Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN

DERMATITIS

DISUSUN OLEH:

1. Susi Khoirunnisa (J210170013)


2. Choiru Alfis HS (J210170028)
3. Widya Mei Suriningsih (J210170046)
4. Fath Maulfi Putra (J210170060)
5. Siti Khotimah (J210170064)
6. Febry Pujiarta (J210170065)
7. Elly Novitasari (J210170067)
8. Ajeng Triani Laksmi (J210170071)
9. Alfin Dwi Cahyaningrum (J210170072)
10. Vina Fitriyana (J210170073)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Eczema merupakan
bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata eczema untuk
menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua
bentuk eczema adalah 4,66 %, termasuk dermatitis atopic 0,69 %, eczema nummular
0,17 % dan dermatitis seboroik 2,32 % yang menyerang 2 % hingga 5 % dari
penduduk.
Eksim atau dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana
kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun
yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering
dijumpai adalah eksim atopic atau dermatitis atopic. Gejala eksim akan mulai
muncul pada masa anak-anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada
beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak
sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat,
penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka
kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien adalah
gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit.
Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun
tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul didaerah lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada
orang kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah
menjadi cokelat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap, eksim akan
mempengaruhi pigmen kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih terang atau
lebih gelap.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari Dermatitis ?
2. Bagaimana definisi, etiologi, klasifikasi pada pasien dengan Dermatitis ?
3. Bagaimana patofisiologi pada pasien dengan Dermatitis ?
4. Bagaimana WOC pada pasien dengan Dermatitis?
5. Bagaimana Menifestasi klinis pada pasien dengan Dermatitis ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan Dermatitis ?

2
7. Bagaimana Penatalaksanan pada pasien dengan Dermatitis ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui Anatomi dan fisiologi dari Dermatitis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui definisi, etiologi, klasifikasi pada pasien
dengan Dermatitis.
3. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi pada pasien dengan
Dermatitis.
4. Mahasiswa dapat mengetahui WOC pada pasien dengan Dermatitis.
5. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis pada pasien dengan
Dermatitis.
6. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik pada pasien
dengan Dermatitis.
7. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanan terapi pada pasien dengan
Dermatitis.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Dermatitis

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai


respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung
residif dan cenderung kronis. (Djuanda Adhi, 2010).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit
yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai
jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah,
dan gatal pada kulit (Widhya, 2011).

B. Etiologi Dermatitis
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikro-
organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya
dermatitis atopik.
Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2010), yaitu :
a) Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).

4
b) Dermatitis Kontak Iritan
DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang bersifat
iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis. Bahan iritan
antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah tangga, dan
sebagainya.

c) Dermatitis Kontak Alergik


DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan bahan-bahan
yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat memicu DKA
antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel, obat obatan, dan
sebagainya.

d) Dermatitis Atopik

5
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,
umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi,
yang kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik,
asma bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara
panas, dingin) dan ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap infeksi
virus dan bakteri, lebih sensitif terhadap serum dan obat.

e) Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)


Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit
disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum
diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal yang
hebat, misalnya pada inse,,Mct bite.

f) Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema,
edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi
ialah ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan bokong.
Penyakit mempunyai kecenderungan residif.

6
g) Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis
dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis
varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh
semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di tungkai bawah.

h) Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus
inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung
dengan penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya
dalam bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering berhubungan dengan
ekzem kronis ditungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau tanpa ulkus.

7
C. Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis ataupun
epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan. Zat
tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas
pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi
permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi
setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun
allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit.
Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga
menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.

8
D. WOC

Dari luar (eksogen): Fisik (sinar, suhu) Mikroorganisme Dari dalam (endogen):
bahan kimia (bakteri, jamur) dermatitis atopik

Terjadi penebalan kulit Masuk kedalam


dan hiperpigmentasi kulit

hipersensitifitas

Dermatitis

Iritan primer

Mengiritasi kulit
Dolor, kalor, rubor, edema,
fungsio lesa Inflamasi pada kulit

MK. Resiko Infeksi


MK. Kerusakan MK. Gangguan citra MK. Nyeri
integritas kulit tubuh

9
E. Manifestasi Klinis

Menurut (Djuanda Adhi, 2010)


1. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48 jam bahkan
sampai 72 jam.
b. Untuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan Kronis. saat
akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan, terasa perih bahkan
lecet. saat kronis gejala di mulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang
yang akhirnya menebal.
c. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
d. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
e. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di bandingan
dengan tipe alergi
2. Dermatitis Autopik
Ada 3 fase klinis Autopik yaitu
a. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan kedua. Lesi
mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi). Berupa eritema, Papul-Vesikel
pecah karena garukan sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta,
Lesi bisa meluas ke kepala, leher, Pergelangan tangan dan tungkai. bila anak mulai
merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas. seahunbagian besar
penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri (Denovo).
Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata dan
leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis dan
mungkin infeksi skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan tubuh dapat
mengganggu pertumbuhan.
c. DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher, dahi, sekitar
mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan
pergelangan tangan, dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada
bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-kadang lesi meluas
dan paling parah didaerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak
menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan sedikit
10
skuama.bisa d dapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi
hiperpigmentasi.umum DA remaja dan dewasa berlangsung lama kemudian
cenderung membaik setelah seusia 30 tahun, jarang smpai usia pertengahan dan
sebagia kecil sampai tua

3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Kulit sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha
atau mata kaki kadang muncul pada alat kelamin
c. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau sedang
tidur akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di garuk akan menambah
berat rasa gatal tersebut
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk akibat
garukan atau penggosokan yang sudah terjadi bertahun
4. Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian
memmbesar dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk 1 lesi
karakteristik seperti uang logam (koin) Eritematosa. sedikit edimatosa, dan
berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi
krusta kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih, jumlah
lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral/simetris dengan
ukuran berfariasi dar milliar sampai numular, bahkan plakat
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan
lengantermasuk punggung tangan
5. Dermatitis Statis
a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
b. bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
c. borok atau bisul pada kulit
d. kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. luka (lesi kulit)
f. pembengkakakn pada tungkai kaki
g. rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
h. rasa kesemutan pada daerah yang terkena

F. Pemeriksaan Diagnostik
11
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk
mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita
periksa kadar IgE dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4
ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes
alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada
beberapa macam tes alergi, yaitu :
a.Skin Prick Test (Tes tusuk kulit). Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen
hirup dan makanan, misalnya debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang,
kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu
alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan menggunakan jarum khusus
(panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit.
Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap
alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini :
Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin
(obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya. Umur yang di
anjurkan 4 – 50 tahun.

b. Patch Tes (Tes Tempel).


Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit
dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat
dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul
bercak kemerahan dan melenting pada kulit.

12
c.RAST (Radio Allergo Sorbent Test).
Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini
memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses
dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam.
Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh
obat-obatan.

d. Skin Test (Tes kulit).


Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan.
Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes

13
di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif
akan timbul bentol, merah, gatal.

e.Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan,
dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup
dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek
alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak
nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes
provokasi bronkial dan tes provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick
Test dan IgE spesifik metode RAST.

G. Penatalaksanaan Terapi
1. Sistemik

14
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi antihistamin-
antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya. Pada kasus berat dapat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
a) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka.
Dermatitis kering (sika) diobati dengan krim atau salep.
b) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik.
c) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak
kocok), pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik, diberi salep.
d) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau
pasta; bila kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut,
sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar dari
pada krim.

Penatalaksanaan
1. Dermatitis Kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis
kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin.
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang
dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai
dengan tingkat keparahnnya.
2. Dermatitis Atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin,
bahan – bahan berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim hidrofilik
urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi
kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi
pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid
diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral
15
hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam
waktu singkat, dosis rendah, diberi selang – seling. Dosis diturunkan secara
tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila
tiba – tiba dihentikan akan timbul rebound phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka
pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitifitas, tapi pemakaian
pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni
S. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau
kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hri selama
10 hari atau 4 x 200mg/hari untuk 10 hari.

3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian steroid
topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-
potent diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk
daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan
jangka panjang digunakan steroid yang low-proten, pemakaina high-potent
steroid hanya dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit yang tebal.
b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan
perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal
ataupun oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat
mencegah gatal dan garukan
4. Dermatitis Numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya
preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya dengan
larutan permanganas kalikus 1 : 10.000.
d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
16
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya
hidroksisilin HCL
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi Vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi Kompresi

17
BAB III
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas:
Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2 tahun), jenis kelamin, ras/ suku,
pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema,
edema, kenaikan suhu tubuh.
b. Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan,
edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit,
eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan) , skuama (kulit
yang bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).
c. Riwayat Kesehatan masa lalu:
1) Penyakit yang pernah di derita:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
4) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami
stress yang berkepanjangan.
5) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
3. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
1) Kepala
18
a) Kepala
Inspeksi: Bentuk kepala simetris
Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
b) Rambut
Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam,
rambut lurus tidak rontok.
c) Mata
Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil: Normal isokor,kedua
bentuk pupilnya simetris, tidak ada sekret pada mata, kelopak mata normal
warna merah muda, pergerakan mata klien normal, serta lapang pandang
normal.
Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar mata.
d) Hidung
Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping hidung, tidak
ada sekret, tidak ada polip atau benjolan didalam hidung, fungsi penciuman
baik, kedua lubang hidung simetris dan tidak terjadi pendarahan pada
lubang hidung (epistaksis).
e) Mulut
Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa mulut pucat,
membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan pada lidah,
tidak ada karies pada gigi.
f)Telinga
Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga, tidak ada
serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika diperiksa dengan otoskop
tidak adanya peradangan, dan tidak terdapat cairan pada membran timpani.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran timpani normal.
Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).
2) Leher
Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh, tidak ada lesi,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan pada leher, tidak
ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan.
3) Dada
a) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan, pola napas
pendek pada istirahat dan aktivitas, frekuensi napas pasien reguler,
pergerakan otot bantu pernafasan normal.
b) Jantung
TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
19
Inspeksi: denyutan jantung normal
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran jantung atau tidak
ada kardiomegali.
Perkusi: pekak
4) Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit disekitarnya, tidak ada
distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak terdapat kolostomi.
Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit
Perkusi: timpani
Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada pembesaran lien
(ginjal)
5) Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
6) Integumen
Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra
dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel
(lepuhan kecil berisi cairan), skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi
(penebalan kulit).

7) Persyarafan
a) Tingkat kesadaran: composmentis
b) GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Verbal: Orientasi baik, nilai 5
(3) Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6
c) Total GCS: Nilai 15
(1) Reflek: Normal
(2) Tidak ada riwayat kejang
(3) Koordinasi gerak normal
b. ADL (Activitas Daily Living)
1) Pola Persepsi Kesehatan
a) Adanya riwayat infeksi sebelumya
b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya, vitamin; jamu,
antibiotik.
d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e) Hygiene personal yang kurang.
f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2) Pola Nutrisi Metabolik
a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
makan.
20
b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c) Jenis makanan yang disukai.
d) Nafsu makan menurun.
e) Muntah-muntah.
f) Penurunan berat badan.
g) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar
atau perih.
3) Pola Eliminasi
a) Sering berkeringat.
b) Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a) Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b) Kelemahan umum, malaise.
c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
e) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5) Pola Tidur dan Istirahat
a) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
6) Pola Persepsi Kognitif
a) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b) Pengetahuan akan penyakitnya.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a) Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b) Perasaan terisolasi.
8) Pola Hubungan dengan Sesama
a) Hidup sendiri atau berkeluarga
b) Frekuensi interaksi berkurang
c) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9) Pola Reproduksi Seksualitas
a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a) Emosi tidak stabil
b) Ansietas, takut akan penyakitnya
c) Disorientasi, gelisah
21
11) Pola Sistem Kepercayaan
a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b) Agama yang dianut

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera kimiawi
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan agens cedera kimiawi
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan persepsi diri
4. Resiko infeksi berhubungan dengan supresi respons inflamasi

C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil
1. Nyeri b.d Tujuan : 1. kaji jenis dan 1. Dapat
agens cedera Setelah dilakukan tingkat nyeri mengetahui
kimiawi tindakan keperawatan pasien. tentukan kriteria nyeri
selama …x24 jam, apakah nyerinya pasien
diharapkan nyeri kronis atau akut.
berkurang atau Selain itu, kaji
teradaptasi factor yang dapat
Kriteria hasil : mengurangi atau
1. Pasien memperberat;
melaporkan nyeri lokasi, durasi,
berkurang intensitas dan
2. Nyeri dapat
karakteristik
diadaptasi
nyeri; dan tanda-
3. Dapat
tanda dan gejala
mengidentifikasi
psikologis.
aktifitas yang
2. Pengkajian
2. Untuk
meningkatkan atau
berkelanjutan
memfasilitasi
menurunkan nyeri
membantu
4. Pasien tidak pengkajian
meyakinkan
gelisah dan skala yang akurat
bahwa
22
nyeri 0-1 atau penanganan dapat tentang
teradaptasi memenuhi tingkat nyeri
kebutuhan pasien pasien
dalam
mengurangi nyeri.
3. Berikan obat
yang dianjurkan
3. Untuk
untuk mengurangi
menentukan
nyeri, bergantung
keefektifan
pada gambaran
obat
nyeri pasien.
pantau adanya
reaksi yang tidak
diinginkan
terhadap obat.
Sekitar 30 sampai
40 menit setelah
pemberian obat,
minta pasien
untuk menilai
kembali nyerinya
dengan skala 1
sampai 10
4. Atur periode
istirahat tanpa
4. Tindakan
terganggu
ini
meningkatkan
kesehatan,
kesejahteraan,
dan
peningkatan
23
tingkat
energy, yang
5. Bantu pasien penting untuk
untuk mendapat pengurangan
posisi yang nyeri
5. Untuk
nyaman, dan
menurunkan
gunakan bantal
ketegangan
untuk membebat
atau spasme
atau menyokong
otot dan untuk
daerah yang sakit
mendistribusi
bila perlu.
kan kembali
Kolaborasi:
tekanan pada
1. Gunakan
bagian tubuh
terapi topical
seperti yang Kolaborasi:
1. Tindakan
dipreskripsikan.
2. Anjurkan ini membantu
pasien untuk meredakan
menghindari gejala.
2. Masalah
pemakaian salep
pasien dapat
atau lotion yang
disebabkan
dibeli tanpa resep
oleh iritasi
dokter.
atau sensitisasi
karena
3. Jaga agar
pengobatan
kuku selalu
sendiri.
terpangkas.
3. Pemotonga
n kuku akan
mengurangi
kerusakan
kulit karena
24
garukan.
2. Kerusakan Tujuan : 1. Inspeksi kulit 1. Untuk
integritas kulit Setelah dilakukan pasien setiap menentukan
b.d agens tindakan keperawatan pergantian tugas keefektifan
cedera selama …x24 jam jaga, jelaskan dan regimen
kimiawi diharapkan kerusakan dokumentasikan perawatan
integritas kulit dapat kondisi kulit dan kulit
membaik laporkan
Kriteria hasil : perubahan
2. Bantu pasien
1. Pasien 2. Untuk
dalam melakukan
menunjukkan tidak meningkatkan
tindakan hygiene
adanya kerusakan kenyamanan
dan kenyamanan
kulit dan
2. Pasien
kesejahteraan
menunjukkan turgor 3. Berikan obat 3. Pengurang
kulit yang normal nyeri sesuai an nyeri
program dan diperlukan
pantau untuk
keefektifannya mempertahan
kan kesehatan
4. Untuk
meningkatkan
4. Pertahankan
rasa sejahtera
lingkungan yang
pasien
nyaman
5. Untuk
5. Peringatkan mencegah
agar tidak kerusakan
menyentuh luka kulit dan
atau balutan mencegah
kemungkinan
infeksi
6. Tindakan
tersebut
25
mengurangi
6. Atur posisi tekanan,
pasien supaya meningkatkan
nyaman dan sirkulasi dan
meminimalkan mencegah
tekanan pada kerusakan
penonjolan tulang. kulit
Ubah posisi pasien
minimal setiap 2
jam. Pantau
frekuensi
pengubahan posisi 7. Tindakan
pasien dan kondisi ini membantu
kulitnya mengurangi
7. Berikan
ansietas dan
kesempatan pasien
meningkatkan
untuk
ketrampilan
mengungkapkan
koping
perasaan tentang 8. Untuk
masalah kulitnya mendorong
kepatuhan
8. Berikan
pengarahan pada
pasien dan
anggota keluarga
atau pasangan
dalam program
perawatan kulit
3. Gangguan Tujuan : 1. Terima 1. Untuk
citra tubuh b.d Dalam waktu …x24 jam persepsi diri memvalidasi
perubahan pasien menerima pasien dan perasaannya
persepsi diri perubahan citra tubuh berikan jaminan

26
Kriteria hasil : bahwa ia dapat
1. Pasien mengatasi krisis
berpartisipasi dalam ini 2. Untuk
2. Ketika
berbagai aspek mendapat
membantu pasien
perawatan dan dalam nilai dasar
yang sedang
pemgambilan pada
melakukan
keputusan tentang pengukuran
perawatan diri,
perawatan kemajuan
2. Pasien kaji pola koping
psikologisnya
menyatakan perasaan dan tingkat harga
positif terhadap dirinya
3. Untuk
3. Dorong pasien
dirinya sendiri
meningkatkan
3. Pasien melakukan
rasa
berpartisipasi dalam perawatan diri
kemandiriann
program rehabilitasi
ya
dan konseling 4. Berikan
4. Agar
kesempatan
pasien dapat
kepada pasien
mengungkapk
untuk
an
menyatakan
keluhannya
perasaan tentang
dan
citra tubuhnya
memperbaiki
dan hospitalisasi
kesalahpaham
5. Bimbing dan
an
kuatkan focus
5. Untuk
pasien pada
mendukung
aspek-aspek
adaptasi dan
positif dari
kemajuan
penampilannya
yang
dan upayanya
berkelanjutan
dalam

27
menyesuaikan
diri dengan
perubahan citra
tubuhnya
4. Resiko infeksi Tujuan : 1. Minimalkan 1.
b.d supresi Setelah melakukan resiko infeksi
respons tindakan keperawatan pasien dengan :
a. Mencu
inflamasi selama …x24 jam, a. Mencuci
ci tangan
infeksi dapat dihindari tangan adalah
sebelum dan
Kriteria hasil : satu-satunya
setelah
1. Tanda-tanda vital cara terbaik
memberikan
dalam batas normal untuk
2. Tidak adanya perawatan
mencegah
tanda-tanda infeksi
penularan
pathogen
b. Mengg
b. Sarung
unakan sarung
tangan dapat
tangan untuk
melindungi
mempertahanka
tangan pada
n asepsis pada
saat memegang
saat
luka yang
memberikan
dibalut atau
perawatan
melakukan
langsung
berbagai
tindakan
2. Pantau suhu 2. Suhu yang
dan catat pada terus
kertas grafik. meningkat
Laporkan evaluasi setelah
segera pembedahan
dapat
merupakan
28
tanda awitan
komplikasi
pulmonal,
infeksi luka
atau dehisens,
infeksi
saluran kemih
atau
tromboflebitis
3. Mencuci
tangan
3. Bantu pasien
mencegah
mencuci tangan
penyebaran
sebelum dan
pathogen
sesudah makan
terhadap
dan setelah dari
objek dan
kamar mandi
makanan lain
4. Tindakan
tersebut
4. Beri
memungkinka
pendidikan kepada
n pasien
pasien mengenai :
untuk
a. Teknik
berpartisipasi
mencuci tangan
dalam
yang baik
b. Factor- perawatan
faktor yang dan
meningkatkan membantu
resiko infeksi, pasien
tanda-tanda dan memodifikasi
gejala infeksi gaya hidup
untuk
mempertahan
29
kan tingkat
kesehatan
yang
optimum

30
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal).
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh:
detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya:
bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.

B. Saran
Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya juga, untuk itu
penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca. Dengan
adanya makalah ini penulis mengaharapkan agar para pembaca bisa memahami apa yang
sudah dijelaskan sehingga dapat bermanfaat bagi semuanya dan agar lebih dapat
mengaplikasikan dalam merawat pasien dan mampu dalam pembuatan asuhan
keperawatan yang tepat yang banyak melibatkan orang terdekat klien, mulai dari
keluarga, kerabat sampai teman pasien.

31
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing Diagnosis

Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action.

Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka Dermatitis

[Internet]. Bersumber dari http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf > [Diakses

tanggal 17 Februari 2015. Jam 11.09]

Syaifuddin, H. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika.

32
PEMBERSIHAN LUKA DERMATITIS ATOPIK DENGAN CAIRAN
NORMAL SALIN
(Atopic Dermatitis Wound Cleaning with Normal Saline)

A. ABSTRAK
Dermatitis atopik merupakan penyakit peradangan kronis yang terjadi pada
orang/keluarga dengan riwayat alergi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
Pengaruh Pemberian Cairan Normal Salin untuk Pembersihan Luka pada Klien
Dermatitis Atopik. Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi penelitian
ini adalah semua penderita dermatitis atopik. Sampel penelitian ini adalah penderita
dermatitis atopik ringan sampai sedang. Besar sampel 20 responden dilakukan secara
Accidental Sampling. Kesimpulan penelitian adalah ada Pengaruh Pemberian Cairan
Normal Salin untuk Pembersihan Luka Klien Dermatitis Atopik.
Kata Kunci : Dermatitis Atopik, Pembersihan Luka, Normal Salin, Derajat Inflamasi

B. METODE
Desain penelitian yang dipakai adalah quasi eksperimen. Dalam hal ini, peneliti
melakukan tindakan pembersihan luka dan mengamati pengaruh pembersihan luka
dengan normal salin terhadap kondisi luka pada klien dermatitis atopik menggunakan
alat ukur SCORAD. Populasi dalam penelitian ini adalah semua klien dermatitis
atopik di wilayah kerja Puskesmas Grati Pasuruan.
Tehnik pengambilan sampel menggunakan Acidental Sampling yaitu tehnik penentuan
sampel berdasarkan spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu
dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya, maka orang tersebut dapat
digunakan sebagai sampel/ responden. Kriteria sampel dalam penelitian ini dibedakan
dalam kriteria inklusi dan eksklusi.Kriteria inklusi: Klien dermatitis atopik sedang,
Responden berumur > 20 tahun, Bersedia menjadi responden, Responden tidak
mempunyai penyakit penyerta (DM, Ca dalam proses terapi/ kemoterapi/radiasi),
Tidak merokok, status gizi baik. Kriteria eksklusi: Klien dermatitis non atopik,
Responden berumur < 20 tahun, Tidak bersedia menjadi responden, Responden
dengan penyakit penyerta (DM, Ca dalam proses terapi/kemoterapi/radiasi), Merokok,
status gizi buruk Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2008 dan lokasi
penelitian di wilayah kerja Puskesmas Grati Pasuruan. Variabel penelitian. Variabel
bebas yaitu pemberian cairan NS untuk pembersihan luka.Variabel terikat yaitu
kondisi luka. Definisi operasional ; Pengaruh adalah suatu dampak dari pembersihan
luka dengan cairan NS pada klien dermatitis atopik sebelum dan setelah diberikan
cairan NS ; Pemberian cairan normal salin adalah perawatan luka dengan
menggunakan cairan normal salin untuk membersihkan kulit, menghilangkan krusta,
skuama atau kotoran lain. Tenik pemberian cairan Normal Salin (terlampir); Cairan
Normal Salin adalah larutan pencuci luka yang jernih, isotonis, tidak iritan dan
hipoalergenik serta dapat melindungi jaringan
33
granulasi ; Klien dermatitis atopik adalah klien yang mempunyai penyakit infeksi
kronis (hilang timbul) pada kulit yang tidak diketahui penyebabnya yaitu respon alergi
yang sifatnya herediter terhadap makanan, debu, kelembaban udara, perubahan suhu
dan respon emosional ; Kondisi luka adalah keadaan luka, apakah ada tanda-tanda
inflamasi yaitu eritema, indurasi, ekskoriasi, papul, dan likenifikasi pada klien
dermatitis atopik menggunakan alat ukur SCORAD (terlampir). Pengumpulan data
dilakukan dengan teknik observasi dan wawancara. Peneliti melakukan wawancara
untuk mencari responden sesuai kriteria inkluasi, sedangkan observasi untuk mengkaji
kondisi luka pada klien dermatitis atopik sebelum dan setelah dibersihkan dengan
cairan normal salin.Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut :1)
Memilih responden sesuai kriteria. 2) Memberikan infomed consent.3) Melakukan
observasi kondisi luka sebelum diberi cairan NS. 4) Melakukan
perawatan/pembersihan luka dengan cairan NS pada (pertama dilakukan oleh peneliti
dan selanjutnya dilakukan oleh keluarga secara mandiri), (panduan terlampir). 5)
Melakukan observasi terhadap kondisi luka setelah diberi cairan NS setiap 3 hari
selama 2 kali. 6) Membandingkan perubahan kondisi luka sebelum dan setelah diberi
cairan NS. Dengan Metode SCORAD : menilai derajat inflamasi dermatitis atopik
berdasarkan data obyektif yaitu luas, edema, eritema, ekskoriasi, likenifikasi, krusta,
dan data subyektif yaitu gatal dan gangguan tidur. Setelah data terkumpul dari hasil
observasi, kemudian dilakukan tabulasi dan dilakukan penyekoran sesuai rumus
SCORAD, kemudian dilakukan pengolahan data dan disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan WilcoxonSignedRanks Test.

C. HASIL
Dari diagram menunjukkan bahwa reponden yang dilakukan pembersihan luka dengan
menggunakan cairan Normal Salin kondisi luka dermatitis mengalami penurunan
derajat inflamasi yang digambarkan dengan menurunan skor sebelum dan sesudah
dilakukan perlakuan. Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh pada perbaikan
kondisi luka dermatitis sebelum dan sesudah dilakukan pembersihan luka dengan
menggunakan cairan Normal Salin. Pengukuran kondisi luka dengan metode
SCORAD dilakukan 3 hari sekali selama 2 kali. Dari hasil analisa dengan
menggunakan uji Nonparametric Correlations(Spearmen’s rho) pada program SPSS
menunjukkan ada Pengaruh Pembersihan Luka dengan menggunakan Cairan Normal
Salin terhadap Kondisi Luka pada Klien Dermatitis Atopik dengan nilai ( P= 0,000 ).
Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh Pembersihan Luka dengan menggunakan
Cairan Normal Salin terhadap Kondisi Luka pada Klien Dermatitis Atopik.

D. PEMBAHASAN
Penatalaksanaan dermatitis atopik terdiri atas pengobatan, identifikasi dan
penghindaran faktor pencetus. Tindakan hidrasi kulit dilakukan sebelum pemberian

34
obat topikal merupakan tindakan yang penting. Tindakan hidrasi kulit atau
pembersihan luka ini tujuannya adalah membersihkan krusta akibat dari eksudat yang
mengering dan bercampur sisa obat lama ataupun keringat serta melembabkan kulit .
Normal salin merupakan cairan iso osmotik, steril, bebas pirogen, non toksik terhadap
jaringan tubuh manusia serta efektif terhadap adanya material organik pada luka
seperti darah, pus dan jaringan nekrotik oleh karena itu dalam penelitian ini untuk
pembersihan luka menggunakan normal salin. Dalam penelitian ini responden yang
mengalami dermatitis diberi perlakuan pembersihan luka dengan menggunakan cairan
Normal Salin menunjukkan perkembangan kondisi luka bagus yang ditandai dengan
penurunan derajat inflamasi pada luka dermatitis yang diukur dengan metode Scorad
seperti pada diagram 4.4 Pembersihan luka disini tujuannya adalah untuk pengeluaran
debris organik maupun anorganik sebelum menggunakan balutan untuk
mempertahankan lingkungan yang optimum pada tempat luka untuk proses
penyembuhan yang bertujuan untuk membersihkan kulit, menghilangkan krusta,
skuama, dan obat lama. Pemilihan Cairan yang digunakan adalah Cairan Normal salin
ini karena cairan ini merupakan larutan fisiologis, iso osmotik, larutan jernih tak
berwarna, steril, bebas pirogen. Dengan komposisi setiap 1000ml larutan mengandung
9gr Natrium Colorida. Normal salin dianggap sebagai cairan pencuci luka yang ideal
dengan kriteria sebagai berikut: Non toksik terhadap jaringan tubuh manusia/viable
tissue, Efektif terhadap adanya material organik pada luka seperti darah, pus, dan
jaringan nekrotik, Mampu mengurangi jumlah mikroorganisme di permukaan luka,
Biaya murah dan mudah didapat serta Hipoalergik dan tidak menimbulkan reaksi
sensitivitas. Dari hasil Nonparametric Correlations(Spearmen’s rho) pada program
SPSS menunjukkan ada Pengaruh Pembersihan Luka dengan menggunakan Cairan
NormalSalin terhadap Kondisi Luka pada Klien Dermatitis Atopik dengan nilai ( P=
0,000).

E. KESIMPULAN
Dari hasil analisa data dan pembahasan penelitian yang sudah diuraikan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: Dari 20 Responden yang mengalami dermatitis atopik
sebelum dan sesudah dilakukanpembersihan luka dengan menggunakan cairan Normal
Salin menunjukkan perkembangan kondisi luka bagus yang ditandai dengan
penurunan derajat inflamasi pada luka dermatitis yang diukur dengan metode
Scorad.Terdapat hubungan yang signifikan pembersihan luka dengan menggunakan
cairan NormalSalin dengan Kondidi Luka pada klien dermatitis Atopik yang
ditunjukkan dengan Nonparametric Correlations (Spearmen’s rho) pada program SPSS
juga menunjukkan ada dengan nilai ( P= 0,000).

35

Anda mungkin juga menyukai