Atina Astrofisika
Atina Astrofisika
ASTROFISIKA
1. HALIMA PULU
2. ELSA SOUHOKA
3. YUSTIN WALALAYO
4. DEWI NAULI
5. ERWIN CHRISTIAN KDISE
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan
berkat dan hidayatnya, sehingga kami boleh menyelesaikan tugas makalah ini . Untuk
memenuhi tugas “Astrofisika” dengan judul “Masa Depan Bumi” .
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan sehingga kami sangat membutuhkan kritik, saran dan masukan yang
membangun sehingga kami dapat memperbaikinya pada makalah berikutnya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi manfaat dan menambah wawasan
dari para pembaca serta untuk memenuhi tugas perkuliahan . Terima kasih
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .....................................................................................................i
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
Memprediksi Keadaan Bumi Untuk Ribuan Tahun Yang Akan Datang ....7
Kesimpulan ..............................................................................................8
Saran ........................................................................................................9
PENDAHULUAN
Bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan panet terpadat dan
terbesar kelima dari 8 planet dalam tata surya. Bumi juga merupakan planet terbesar
dari 4 planet kebumian tata surya, bumi terkadang disebut dengan dunia atau planet
biru. Bumi merupakan pusat segalanya yaitu pusat yang disekelilingnya berputar
matahari, bulan, bintang – bintang, dan planet – planet .
Bumi mempunyai atmosfer yang terdiri dari 78% N2, 21% O2 sedangkan
sisanya terdiri dari Argon 0,9%, Karbondioksida 0,03% dan gas-gas mulia termasuk
Ozon 0,07%. Permukaan Bumi sebagian besar tertutup air hingga 71%, komposisi
dalam bumi merupakan selubung yang sebelah luarnya terdiri dari campuran Silisium
dan Aluminium (Si Al), yang sebelah dalam terdiri dari campuran Silisium dan
Magnesium (Si Ma). Bagian inti lebih banyak mengandung Nikel dan Ferum. Bumi
hanya memiliki satu satelit yaitu Bulan atau Luna. Di Bulan tidak terdapat atmosfer,
tekanannya hanya 10 –9atm.
Teori geosentris atau “ berpusat kepada bumi” ini sudah lama ditinggalkan
sekarang diketahui bahwa bumi hanyalah suatu planet kecil beserta planet – planet
tetangganya, mengelilingi sebuah bintang yang disebut matahari.
Diketahui juga bahwa matahari hanya merupakan salah sat dari beribu juta
bintang yang ada di kepulauan jagat raya yang dikenal sebagai galaxy bima sakti ,
galaxy ini pun hanyalah satu dari beribu juta kepulauan jagat raya.
Maka sudah jelas planet bumi ini bukanlah pusat jagat raya tetapi hanyalah suatu
titik tidak berarti yang berada didalamnya. Namun, meskipun sangat kecil, bumi
sangat berarti bagi kita, sebagai makhluk hidup, karena bumi merupakan rumah
diruang angkasa bagi manusia.
Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan asal mula bumi, masa depan
bumi dan planet – planet lain. semua, teori ini hanyalah sedikit lebih baik dari pada
suatu rekaan yang cerdik karena tidak didasarkan atas data yang mencukupi, hasil
prediksi ini menerangkan bahwa bumi akan memiliki masa hingga 5 miliar tahun lagi.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan isi dari makalah ini maka ada beberapa permasalahan yang akan di bahas
Diantaranya :
PEMBAHASAN
Bagaimana bumi itu terjadi ? Sejak zaman purba sudah banyak diadakan usaha
beberapa diantaranya malahan sangat gemilang dalam memberi jawab yang memuaskan
kepada pertanyaan yang diatas. Namun, baru pada abad XVIII muncul sebuah hipotesis sahih
yang cukup bermanfaat untuk diperbincangkan oleh para ahli ilmu pengetahuan modern
Pada tahun 1755. Filsuf besar jerman Immanuel Kant menyarankan bahwa system tata
surya (yaitu matahari, planet, bulan, komet, dan lain – lainnya ) terbentuk dari suatu nebula
(yaitu massa gas tipis seperti kabut yang luas). Teori Kant ini tidak begitu menggemparkan
dunia ilmu pengetahuan.
Pada waktu yang hamper bersamaan, seorang naturalis Prancis George-Louis Lecrec,
Comte de Buffon, menjawab sendiri pertanyaan bagaimana bumi dilahirkan ?. dia percaya
bahwa berabad – abad yang lalu matahari berbenturan dengan sebuah komet dan sebab
akibatnya, sejumlah besar materi dipaksa menghambur keluar dari matahari. Materi ini
kemudian mejadi dingin dan berkembang menjadi planet – planet. Pilihan Buffon bahwa
komet merupakan penyebab benturan adalah tidak tepat karena komet sangat tidak berarti
dibandingkan dengan matahari sehingga komet tidak mungkin dapat mempengaruhi matahari.
Namun, teori yang dicetuskannya dapat digunakan sebagai prototype beberapa hipotesis
modern yang berdasarkan ide perbenturan benda – benda angkasa.
Hipotesis Planetesimal. Sekitar tahun 1900 seorang astronom yang bernama Forest
Ray Moulton dan seorang ahli geologi yang bernama T.C. Chamberlin, keduanya dari
Universitas Chicago, mengemukakan suatu teori baru yang dinamakan Hipotesis
Planatesimal. Planetesimal adalah suatu benda padat kecil yang mengelilingi suatu inti yang
bersifat gas. Menurut Moulto dan Chamberlin sebuah bintang yang menembus ruang angkasa
dengan cepat berada dekat sekali dengan matahari kita. Daya tarik yang makin meninggi
antara kedua bintang itu menyebabkan bintang yang satu menaikan pasang besar dibagian gas
panas bintang yang lain.
Pada saat pasang matahari yang disebabkan oleh tarikan bintang yang lewat menjadi
bertambah besar, massa gar terlempar dari matahari dan mulai mengorbit. Beberapa
diantaranya mengikuti bintang lain ketika bintang itu meluncur keruang angkasa, sedangkan
yang lain tertahan oleh daya tarik matahari, yang mulai bergerak mengelilingi benda alam itu.
Pasang matahari menurun kembali bila bintang lain itu menjauh. Massa gas yang terlempar
dari matahari mapan pada suatu jalan yang teratur disekeliling matahari. Ketika massa gas
menjadi dingin, gas itu berubah bentuk menjadi cairan yang lama kelamaan menjadi massa
padat kecil. Pecahan – pecahan yang di sebut planetesimal – tarik menarik dan akhirnya
membentuk planet.
Teori Pasang, pada tahun 1918, Sir James Jeans dan Sir Harold Jeffreys, keduanya
ilmuan Inggris, menyusun apa yang disebut teori pasang. Teori ini juga didasarkan atas ide
benturan. Berbeda dengan Moulton dan Chamberlin, kedua ilmuan itu tidak percaya bahwa
planet berasal dari sejumlah besar benda alam kecil – kecil atau planetelisme. Mereka
berpendapat bahwa planet itu langsung terbentuk dari massa gas asli yang ditarik dari
matahari oleh bintang yang lewat dan bukan oleh penyusunan benda alam yang besar dan
padat dari berbagai unsure kecil. Menurut teori pasang, ketika bintang mendekat atau bahkan
menyempret matahari, tarikan gravitasinya menyedot filamen yang membesar pada bagian
tengahnya dan mengecil pada kedua ujungnya.
Teori awan debu. Suatu teori awan debu tentang jagat raya diperkenalkan oleh
astronom Amerika Serikat Fred L. Whippel . Menurut Whippel, calon sistem tata surya
semula merupkan alam luas yang terdiri atas debu dan gas kosmos yang diperkirakan
berbentuk piring. Ketidakteraturan dalam awan ini menyebabkan terjadinya perputaran. Debu
dan gas yang berputar dan berkumpul menjadi satu dan hilangnya awannya. Partiekl –
partikel keras didalamnya saling beraturan, melekat, dan kemudian menjadi planet. Berbagai
gas yang terdapat ditengah awan berkembang menjadi matahari.
Ini halnya sebagian dari banyak teori yang telah diajukan tentang terjadinya bumi.
Tidak satu pun diantara berbagai teori itu yang dianggap benar – benar memuaskan dan
sampai sekarang tidak satupun dapat diterima secara luas oleh seluruh dunia.
Puncak Ship Rock, New Mexico, merupakan sisa batuan gunung berapi zaman purba
2.2. Struktur Bumi
A.Lapisan Bumi
Menurut komposisi (jenis dari materialnya), bumi dapat dibagi menjadi lapisan-
lapisan sebagai berikut :
1. Kerak Bumi (crust) Merupakan kulit bumi bagian luar (permukaan bumi)
dengan massa 0,3% dari massa keseluruhan bumi. Tebal lapisan kerak
bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan batuan yang terdiri dari
batu-batuan basa dan masam. Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi
seluruh mahluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai
1.100°C.
aliran arus konveksi pada lapisan mantel bumi Lapisan bumi selanjutnya
adalah selimut bumi yang terletak tepat dibawah kerak bumi. Lapisan ini disebut juga
dengan selubung bumi dengan ketebalan mencapai 2.900 km. Bagian atas dari lapisan
ini merupakan lapisan batuan padat dan di bagian bawah merupakan lapisan batuan
yang likuid (cair-cair padat). Suhu di lapisan ini dapat mencapai 3000 derajat Celsius.
Lapisan ini berfungsi sebagai pelindung bagian dalam Bumi.
Merupakan bahan padat yang tersusun dari lapisan nife (niccolum = nikel dan
ferrum = besi). Disebut barisfer karena inti bumi mempunyai massa jenis yang besar
yaitu 10,7 gram/cc dibandingkan dengan kulit bumi (litosfer). Jari-jari ± 3.470 km dan
batas luarnya ± 2.900 km di bawah permukaan bumi. Temperatur di inti bumi
diperkirakan tidak lebih dari 30000C. Adanya bahan
nikel dan besi ini yang menyebabkan bumi mempunyai sifat kemagnetan yang luar
biasa. Lapisan inti dibedakan menjadi inti luardan inti dalam. Inti luar tebalnya sekitar
2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya mencapai 2.200°C. Inti dalam
merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam
ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya mencapai 4.500°C
2.3. Gejala-Gejala Alam yang Mempengaruhi Sistem Bumi
Bumi sangat dipengaruhi oleh gejala – gejala alam yang berupa gangguan
yang akan mengganggu sistem bumi ini. Gejala – gejala diantaranya :
1. Gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi
yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas
gunung api atau runtuhan batuan.
3. Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan ("tsu"
berarti lautan, "nami" berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian
gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar
laut akibat gempa bumi.
4. Tanah longsor
Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,
ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.
5. Banjir
Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau
daratan karena volume air yang meningkat.
6. Banjir bandang
Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang
besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.
7. Kekeringan
Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk
kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Adapun yang
dimaksud kekeringan di bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan
pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang
dibudidayakan.
8. Kebakaran hutan
Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan
dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang
menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan
lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas
dan kesehatan masyarakat sekitar.
9. Angin puting beliung
Angin putting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba,
mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50
km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat
(3-5 menit).
11. Abrasi
Adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang
bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis
pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah
pantai tersebut.
Gejala alam yang akan membuat Bumi menjadi rusak yaitu Global Warning
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu
permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara
tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh
penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di
masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun
sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan
kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu
tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan
besarnya kapasitas panas dari lautan.
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian
besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya
tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi
panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian
panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi
infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap
terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca
antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap
gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi
gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan
di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan
suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di
bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur
rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C
(59 °F)dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi
hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi
sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan
mengakibatkan pemanasan global.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah
beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap
pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga
menimbulkan umpan balik positif.
3. Variasi Matahari
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss
menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat
“keterangan” dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya
memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat “keterangannya” selama
30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan
global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak
ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985,
baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil
akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata
global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja
pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil
sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.
Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin
menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat.
Temperatur terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke
lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-
data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada
akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi
data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga
pengukuran temperatur akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh
bangunan dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan
dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya
(terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan
pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang
tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa
kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat
pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus
tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah
tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.
Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi,
konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat
pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya,
akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa
perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia
akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang sangat besar.
Model iklim
Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan
perubahan temperature global hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir,
tetapi tidak mensimulasi semua aspek dari iklim. Model-model ini tidak secara
pasti menyatakan bahwa pemanasan yang terjadi antara tahun 1910 hingga 1945
disebabkan oleh proses alami atau aktivitas manusia; akan tetapi; mereka
menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun 1975 didominasi oleh emisi gas-gas
yang dihasilkan manusia.
Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan
sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut,
para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global
terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan
kesehatan manusia.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap
dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan
meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan
karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan
meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak
juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya
matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses
pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan,
secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah
hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir
ini)[29]. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari
tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin
akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai
(hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih
besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat
dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem
pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa
pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area
perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi
sebagian besar dari Florida Everglades.
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih
banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan
dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan
pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh.
Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh
dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi
sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam.
Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang
lebih hebat.
2.4. Prediksi Masa Bumi Untuk Ribuan Tahun yang Akan Datang
Masa Bumi untuk ribuan tahun yang akan datang menurut beberapa pendapat
1) Stephen Hawking
Dia sangat terkenal dengan teorinya tentang masa depan bumi atau
keadaan bumi untuk ribuan tahun yang akan datang.
3. Teknologi Nuklir
"Tidak ada tanda-tanda akan menurunnya jumlah konflik yang terjadi dan
pengembangan pada teknologi militer dan senjata pemusnah massal dapat
mengakhiri hidup dunia."
Jika kita tidak memenuhi planet lain yang dapat di hidupi, maka
perubahan iklim, populasi yang berlebihan, pandemik, dan peperangan
akan mengakibatkan kemusnahan umat manusia.
Hal ini dijelaskan lebih jauh pada dokumentari BBC Two yang berjudul
"Expedition New Earth", di mana Hawking mendaftarkan salah satu
insinyur andal yang bernama Christophe Galfard agar dapat
mengembangkan kemampuan untuk berpindah ke planet yang lain.
5. Invasi Alien
Suhu Bumi makin dingin saat memasuki tahun 2030. Prediksi suhu
ekstrem ini dikatakan oleh sejumlah ilmuwan. Seorang Profesor
bernama Valentina Zharkova memperingatkan manusia bila zaman es
akan kembali membekukan Bumi. Ini diakibatkan kacaunya siklus
Matahari.
Studi lingkungan yang diterbitkan oleh The Journal Nature Climate Change
mengungkapkan dampak aridifikasi tersebut bisa terjadi apabila manusia tidak
mengikuti perubahan yang diusulkan oleh Kesepakatan Iklim Paris. Studi
tersebut mengklaim, apabila suhu rata-rata bumi naik dua derajat Celcius
maka dalam 32 tahun mendatang, Bumi bisa menjadi padang pasir.
Peneliti The Journal Nature Climate Change Manoj Joshi memprediksi bahwa
aridifikasi akan muncul sekitar 20 hingga 30 persen permukaan Bumi.
Aridifikasi tersebut terjadi pada saat perubahan suhu rata-rata global mencapai
dua derajat Celcius.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan panet terpadat dan
terbesar kelima dari 8 planet dalam tata surya. Bumi juga merupakan planet terbesar
dari 4 planet kebumian tata surya, bumi terkadang disebut dengan dunia atau planet
biru. Bumi merupakan pusat segalanya yaitu pusat yang disekelilingnya berputar
matahari, bulan, bintang – bintang, dan planet – planet .
Banyak hal yang akan terjadi di ratusan bahkan ribuan tahun yang akan datang
Yaitu :
Bumi akan sangat rusak akibat ulah manusi dalam segala bidang dan aspek misalnya
industri, konstruksi, dan sebagainya, tapi bumi akan punya cara sendiri untuk dapat
membuat semuanya kembali normal. Karna bumi akan melakukan sesuatu yang
berbalik ada apa yang manusia pikirkan.
Manusia memprediksi sesuatu untuk mengetahui bagaimana dan apa yang terjadi
untuk bumi ini di ratusan bahkan ribuan tahun yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, B., dkk.. (1978). Bumi dan Antariksa 1.Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.