Anda di halaman 1dari 7

PEDOMAN PELAYANAN AMBULANCE

RSU AT-TUROTS AL-ISLAMY

2018

Rumah Sakit At-Turots Al-Islamy


Klaci I Margoluwih Seyegan Sleman
SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM AT-TUROTS AL-ISLAMY YOGYAKARTA

Nomor: 001 /SK-Dir/APK/RSAA/XI/2018

TENTANG

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN AMBULANCE

DIREKTUR RUMAH SAKIT AT-TUROTS-AL-ISLAMY YOGYAKARTA

Menimbang :

a. Dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berkualitas,


efektif, efisisien, ramah, islami, terjangkau dan dapat diterima oleh masyarakat di
Rumah Sakit Umum At-Turots Al-Islamy Yogyakarta
b. Bahwa untuk memenuhi kebutuhan pelayanan transportasi penderita, baik yang
membutuhkan perawatan khusus atau tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa
dan diprkirakan tidak akan timbul kegawatan selama dalam perjalanan maka perlu
diadakan ambulance 24 jam di rumah sakit
c. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan medik khususnya upaya rujukan
medik dan kesehatan diperlukan jenis kendaraan yang memenuhi persyaratan khusus.

Mengingat :

1. Kepmenkes No.143/Menkes-kesos/SK/II/2001, tentang Standarisasi Kendaraan


Pelayanan Medik
2. Kepmenkes No.0152/YanMed/RSKS/1987, tentang Standarisasi Kendaraan
Pelayanan Medikk
3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tantang Kesehatan
4. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan No.1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standar
pelayanan Rumah Sakit

Rumah Sakit At-Turots Al-Islamy


Klaci I Margoluwih Seyegan Sleman
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu : Keputusan Direktur Rumah Sakit At-Turots Al-Islamy Tentang
Pemberlakuan Pedoman Pelayanan Ambulance
Kedua : Pedoman Pelayanan Ambulance Rumah Sakit At-Turots Al-Islamy
sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan Pelaksanaan Pedoman Pelayanan Ambulance
di Rumah Sakit At-Turots Al-Islamy dilaksanakan oleh Direktur Bidang
Pelayanan Medis Rumah Sakit At- Turots Al-Islamy
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : Sleman
Pada Tanggal : 10 September 2018
Direktur
Rumah Sakit At-Turots Al-Islamy

dr. H. Salman Santosa

Tembusan :

1. Direktur Rumah Sakit At-Turots Al-Islamy


2. Manajer Pelayanan Medis
3. Arsip

Rumah Sakit At-Turots Al-Islamy


Klaci I Margoluwih Seyegan Sleman
PEDOMAN PELAYANAN AMBULANCE

I. Latar Belakang
Di Indonesia banyak penderita cidera, keracunan, serangan jantung, atau kegawat
daruratan yang lain yang meninggal di rumah atau dalam perjalanan ke rumah sakit
karena penatalaksanaan yang tidak memadai. Padahal angka kematian di rumah atau
dalam perjalanan ke rumah sakit dapat dikurangi jika ada pelayanan gawat darurat yang
dapat segera menghampiri penderita, dan dalam perjalanan penderita kemudian
didampingi oleh paramedik dan ambulance yang memadai. Oleh karena itu masyarakat
perlu mengerti fungsi ambulance dan mudah mendapatkan ambulance. Harus segera
dimaklumi, bahwa hakekatnya pelayanan gawat darurat yang seharusnya pergi ke
penderita, dan bukan penderita yang dibawa ke pelayanan gawat darurat. Ini
mengandung konsekuensi, bahwa ambulance yang datang ke penderita, dan kemudian
membawanya ke rumah sakit, haruslah merupakan suatu Unit Gawat Darurat berjalan
sebaiknya dengan perlengkapan gawat darurat yang lengkap, dan petugas medik yang
berketerampilan dalam penanganan gawat darurat.
Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke rumah sakit sampai
sekarang masih dilakukan dengan bermacam-macam kendaraan, hanya sebagian kecil
yang dilakukan dengan ambulance. Dan ambulancenya bukan ambulance yang
memenuhi syarat tetapi ambulance biasa. Bila ada bencana dengan sendirinya para
korban akan diangkut dengan segala macm kendaraan tanpa koordinasi yang baik.

II. Pengertian
Transportasi yang digunakan untuk penderita gawat darurat dan non gawat darurat
dari tempat kejadian ke rumah sakit, kendaraan mobil ambulance yang digunakan untuk
transport pasien gawat darurat adalah ambulance yang memenuhi syarat yang telah
ditetapkan sebagai ambulance gawat darurat.

Syarat transportasi penderita


Seorang penderita gawat darurat dpat ditransportasikan bila penderita tersebut siap
(memenuhi syarat) untuk ditransportasikan yaitu :
a. Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi
b. Perdarahan dihentikan
c. Luka ditutupi

Rumah Sakit At-Turots Al-Islamy


Klaci I Margoluwih Seyegan Sleman
d. Patah tulang difiksasi
e. Selama transportasi (perjalanan) harus dimonitor :
- Kesadaran
- Pernafasan
- Tekanan darah dan denyut nadi
- Daerah perlukaan

Dalam ruangan ambulance penderita dapat terlentang, ruangan cukup luas untuk
paling sedikit 2 penderita dan petugas dapat bergerak leluasa serta cukup tinggi sehingga
petugas dapat berdiri dan infus dapat jalan, dan mobil dapat melakukan komunikasi
sentral komunikasi dan rumah sakit, ambulance harus mempunyai identitas yang jelas
sehingga mudah dibedakan dengan ambulance lain.

Alat-alat medis

Alat-alat medis yang diperlukan adalah :

1. Resusitasi : manual-otomatik
2. Laringoskop
3. Pipa endotracheal
4. Tabung oksigen
5. Obat-obatan, infus, untuk resusitasi stabilisasi
6. Balut, bidai
7. Tandu
8. Alat-alat medis ini dapat disederhanakan sesuai dengan kondisi lokal

III. Tujuan
Sebagai media transportasi penderita gawat darurat dengan cepat dan aman ke RS atau
sarana yang memadai, tercepat dan terdekat.

IV. Ruang Lingkup


Semua pelayanan medis rumah sakit.

V. Tata Laksana
a. Petugas penanggung jawab
Wakil direktur pelayanan umum dan pelayanan medis.

Rumah Sakit At-Turots Al-Islamy


Klaci I Margoluwih Seyegan Sleman
b. Tata laksana
Transportasi bukanlah sekedar mengantar pasien ke rumah sakit. Serangkaian tugas
harus dilakukan sejak pasien dimasukkan ke dalam ambulance hingga diambil alih
oleh pihak rumah sakit. Tindakan dibawah ini harus diperhatikan dalam
mempersiapkan pasien yang akan ditransport:
1. Lakukan pemeriksaan menyeluruh. Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa
bernafas tanpa kesulitan setelah diletakkan di atas brankar. Jika pasien tidak sadar
dan menggunakan alat bantu jalan nafas (airway), pastikan bahwa pasien
mendapat pertukaran aliran yang cukup saat diletakkan di atas brankar.
2. Amankan posisi brankar di dalam ambulance. Pastikan selalu bahwa pasien
dalam posisi aman selama perjalanan ke rumah sakit, brankar pasien dilengkapi
dengan alat pengunci yang mencegah roda brankar bergerak saat ambulance
tengah melaju. Kelalaian mengunci alat dengan sempurna pada kedua ujung
brankar bisa berakibat buruk saat ambulance bergerak.
3. Posisikan dan amankan pasien. Selama pemindahan ke ambulance, pasien harus
diamankan dengan kuat ke brankar. Bukan berarti bahwa pasien harus
ditransportasi dengan posisi seperti itu. Perubahan posisi di dalam ambulance
dapat dilakukan tetapi harus disesuaikan dengan kondisi penyakit atau cideranya.
Pada pasien sadar yang tidak memiliki potensi cidera spinal, ubah posisi ke posisi
recovery untuk menjaga terbukanya jalan nafas dan drainage cairan. Pada pasien
dengan kesulitan bernafas dan tidak ada kemungkinan cidera spinal akan lebih
nyaman bila ditansport dengan posisi duduk. Pasien syok dapat ditransport
dengan tungkai dinaikkan 8-12 inci.
4. Pastikan pasien terikat dengan baik dengan brankar ambulance. Tali ikat
keamanan digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke ambulance,
sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan pasien dengan
aman tetapi tidak terlalu ketat yang dapat mengganggu sirkulasi dan respirasi aau
bahkan menyebabkan nyeri.
5. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung. Jika kondisi pasien
cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan spinal board pendek atau
papan RJP di bawah matras sebelum ambulance dijalnkan. Ini dilakukan agar
tidak perlu membuang banyak waktu untuk meletakkan dan memposisikan papan
seandainya jika benar terjadi henti jantung.

Rumah Sakit At-Turots Al-Islamy


Klaci I Margoluwih Seyegan Sleman
6. Melonggarkan pakaian yang ketat. Pakaian dapat mempengaruhi sirkulasi dan
pernafasan. Longgarkan dasi atau sabuk serta buka semua pakaian yang menutupi
leher. Luruskan pakaian yang tertekuk di bawah tali ikat pengaman. Tapi sebelum
melakukan tindakan apapun, jelaskan dahulu apa yang akan anda lakukan dan
alasannya, termasuk memperbaiki pakaian pasien.
7. Perawat memeriksa verban. Verban yang telh dipasang dengan baik pun dapat
menjadi longgar ketika pasien dipindahkan ke ambulance periksa setiap verban
untuk memastikan keamanannya. Perdarahan hebat dapat terjadi ketika tekanan
verban dicabut secara tiba-tiba.
8. Perawat memeriksa bidai. Alat-alat imobilisasi dapat juga mengendor selama
pemindahan ke mobil ambulance. Periksa verban atau kain mitella yang menjaga
bidai kayu tetap pada tempatnya. Periksa alat-alat traksi untuk memastikan bahwa
bidai yang benar masih tetap terjaga. Periksa anggota gerak yang dibidai perihal
denyut nadi bagian distal, fungsi motorik dan sensasinya.
9. Keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Bila tidak ada cara lain
bagi keluarga dan teman pasien untuk bisa pergi ke rumah sakit, biarkan mereka
menumpang di ruang pengemudi bukan di ruangan pasien karena dapat
mempengaruhi proses perawatan pasien. Pastikan mereka mengunci sabuk
pengamannya.
10. Tenangkan pasien. Kecemasan dan kegelisahan seringkali menimpa pasien ketika
dinaikkan ke ambulance. Tidak hanya karena diikat dengan tali pengaman yang
kuat atau karena berada dalam ruangan yang sempit, tapi juga karena merasa tiba-
tiba dipisahkan dari anggota keluarga dan teman-temannya. Ucapkan beberapa
patah kata dan tenangkan pasien dengan cara yang simpatik.

VI. Bukti Dokumen


Buku registrasi pemakaian ambulance.
VII. Monitoring Evaluasi
Monitoring dilakukan oleh direktur bagian umum dan keuangan setiap bulan.

Rumah Sakit At-Turots Al-Islamy


Klaci I Margoluwih Seyegan Sleman

Anda mungkin juga menyukai