Anda di halaman 1dari 16

PAPER

EMBRIOLOGI TUMBUHAN
EMBRIOGENESIS

Disusun oleh:

Nama : Vivy Fatmawati Fajrin


NIM : K4313071
Kelas : A Pendidikan Biologi 2013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
1. EMBRIOGENESIS

Dari pengertianya embriogenesis adalah perkembangan dari zigot atau sel atau jaringan dari
tumbuhan untuk menjadi individu baru atau menjadi tumbuhan yang lengkap.

Embrigenesis ada 2 macam :

1. Zygotik (atas)
Perkembangan embrio dari zigot ( peleburan antara gamet jantan dam gamet betina)
2. Somatik (bawah)
Soma merupakan sel tubuh, jadi somatik merupakan perkembangan embrio dari
bagian sel tubuh, jadi tidak terjadi fertilisasi atau peleburan sel gamet betina dan
jantan.
Perbedaan antara zygotik dan somatik :
1. Untuk zygotik, terjadi fertilisasi antara sel sperma dan ovum tetapi untuk somatik
tidak terjadi fertilisasi
2. Untuk zygotik hasilnya (2n), somatik (n)
3. Untuk zygotik tidak terjadi pembesaran inti , untuk somatik terdapat embesaran
inti
4. Zygotik terjadi pembentukan akar radikula sejati, misalnya pada akar buah
mangga, karena akar tesebut merupakan akar sejati maka kuat. Unruk soamatik
misalnya pada Batang singkong, setelah dilakukan stek maka akan tumbuh akar
adventiv , hal tersebut termasuk embriogenesis somatik.
Dalam embrio terdapat 2 kutub :
1. Kutup terminal > dekat kalaza > tranversal
2. Kutup basal > dekat mikrofil > longitudinal
Pembelahan dilakukan mulai dari mitosis kemudian baru meiosis.

Nama tahapan secara umum


1. Tetrad : pembelahan menjadi 4
2. Kuadran : Sel apikal membelah vertikal dengan bidang pembelahan tegak lurus
bidang pertama, pada tahap ini proembrio berada pada tahap kuadran .
3. Oktan : Setiap sel kuadran membelah melintang menghasilkan stadium
oktan. Setiap oktan membelah periklinal menghasilkan protoderm di sebelah luar
yang akan berdiferensiasi menjadi epidermis.
4. Globular : Sel sebelah dalam akan membentuk meristem dasar, sistem
prokambium, hipokotil
5. Jantung : Embrio tahap globular kemudian mengalami pendataran dibagian
apeks
6. Hati : Embrio globular embryo berembang membentuk dua sudut.
Suspensor bertindak seperti saluran untuk menyediakan nutrisi ke embrio
7. Torpedo :Kedua sisi embrio tahap jantung akan membelah lebih cepat
dibandingkan bagian tengah sehingga membentuk embrio tahap torpedo
8. Kotiledon : Kotiledon menekuk dan menyediakan nutrisi sampai tanaman bisa
berfotosintesis sendiri dan suspensor menghilang

Zygotik pada monokotil dan dikoti

Pada awalnya zygotik pada dikotil dan monokotil sama sama ,yaitu dengan
membentuk tetrad sampai terbentuk kotiledon. Perbedaannya hanya terletak pada
kotiledun. Bila dikotil maka kotiledon akan membelah menjadi dua (jelas) akan
tetapi pada monokotil kotiledon hanya satu saja. Sel basal pd monokotil tidak
mengalami pembelahan. Tetapi pada dikotil mengalami pembelahan. Sel basal
juga disebut sebagai suspensor

Embriogenesis monokotil
Gambar Atas(merupakan sel apikal)
Gambar Bawah (merupakan sel basal) jadi dia akan berbentuk seperti pada
gambar tersebut sampai terbentk kotiledon
 Sel apikal membelah sampai sama dengan dikotil sampai tahap globular ,
sel permukaan akan membentuk protoderm yang dimana pembentukan
akan menjadi epidermis .
 Bagian tengah merupakan hipokoti, meristem dasar dan sistem
prokambium
 Tahap jantung merupakan bagian atas mendatar jadi seperti jantung
 Tahap hati dimana bagian atas melekuk seperti hati
 Kotiledon yang berkembang hanya salah satu saja ( yang dominan hanya
satu)
 Tahap torpedo, kedua sisi embrio tahap jantung akan membelah lebih
cepat dibandingkan bagian tengah

Embriogenesis pada Dikotil.


(Batygina,2004)
Diagram dikotil

Telur yang mengalami fertilisasi disebut zigot.


Zigot ini akan berkembang menjadi embrio yang berpotensi untuk membentuk
tumbuhan lengkap. Keterangan :
a. Zigot unicellular terletak di bawah inti endosperm
b dan c. Kemudian endosperm merupakan massa jaringan yang menyelubungi
embryo. Embrio terletak di atas suspensor (suspensor terbentuk dari bagian bawah
embryo).
d. embrio menjadi berbentuk hati ketika cotyledons mulai muncul. Pada dikotil
saat fase hati dua duanya berkembang, contoh spesies. In vitro
d. Endosperm semakin berkurang saat embrio yang berdiferensiasi dan membesar.
Setelah cotyledons terbentuk, embrio berubah menjadi bentuk torpedo.
f. Embrio terdiri dari epicotyl (menjadi shoot apex), hypocotyl, dan radicle
(menjadi root apex)
Perkembangan endosperm selalu mengawali perkembangan embrio.
Umumnya endosperm monokotil dan dikotiI menyimpan nutrien yang bisa
digunakan selama biji berkembang . Pada beberapa dikotil, cadangan makanan
pada endosperm kemudian dialihkan ke kotiledon.
Menurut Nunun Barunawati, (2006) Pada awal perkembangannya, fase
embrio somatik (fase globular) berkembang menjadi fase hati. Pada fase ini proses
fisiologis sel-sel globular berjalan sangat lambat, sehingga dibutuhkan kometrasi
dan jenis sitokinin tertentu agar sel globular berkembang menjadi sel hati dan
terpedo. Kegagalan fase terpedo menjadi plantlet dipengamhi oleh beberapa
faktor, yaitu diantaranla umur eksplan yang melampaui waktu subkultur, tidak
hadimya hormon tumbuh dan struktur massa sel yang tidak teratur. Induksi
perkembangan sel secara seragam dapat dilakukan pada saat yang tepat dan
konsentrasi hormon yang terkendali pada media.
Dalam jurnal Irni furnawati,( 2013) dijelaskan bahwa regenerasi tanaman
mangga dengan kultur in vitro dapat dilakukan melalui proses organogenesis
(pembentukan tunas ganda dan atau tunas adventif) serta proses embriogenesis
(pembentukan embrio). Embriogenesis somatik memiliki potensi yang sangat
besar untuk perbanyakan klonal tanaman secara massal, transformasi gen dan
produksi benih sintetik. Embriogenesis sel somatik secara umum dapat dibagi
menjadi empat fase yaitu (1) induksi kalus embriogenik, (2) induksi dan
proliferasi embrio somatik, (3) pematangan embrio, dan (4) perkecambahan
embrio. Induksi kalus dan pembentukan embrio pada mangga dapat dilakukan
dengan ekpslan embrio zigotik (Xiao et al., 2004), nuselus (Ermayanti dan
Deritha,2009), atau endosperma (Hanayanti, 2011).

2. TIPE-TIPE EMBRIO

Embrio atau lembaga mempunyai tiga bagian, yaitu radikula (akar lembaga),
kotiledon (daun lembaga), dan kaulikalus (batang lembaga). Di dalam biji ada
beberapa bagian-bagian, yaitu plumula, epikotil, hipokotil, radikula dan kotiledon.
Hipokoti adalah bagian bawah yang nantinya akan menjadi sel basal , sedangkan
epikotil adalah bagian atas yaitu sel apikal.

1. Calon akar (radikula) akan tumbuh dan berkembang menjadi akar primer. Pada
tumbuhan dikotil, radikula akan menjadi akar tunggang, sedangkan pada
monokotil, setelah tahapan bibit selesai akar primer tidak berkembang lagi dan
tanaman ditopang oleh akar-akar sekunder.
2. Daun embrio (kotiledon) adalah daun pertama suatu tumbuhan. Daun embrio
dapat memiliki beberapa fungsi, yaitu: Sebagai tempat penimbunan cadangan
makanan bagi kecambah yang muncul dari embrio Sebagai alat penghisap
makanan untuk embrio dari jaringan peyimpanan makanan cadangan, (skutelum
pada jagung) Sebagai alat untuk melakukan fotosintesis Jumlah daun embrio
(kotiledon) benih ini menjadi salah satu pembeda dalam penggolongan tumbuhan
berbiji (spermatohyta) menjadi: dikotil, monokotil dan polikotil.
3. Batang embrio (cauliculus) terletak antara batas pangkal calon akar sampai titik
tumbuh embrio, yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a) Epikotil (bagian sebelah atas daun embrio), dan
b) Hipokotil (bagian disebelah bawah daun embrio). Batang embrio beserta calon
daun adalah bagian embrio yang dinamai pucuk embrio atau plumula.

Pengelompokan tipe-tipe embrio yang saya bahas yaitu berdasarkan tiga hal, yaitu
:

1. Peran sel apikal atau balas dalam embrio


2. Aktivitas zat-zal seluler pada suspensor
3. Peran penbelahan longitudinal dan transversal

Sel telur yang telah dibuahi disebut zigot, dan ini merupakan sel tunggal yang
bersifat diploid. Pembelahan zigot yang pertama kali pada kebanyakan
Angiospermae dengan dinding melintang, sehingga menghasilkan proembrio 2
sel. Dari proembrio 2 Sel ini berkembang menjadi :

a. sel bagian atas disebut sel terminal (sel apikal), merupakan sel yang jauh dari
mikropil.
b. sel bagian bawah disebut sel basal, adalah sel yang letaknya dekat dengan
mikropil.

Jadi embrio (sel telur yang telah dibuahi) memnelah menjadi dua bagian yaitu
bagian apikal dan bagian basal. Menurut Maheswari (1950) yang termuat dalam
jurnal Andreas P. Mordhorst dengan judul Critical Reviews in Plant Sciences
(2010) embrio dapat di kelompokan menjadi beberapa tipe berdasarkan peran atau
tidak berperanya sel basal maupun sel apikal dari embrio.

Berdasarkan pembelahan trasnversal maupun longitudinal embrio dibedakan


menjadi 2 kelompok , yaitu :

A. Sel apikal membelah secara longitudinal :


1. Tipe onagrad merupakan tipe dengan sel basal sedikit/ tidak sama sekali
membelah. Contohnya pada annonaceae
2. Tipe asterad merupakan tipe embrio dengan sel basal maupun sel apikal ikut/
berperan dalam perkembangan embrio. Contohnya pada Balsaminaceae, Vitaceae,
Compocitae, Violaceae
B. Sel apikal membelah secara transversal :
1. Tipe Soland merupakan tipe embrio dengan sel basal berkembang menjadi 2 atau
lebih sel suspensor. Sel suspensor merupakan sel hasil samping dari pembelahan
embrio , ia memiliki fungsi memberi nutrisi bagi perkembangan embrio. Pada saat
dewawa , sel suspensor ini mengalami dead sell atau degenerasi . akan tetapi
misalnya pada dendrobium sp sel suspensor ini tidak mengalami kematian akan
tetapi membentuk haustoria (Yeung and Meinke,1993). Contohnya pada
Campanulacae, Theaceae, Solanceae, Linaceae
2. Tpe chenopodiat merupakan tipe embrio dengan sel basal dan sel terminal berperan
dalam pembentukan embrio. Contohnya pada Boraginaceae.
3. Tipe caryophyllad merupakan tipe embrio dengan sel basal tidak membelah dan
suspensor berkembang dari sel terminal. Contohnya pada Crassulaceae,
Caryophyllaceae
Tipe Tipe- tipe embrio diatas merupakan type embrio dikotil. Karena dapat mebelah
menjadi dua.
Sedangkan tipe embrio menurut versi baru hanya dibedakan menjadi 3 macam saja
yaitu :
1. Berdasarkan sel apikal saja yang berperan
2. Berdasarkan sel apikal dan basal sama- sama berperan dalam pembentukan embrio
3. Sel basal mampu membentuk suspensor ( Haccius 1971 dalam Esau 1977)

Sedangkan menurut bukunya Johri et al dengan judul Reproductive Bioligy of


Angiosperms hal 259. Tipe embrio dibagi menjadi 6 tipe. Yaitu :

1. Tipe onagrad
2. Tipe asterad
3. Solanad
4. Chenopodial
5. Caryophylad
6. Piperad
Jadi dalam buku tersebut dijelaskan bahwa tipe embrio tidak hanya lima tipe
(menurut maheswari) akan tetapi menjadi 6 tipe yaitu terdapat tipe piperrad yaitu
tipe embrio dengan pembelahan secara miring atau sedikit miring.

3. PEMBENTUKAN ENDOSERM

Polinasi pada gymnospermae langsung jatuh ke nusellus, tetapi pada angiospermae jatuk ke
kepala putik , stilus, ke embriosac

1. Melalui kalaza
2. Mikrifil
3. Integumen/ funikulus
Inti buluh , inti sel sperma satu masuk melalu mikrovil membuahi ovum, inti sperma
kedua akan masuk memuahi inti kutub yang akan membentuk emdosperm. Fungsi
memmeri nutrisi, sehingga endosperm harus berkembang lebih dahulu dibandingkan
embrio. (sukamto, A. 2010) menjelaskan bahwa dalam pembenukan endosperm
merupakan hasil dari penyatuan dua inti polar gamet betina dengan satu inti gamet jantan,
yang berbeda dengan embrio dalam jumlah kromosomnya. Endosperm mengandung
lemak, amilum, protein dan butir- butir aleuron. Butir aleuron pada tumbuhan jenis
graminaceae akan menhalami deferensiasi menjadi aleuron. Fungsi endosperma adalah
memelihara embrio selama pertumbuhan pada fase heterofit dan memberikan sumber
energi selama perkecambahan dan pertumbuhan embrio
Ada 3 tipe perkembangan
1. Nuklear endosperm : inti endosperm akan membelah tanpa pembentuka sekat
(dinding) , sehingga inti bebas tanpa sekat dan terus berkembang. Contohnya pada
kelapa susu
Endospermanjeruk siam bertipe inti bebas (nuclear endosperm), dimana endosperma
primer hasil fertilisasi ganda melakukan pembelahan inti tetapi tidak langsung
membentuk dinding sel. Selulerisasi sel endosperma berlangsung bertahap sehingga
perkembangan sel-sel endosperma tidak seragam. Keberagaman ini juga terjadi karena
endosperma berfungsi sebagai nourishing cell dan pelindung kehidupan embrio.
Pada jeruk Siam Simadu, setelah fertilisasi ganda, sel-sel haploid antipodal tidak
terdegradasi dan perkembangan embrio nuselar yang tidak bersamaan dengan embrio
zigotik dapat mengkontaminasi jaringan triploid endosperma (kosmiatin, 2013)
2. Seluler endosperm : inti endosperm akan membelah diikuti oleh pembentukan sekat.
Pembentukan sekat secara sentrifugal sehingga tidak ada inti bebas. Contohnya pada
kelapa kopyor. Endosperm lebih tebal endospermnya
3. Halobial : inti endosperm primer akan membelah menjadi dua sel yang tidak sama
besar . yang dekat kalaza yang kecil. Sedangkan yang dekat mikrofil besar, didekt
kalaza tidak membelah paling hanya 1-2 sel, akan tetapi yang di dekat mikrofil akan
membelah terus. Kalau yang dekat kalaza akn membentuk sekat dan yang dekat
mirofil akan terbentuk inti bebas. Jadi holobial merupakan perpaduan antara nuklear
dan selular endosperm. Contohnya : jagung , padi dll

4. POLYEMBRIO

Poliembrioni merupakan biji yang memiliki lebih dari satu embrio. Dalam hal ini
ketika suatu biji dikecambahkan maka akan terdapat lebih dari satu tanaman yang akan
tumbuh dari satu biji tanaman tersebut.. Poliembrioni terjadi pada bakal biji yang telah
mengalami pembuahan kemudian timbul beberapa embrio. Salah satu embrio berasal dari
perkawinan sel telur dan inti sperma, sedangkan yang lainnya terbentuk di luar kandung
embrio, misalnya pada nuselus, atau integumen

Biji tanaman merupakan alat perbanyakan generatif. Dimana proses terbentuknya


biji/benih dapat melalui 2 cara yaitu dari peleburan sperma dengan ovum (amfimiksis)
dan tidak melalui peleburan sperma dengan ovum (Apomiksis). Amfimiksis dan
apomiksis dapat terjadi secara bersama-sama sehingga terbentuk satu atau lebih embrio
dalam satu ovum. Proses ini disebut poliembrioni seperti yang terjadi pada biji nangka,
jeruk dan mangga (Hakim et al. 2008).

Poliembrionik adalah adanya lebih dari satu embrio dalam satu biji, tapi embrio
ini tidak selalu menjadi dewasa atau matang., tetap tidak berkembang atau berdegenerasi.
Poliembrionik terbentuk karena :
1. Pembelahan pada saat proembrio
A. Zigot membelah tidak teratur membentuk kelompok sel yang tumbuh simultan
dan dan membentuk beberapa embrio
B. Proembrio membentuk tunas kecil yang dapat berfungsi sebagai embrio
C. Embrio yang membentuk filamen menjadi bercabang dan masing-masing
tumbuh menjadi embrio
2. Berasal dari sel selain sel telur ( sinergid)
3. Adanya lebih dari 1 kantung embrio dalam 1 ovulum
4. Berasal dari sel sporofit pada 1 ovulum (embrio adventitif)
Penyebab poliembrionik :
Haberland (1928) menjelaskan tentang teori Necrohormon. Pada Citrus spp.
poliembrionik terjadi karena :
1. Hibridisasi
2. Gen resesif
3. Umur pohon
4. Pembentukan buah
5. Makanan
6. Arah percabangan pada Mangifera spp disebabkan oleh adanya gen resesif.

Poliembrionik dibagi menjadi 2 yaitu


1. Poliembrionik secara spontan
Merupakan poliembrionik yang terjadi secara alami, tidak terdapat pengaruh dari
orang lain, misalnya campur tangan manusia .
Pembentukan embrio mulai dari pembentukan gamet jantan dan betina
Jantan : mikrosporofit> tetrad > mikrospora>mikrosporofit(sudah mateng)(2n)
Betina : megasporofit > tetrad > 3 degenerasi > 1 ovum
Sperma masuk melalui mikrofil melalui 5 kemungkinan :
1. Androgenesis : jantan (sperma) ke intipolar menjadi endosperma , jantan
menggantikan peran betina membentuk embrio. Tidak terjadi fertilisasi.ovumnya
mengalami degenerasi.
2. Semigami : sperma jantan masuk , dengan inti ovum membentuk embrio, jadi
embrio terbentuk setengah-setengah tanpa mengalami fertilisasi . penggabungan
tanpa peleburan dan hasilnya tetep haploid.
3. Polyembrioni (sejati)
a. Jantan + betina melebur menjadi 2n
b. Partenogenesis > tidak ada peleburan antara jantan dan betina, dari bagian lain
( misal nucellus dan integumen)
4. Kromosom elimination : terjadi fertilisasi tetapi kromosom jantan lalu hilang, jadi
yang lebih dominan yaitu betina (n)
5. Gynogenesis : sperma masuk tetapi tidak terjadi fertilisasi , jadi sperma tersebut
masuk hanya untuk merangsang ovum mengalami pembelahan.
2. Poliembrionik secara induksi
Kultur jaringan : terdapat pengaruh dari lain-lain, misalnya campur tangan manusia .
dibagi menjdi 4 :
1. Androgenesis in vitro
Sering digunkan karena hasilnya lebih banyak (paling banyak)
2. Gynogenesis in vitro
Tidak ada peran gamet jantan dalam pembentukan embrio dan embrio sac akan
berkembang menjadi polyembrio
3. Interspesific crossing
Pollen dari spesies yang berbeda diambil dimasukan kedalam embriosac dan
terjadi peristiwa pengurangan kromososm ( karena dari spesies lain)
4. Irrediated pollen technic
Pollen dari spesies sama di radiasi lalu dimasukan ke embriosac sehingga
terbentuk biji poliembrio yang ketika ditanam akan menghasilkan banyak
tanaman.
Poliembrioni terjadi karena apomiksis dan amfimiksis dapat terjadi bersamaan,
maka akan terbentuk lebih dari satu embrio dalam satu biji. Peristiwa ini sering
dijumpai pada nangka, jeruk dan mangga.
Daftar Pustaka

Andreas P. Mordhorst. 2010. Plant Embryogenesis. Wageningen, The Netherlands

Barunawati , N. 2006. Pengart'h Konsentrasi Sitokinin Pada Regenerasi embrio


Somatik Mangga (Mangifera Indical.).

Batigyna, T.B. 2004. Polymorphism of Sexual and Somatic Embryos as Manifestation


of Their Developmental Parallelism Under Natural Conditions and in Tissue
Culture. Russian Academy of Science

Hakim, Lukman., M. Anis Fauzi. 2008. Pengaruh Ukuran Kotiledon Terhadap


Pertumbuhan Semai Ulin (Eusyderoxylon zwageri T. Et B). Jurnal Pemuliaan
Tanaman Hutan Vol. 2 (1) : 2-5.

Hindaningrum, I.F. 2013. Pembentukan Embrio Endospermik Sekunder Mangga


(Mangifera indica L.) Gedong Gincu Klon 289 Secondary Endospermic Embryos
Formation in Mango (Mangifera indica L.) Gedong Gincu Clone 289. Balai
Pengkajian Bioteknologi, BPPT,Indonesia

Johri et al .2001.Reproductive Bioligy of Angiosperms hal 259

Kosmiatin, M. 2013 . Induksi Embriogenesis Somatik dari Jaringan Endosperma Jeruk


Siam (Citrus nobilis Lour.) cv Simadu Somatic Embryogenesis Induced from
Endosperm Tissues of Tangerine (Citrus nobilis Lour.) cv Simadu. 1Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik
Pertanian, Indonesia

Maheshwari, P. 1950. An Introduction to the Embryology of Angiosperms. McGraw-


Hill, New York.

Sukamto,A. 2010. Kultur In Vitro Endosperma, Protokol yang Efisien untuk


Mendapatkan Tanaman Triploid secara Langsung. Pusat Penelitian Biologi,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia : Bogor

Yeung, E. C. and Meinke, D. W. 1993. Embryogenesis in angiosperms - development


of the suspensor. Plant Cell 5: 1371-1381.

Anda mungkin juga menyukai