Anda di halaman 1dari 15

AL- ISLAM / 2019-2020

LAPORAN MODUL KE-2

KELOMPOK 4

Alfina Damayanti (2019730008)


Cyndana Putri (2019730019)
Fatimah Azahra (2019730030)
Ghina Ahsani Nadiya (2019730022)
Hanif Ahmad Mubarok (2019730043)
Kurotul Aini (2019730054)
Muhammad Naufan faqiih (2019730076)
Muhamad Raihan Naufal (2019730068)
Nadila Amalia Sadeli (2019730083)
Rizka Putri N (2019730096)
Syifa Sofayanti (2019730106)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan kita
Rahmat, hidayah-Nya serta nikmat iman, islam, dan sehat sehingga kita dapat menyelesaikan
laporan PBL Modul 2 ini dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu. Laporan penelitian ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas PBL kami pada blok Al-Islam ini.

Dalam penyusunan laporan ini kami berterima kasih kepada dosen tutor kami serta
teman-teman kami yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini.

Kami memohon maaf jika dalam laporan kami ada kesalahan kata, ejaan, bahasa atau
apapun yang membuat pembaca menjadi terganggu dan insyaallah kami akan berusaha lebih
baik lagi dalam penulisan laporan lainnya. Maka dari itu kami sangat terbuka jika pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga kami dapat menjadi lebih baik
dikemudian hari.

Cirendeu, 7 Desember 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………....….2

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………...……….3

BAB II ISI

2.1 Skenario 1……………………………………………………………….……….4

2.2 Kata Kunci………………………………………………………………..……...4

2.3 Mind Maping……………………………………………………………...

……...4

2.4 Pertanyaan……………………………………………………………….………

2.5 Hasil Analisis……………………………………………………………..……...5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………….………………….15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...………...….….16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sholat jama' merupakan keringanan bagi seorang muslim dalam menjalankan


ibadahnya. Khususnya bagi para musafir dan orang yang memiliki hajat atau
keperluan penting. Maka seorang muslim yang dalam konteks ini mendapatkan
rukhsoh atau keringanan dalam ibadah. Ada ketentuan yang menjadikan atau
diperbolehkannya menjama' dan mengkhosor (meringkas, yang 4 menjadi 2 rakaat)
sholat.

2. Tujuan Umum

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan


menjalankan sholat jama', khosor, dan jama' khosor. Dan memahami dalam bentuk
musafir atau dalam keadaan hajat.

3
BAB II
ISI

2.1 Skenario 1

Ali dan Umar bersiap menuju bandara untuk terbang ke Jakarta usai menjalankan ibadah
umroh, berangkat dari Mekah pada hari Jumat, pesawat take-off pada pukul 18.00, dan jarak
Mekah-Jedah sekitar 1,5 jam, terdapat ketentuan dari penerbangan bahwa penumpang harus 4
jam sebelumnya sudah di Bandara King Abdul Aziz Jedah. Mereka berangkat dari Mekah jam
11.00, sehingga tidak bisa sholat jumat di Mekah. Sesampainya di Bandara King Abdul Aziz
mereka menjalankan sholat Dhuhur dan Asar dengan jama’ taqdim. Perjalanan yang ditempuh
untuk menuju Jakarta sekitar +8 jam, hal ini akan melewati waktu shalat Magrib, dan Isya
bahkan Subuh.

2.2 Kata kunci

1. Tidak bisa shalat Juma’at di Mekkah


2. Shalat zuhur dan ashar dengan Jama’ Taqdim
3. Melewati waktu shalat Maghrib,Isya bahkan Subuh

2.3 Mind Maping

Taqdim

Jama’
Takhir

Mushafir Shalat

Qashar

2.4 Pertanyaan

1. Definisi jama' dan qashar?

4
2. Macam-macam jamak?
3. Syarat menjamak dan qashar?
4. Dasar hukum Jamak dan qashar?
5. Macam-macam udzur shalat jamak?
6. Jelaskan tata cara menjamak dan meng-qashar salat!
7. Jelaskan tata cara shalat bagi orang yang sedang berpergian!
8. Jelaskan contoh rukhsah yang diberikan kepada orang yang sedang Safar!
9. Jelaskan adab yang dilakukan oleh orang yang berpergian ?
10. Hikmah disyariatkannya menjamak dan mengqashar salat?

2.5 Hasil Analisis

1.Definisi jamak dan qashar

● Salat Jamak yaitu salat yg dilaksanakan dengan mengumpulkan dua salat wajib dalam
satu waktu, seperti salat Zuhur dengan Asar dan salat Magrib dengan salat Isya
(khusus dalam perjalanan) atau sedang safar.
● Salat Qasar adalah melakukan salat dengan meringkas/mengurangi jumlah rakaat salat
yang bersangkutan. Salat Qasar merupakan keringanan yang diberikan kepada mereka
yang sedang melakukan perjalanan (safar). Adapun salat yang dapat diqasar adalah
salat zuhur, asar dan isya, di mana rakaat yang aslinya berjumlah 4
dikurangi/diringkas menjadi 2 raka'at saja.

2. Macam-macam sholat jamak

a) JamakTaqdim
Jamak taqdim adalah melakukan dua shalat fardu pada waktu shalat yang pertama. Misalnya,
Shalat zuhur dengan asar dikerjakan di dalam waktu zuhu dan shalat magrib dengan
isya’dikerjakan di dalam waktu magrib.
b) jamak takhir
Adalah kebalikan dari jamak taqdim, yaitu melakukan dua shalat fardu pada waktu shalat
yang kedua. Miasalnya, Shalat zuhur dengan asar dilaksanakan di dalam waktu asar. Dan
shalat magrib dan isya’ dilaksanakan di dalam waktu isya.

3.Syarat Menjama’ dan Qashar

● Syarat melakukan sholat jama’


1. Ketika sedang haji di Arafah, di Mina dan Muzdalifah
Namun, sebagian hadist mengatakan hanya menyebutkan di Mina 2 rakaat
(Muttafaq’alayh)
2. Ketika berpergian (jauh) sebagai musafir
“ Saya pernah shalat Dzuhur bersama Rasulullah saw. di Madinah empat rakaat,
dan saya shalat ‘Ashr bersama beliau di Dzul-Hulafyah dua rakaat” (HR. Abu
Daud, dari Mu’adz bin Jabal}.

5
3. Dalam keadaan hujan
4. Ketika sakit atau keadaan lain yang menyulitkan

● Syarat Qashar :
1. Niat untuk bersafar
2. .Sudah mencapai jarak safar
Jarak disebut safar jika telah mencapai 48 mil atau 85 km. Ini pendapat kebanyakan ulama.
Disebut safar jika telah melakukan perjalanan dengan berjalan selama tiga hari tiga
malam.Tidak ada batasan untuk jarak safar, selama sudah disebut safar, maka sudah
boleh mengqashar shalat.
3. Sudah keluar dari bangunan terakhir dari negerinya.
4. Disyaratkan niat qashar untuk setiap shalat.

Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, terbitan Kementrian Agama Kuwait, juz ke-27, hal. 275-279.

4.Dasar hukum Jamak dan qashar?

Dasar hukum sholat jamak dalam perjalanan sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

Artinya:
Dari Anas bin Malik r.a. dari Nabi Muhammad saw.: "Apabila tergesa-gesa hendak
pergi, beliau mengundurkan sholat Zuhur sampai awal waktu sholat Asar, lalu beliau
menjamak keduanya, dan beliau mengundurkan sholat Magrib sampai beliau
menjamaknya dengan sholat Isya, yaitu ketika terbenamnya awan merah (H.R.
Bukhari dan Muslim)
Sholat qasar adalah sholat ringkas. Maksudnya, meringkas sholat yang empat rakaat menjadi
dua rakaat, Sesuai dengan Hadis Nabi Muhammad shalallahu ‘aialihi wasallam;

6
Artinya:
"Dari Ya’la bin Umaiyah, saya telah berkata kepada Umar, Allah berfirman maka tidaklah
berdosa kamu mengqasar sholat jika kamu takut diserang orang kafir, sedangkan sekarang
telah aman (tidak takut lagi). Umar menjawab, saya heran juga sebagaimana engkau,
maka saya tanyakan
kepada Rasulullah saw. dan beliau menjawab: sholat qasar itu sedekah yang diberikan
Allah swt. kepada kamu, maka terimalah olehmu sedekah-Nya (pemberian-Nya) itu.” (H.R.
Muslim).

5. Macam-macam udzur shalat jama’

1. Menjamak di Arafah dan Muzdalifah. Bagi kaum muslimin yang sedang


melaksanakan ibadah haji, disyari’atkan untuk menjamak shalat fardu ketika berada di
Arafah dan di Muzdalifah.
2. Menjamak ketika musafir. Ketika seseorang berada dalam musafir (perjalanan jauh )
atau hendak melaksanakan musafir diizinkan untuk menjamak shalatnya.
3. Menjamak karena sesuatu keperluan dan halangan. Maksudnya adalah apabila
seseorang berada dalam keadaan yang berhalangan untuk mengerjakan shalat pada
waktunya, seperti karena suatu keperluan yang sangat mendesak, menjaga orang sakit,
seorang dokter yang melakukan tindakan darurat, operasi, atau terjebak macet di jalan
tol. Di perkenankan untuk menjamak shalatnya, yang dijadikan dasar adalah hadits
riwayat Muslim.
4. Menjamak karena lupa. Lupa adalah sifat yang selalu saja ada pada manusia, dan sulit
memang dikatakan sebagai manusia kalau tidak punya sifat lupa. Hanya Allah lah
yang Maha sempurna, yang tidak pernah lupa dan lalai terhadap segala makhluknya.
Ketika seseorang lupa mengerjakan satu shalat dia ingat setelah waktunya berlalu.
Maka dia wajib mengerjakan (mengqadha ) shalat itu.
5. Bagi wanita yang kering haid menjelang magrib dan menjelang waktu subuh. Yang
dimaksud pada poin ini adalah manakala seorang wanita merasa bahwa haid sudah
kering (sudah berhenti) di penghujung waktu ashar, maka wanita ini diperintahkan
untuk bersuci dari hadats besar. Kemudian bersegeralah untuk melaksanakan shalat
zuhur dan ashar yang belum dikerjakan itu, artinya bahwa shalat zuhurnya dijamak ke

7
ashar (jamak ta’khir). Begitu pula ketika wanita ini merasa (mengetahui) bahwa darah
haidnya sudah berhenti (kering) di waktu larut malam (belum waktu subuh), maka dia
dapat bersegera bersuci dari hadats besar (haid)nya, apakah dengan cara mandi atau
dengan tayamum. Kemudian bersegeralah mengerjakan shalat magrib dan isya dengan
cara jamak ta’khir.

6.Tata cara menjamak dan mengqashar sholat


1. Tata-tata cara jamak shalat:
● Cara mengerjakan jamak taqdim:
1. Niat dalam hati
2. Salat Zhuhur terlebih dahulu 4 rakaat, setelah salam; dan
3. dilanjutkan shalat ashar.

● Cara mengerjakan Jamak takhir


a. mendahulukan yang punya waktu
- Niat dalam hati
- Salat Ashar terlebih dahulu 4 rakaar setelah salam, dan dilanjutkan shalat
dhuhur.
b. Dilakukan secara berurutan
- Niat
- Salat Zhuhur terlebih dahulu 4 rakaat setelah salam, dan
- Dilanjutkan shalat ashar 4 raka’at.
Antara salat yang pertama dengan salat yang kedua cukup dengan seklai iqamat. Dengan
demikian, dilakukan dengan satu kali adzan dan dua kali iqamat.

2. Tata-tata cara mengqashar sholat:


● cara mengerjakan Jamak qashar taqdim:
- Niat dalam hati
- Salat Zhuhur terlebih dahulu 2 rakaat, setelah salam dan;
- Dilanjutkan Salat Ashar 2 rakaat

7. Tata cara shalat bagi orang yang sedang berpergian

1. Meringkas Shalat

Meringkas shalat (qoshor) dimana shalat empat rakaat diringkas menjadi dua rakaat
ketika safar disyariatkan. Dalil-dalil tentang masalah ini di antaranya, Allah berfirman:

‫صككللوورة اْرمن رخمفتكككمم اْلمن يلمفترنلكككككم اْلنككرذميلن لكفلكككرمواْ اْرنن ماْلكفرررميككلن لكككاَنكمواْللككمم‬ ‫س لعللميككمم كجلناَحح اْلمن تلمق ك‬
‫صكككرمواْ رمككلن اْل ن‬ ‫ضلرمبتكمم رفىِ ماْللمر ر‬
‫ض فلللمي ل‬ ‫لواْرلذاْ ل‬
َ‫لعكدنوواْممبرميننا‬

“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu meng-qoshor
sholat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu
musuh yang nyata bagimu.” (Qs. An Nisa’: 101)

2. Menjama’ (Menggabung) Dua Shalat

8
Termasuk kesempurnaan rahmat Allah bagi seorang musafir adalah diberi keringanan
untuk menjama’ dua shalat di salah satu waktunya. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma
berkata,

‫ب لوماْلرعلشاَرء‬
‫صرر إرلذاْ لكاَلن لعللىِ ظلمهرر لسميرر لويلمجلمكع بلميلن اْمللممغرر ر‬ ‫صللرة اْل م‬
‫ظمهرر لواْللع م‬ ‫صنلىِ اك لعللميره لو لسلنلم يلمجلمكع بلميلن ل‬
‫لكاَلن لركسموكل ار ل‬

“Apabila dalam perjalanan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjama’ shalat Zhuhur
dengan Asar serta Maghrib dengan ‘Isya’.” (HR. Al Bukhari:1107 dan Muslim:704)

Shalat yang boleh dijama’ adalah shalat Zhuhur dengan Asar serta shalat Maghrib
dengan ‘Isya’. Adapun shalat shubuh tidak boleh dijama’ dengan shalat yang sebelumnya atau
sesudahnya. Demikian pula tidak boleh menjama’ shalat asar dengan maghrib.“Adalah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berangkat sebelum matahari tergelincir maka beliau
mengakhirkan shalat Zhuhur hingga Asar kemudian menjama’ keduanya. Apabila beliau
berangkat setelah Zhuhur maka beliau shalat Zhuhur kemudian baru berangkat.” (HR. Al
Bukhari:1111 dan Muslim:704)

Adapun tatacara menjama’ shalat adalah menggabungkan dua shalat dalam salah satu
waktu, baik diakhirkan maupun dikedepankan. Misalnya shalat Zhuhur dan Asar dijama’
(digabung) dikerjakan pada waktu Zhuhur atau pada waktu Asar, keduanya boleh. Hendaklah
adzan untuk satu kali shalat dan iqomah pada setiap shalat. yaitu satu kali adzan cukup untuk
Zhuhur dan Asar dan iqomah untuk setiap shalat (HR. Al Bukhari: 629).

3. Shalat Berjama’ah (Terutama Bagi Laki-Laki)

Shalat berjama’ah tetap disyariatkan ketika safar. Bahkan para ulama mengatakan
bahwa hukum shalat berjama’ah tidak berubah baik ketika safar maupun muqim

4. Shalat di Atas Kendaraan

Pada asalnya, shalat wajib tidak boleh ditunaikan di atas kendaraan. Hendaknya
dikerjakan dengan turun dari kendaraan sebagaimana perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam terkecuali dalam keadaan terpaksa seperti khawatir akan habisnya waktu shalat. Jabir
bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,

‫صللمي اْمللممكتكموبلةل نللزلل‬


‫ق فلإ رلذاْ أللراْلد ألمن يك ل‬
‫صللمي لعللىِ لراْرحللترره نلمحلو اْمللممشرر ر‬
‫صنلىِ اك لعللميره لو لسلنلم لكاَلن يك ل‬ ‫ألنن اْلننبر ن‬
‫ي ل‬

“Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat (sunnah) di atas kendaraannya ke arah
timur. Apabila beliau hendak shalat wajib maka beliau turun dari kendaraan kemudian
menghadap kiblat”. (HR. Al Bukhari : 1099).

Adapun tatacara shalat di atas kendaraan, baik itu pesawat, bus, kereta, atau kapal
laut, yaitu hendaklah shalat dengan berdiri menghadap kiblat apabila mampu.

8. Rukhsah atau dispensasi yang diberikan pada orang yang sedang safar.

1. Meng-qashar Shalat
Orang yang melakukan perjalanan mendapatkan keringanan untuk meng-qashar
shalat. Yakni meringkas shalat yang empat raka’at menjadi dua raka’at. Keringanan meng-
qashar shalat diterangkan oleh Allah dalam surah An-Nisa ayat 101;
ْ‫صللرة إرمن رخمفتكمم لأن يلمفترنلكككم اْلنرذيلن لكفلكروا‬ ‫س لعللميككمم كجلناَحح لأن تلمق ك‬
‫صكرواْ رملن اْل ن‬ ‫ضلرمبتكمم رفي اْمللمر ر‬
‫ض فلللمي ل‬ ‫لوإرلذاْ ل‬

9
Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar
shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.
Ayat diatas adalah dalil dibolehkannya mengqashar shalat saat safar. Meski secara
literal ayat tersebut mengaitkan safar dengan takut terhadap serangan orang kafir, namun
kebolehan qashar saat safar berlaku umum karena ia merupakan rukshah dari Allah.

2. Menjama’ Shalat
Selain qashar shalat, musafir juga mendapat keringanan dalam shalat berupa jama’.
Yakni menggabungkan dua shalat menjadi satu yang dikerjakan pada satu waktu di awal atau
di akhir. Shalat yang dijamak adalah shalat dzuhur-ashar dan magrib-isya.
Dalil tentang jama’ diterangkan dalam hadits-hadits nabawi, diantaranya hadits Abdullah bin
Umar radhiyallahu ‘anhuma. Beliau berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam jika terburu-buru dalam perjalan, maka beliau mengakhirkan shalat maghrib
dan menjama’ dengan shalat ‘isya” (Terj. HR. Bukhari & Muslim).

3. Tidak berpuasa Ramadhan


Jika seseorang melakukan safar pda bulan Ramadhan, maka ia memperoleh
keringanan untuk tidak berpuasa. Sebagai gantinya, ia mengqadha puasa yang ditinggalkan
tersebut pada hari lain di luar Ramadhan sejumlah hari yang ditinggalkannya.
Sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam surah al-Baqarah ayat 184;maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu.

4. Membasuh Khuf (Sepatu Bot) Sampai Tiga Hari


Orang safar juga mendapat keringanan mengusap khuf saat wudhu. Yakni saat
berwudhu, tidak perlu melepas sepatu saat akn cuci kaki. Tapi cukup mengusap sepatu bot
(khuf) yang dikenakan. Dengan syarat sepatu tersebut dikenakan dalam keadaan suci setelah
berwudhu. Keringanan mengusap khuf bagi musaafir berlaku sampai tiga hari. Setelah lewat
tiga hari, maka sepatu dilepas lalu berwudhu lagi dengan mencuci kaki. Setelah itu dapat
dibasuh kembali saat wudhu.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi keringanan mengusap khuf selama tiga
hari tig a malam bagi musafir dan sehari semalam bagi orang muqim” (Terj. HR. Muslim).

5. Tidak Wajib Menunaikan Shalat Jum’at


Muqsafir mendapat keringanan meninggalkan shalat jum’at. Namun tetap wajib
menunaikan shalat dzuhur Karena shalat Jum’at hanya diwajibkan kepada laki-laki dewasa
dan muqim. Segaim ana dalam hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Tidak ada
kewajiban shalat Jum’at bagi musafir”.

6. Boleh Melakukan Shalat Sunnah Di Atas Kendaraan


Berdasarkan hadits Sa’id bin Yasar. Beliau menuturkan, aku pernah bepergian pada

10
waktu malam Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma menuju Makkah. Tatkala aku khawatir waktu
subuh akan masuk, akun turun dari kendaraan menunaikan shalat witir. Lalu aku menyusul
Ibnu Umar. “Kamu dari mana saja?”, tanya Ibnu Umar. “Aku khawatir waktu subuh akan
masuk, sehingga aku turun menunaikan shalat witir”. “Bukankah pada dirimu terdapat
teladan yang baik pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” tanya Ibnu Umar lagi.
“Tentu”, jawabku. Ibnu Umar mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa
sallam pernah shalat witir di atas Onta”. (Terj. HR Bukhari & Muslim).
Ibnu Umar juga meriwayatkan bahwa “Rasulullah shallalhu ‘alaihi wa sallam shalat
saat safar di atas kendaraannya. Beliau shalat lail dan shalat witir. Kecuali shalat fardhu
(beliau tidak lakukan dikendaraan)

7. Meninggalkan Shalat Sunnah Rawatib Kecuali Qabliyah Subuh


Seorang Musafir juga memperoleh keringananan boleh meninggalkan shalat sunnat
rawatib (qabliyah dan ba’diyah). Kecuali shalat sunnah qabliyah subuh, karena Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah sama sekali meninggalkannya, baik saat safar
apalagi muqim. Berkenaan dengan hal ini Imam Ibnul Qayyim mengatakan, “Di antara
petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersafar adalah mengqashar shalat fardhu
dan tidak mengerjakan shalat sunnah rawatib qabliyah dan ba’diyah. Yang biasa beliau tetap
lakukan adalah shalat witir dan shalat sunnah qabliyah shubuh.

9. Adab yang dilakukan seseorang dalam bepergian dan bagaimana pelaksanaan shalat
jumat
1) hendak tidak safar sendirian
Seorang Muslim dimakruhkan bersafar sendirian, hendaknya bersafar bersama beberapa
orang. Sehingga lebih aman dan bisa saling mengingatkan kebaikan dan melarang
kemungkaran di perjalanan.
2) mencari teman safar yang baik.
Hendaknya seorang yang bersafar mencari teman safar yang saleh. Agar perjalanan safarnya
penuh dengan hal-hal yang bermanfaat, jauh dari kesia-siaan dan maksiat
3) boleh menjamak sholat,namun lebih utama tidak dijamak.
oleh menjamak (menggabungkan) salat ketika safar. Zuhur dijamak dengan Asar, Magrib
dengan Isya. Salat Subuh dikerjakan pada waktunya dan tidak dijamak dengan salat
sebelumnya atau sesudahnya.
4) dianjurkan mengqashar shalat
Adapun mengqasar (meringkas) salat ketika safar, itu lebih dianjurkan. Ibnu Umar
radhiallahu’anhu mengatakan:“Aku biasa menemani Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam dan beliau tidak pernah menambah salat lebih dari dua rakaat dalam safar.
Demikian juga Abu Bakar, Umar dan Utsman, radhiallahu’anhum.” (HR. Bukhari no.
1102, Muslim no. 689). Maka mengqasar salat ketika safar hukumnya sunah
muakkadah (sangat ditekankan)
5) membaca doa keluar rumah.
6) berpamitan dengan keluarga dan tetangga
7) membaca doa naik kendaraan.
Subhaanalladzi sakhkhoro lanaa hadza wa maa kunna lahu muqrinin. Wa innaa ila robbinaa

11
lamunqolibun
8) memperbanyak doa di perjalanan.
“Ada tiga doa yang pasti dikabulkan dan tidak ada keraguan lagi tentangnya: doanya seorang
yang dizalimi, doanya musafir, doa buruk orang tua terhadap anaknya’” (HR. Ahmad
2/434, Abu Daud no. 1536. Dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah
9) segera pulang jika urusan sudah selesai
“safar adalah sepotong azab, seseorang diantara kalian ada yang terhalang untuk makan,
terhalang untuk minum atau untuk tidur. Maka jika kalian sudah menyelesaikan
urusannya, maka hendaknya segera kembali pada keluarganya”(HR.Bukhari No.3001,
Muslim No.1927.
10) shalat 2 rakaat sepulang safar
11) acara makan2 sepulang safar

10. Hikmah disyariatkannya menjamak dan mengqhasar sholat


hikmah yang terdapat pada menjama’ dan mengkhosor, sebelum ke hikmah. Menjama
dan mengkhosor sholat ini adalah hadia dariAllah untuk hambanya, islam tidak mempersulit
dalam hal apapun bahkan sholat itu sendiri. Hikmah yang dapat kita ambil dari sini adalah,
bagaimana adanya toleransi dalam sholat jika ada udzur pada seseorang.
Jika seorang dokter mendapatkan jam operasi dan sampai melewatkan waktu sholat,
dokter dapat menjama dan mengkhosor sholat tersebut, disitu kita melihat bahwa islam
mnegajarkan kasih sayang kepada seseorang yang sedang mengobati pasiennya, agar segera
menyelesaikan hubungan dengan manusia dan dapat menjalakan hubungan dengan Allah
setelahnya. Agama islam tidak mempersulit apapun, hanya saja kitanya mua tidak untuk
menjalankannya

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Shalat yang dilakukan oleh seorang musafir adalah shalat jama’. Jama’ terbagi menjadi 2,
yaitu: jama’ taqdim dan jama’ takhir. Namun, shalat jama’ juga bisa dilakukan dengan cara di

12
qhasar. Akan tetapi untuk melakukan shalat jama’ ataupun qhasar memiliki syarat tertentu
yaitu apabila menempuh perjalanan dengan jarak lebih dari 89 Km. Kemudian jika tidak ada
air atau tidak mendapatkan air dan tidak sempat berhenti untuk menunaikan ibadah shalat
fardhu saat keadaan musafir maka akan diberikan rukhsoh (keringanan) yaitu berupa: boleh
bertayammum dan boleh shalat di dalam kendaraan. Untuk shalat di dalam kendaraan, serta
untuk penentuan arah kiblatnya pun menghadap kemana kendaraan itu melaju. Dan yang
terakhir jika berpergian pada hari jum’at dan tidak sempat menunaikan shalat jum’at maka
tidak apa-apa dan shalat jum’at nya pun dapat digantikan dengan shalat zuhur seperti biasa
dan bisa di jama’ qhasar dengan shalat asar.

DAFTAR PUSTAKA

Jamaluddin, Syakir. 2011. Kuliah Fiqh Ibadah. Yogyakarta: LPPI UMY


Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, terbitan Kementrian Agama Kuwait, juz ke-27, hal. 275-279.
Kitab Bhulugul maram, karya Al Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar Al Atsqolani

13
Al Qur'annul kariim

14

Anda mungkin juga menyukai