Anda di halaman 1dari 20

PROSEDUR KEGIATAN :

1. Sekolah Lapang Kedaulatan Pangan Mendukung Swasembada Pangan


Terintegrasi Desa Mandiri Benih Jagung Sulawesi Selatan

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan Sekolah Lapang Kedaulatan Pangan Mendukung Swasembada Pangan
Terintegrasi Desa Mandiri Benih Jagung Sulawesi Selatan akan dilaksanakan pada TA.
2019. Lokasi kegiatan di Kabupaten Takalar dengan agroekologi lahan tadah hujan.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan ini meliputi


a. Perencanaan kebutuhan benih dilakukan dengan menjaring informasi tentang
jumlah, kelas dan varietas dari benih yang diperlukan.
b. Identifikasi calon penangkar dilakukan dengan wawancara informal dengan
petugas perbenihan, PPL, kontak tani dan petani calon penangkar yang
mempunyai talenta kewirausahaan.
c. Penyediaan benih Sumber sesuai kebutuhan petani dalam kawasan yang akan
dibina
d. Penentuan calon petani/calon lokasi berdasarkan penjaringan saat identifikasi
e. Pendampingan/bimbingan teknik produksi, dilakukan melalui ceramah, diskusi dan
praktek langsung dilapangan mulai dari kegiatan perencanaan, pengolahan tanah
termasuk rouging dan penanganan pasca benih kepada petani calon penangkar
f. Fasilitasi calon penangkar untuk sertifikasi benih dengan memberikan petunjuk
tatacara tehnis dan administrasi yang terkait.
g. Pengembangan sistem informasi perbenihan dengan menghubungkan jaringan
perbenihan yang sudah eksis.
h. Data yang dikumpulkan berupa data input-output, persepsi stakeholder terhadap
kegiatan mandiri benih ini.
i. Data yang terkumpul dianalisis dengan input-output analysis untuk mengetahui
tingkat keuntungan yang diperoleh pada usaha perbenihan. Dan data yang
sifatnya kualitatif ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel dan persentase.

Pendampingan/bimbingan teknik produksi dan Rouging


Dalam proses produksi benih tanaman Jagung, teknik budidaya termasuk rouging
dan prosessing sangat menentukan kualitas benih yang akan diperoleh. Prinsip-prinsip
budidaya dan prosessing harus dilakukan secara benar dan tepat. Dan untuk kegiatan
rouging diberikan dalam bentuk pendampingan pengenalan diskripsi varietas dan uptype.

Teknologi Budidaya

Dalam proses produksi benih jagung, teknologi budidaya akan diterapkan sesuai
standar untuk memproduksi benih. Penerapan teknologi tersebut mulai dari persiapan,
pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit,
rouging, detasseling, panen dan pascapanen

Prosessing

Kegiatan prosessing dari produksi yang diperoleh akan dilaksanakan menurut


kaidah produksi benih yang benar. Prosessing meliputi pemanenan, pengangkutan,
pemipilan, pengeringan, sortasi dan pembersihan, serta pengemasan (packing).

Tahapan Pelaksanaan

Pelaksanaan penangkaran benih ini bertujuan untuk menghasilkan benih dengan


mutu benih yang memenuhi syarat sertifikasi benih, untuk menghasilkan benih
bersertifikat maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:

1. Persyaratan lahan produksi benih


a. Lahan subur dan cukup tersedia air.
b. Lahan bersih dan bebas dari varietas lain.
2. Benih sumber
Benih sumber atau benih yang digunakan untuk memproduksi benih haruslah
bermutu tinggi dan jelas asal usulnya. Syarat mutu bagi benih bersertifikat antara lain
murni (Sesuai dengan sifat-sifat induknya), Sehat (Bebas dari kotoran maupun campuran
varietas lain) dan meemiliki daya tumbuh yang tinggi

3. Isolasi waktu dan jarak


Isolasi waktu dan jarak merupakan tindakan perlindungaan terhadap penyerbukan
silang terhadap varietas lain, baik dari dalam maupun sekitar lahan produksi. Jagung
merupakan tanaman yang menyerbuk silang oleh karena itu jarak ataupun isolasi waktu
merupakan hal yang sangat penting dalam memproduksi jangung bersertifikat, isolasi
jarak 200 m sedangkan isolasi waktu minimal 3 minggu.
4. Teknik budidaya dan produksi benih
Teknik produksi benih berbeda dengan produksi non benih yang terletak pada
prinsip genetiknya, dimana aspek genetiknya menentukan kelulusan dalam sertifikasi.
Teknik Budidaya secara internal dilaksanakan oleh penangkar benih dalam bentuk
roguing dan secara eksternal dilaksanakan Balai Pengawas dan Sertifikasi Benih (BPSB)
Dalam bentuk pengawasan di lapang.

Benih sumber varietas unggul baru (VUB) yang akan di perbanyak yaitu benih
kelas SS/BP, sedangkan varietasnya disesuaikan dengan permintaan petani dengan
harapan benih tersebut dapat ditanam oleh anggota kelompoknya pada musim tanam
berikutnya sebagai upaya menuju terbentuknya Desa mandiri benih. Luas perbanyakan
benih pada Tahun 2019 yaitu sekitar 1 hektar.

Pelaksanaan kegiatan akan dilakukan secara bertahap. Tahapan kegiatan tersebut


meliputi;

a. Persiapan

Persiapan meliputi pembuatan ROPP, penyediaan sarana produksi,


identifikasi lokasi kegiatan, seminar ROPP.

b. Teknik budidaya dan panen


Menurut Asni Ardjanhar dan Ketut Suitra (2008). Pelaksanaan budidaya
akan dimulai dari tahap persiapan lahan, pengolahan tanah, penanaman,
pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, panen, prosessing dan
pengemasan. Paket teknologi produksi benih jagung disajikan pada Tabel 1 dan
2.
Tabel 1. Paket teknologi produksi benih, kegiatan pengembangan model kawasan
mandiri benih Jagung berbasis masyarakat. 2019

No Paket Teknologi Aplikasi

Kebutuhan Benih
1. 15-20 kg/ha
Jumlah (kg/ha)

 Varietas VUB sesuai dengan kebutuhan


2.
petani

 Benih Berkualitas Daya tumbuh minimal 90% dan


3. toleran terhadap kondisi
lingkungan yang kurang optimal

 Perlakuan pra olah tanah Sanitasi lahan dan penyomprotan


4.
herbisida (Pengendalian Gulma)

 Penanaman Jarak tanam 75x20 cm. Satu


5.
tanaman/lubang

Pemupukan (dosis 300 -350 Urea, 100 – 200 SP 18,


6. kg/ha) 50 – 100 KCl, kg/ha, dan pupuk
kandang 1,5 – 3,0 ton/ha

Penyiangan dan I. 15-20 HST


7.
pembumbunan II. Sesuai dengan pertumbuhan
gulma
Pemberian air dilakukan sesuai
Pemeliharaan pemberian kebutuhan tanaman ditandai
8.
air dengandaun mulai menggulung
selama pertumbuhan tanaman.

 Pengendalian hama Pengendalian hama dan penyakit


9. penyakit jika ada serangan yang
melebihan ambang toleransi

15 hst, 30 hst, 60 hst, 90 hst dan


10. Rouging/seleksi
menjelang panen
Panen Masak fisiologis (90%) klobot
telah mengering (Black layer)
- Waktu panen
11. minimal 50% disetiap barisan
biji.

Kadar air minimal 30 %

Pasca panen Penjemuran tongkol sampai


kadar air mencapai 16%
- Pengeringan
selanjutnya dipipil
12. Menggunakan ayakan 7 mm biji
- Sortasi yang tidak lolos ayakan dijadikan
sebagai benih. Dijemur kembali
sampai kadar air 10%

Agar kadar tidak naik lagi maka


dikemas dalam plastik buram
13. Packing
dengan ketebalan 0,2mm dan
dipres.

c. Rouging
Roguing dilakukan untuk mempertahankan kemurnian varietas dan menghindari
campuran varietas lain. Roguing dilakukan sebanyak empat kali, yaitu :

 Roguing ke-1 dilakukan pada tanaman berumur 15-20 hst. Komponen yang diamati
adalah warna batang, bentuk daun, tinggi tanaman, dan tanaman yang berada
diluar barisan tanaman.
 Roguing ke-2 pada saat fase berbunga (32-35 hst), komponen yang diamati adalah
warna batang, bentuk daun, tekstur daun, dan bentuk lidah daun
 Roguing ke-3 pada 45-52 hst. Komponen yang diamati adalah warna bunga
betina/jantan, bentuk malai, dan posisi tongkol.

d. Detasseling
Detasseling dilakukan dengan cara mencabut/membuang bunga jantan dari
tanaman betina agar tidak menyerbuki diri sendiri.
e. Panen
Panen dilakukan bilamana kriteria panen dari masing-masing komoditas telah memenuhi
persyaratan. Ciri tanaman jagung sudah waktunya dipanen adalah kelobotnya sudah berwarna
putih kecoklatan dan tidak meninggalkan bekas apabila bijinya ditekan menggunakan kuku,sortasi
atau pemisahan biji yang kurang baik. Setelah itu dilakukan packing. Peralatan panen juga
mempengaruhi mutu beni yang dihasilkan. Cara pemipilan pun menentukan vigor awalnya.
Jagung di indonesia pada umumnya dipanen secara manual sehingga pengaruhnya terhadap
mutu benih tidak perlu dirisaukan. Tetapi pada pengusaha benih yang menggunakan mesin
pemanen (combine) perlu diperhitungkan kadar air yang tepat agar kerusakan mekanis dapat
diperkecil seminimal mungkin.

f. Pasca panen.
Proses pasca panen jagung mencakup pemipilan, pembersihan dari kotoran-kotoran fisik,
pemilahan berdasarkan ukuran besar benih (size grading), pemilahan berdasarkan berdasarkan
berat (density drading), perlakuan dengan bahan kimia tertentu sebelum pengemasan (misalnya
pemberian ridomil pada benih) serta cara, jenis dan ukuran kemasan, perlu mendapat perhatian.

2. Diseminasi inovasi teknologi Budidaya Talas Jepang (Satoimo).


I. BUDIDAYA TANAMAN TALAS JEPANG

1.1. PERSYARATAN TEMPAT TUMBUH

Iklim

 Rentang iklim yang lebar (dataran rendah sampai dataran tinggi);


 Optimal di suhu 25-30 °C; terbuka/tanpa naungan, kecuali bibit (butuh naungan
sekitar 50-75%);
 Kelembaban udara sedang-tinggi;
 Curah hujan minimal 150 mm/bulan dan maksimal 300 mm/bulan, kurang 150
mm/bulan, dibutuhkan penyiraman (kecuali pada saat panen itu akhir musim
hujan agar tanah tidak melengket pada umbi) lebih 300 mm/bulan penyakit mudah
terjadi.
Tanah

 Berbagai jenis tanah cocok, yang utama gembur;


 Kelembaban tinggi, namun drainase baik;
 Bahan organik (humus) tinggi;
 pH 5,6 - 6,5 (agak masam);

Kriteria lokasi penanaman talas

 Kemiringan lereng (<8%, mudah dioperasikan traktor);


 Penyinaran matahari (minimal 70% terbuka, tidak ternaungi);
 Tidak kena banjir pada selama musim tanam, 5 bulan;
 Dekat sungai atau sumur yang airnya cukup;
 Kedalaman solum minimal 50 cm;
 Tanah gembur (tidak keras);
 Mudah dijangkau kendaraan roda empat;
 Dekat dengan sumber kompos/pupuk kandang (dekat kompleks peternakan
ayam/sapi, atau mudah mendapatkan meskipun dengan cara membeli).

1.2. CARA BUDIDAYA

1.2.1. Penyiapan Bibit

 Bibit satoimo berupa umbi sebaiknya diambil dari tanaman yang sudah berumur
tua yaitu lebih dari 6 bulan. Jika menggunakan umbi yang sudah tua, membuat
tingkat kegagalan semai sedikit. Bibit yang digunakan berupa umbi yang telah
lewat masa dormansi (masa di mana mata tunas mulai tumbuh) dengan ukuran
berkisar 20-50 gram/umbi. Dapat juga menggunakan bibit talas dalam polybag
hasil kultur jaringan dengan tinggi sekitar 10-15 cm dan minimal telah tumbuh 2
helai daun. Bisa juga tanaman muda (anakan) yang disapih dari induknya.
 Umbi dideder/disemaikan di sekitar lokasi tempat penanaman. Setelah berumur
2-3 minggu atau sudah berdaun 1-2 lembar atau tinggi tunas sekitar 5-10 cm
dipindahkan ke lokasi penanaman. Agar akar tidak terputus pada saat menyemai
bibit, sebaiknya mengunakan sekam padi atau serbuk gergaji yang dicampur
dengan tanah 1 : 1 sebagai media persemaian supaya media tanam gembur dan
saat pencabutan akar tidak terputus, karena kalau terputus akarnya,
pertumbuhan talas akan terlambat. Selain cara tersebut dapat juga dilakukan
dengan cara menyemai hingga tumbuh tunas setinggi 3-4 cm lalu dipindahkan ke
lahan (seperti tertera pada gambar 2).
Gambar 2. Pendederan bibit talas dan contoh bibit talas yang siap di pindah ke
lapangan

 Penyemaian bibit dapat dilakukan di tanah atau di dalam polybag. Saat


melakukan penyemaian bibit, pastikan tanah untuk menanam talas mengandung
unsur hara yang cukup dan air yang cukup agar bibit tidak kekurangan air.
Sebelum bibit disemai pastikan benih bersih dari tanah, telah direndam dengan
fungisida dan bakterisida sekitar 5 menit. Setelah itu bibit ditanam pada tanah
gembur dan telah diberi pupuk kompos dengan perbandingan 1 : 2. Bibit
kemudian diberi pelindung dengan jerami padi atau Paranet. Sebaiknya
menyemai bibit dibawah nauangan. Jika bibit telah berumur 0,5-1 bulan dan
memiliki 1-2 daun, maka siap dipindah ke lapangan (ditanam). Penanaman
sebaiknya dilakukan pada sore hari
 Jika melakukan persemaian di polybag sebaiknya gunakan pupuk daun
seminggu sekali sejak tanaman berusia 1 bulan hingga tanaman berumur 2 bulan.
Kelebihan sistem ini yaitu mengurangi stres dan dapat menekan angka kematian
ketika dipindahkan ke lapangan (hanya sekitar 3-5 %)

1.2.2. Persiapan Lahan

 Tanah diolah dengan traktor/dicangkul sampai gembur dengan kedalaman sekitar


30 cm. Sebelumnya, dilakukan pembersihan gulma. Bila perlu dapat
menggunakan herbisida yang aman (Lihat lampiran daftar herbisida yang
diperkenankan)
Gambar 3. Pengolahan tanah menggunakan traktor/kutivator

 Di daerah yang curah hujannya tinggi dan tanah yang miring, sebaiknya dibuat
guludan dan saluran air. Untuk tanam 1 jalur (baris tunggal), tinggi guludan 15 cm
dan panjang sesuai lahan.
 Siapkan lubang tanam dengan diameter 25 cm dan kedalaman 20 cm. Masukkan
pupuk kompos 1 kg/lubang tanam (untuk tanah kurang subur). Untuk mengatasi
hama dianjurkan menggunakan pestisida organik yang dicampur merata dengan
kompos. Sebelum ditanami, sebaiknya lahan diairi terlebih dahulu.

50 cm

100 cm

Gambar 4. Pengaturan Jarak tanam talas

1.2.3. Penanaman
 Jarak tanam yang digunakan adalah 80 - 100 cm x 50 cm untuk tanam 1
jalur/baris tunggal agar populasi tanaman menjadi 20.000 pohon/ha atau
membuat bedengan dengan lebar 120 cm dan tinggi 20 cm dengan jarak tanam
60 cm x 50 cm (untuk 2 jalur/baris ganda).

Gambar 5 Tidak pakai bedengan Pakai bedengan atau saluran air

1.2.4. Pengairan/Penyiraman

 Air merupakan kebutuhan mutlak dalam budidaya tanaman ini. Kelembaban


tanah perlu dipertahankan hingga rata-rata 60% terutama saat musim kemarau.
Pengairan dibutuhkan bila curah hujan tidak mencukupi. Metode pengairan dapat
diaplikasikan dengan irigasi permukaan melalui saluran atau parit antara
guludan/bedengan, selain itu bisa juga dengan irigasi tetes atau sprinkler.
 Penggunaan mulsa dianjurkan baik pada musim kemarau maupun musim hujan

Gambar 5. Cara pengairan tanaman talas


1.2.5. Pemupukan

 Pupuk dasar diberikan sebelum tanam. Untuk setiap lubang terdiri atas : Kompos
1 kg (kurang lebih dua kali dua genggam tangan orang dewasa dan NPK 20 gram
(satu sendok makan penuh), (lihat contoh gambar dibawah)
 Kompos dan pupuk NPK ini dicampurkan secara merata di dalam lubang tanam
berukuran kurang lebih diameter 25 - 30 cm dan kedalaman 20 cm. Kompos yang
diberikan dapat berupa kompos kotoran ayam atau kotoran ternak lainnya

Gambar 5. Aplikasi pupuk dasar

1.2.6. Perawatan Tanaman


1. Pemupukan Susulan Pertama dengan Pembumbunan Pertama

Setelah tanaman talas berumur satu bulan setelah ditanam (berdaun 3-4 helai)
lakukan pemupukan susulan pertama dan pembumbunan pertama. Karena mulai dari
masa ini anakan yang muncul dari bonggol akan mulai tumbuh dan tambah gemuk. Jika
terjadi kekurangan pupuk ataupun kurang tebal tanah di atas umbi saat itu pertumbuhan
umbi talas kurang baik.

Prosedur : Berikan pupuk NPK 1 sendok makan penuh di bawah ujung daun. Karena
akar yang berfungsi untuk memakan nuturisi adalah hanya akar yang paling ujung dan
biasanya akar-akar ini berada di sekitar di bawah ujung daun. Kemudian lanjutkan
dengan membumbun tanah setebal 5 cm di atas pupuk NPK yang sudah diaplikasikan
Gambar 6 . Menabur pupuk NPK di sekitar ujung daun talas dan menutup dengan
tanah

Gambar 7 .Pembumbunan yang baik Pembumbunan yang kurang baik

2. Pemupukan Susulan Kedua dengan Pembumbunan Kedua

Setelah talas berumur dua setengah bulan dilakukan pemupukan susulan kedua
dengan pembumbunan kedua. Karena mulai dari masa ini umbi cucu yang muncul dari
anakan akan mulai tumbuh dan bertambah besar. Jika terjadi kekurangan pupuk ataupun
kurang tebal tanah di atas umbi saat itu, maka umbi talas tidak akan berkembang dengan
baik.

Prosedur : Berikan pupuk NPK 1 sendok makan penuh di bawah ujung daun. Karena
akar yang berfungsi untuk menyerap nutrisi adalah hanya akar yang paling ujung dan
biasanya akar-akar tersebut berada di sekitar bagian bawah ujung daun/tajuk. Kemudian
membumbun tanah setebal 10 cm di atas pupuk NPK yang sudah diaplikasikan tadi.

Gambar 8. Bagian umbi talas

1.2.7. Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual (dicabut/dipotong). Jangan menggunakan


herbisida (racun rumput) dalam kegiatan penyiangan

1.2.8. PANEN DAN PASCA PANEN

1. Panen
Panen dilakukan jika daunnya mulai layu atau berwarna kuning (umur tanaman
sekitar 4,5 sampai 5 bulan) dengan ciri-ciri daun sudah mulai menguning dan mengecil.
Talas jepang (satoimo) untuk tujuan konsumsi dapat dipanen pada umur 4,5 – 5 bulan
sedangkan untuk perbanyakan bibit harus dipanen pada umur 6 bulan.

Panen dilakukan dengan cara menggali dan mencabut tanaman. Umbi dilepas
satu-persatu kemudian dibersihkan dari tanah dan akar-akar yang muncul dari umbi.
Gambar 19. Ciri-ciri tanaman Talas yang siap panen

Gambar 20. Contoh talas yang belum matang Tunas anakannya masih agak putih dan
memanjang

Gambar 21. Contoh talas yang sudah matang Tunas anakannya sudah berwarna
coklat, berbentuk bundar dan tunas anakannya sudah tidak kelihatan
2. Pasca Panen

Umbi yang sudah dipanen, disortir (dipilah) untuk memilih umbi dan
mengelompokkan umbi yang berwarna bersih atau sesuai dengan pengelompokan bobot
umbi dan dimasukkan dalam karung agar tidak mudah berjamur. Maksimal 2 hari setelah
panen, talas sudah harus dikirim ke tempat pengolahan (pabrik) agar kesegaran talas
tetap terjaga. Hasil panen dikumpulkan di lokasi strategis, aman dan mudah dijangkau
oleh angkutan. Selama pengangkutan, posisi karung diletakkan berdiri maksimal dua
susun dan diusahakan ada celah antara karung agar sirkulasi udara lancar sehingga
terhindar dari jamur (penyebab talas busuk).

3. OBOR PANGAN LESTARI (OPAL)


III. METODOLOGI

3.1. Pendekatan
Kegiatan ini adalah merupakan kegiatan Desiminasi melalui Obor Pangan Lestari (OPAL)
dilakukan di halaman kantor BPTP Sulawesi Selatan.
Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan ini meliputi :

1. Persiapan, pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya, lokasi dan kelompok
sasaran.
2. Pertemuan tim untuk melengkapi inovasi teknologi yang dijadikan wahana pembelajaran
bagi stakeholders
3. Sosialisasi, memperkenalkan kepada kelompok sasaran mengenai maksud dan tujuan dari
kegiatan ini.
4. Memperbaiki pola pengelolaan Obor Pangan Lestari (OPAL) sehingga mampu berjalan
secara efektif dan efisien serta berkesinambungan dan bernilai ekonomis
5. Penataan kegiatan Obor Pangan Lestari, Taman Agro Inovasi dan Agri Inovasi Mart yang
sekaligus dijadikan sebagai Klinik Agro Inovasi
6. Pengumpulan bahan-bahan untuk display Agrimart
7. Monitoring dan Evaluasi, untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan yang
telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan.

3.2. Bahan dan Metode Pelaksanaan


3.2.1. Waktu dan Lokasi Kegiatan
Display Kegiatan Obor Pangan Lestari (OPAL) dilakukan sekitar halaman kantor
dan waktu pelaksanaannya mulai bulan Januari hingga Desember 2019.

3.2.2. Bahan dan Alat


Bahan yang dibutuhkan berupa benih sayuran, pupuk dan bahan yang pendukung
lainnya. Sedangkan alat yang dibutuhkan seperti alat press, cangkul, mulsa, pot, dan lain
sebagainya

3.2.3. Metode Pelaksanaan


3.2.3.1. Agro Inovasi Mart (AgriMart)
Bahan yang didisplaykan adalah produk dari Taman Agro Inovasi, hasil
litkaji dan hasil pendampingan OPAL, diharapkan link antara produsen dan
konsumen.

3.2.3.2. Taman Agroinovasi (KBI)


Penataan dan pengelolaan lahan pekarangan seluas ± 4 are. Model
penataannya dalam bentuk vertikultur, polybag, tabulapot dan penanaman
langsung dengan menggunakan mulsa. Adapun yang akan ditanaman adalah
varietas sayuran hasil litkaji Badan Litbang. Dalam kegiatan ini diharapkan selain
menjadi tempat pembelajaran bagi stakeholders juga diharapkan menghasilkan
sayuran organik dan benih/bibit.

Prosedur OPAL (Obor Pangan Lestari)

No Uraian Kegiatan Inovasi Teknologi


1. Penyiapan benih/bibit  Benih sayuran berukuran kecil disemai
pada media campuran tanah dengan
pupuk organik (2:1) dalam wadah
talang plastik atau wadah lainnya pada
pesemaian
 Benih yang berukuran besar/stek
langsung ditanam pada bedengan yang
telah dicampur rata dengan pupuk
kompos dosis 2 t/ha
2. Penanaman  Bibit ditanam pada media campuran
tanah dengan pupuk organik (komposisi
2:1) pada pot, polybag, kantung semen
atau wadah lainnya, dan selanjutnya
ditata pada lahan pekarangan.
 Untuk benih berukuran besar
langsung ditanam di bedengan yang
telah diberi pupuk organik 2 t/ha pada
setiap lahan pekarangan rumah tangga
tani
3. Pemupukan  Pemberian pupuk organik pada
media tanam
 Aplikasi pupuk NPK dan Urea
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman
4. Pengendalian hama  Dilakukan secara mekanis dengan
penyakit cara mengamati dan mengumpulkan
serangga hama secara berkala dan
memusnahkannya
 Bila ada tanaman terserang penyakit
maka tanaman tersebut langsung
diisolasi/dicabut dan dimusnahkan
 Dalam keadaan tingkat serangan yang
tinggi dapat menggunakan
insektisida/fungisida
5. Panen  Dilakukan sesuai kebutuhan
konsumsi sendiri ataupun untuk dijual ke
pasar atau diolah
POIN PENTING TAMBAHAN:

1. Talas Saitomo: Dapat menjadi makanan pokok pengganti beras, memiliki


nutrisi yang tinggi. Selain into, hasil penjualan ini dapat menjadi sumber
penghasilan baru dari para petani.
2. Mandiri Benih Jagung: Tujuan utama dari program ini adalah diharapkan
petani setempat mampu menghasilkan bibit secara mandiri tanpa
bergantung pada took tani yang ada.
3. OPAL: Pemanfaatan lahan pekarangan rumah sebagai sumberdaya dan aset
untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga sehingga tercipta rumah yang
asri dan sehat.

Anda mungkin juga menyukai