Anda di halaman 1dari 10

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA TERPADU

JURUSAN TEKNIK KIMIA


Gd. E2 Lt.1 Kampus Sekaran – Gunung Pati, Semarang 5029

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

MATERI : Enzim

HARI / TGL PERCOBAAN : Rabu, 10 Oktober 2018

KELOMPOK : 7 (Tujuh)

NAMA / NIM : 1. Khoiryah Rahmawati (5213417042)

2. Angela Stefani (5213417050)

3. Indriana Puji Lestari (5213417051)

4. Indah Nur Rahmawati (5213417057)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
BAB III
ENZIM
A. TUJUAN
1. Memahami fungsi enzim
2. Mengidentifikasi aktivitas enzim melalui gejala dan fenomena yang dapat
diamati.
3. Terampil melaksanakan eksperimen pengujian aktivitas enzim.

B. DASAR TEORI

Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis


dalam reaksi-reaksi biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai
biokatalisator yangdihasilkan oleh jaringan yang berfungsi meningkatkan laju
reaksi dalam jaringan itusendiri. Semua enzim yang diketahui hingga kini
hampir seluruhnya adalah protein. (Suhtanry & Rubianty, 1985)

Sebagaimana protein pada umumnya, molekul enzim juga mempunyai


strktur tiga dimensi. Diantaranya jenis-jenis struktur tersebut, diperlukan suhu
dan pH yang sesuai. Apabila kedua faktor tersebut tidak terpenuhi, enzim akan
kehilangan sifat dan kemampuannya. (Sadikin, 2002)

Enzim memiliki banyak atribut fungsional. Pada tingkat molekuler, enzim


mengkatalisis reaksi biokimia dengan mempercepat konversi substrat menjadi
produk di dalam situs aktif enzim. Tanpa katalisis enzim, sebagian besar reaksi
akan berjalan lambat, meskipun tidak semua reaksi memerlukan katalis.
(Cuezta, Sergio Martinez, dkk, 2015)

Secara singkat sifat-sifat dari enzim adalah sebagai berikut:

a. Berfungsi sebagai biokatalisator

b. Merupakan suatu protein

c. Bersifat khusus atau spesifik

d. Tidak tahan panas

(Dwidjoseputro, 1992)

Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik di
dalam maupun di luar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu
substrat tertentu. Suatu enzim dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih
cepat dibandingkan laju reaksi tanpa katalis. Enzim bekerja sebagai katalis
dengan cara menurunkan energi aktifasi,sehingga laju reaksi meningkat.
(Poedjadi, 2006)

Faktor-faktor yang mempengaruhi enzim :


a. Zat-zat pengaktif (aktivator)
Zat-zat kimia tertentu dapat memacu atau mengaktifkan kegiatan enzim.
Contoh: garam-garam dari logam alkali dan logam alkali tanah dengan
konsentrasi encer, ion kobalt (Co), mangan (Mn), nikel (Ni), magnesium
(Mg), dan klor (Cl).

b. Suhu
Setiap enzim dapat bekerja dengan efektif pada suhu tertentu dan
aktivitasnya akan berkurang jika berada pada kondisi di bawah atau di atas
titik tersebut. Kondisi yang menyebabkan kerja enzim menjadi efektif ini
disebut kondisi optimal.

c. Konsentrasi enzim
Konsentrasi enzim yang tinggi akan mempengaruhi kecepatan reaksi secara
linear (kecepatan bertambah secara konstan). Dapat dikatakan bahwa
hubungan antara konsentrasi enzim dengan kecepatan reaksi enzimatis
berbanding lurus. Kecepatan reaksi suatu enzim satu dengan yang lain
berbeda-beda meskipun mempunyai konsentrasi enzim yang sama.
Konsentrasi enzim yang sangat tinggi dalam suatu sistem yang kompleks
akan berpengaruh terhadap kecepatan reaksi.

d. pH
Selain suhu, faktor lingkungan yang mempengaruhi kerja enzim adalah
derajat keasaman (pH). Sebagaimana faktor suhu, enzim juga mempunyai
pH tertentu agar dapat bekerja secara efektif. Enzim dapat bekerja optimal
pada pH netral (pH = 7), pH basa (>7) atau pH asam (<7) tergantung pada
jenis enzim masing-masing.
(Rochmah, 2009)

Ptialin adalah salah satu protein saliva utama. Ptialin disintesis dan
disekresi oleh sel-sel asinar kelenjar liur ke dalam rongga mulut, di mana
ptialin melayani peran enzimatik pencernaan karbohidrat, tetapi juga penting
untuk kekebalan mukosa di rongga mulut, karena menghambat kepatuhan dan
pertumbuhan bakteri. peningkatan kadar enzim yang berhubungan dengan
penyakit gigi dan mulut, maka ptialin tekad telah diakui sebagai alat
diagnostik yang penting selama bertahun-tahun. (Sacak, dkk, 2014)
Pepsinogen adalah prekursor tidak aktif dari pepsin. Pepsonogen
disekresikan oleh sel-sel chief dab kelenjar parietal. Pepsinogen diubah
menjadi pepsin oleh HCI. Pepsinogen I ditemukan dalam badan lambung
tempat sebagian besar asam disekresikan. Pepsinogen II ditemukan pada
badan dan antrum lambung. Pepsinogen tidakdapat menghidrolisis protein.
Pepsinogen harus diaktifkan terlebih dahulu menjadi pepsin agar dapat
mencerna protein (Bintari et al., 2014).

C. ALAT DAN BAHAN


 Alat :

Timbangan digital Gelas Beaker 100 mL

Lumpang dan Alu Gelas Beaker 500 mL

Rak Tabung Reaksi Kompor Listrik


Gelas arloji Pipet Volume 10 mL

Klem Corong Kaca

Ball filler Kertas saring bulat

Tabung Reaksi Gelas Ukur 50 mL


Gelas Ukur 10 mL Pipet ukur 1 mL

Spatula

 Bahan :
1. Sampel air ludah
2. Larutan amilum
3. Larutan lugol
4. Aquades
5. Indikator universal
6. Reagen fehling
7. Ragi roti
8. Pasir kering 5g
9. Toluena
10. Larutan natrium karbonat
11. Larutan buffer asetat
12. Larutan HCl carr price
D. DATA PENGAMATAN
I. Uji Ptialin
No. Perlakuan Hasil
1. Tabung I Warna awal bening, ditambah
Air ludah + aquades (6 larutan amilum tidak terjadi
mL) ditambahkan ± 2 perubahan, ditambah lugol terjadi
mL larutan amilum, perubahan warna menjadi ungu.
ditambah 2 tetes lugol
dikocok.
2. Tabung II Warna awal bening, ditambah
6 mL aquades larutan amilum tidak terjad I
ditambahkan ± 2 mL perubahan, ditambah lugol terjadi
larutan amilum, perubahan warna menjadi biru
ditambahkan 2 tetes kehitaman.
lugol dikocok.

II. Uji Getah Lambung


No. Perlakuan Hasil
1. Kertas pH dimasukkan ke pH= 1
larutan HCl dan
dibandingkan dengan pH
indikator universal.
2. Kertas pH dimasukkan ke pH= 4
larutan aquades dan
dibandingkan dengan pH
indikator universal.

III. Uji sukrase


No. Perlakuan Hasil
1. Ragi roti ditimbang sebayak
1 gram dan pasir bersih,
kering sebanyak 5 gram
dimasukkan ke dalam
lumping porselin.
2. Tambahkan 10 mL toluena, Larutan berwarna putih
gerus campuran hingga kecoklatan dan endapan pasir.
homogen.
3. Tambahkan 30 mL aquades Ragi roti larut dan terbentuk
sedikit demi sedikit. gelembung gas, larutan keruh
dan berwarna putih
kecoklatan.
4. Pisahkan cairan dan Supernatan berwarna putih
padatanya dengan corong keruh.
dan kertas saring.

No. Perlakuan Hasil


1. Tabung I Larutan homogen berwarna biru
a. 3 cc supernatan tua, terbentuk lapisan atas yang
+ 1 cc buffer bening, terbentuk endapan merah
asetat + 3 cc bata di dasar tabung reaksi
aquades + 5 tetes (endapans edikit).
Na2CO3+ 5 cc
fehling.
b. Dipanaskan 10
menit.
2. Tabung II Larutan berwarna merah bata,
a. 3 cc supernatan terbentuk endapan merahbata di dasar
+ 1 cc buffer tabung reaksi (endapan sedikit).
asetat + 3 cc
sukrosa + 5 tetes
Na2CO3 + 5 cc
fehling.
b. Dipanaskan 10
menit.
3. Tabung III Larutan berwarna biru tua, terbentuk
a. 3 cc supernatan endapan berwarna merah bata
+ 1 cc buffer (endapan sedikit).
asetat + 3 cc
amilum + 5 tetes
Na2CO3+ 5 cc
fehling.
b. Dipanaskan 10
menit.
4. Tabung IV Larutan berwarna biru tua, terbentuk
a. 3 cc supernatan endapan berwarna merah bata
(dipanaskan 5 (endapan sedikit).
menit) + 1 cc
buffer asetat + 3
cc sukrosa + 5
tetes Na2CO3+ 5
cc fehling.
b. Dipanaskan 10
menit.
5. a. 3 cc supernatant Larutan berwarna biru tua, terbentuk
(dipanaskan 5 endapan berwarna merah bata
menit) + 1 cc (endapan sedikit).
buffer asetat + 3
cc amilum + 5
tetes Na2CO3+ 5
cc fehling.
b. Dipanaskan 10
menit.
DAFTAR PUSTAKA

Bintari GS, Windarti I, Fiana DN. 2014. Temulawak ( Curcuma xanthorrhiza


Roxb) as gastroprotector of mucosal cell damage. Medical Journal.
5(5):77-84.

Cuezta, Sergio Martinez. 2015. The Classification and Evolution of Enzyme


Function. Biophysical Journal. Volume 109.

Dwidjoseputro, D., 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

Poedjiadi, Anna, 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia


PRESS

Puller, Robert C. 2012. “Hexagonal Ferrite : a Review of the Synthesis,


Properties and application of Hexaferrite Ceramics”, Journal of Material
Science

Priadi, Arif. 2009. Biologi SMA XI. Yudhistira : Bogor

Rochmah, S. N., Sri Widayati, Mazrikhatul Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA
Kelas XII. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p.
282.

Sadikin, M. 2002. Biokimia enzim. Jakarta: Widya medika

Sakac, Nicola. 2014. Direct Potentiometric Determination of Ptyalin in Saliva.


Journal of Electromical Science

Sastrawijaya, A Tresna. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : PT Rineka


Cipta

Suhtanry, Rubianty, 1985. Kimia Pangan. Makassar: Badan Kerja Sama

Perguruan Negeri Indonesia Bagian Timur

Syaifuddin, 2006. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan

Edisi 2. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai