditimbulkan. Sebagai ilustrasi, meski kekuatan gempa relative kecil (6.0-7.0R),
tetapi dengan terpenuhinya ketiga syarat diatas, kemungkinan besar tsunami akan
terbentuk. Sebaliknya, meski kekuatan gempa cukup besar (>7.0R) dan dangkal,
tetapi kalau tipe sesarnya bukan naik, namun normal (normal fault) atau sejajar
(strike slip fault), bisa dipastikan tsunami akan sulit terbentuk. Gempa dengan
kekuatan 7.0R, dengan tipe sesaran naik dan dangkal, bisa membentuk tsunami
dengan ketinggian mencapai 3-5 meter.
- 10
-
Tumbukan Benda Luar Angkasa (Cosmic-body Impacts)
Tumbukan dari benda luar angkasa seperti meteor merupakan gangguan terhadap
air laut yang datang dari arah permukaan. Tsunami yang timbul karena sebab ini
umumnya terjadi sangat cepat dan jarang mempengaruhi wilayah pesisir yang jauh dari
sumber gelombang. Sekalipun begitu, apabila pergerakan lempeng dan tabrakan benda
angkasa luar cukup dahsyat, kedua peristiwa ini dapat menciptakan megatsunami
3. Tanda-tanda tsunami
Di balik kengeriannya, tsunami pada dasarnya bisa diprediksi dengan tanda-
tanda alam yang terjadi sebelum tsunami. Dengan mengetahui tanda-tanda terjadinya,
kamu bisa meminimalisir korban yang terjadi akibat bencana tersebut.
a) Suara Gemuruh Tiba-Tiba
Jika kamu mendengar suara gemuruh entah darimana, kamu perlu waspada akan
bahaya tsunami yang akan terjadi. Suara gemuruh ini terjadi akibat adanya
pergeseran lempeng bumi di bawah laut.
Hal inipun sempat terjadi ketika tsunami Aceh dan Banyuwangi terjadi. Para
saksi sempat mendengar adanya suara gemuruh yang hebat, namun tidak begitu
dihiraukan. Beberapa menit kemudian, terjadilah tsunami hebat di tempat
tersebut.
b) Surut Air Laut
Pada proses awalnya, tsunami ditandai dengan surutnya air laut secara tiba-tiba.
Hal ini disebabkan terbukanya lempengan bumi di bawah laut, otomatis air laut
akan mengisi ruang yang dibuat oleh lempeng bumi yang terbuka.
Nah, pada proses ini, orang-orang yang tinggal di pantai akan langsung pergi ke
laut untuk mengumpulkan ikan. Inilah yang tidak boleh kamu lakukan!
Mengapa? Karena ketika lempeng bumi kembali menutup secara tiba-tiba,
gelombang besar akan segera terjadi dan menyeret orang-orang tersebut.
Inilah yang terjadi ketika Tsunami Aceh. Ketika air laut surut, orang-orang
pantai berkumpul untuk mengumpulkan ikan. Sayangnya, beberapa menit sejak
air laut surut, gelombang laut besar muncul dan mengejutkan orang-orang
tersebut.
c) Tanda dari Hewan
Tanda berikutnya yang bisa kamu mengerti adalah tanda-tanda hewan yang tidak
lazim dari biasanya. Pada tahap ini, kamu tidak akan melihat adanya aktivitas
burung-burung camar yang biasanya muncul di area laut.
Umumnya, binatang-binatang ini akan cenderung menjauhi laut karena insting
mereka akan bahaya yang terjadi beberapa waktu kemudian. Tingkah laku dan
kehidupan binatang ini bisa kamu jadikan tanda akan terjadinya tsunami.
d) Gempa Bumi Hebat
Tanda yang paling vital bisa kamu dapatkan adalah terjadinya gempa bumi yang
besarnya di atas 7.0 skala ritcher dan pusatnya berada di dasar laut. Memang,
tidak semua gempa bumi berujung pada tsunami, tapi 2 karakteristik diatas bisa
dijadikan acuan.
Baik tsunami aceh maupun tsunami Jepang, keduanya diawali dengan gempa
bumi dahsyat yang berpusat di dasar laut. Apapun alasannya, kamu harus bijak
menyikapi fenomena gempa bumi yang terjadi di daerahmu.
e) Aktivitas Laut Yang Berbeda dari Biasanya
Karena tsunami berasal dari laut, sudah otomatis laut akan memberikan tanda
terjadinya tsunami. Beberapa menit sebelum adanya gelombang besar, akan ada
gelombang-gelombang kecil yang menandai kembalinya air laut.
Jika kamu melihat kejadian di pantai, jangan langsung keburu galau. Larilah
menuju dataran tinggi, pegunungan, ataupun perbukitan untuk menyelamatkan
diri dari sapuan gelombang laut.
4. Ciri-Ciri Tsunami
1. Kondisi air di sekitar pantai tiba-tiba surut
2. Adanya suara gemuruh dari kejauhan yang cukup keras
3. Perilaku hewan yang aneh seperti burung yang menuju tengah lautan, hewan
ternak yang terlihat stress
4. Adanya gempabumi sebelum tsunami dengan sumber dasar laut
5. Terdapat gelombang yang tidak biasa
6. Keadaan awan yang lebih mendung daripada biasanya
7. Listrik yang menyala meskipun tidak ada aliran listrik karena adanya gelombang
elektro
8. magnetik
5. Jenis-jenis tsunami
a. Tsunami jarak dekat
Tsunami jarak dekat atau lokal merupakan tsunami yang terjadi ketika jeda waktu
antara terjadinya gempa hingga menimbulkan tsunami bekisar antara 0-30 menit. Jarak
antara pusat gempa denagn lokasi tsunami sejauh 200 km. Daerah yang ada di
sekitarlokasi gempa mungkin akan merasakan getaran yang amat hebat hingga
menimbulkan kerusakan pada bangunan.
Tsunami jarak menengah merupakan tsunami yang terjadi ketika jeda waktu antara
terjadinya gempa hingga menimbulkan tsunami bekisar antara 30 menit hingga 2 jam.
Jarak antara pusat gempa dengan lokasi tsunami sejauh 200-1.000 km, yang yang
mungkin saja masih merasakan gempa dengan intensitas II hingga V MMI (Modified
Mercalli Intensity).
Tsunami jarak jauh merupakan tsunami yang terjadi ketika jeda waktu antara
terjadinya gempa hingga menimbulkan hingga 2 jam lebih dari dua jam. Jarak lokasi dari
titik gempa melebihi 1,000 km, sehingga warga setempat tidak akan merasakan gempa.
Sebelum gelombang tsunami datang masih mungkin terjadinya pasang surut air laut. Pada
daerah ini tidak diperlukan accelerograph
6. Dampak tsunami
Dampak negatif
- memakan banyak korban manusia dan hewan
- merusak infrastruktur bangunan tumbuhan dan apa saja yang dilalui oleh
gelombangnya
- mengeluarkan banyak dana pemerintah untuk pembangunan pasca tsunami
- menambah tingkat kemiskinan
- memakan harta benda
dampak positif
- rasa gotong royong semakin meningkat
- sebagai bahan pembelajaran jika terjadi tsunami lagi
- dapat melakukan identifikasi seberapa kuat konstruksi bangunan yang
terkena dampak
- lapangan pekerjaan meningkat pasca tsunami
penanggulangan tsunami
- berlari menuju ke tempat tertinggi setelah mendengar adanya gemuruh
yang keras pada perairan didekat pantai. Andai juga bisa menaiki tempat
yang lebih tinggi dan menaiki pohon yang kokoh
- ikuti himbauan dari pemerintah setempat , jangan kembali ke tempat yang
rendah sebelum pemerintah menyatakan status aman pada bencana tsunami
- ketika sedang terjadi tsunami,saling bantu membantulah meskipun tidak
mengenal , tolonglah korban yag luka luka.
- Menetap diposko penanggulangan bencana dan jangan panik secara
berlebihan
D. WABAH DBD
1. PENGERTIAN DBD
DBD adalah demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang
menyerang sel-sel darah. Virus ini ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Aedes aegypti yang hidup dan tinggal di daerah beriklim tropis
dengan suhu lembab. Pada dasarnya, serangan nyamuk menggigit manusia di
siang hari. Bila seseorang telah terinfeksi dengan virus ini juga mengalami sakit
otot, sakit kepala, sakit sendi, dan penurunan jumlah sel-sel darah putih. Satu
penurunan dalam jumlah sel darah putih menyebabkan kegagalan, sehingga pasien
akan menderita dengue sindrom syock.
2. GEJALA DBD
\
Gejala dengue hemorrhagic fever
Gejala dari dengue hemorrhagic fever meliputi semua gejala dari
demam berdarah klasik, ditambah:
- Kerusakan pada pembuluh darah dan getah bening
- Perdarahan dari hidung, gusi, atau di bawah kulit,
menyebabkan memar berwarna keunguan
- Jenis penyakit dengue ini dapat menyebabkan kematian.
Gejala dengue shock syndrome
Gejala dari dengue shock syndrome, jenis penyakit dengue yang paling
parah, meliputi semua gejala demam berdarah klasik dan dengue
hemorrhagic fever, ditambah:
- Kebocoran di luar pembuluh darah
- Perdarahan parah
- Shock (tekanan darah sangat rendah)
- Jenis penyakit ini biasanya terjadi pada anak-anak (dan
beberapa orang dewasa) yang mengalami infeksi dengue kedua
kalinya. Jenis penyakit ini sering kali fatal, terutama pada anak-
anak dan dewasa muda.
3. PENYEBAB DBD.
Demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus tersebut akan masuk ke aliran darah
manusia melalui gigitan nyamuk. Biasanya, jenis nyamuk ini menggigit di pagi
hari sampai sore menjelang petang.
Penularan virus Dengue terjadi bila seseorang yang terinfeksi digigit oleh
nyamuk perantara. Virus dari orang yang terinfeksi akan dibawa oleh nyamuk,
dan menginfeksi orang lain yang digigit nyamuk tersebut. Virus Dengue hanya
menular melalui nyamuk, dan tidak dari orang ke orang.
4. PENGOBATAN DBD.
Beri Obat Turun Panas seperti Tempra untuk anak2 atau Panadol untuk
orang dewasa. Hati-hati memilih obat demam, pastikan mengandung
PARASETAMOL (baca kemasan) Jika demam tidak turun setelah 1 hari diberi
obat, segera periksa darah untuk memastikan demam berdarah.
Jika positif, segera bawa ke RS.
Menurut pengobatan modern penyakit DBD ini tidak ada obatnya. Paling
cuma diberi infus. Oleh sebab itu, cara tambahan perlu dilakukan mengingat
sebagian orang yang dirawat di RS belum tentu bisa disembuhkan.
Beri minum yang banyak agar tidak dehidrasi. Untuk orang dewasa sekitar 20
gelas sedang/hari. Jika lambung kuat/tidak maag, bisa diberikan Pocari Sweat atau
Air Kelapa.
5. CIRI – CIRI DBD.
E. Surveilens
1. Pengertian surveilens
surveilans kesehatan masyarakat (public health surveillance)
adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus -menerus berupa
pengumpulan data secara sistematik, analisis dan interpretasi data
mengenai suatu peristiwa yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan
dalam tindakan kesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi angka
kesakitan dan kematian, dan meningkatkan status kesehatan.
2. MACAM-MACAM SURVEILENS.
a. Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor
individu individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes,
cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu
memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak,
sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.
Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi
gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh
suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan karantina adalah
mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi
(Last, 2001). Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS
pada tahun 1980-an dan SARS.
Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial.
Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit
menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak
terpapar.
b. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-
menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui
pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit
dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian
surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu.
Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung
melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis,
program surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat
berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan
akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program
surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan
penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan
biaya untuk sumber daya masing-masing, dan memberikan informasi duplikatif,
sehingga mengakibatkan inefisiensi.
c. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan
pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan
masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-
indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum
konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator
individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan
laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh
konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.
Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun
nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-
penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala
praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi
melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan
batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus,
jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total
kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit
yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat
memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk
memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006).
Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari
fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu,
disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel
merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas (DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010).
e. Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua
kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota)
sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan
struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan
informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun
pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data
khusus penyakit-penyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al., 2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
(1) Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);
(2) Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
(3) Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;
(4) Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan,
pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni,
pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber
daya);
(5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun
menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit
yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002).
f. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia
dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas
negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara
berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya
epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang
terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti,
pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-
kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit
menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul
kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul
(newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda
surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk
pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi (Calain, 2006; DCP2,
2008).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
.
DAFTAR PUSTAKA
- Wisesa Hendra. 2011. Buku Pintar Bumi; Tips penanganan jika terjadi
gempa bumi. Harmoni. Jogjakarta.
- https://ringkasanbukugeografi.blogspot.co.id/2015/12/kelembagaan-
penaggulangan-bencana-1.html
- http://www.bmg.go.id/mekanisme_tsunami. Diakses 5 Desember 2010
- Anonym. 2011.Pengendalian Nyamuk. http://www.pc3news.com/index.ph
p?cat=news&id=911&sub=2&view=news. Di akses tanggal 23 maret
2012.
- Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta. Jakarta