Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA TETESAN

FLUIDA 2-PROPANOL DAN 2-BUTANOL TERHADAP VARIASI


KECEPATAN ALIRAN DAN SUHU UDARA

Iskandar Agung1, Engkos A. Kosasih2

Departement Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Jl. Kampus UI, Kota Depok 16424

E-mail : 1. iskand.agung@gmail.com

2. kosri@eng.ui.ac.id

Abstrak

Mencari karakteristik laju perpindahan panas dan massa dari suatu tetesan fluida adalah suatu hal yang
penting untuk memperoleh sebuah acuan dalam mendesain mesin-mesin yang menggunakan sistem
semprot, seperti turbin jet, agar kinerja yang diperoleh efektif dan efisien. Dalam sistem tersebut,
modifikasi model analitis film stagnan merupakan metode yang paling sering digunakan. Skripsi ini
menganalisis laju perpindahan panas dan massa tetesesan fluida tertentu yaitu, 2-Propanol dan 2-Butanol.
Akan terlihat bahwa persamaan analogi tidak cocok untuk mencari karakteristik perpindahan panas dan
massa pada cairan tersebut. Oleh karena itu, dalam menganalisis perpindahan panas dan massa tetesan
digunakan pendekatan baru yang diajukan oleh E. A. Kosasih. Namun, tetap terlihat bahwa pendekatan
tersebut juga tidak cocok. Sehingga peluang untuk membuat persamaan baru untuk perpindahan panas dan
massa masih terbuka.

Analysis of Heat and Mass Transfer of 2-Propanol and 2-Butanol Droplet


on Variations in Air Flow Speed and Temperature

Abstract
Determining the characteristics of the rate of heat transfer and mass of a droplet is important to obtain a
reference in designing machines that use a spray system, such as jet turbines, so that the performance
obtained is effective and efficient. In such system, modification of the stagnant film analytical model is the
most commonly used method. This undergraduate thesis analyzes the rate of heat transfer and mass of drops
of certain fluids, namely, 2-Propanol and 2-Butanol. It will be seen that the analogous equation is not
suitable for finding the characteristics of heat transfer and mass in the liquid. Therefore, a new approach
which proposed by E. A. Kosasih is applied in analyzing heat transfer and droplet mass. However, it still
seems that the approach is also not suitable. Therefore, the opportunity to make a correct equation for heat
transfer and mass is still open.

Keywords : Droplet, spray system, Ranz-Marshall equations, stagnant film model


Pendahuluan

Bahan bakar cair merupakan sumber energi konvensional. Salah satu alasannya adalah
kepadatan energi yang tinggi dengan penanganan yang relatif lebih mudah. Dalam
penggunaannya sebagai sumber energi, bahan bakar cair umumnya digunakan untuk
pembakaran semprot. Pembakaran semprot ini digunakan di banyak industri seperti,
mesin turbin dan mesin diesel.

Untuk mendapatkan kinerja yang efektif dan efisien, merupakan hal yang perlu untuk
menentukan karakteristik yang ada. Penguapan tetesan bahan bakar adalah salah satu
faktor terpenting dalam pembakaran dengan semprotan dan sangat tergantung pada
komponen bahan bakar itu sendiri (Harada, 2011). Dalam proses perubahan fase tetesan
embun-uap, transfer massa tetesan dipengaruhi oleh perilaku dinamis dan perpindahan
panas dari tetesan pada permukaan panas (Nikolopoulos, dll, 2007).

Berbagai model analogi perpindahan panas dan massa telah dirumuskan untuk
menunjukkan karakteristik yang terjadi dalam sistem. Model analogi perpindahan panas
dan massa yang biasa digunakan untuk memperoleh nilai koefisien perpindahan panas
dan massa dalam sistem tersebut adalah model analogi Ranz W. E. dan Marshall W. R.

Sistem lainnya, misalnya, bahan sistem dispersi (seperti larutan, suspensi, bubur, dan
pasta) lebih sering dikeringkan menggunakan pengeringan semprot, terutama bahan yang
peka terhadap panas. Kinerja proses pengeringan semprot tergantung pada penguapan
tetesan. Proses lain yang kinerjanya dikendalikan oleh penguapan tetesan adalah
pendinginan evaporatif (Fisenko, 2004).

Koefisien perpindahan massa yang digunakan untuk mensimulasikan atau merancang


pengering semprot juga dapat dihitung menggunakan analogi perpindahan massa dan
perpindahan panas, yaitu persamaan Ranz-Marshall
Analogi ini dapat berlaku apabila bilangan Lewis fluida sama dengan satu, hal ini menjamin
kesamaan antara profil suhu dan profil konsentrasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh X. D.
Chen (2002) serta M. I. Alhamid dan E. A. Kosasih (2006) menunjukkan bahwa koefisien
perpindahan massa berbeda secara signifikan dengan nilai yang dihitung menggunakan model
analogi. Selain itu, terdapat enam syarat untuk analogi (Bird, 2003); salah satunya adalah laju
transfer massa yang rendah. Sehingga, untuk laju transfer massa yang tinggi, model analogi
biasanya dikombinasikan dengan model lainnya. Terdapat tiga buah model untuk laju transfer
massa tinggi yaitu model film stagnan, model penetrasi dan model batas laminar (Bird, 2003).
Laju penguapan yang dihitung menggunakan ketiga model ini hampir sama. Model film stagnan
adalah model yang paling sering digunakan. Model ini menggunakan asumsi bahwa ketebalan
film stagnan adalah konstan, ketebalan tidak tergantung pada laju perpindahan massa.

E. A. Kosasih dan M. I. Alhamid (FTEC, 2006) mengajukan pendekatan baru hasil dari
modifikasi model film stagnan. Hasil yang diperoleh pada fluida air adalah dua buah nilai C1
dan C2, dimana kedua nilai ini menunjukkan korelasi yang baik terhadap beda potensial.

Penelitian kali ini ingin mengetahui pendekatan yang diajukan oleh E. A. Kosasih dan M. I.
Alhamid (2006) dapat berlaku pada fluida yang lain, terutama yang memiliki bilangan Lewis
lebih dari satu.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:


1. Mendapatkan nilai Lewis Number dari 2-Butanol dan 2-Propanol.
2. Meninjau perubahan diameter dan temperatur dari 2-Butanol dan 2-
Propanol.
3. Menganalisis pengaruh Re, Pr, dan Nu.
4. Menganalisis pengaruh Re, Sc, dan Sh.
5. Menganalisis pendekatan baru yang diajukan oleh E. A. Kosasih

Persamaan Ranz-Marshall

Model analogi perpindahan panas dan massa yang biasa digunakan untuk memperoleh nilai
koefisien perpindahan panas dan massa dalam sebuah sistem yang terdiri dari permukaan sferik
dan aliran gas adalah model analogi Ranz W. E. dan Marshall W. R Untuk perpindahan panas
berlaku :

𝑁𝑢 = 2 + 0,6𝑅𝑒 1/2 𝑃𝑟 1/3 ................................................................................ (1)

Dimana Nu adalah bilangan Nusselt, dan Pr adalah bilangan Prandtl. Sedangakan untuk
perpindahan massa berlaku :
𝑆ℎ = 2 + 0,6𝑅𝑒 1/2 𝑆𝑐1/3 ................................................................................. (2)

Kedua persamaan ini, hanya berlaku pada bilangan Reynolds dibawah 200.

Model Film Stagnan

Model analitis ini diturunkan untuk perpindahan panas dan massa yang tinggi disekitar plat
datar (koordinat Cartesius). Walaupun demikian model ini digunakan pula untuk menghitung
perpindahan disekitar bola sferik.

y=0 y =
T = T0 T = T
x A = x A0 x A = x A

T = T

x A = x A

Error! No text of specified style in document..1


Gambar 1 Model Film Stagnan
Sumber : E. A Kosasih, 2006
Gambar 1 memperlihatkan lapisan cairan dingin yang menguap disekitar udara panas. Film
stagnan adalah film khayal yang diasumsikan bahwa di luar film tersebut tidak terdapat beda
potensial perpindahan. Untuk zat A (uap air) di dalam zat B (udara), laju perpindahan massa
total NA0 [kmole/(m2s)] didefinisikan sebagai

𝑁
𝐴0 𝑐 𝛿 𝑋𝐴 0 −𝑋𝐴𝛿
𝑒𝑥𝑝 ( 𝐶.𝐷 )=1+ (3)
𝐴𝐵 1−𝑋𝐴 0

dengan c tebal film konsentrasi, C konsentrasi total A dan B, DAB difusivitas massa A dalam
B dan X fraksi mol. Dengan koefisien perpindahan massa kc maka:

𝑁𝐴0 = 𝑘(𝑐𝑋𝐴 0 − 𝑋𝐴∞ )/(1 − 𝑋𝐴 0 ) (4)

Di luar film stagnan diasumsikan X = X, sehingga persamaan menjadi:

𝑁𝐴0 𝛿𝑐 𝑁𝐴 0
𝑒𝑥𝑝 ( )=1+ (5)
𝐶.𝐷𝐴𝐵 𝑘𝑐

Karena ketika NA0 menuju nol, koefisien laju perpindahan massa kc menuju kcL (kc rendah) maka
didapat:

𝐶𝐷𝐴𝐵
𝛿𝑐 = (6)
𝑘𝑐𝐿

Sehingga menjadi

1−𝑋
𝑁𝐴0 = 𝑘𝑐𝐿 𝑙𝑛 ( 1−𝑋𝐴∞) (7)
𝐴0

Di dalam film, laju perpindahan panas total adalah

𝑁𝐴0 𝐶𝑝𝐴 (𝑇𝛿 −𝑇0 )


𝑞0 = 𝑒𝑥𝑝(−𝑁 (8)
𝐴0 𝐶𝑝𝐴 𝛿𝑇 /𝑘)−1
dengan T temperatur, k konduktivitas campuran, C pA Jika koefisien perpindahan panas h maka
laju perpindahan panas

𝑞0 = ℎ(𝑇0 − 𝑇∞ ) (9)

Di luar film stagnan diasumsikan tidak terjadi gradien potensial (T = T), sehingga menjadi

𝑁𝐴0 𝐶𝑝𝐴 𝛿𝑇 𝑁𝐴0 𝐶𝑝𝐴


𝑒𝑥𝑝 (− )=1− (10)
𝑘 ℎ

Karena ketika NA0 menuju nol, koefisien laju perpindahan panas h menuju hL (h rendah) maka
didapat:

𝑘
𝛿𝑇 = ℎ (11)
𝐿

Sehingga pers. (8) menjadi:

𝑁𝐴0 𝐶𝑝𝐴 (𝑇0 −𝑇∞ )


𝑞0 = 𝑁𝐴0 𝐶𝑝𝐴
(12)
1−𝑒𝑥𝑝[− ]
ℎ𝐿

Pendekatan Baru (dikutip dari : E. A. Kosasih, 2006)

Dari persamaan (5), ketika NA0 menuju nol, koefisien laju perpindahan massa kc menuju
kcL (kc pada NA0 rendah) maka didapat:

𝑁𝐴0
𝑘𝑐𝐿 = 𝑙𝑖𝑚 𝑘 = 𝑙𝑖𝑚 𝑁 𝛿 (13)
𝑁𝐴0 →0 𝑁𝐴0 →0 𝑒𝑥𝑝( 𝐴0 𝑐 )−1
𝐶.𝐷𝐴𝐵

Demikian juga dengan pers (10) yang akan menghasilkan hL (h pada NA0 rendah) sebagai
berikut:
𝑁𝐴0 𝐶𝑝𝐴
ℎ𝐿 = 𝑙𝑖𝑚 ℎ = 𝑙𝑖𝑚 (14)
𝑁𝐴0 →0 𝑁𝐴0 →0 − 𝑒𝑥𝑝(−𝑁𝐴0 𝐶𝑝𝐴𝛿𝑇 )+1
𝑘

Tanpa menganggap tebal film stagnan konsentrasi c konstan, salah satu kemungkinan
penyelesaian paling sederhana persamaan (13) adalah:

𝑁
𝐴0 𝑐 𝛿 1
𝑑 ( 𝐶.𝐷 ) = 𝑘 𝑑𝑁𝐴0 (15)
𝐴𝐵 𝑐𝐿

Hasil integral tak tentu persamaan terakhir ini adalah:

𝑁𝐴0 𝛿𝑐 𝑁𝐴0
= + 𝐶1 (16)
𝐶.𝐷𝐴𝐵 𝑘𝑐𝐿

Jika nilai C1 adalah nol maka persamaan (15) menghasilkan model film stagnan yang standar
yaitu identik dengan persamaan (6). Dengan demikian laju perpindahan massa persamaan (4)
menjadi:

1−𝑋
𝑁𝐴0 = 𝑘𝑐𝐿 [𝑙𝑛 ( 1−𝑋𝐴,∞) − 𝐶1 ] (17)
𝐴0

Dari persamaan ini akan diperoleh nilai C1 sebagai

1−𝑋 𝑁𝐴0
𝐶1 = 𝑙𝑛 ( 1−𝑋𝐴,∞ ) − (18)
𝐴0 𝑘𝑐𝐿

Tanpa menganggap tebal film stagnan termal T konstan, salah satu kemungkinan penyelesaian
paling sederhana persamaan (13) adalah:

𝑘
𝑑(𝑁𝐴0 𝛿𝑇 ) = ℎ 𝑑𝑁𝐴0 (19)
𝐿
Hasil integral tak tentu persamaan terakhir ini adalah:

𝑘
𝑁𝐴0 𝛿𝑇 = ℎ 𝑁𝐴0 + 𝐶2 (20)
𝐿

Jika nilai C2 adalah nol maka persamaan (21) menghasilkan model film stagnan yang standar
yaitu identik dengan persamaan (11). Dengan demikian laju perpindahan panas persamaan (12)
menjadi:

𝑁𝐴0 𝐶𝑝𝐴 (𝑇∞ −𝑇0 )


𝑞0 = 𝑁𝐴0 𝐶𝑝𝐴 𝐶𝑝𝐴
(21)
[𝑒𝑥𝑝(− − 𝐶2 )−1]
ℎ𝐿 𝑘

Untuk menghitung nilai dari 𝐶2 menggunakan persamaan hasil dari manipulasi persamaan
diatas, yaitu

𝑘 𝑁 𝑁𝐴0 𝐶𝑝𝐴 (𝑇∞ −𝑇0 )


𝐶2 = − 𝐶 [ ℎ𝐴0 + 𝑙𝑛 ( + 1)] (22)
𝑝𝐴 𝐿 𝑞0

Sistem Alat Pengujian

Berikut adalah sebuah sistem droplet drying yang digunakan beserta komponen-komponenya:
Gambar 2 Skema Sistem
Sumber : Dwiki, 2018

Gambar 3 Sistem Nyatanya

Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:


1. Studi Literatur
Mengumpulkan dan memahami setiap informasi-informasi yang tersedia dari
berbagai macam sumber.
2. Mempersiapkan Alat Uji
Merakit dan memperbaiki alat uji yang akan digunakan agar supaya pada saat
pengujian telah dilakukan, hasil yang didapatkan akan menjadi lebih akurat.
3. Pengujian dan Pengambilan Data Pengujian
Mendapatkan data dari laju penguapan yang akan kemudian diolah lebih lanjut.
Menggunakan software dalam pengambilan data untuk memproleh hasil yang
lebih baik.
4. Pengolahan Data dan Analisis Data Hasil Pengujian
Memperoleh nilai-nilai yang diperlukan pada pendekatan baru dan menganalisis
berbagai aspek dari penilitian yang dilakukan
5. Penarikan Kesimpulan
Menarik kesimpulan dari hasil penilitian serta memberikan saran untuk
penelitian selanjutnya
Data Hasil Eksperimen

Pengujian dilakukan pada dua jenis fluida, yaitu 2-Propanol dan 2-Butanol. Variasi pada aliran
kecepatan udara adalah 1 m/s; 2 m/s; 3 m/s; 4 m/s; 5 m/s; 6 m/s; dan 7 m/s. Sedangkan variasi
pada suhu aliran udara adalah 35 ºC; 40 ºC; 45 ºC; 50 ºC; dan 55 ºC. Berikut adalah tabel
sebagian kecil data hasil eksperimen:

Tabel Data 2-Propanol

Vudara (m/s) Tudara(°C) Waktu (s) Tcairan (°C) DX (mm) DY (mm)


1 35 0 23.200585 2.509122792 2.65560954
1 35 1 23.239961 2.491243913 2.59051439
1 35 2 23.250848 2.496256 2.55888578
1 35 3 23.274137 2.466538667 2.48762889
1 35 5 23.323069 2.459039714 2.44268452
1 35 6 23.359495 2.458308587 2.38284571
1 35 7 23.39849 2.422983216 2.347053
1 35 9 23.484243 2.399674667 2.36165689

Kemudian juga, diperoleh grafik yang menunjukkan terjadinya peristiwa perpindahan panas
dan massa.

Laju Kalor Penguapan vs Waktu 2-Butanol


pada suhu 35 °C
3.5
Kalor Penguapan (J/s)

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 5 10 15 20
Waktu (s)

1 m/s 2 m/s 3 m/s 4 m/s 5 m/s 6 m/s 7 m/s

Gambar 4 Laju Kalor Penguapan vs Waktu 2-Butanol pada suhu 35 °C


Volume vs Waktu 2-Propanol pada suhu 35 °C
10
9
8
7
Volume (mm3)

6
5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10
Waktu (s)

1 m/s 2 m/s 3 m/s 4 m/s 5 m/s 6 m/s 7 m/s

Gambar 5 Volume vs Waktu 2-Propanol pada suhu 35 °C

Kemudian pula, diperoleh grafik-grafik yang menunjukkan ketidakcocokan persamaan Ranz-


Marshall dengan perhitungan konvensional.

Nu vs Re1/2Pr1/3 Keseluruhan 2-Butanol


35
30
25
20
Nu

15
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Re1/2Pr1/3

Nu NuRM Linear (Nu) Linear (NuRM)

Gambar 6 Nu vs Re1/2Pr1/3 Keseluruhan 2-Butanol


Sh vs Re1/2Sc1/3 Keseluruhan 2-Propanol
6000

5000

4000
Sh

3000

2000

1000

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Re1/2Sc1/3

Sh ShRM Linear (Sh)

Gambar 7 Sh vs Re1/2Sc1/3 Keseluruhan 2-Propanol

Dan yang terakhir diperoleh nilai-nilai konstanta C1 dan C2 untuk kedua cairan beserta
persamaan dan nilai korelasinya terhadap beda potensial

C1 vs Perbedaan Potensial 2-Propanol


14

y = -0.0006x + 1.0022 12
R² = 6E-05
10

8
C1/(X∞-X0)

0
-350 -300 -250 -200 -150 -100 -50 0
-2
T∞-T0/(X∞-X0)

Gambar 8 C1 vs Perbedaan Potensial 2-Propanol


C2 vs Perbedaan Potensial 2-Propanol
0.0002

0.00018
y = -6E-08x + 2E-05 0.00016
R² = 0.0032
0.00014
C2/(X∞-X0)

0.00012

0.0001

0.00008

0.00006

0.00004

0.00002

0
-350 -300 -250 -200 -150 -100 -50 0
T∞-T0/(X∞-X0)

Gambar 9 C2 vs Perbedaan Potensial 2-Propanol

C1 vs Perbedaan Potensial 2-Butanol


12

y = 0.0021x + 1.8202 10
R² = 0.0038
8
C1/(X∞-X0)

0
-450 -400 -350 -300 -250 -200 -150 -100 -50 0
-2
T∞-T0/(X∞-X0)

Gambar 10 C1 vs Perbedaan Potensial 2-Butanol


C2 vs Perbedaan Potensial 2-Butanol
0.00016

y = -2E-08x + 3E-05 0.00014


R² = 0.0017
0.00012

0.0001
C2/(X∞-X0)

0.00008

0.00006

0.00004

0.00002

0
-450 -400 -350 -300 -250 -200 -150 -100 -50 0
T∞-T0/(X∞-X0)

Gambar 11 C2 vs Perbedaan Potensial 2-Butanol

Pembahasan

Dari grafik volume terhadap waktu terlihat bahwa volume menurun seiring bertambahnya
waktu. Hal ini menunjukkan bahwa perpindahan massa sedang berlangsung. Proses yang terjadi
adalah evaporasi. Cairan yang menguap ke aliran udara terjadi pada permukaan tetesan.
Molekul-molekul yang telah lepas dari tetesan kemudian dibawa oleh aliran udara panas keluar
dari tabung uji.

Sedangkan dari grafik laju kalor penguapan terhadap waktu menunjukkan bahwa perpindahn
panas sedang terjadi dengan laju nilai yang berbeda-beda. Namun, nilai yang berbeda-beda ini
tidak menunjukkan suatu trend yang jelas, hal mungkin disebabkan oleh pengolahan nilai laju
perubahan yang mengacu pada perubahan sepanjang satu interval (dalam kasus ini 2-Propanol
1 detik dan 2-Butanol 2 detik). Sehingga, nilai-nilai yang diperoleh mungkin akan berbeda
apabila mengacu pada perubahan dengan interval yang lebih kecil (semakin kecil interval
semakin mendekati nilai yang sesungguhnya). Proses yang terjadi adalah perpindahan panas
secara konveksi. Panas yang diterima oleh aliran udara panas kemudian dipindahkan untuk
menaikkan temperature tetesan (panas sensible) dan juga untuk membantu terjadinya
perpindahan massa (panas laten).
Sedangkan dari grafik bilangan Nusselt terhadap Re1/2Pr1/3 menunjukkan bahwa persamaan
Ranz-Marshall tidak mewakili bilangan Nusselt yang sesungguhnya. Hal ini dapat dilihat dari
persebaran nilai yang berbeda jauh.

Sedangkan dari grafik bilangan Sherwood terhadap Re1/2Sc1/3 hal yang sama juga terjadi.
Persamaan Ranz-Marshall tidak mewakili bilangan Sherwood yang sesungguhnya. Hal ini
dapat terlihat daripersebaran nilai yang berbeda jauh.

Berdasarkan hasil pengolahan data dan grafik diperoleh nilai-nilai C1 dan C2 pada kedua cairan
sebagai bentuk pendekatan baru yang diajukan. Kemudian nilai-nilai tersebut dibuatkan
persamaan yang menghubunginya dengan beda potensial.

Sehingga, diperoleh persamaan C1 untuk 2-Butanol

𝐶1 = 0.0021(𝑇∞ − 𝑇0 ) + 1.8202(𝑋∞ − 𝑋0 )

Terlihat bahwa hubungan yang dimiliki oleh C1 2-Butanol dengan beda potensial sangat kecil.
Sama halnya dengan C2 2-Butanol dengan beda potensial, yang memiliki persamaan

𝐶2 = −2 × 10−8 (𝑇∞ − 𝑇0 ) + 3 × 10−5 (𝑋∞ − 𝑋0 )

Hal ini juga terjadi cairan 2-Propanol yang memiliki persamaan C1 dan C2,

𝐶1 = −0.0006(𝑇∞ − 𝑇0 ) + 1.0022(𝑋∞ − 𝑋0 )

𝐶2 = −6 × 10−8 (𝑇∞ − 𝑇0 ) + 2 × 10−5 (𝑋∞ − 𝑋0 )

Hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan bilangan yang diperoleh dari persamaan Ranz-
Marshall pada perhitung sebagai ganti nilai yang sesungguhnya. Seperti yang diperlihatkan oleh
grafik sebelumnya, bilangan Nusselt dan Sherwood berbeda cukup jauh untuk kedua metode.

Kesimpulan

1. Cairan 2-Butanol dan 2-Propanol memiliki bilangan Lewis lebih dari satu.
2. Persamaan Ranz-Marshall kurang memberikan hasil yang sesuai dengan yang
sesungguhnya.
3. Hasil dari penggunaan pendekatan baru menunjukkan korelasi yang sangat kecil antara
nilai C1 dan beda potensial serta nilai C2 dan beda potensial untuk 2-Butanol dan 2-
Propanol yang memiliki bilangan Lewis lebih dari satu 𝐿𝑒 > 1.
4. Persamaan C1 dan C2 2-Butanol adalah 𝐶1 = 0.0021(𝑇∞ − 𝑇0 ) + 1.8202(𝑋∞ − 𝑋0 ) dan
𝐶2 = −2 × 10−8 (𝑇∞ − 𝑇0 ) + 3 × 5(𝑋∞ − 𝑋0 ).
5. Persamaan C1 dan C2 2-Propanol adalah 𝐶1 = −0.0006(𝑇∞ − 𝑇0 ) + 1.0022(𝑋∞ − 𝑋0 )
dan 𝐶2 = −6 × 10−8 (𝑇∞ − 𝑇0 ) + 2 × 10−5 (𝑋∞ − 𝑋0 ).

Daftar Referensi

1. Bruce E. Poling, John M. Prausnitz, John P. O’Connell. (2001). “The Properties of


Gases and Liquids, Fifth Edition”. (Ohio: McGraw-Hill).
2. Cengel, Y. A., & Boles, M. A. (2002). Thermodynamics: an engineering approach. Sea,
1000, 8862.
3. Harada, T., Watanabe, H., Suzuki, Y., Kamata, H., Matsushita, Y., Aoki, H., & Miura,
T. (2011). A numerical investigation of evaporation characteristics of a fuel droplet
suspended from a thermocouple. International Journal of Heat and Mass Transfer, 54(1),
649-655.
4. Hussein M. (2016). Analisa Penguapan Tetesan Butanol Dengan Permodelan Modifikasi
Stagnan Film. (S1). Universitas Indonesia. Depok.
5. Jack P. Holman. (2010). “Heat Transfer: Tenth Edition”. (Boston: McGraw-Hill).
6. John H. Lienhard IV, John H. Liendhard V. (2003). “A Heat Transfer Textbook: Third
Edition”. (Massachusetts: Phlogiston Press).
7. Kosasih, E. A. (2006). Heat and Mass Transfer in Water Droplet Evaporation: A new
Approach on Film Stagnant Model, The 9th Quality in Research (QIR) International
Conference, Indonesia.
8. Merle C. Potter, Craig W. Somerton. (1993). “Thermodynamics for Engineers” (Ohio:
McGraw-Hill).
9. Nikolopoulos, N., Theodorakakos, A., & Bergeles, G. (2007). A numerical investigation
of the evaporation process of a liquid droplet impinging onto a hot substrate.
International Journal of Heat and Mass Transfer, 50(1), 303-319.
10. Prasetyo, Dwiki. (2018). Perpindahan Panas dan Massa Tetesan 2-Butanol, n-Heksana,
dan n-Heptana terhadap Variasi Temperatur dan Laju Aliran Udara. Depok: Skripsi
Universitas Indonesia
11. Kosasih, E.A. (2006). Pepindahan Panas dan Massa Dalam Proses Penguapan Tetesan:
Suatu Pendekatan Baru Pada Model Film Stagnan. Depok: Ringkasan Disertasi
Universitas Indonesia

12. Bird R. B. et al. (2003). Transport Phenomena, second ed., John Wiley & Sons, New
York.
13. Chen, X. D et.al. (2002). On The Ratio of Heat to Mass Transfer Coeffcient for Water
Evaporation and Its Impact Upon Drying Modeling, International Journal of Heat and
Mass Transfer, 45, pp. 4369–4372.
14. Chen, X. D. (2004). Heat-Mass Transfer and Structure Formation During Drying of
Single Food Droplets, Journal of Drying Technology, 22(1 & 2), pp. 179–190.
15. Kosasih, E.A, Alhamid, M. I. (2006). Heat and Mass Transfer in Water Droplet
Evaportion: A New Approach on Film Stagnant Model. Proceedings of the International
Conference on Fluid and Thermal Energy Conversion. 186-1.

Anda mungkin juga menyukai