Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KEGIATAN SOSIALISASI PEMBERIAN INFORMASI DAN

PENGEMBALIAN KEPUTUSAN UNTUK PENILITIAN KLINIS

1. PROSES PELAKSANAAN :
a. Lokasi : Aula SMF lantai 2 RSUD Salatiga
b. Waktu : Rabu, 13 November 2019

2. RANGKUMAN ISI KEGIATAN :


a. Judul Sosialisasi :
Pendekatan dalam standar integrasi pendidikan kesehatan dalam pelayanan.
Narasumber: dr. Dwi Ambarwati, Sp. A

INPUT

1. Persetujuan Pemilik Untuk PKS Pendidikan


2. Unit Pengelola Pendidikan di RS
3. Rasio Pendidik Klinis dengan peserta
4. Kompetensi Pendidik Klinis

PROSES :

Supervisi Proses Pendidik (4 tahap) :


a. Tinggi
b. Moderat Tinggi
c. Moderat
d. Rendah
OUTCOME :
Menjaga Mutu dan Keselamatan Pasien

1. Peserta didik dalam menjaga mutu dan keselamatan Pasien:


Sesuai regulasi dalam peraturan yang diatur dalam:
 UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
 Undang-Undangan Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran
 Undang-Undang 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
 PP Nomor 93 tahun 2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan
 PP Nomor 52 Tahun 2017 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2013 Tentang Pendidikan Kedokteran
 PMK Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
 PMK No 27 Tahun 2017 tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
 Permenristekdikti Nomor 18 Tahun 2018 tentang Standar Nasional Pendidikan
Kedokteran
 Kepmenkes Nomor 30 tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Standar RS
Progam Rumah sakit dalam menjaga mutu dan keselamatan pasien:
o Kurikulum Pendidikan Klinis
o Monitoring Kuota Peserta Didik
o Apersepsi Kurikulum Pendidikan
o Pembekalan Saat Masuk ke RS
o Pemberian Kewenangan Klinis
o Pemakaian Tanda Pengenal Identutas dan Tingkat Supervisi
o Kepatuhan terhadap Peraturan Rs dan Institusi Pendidikan
o Orientasi Pits stop Kemampuan Dasar Akreditasi/IPKP
o Survei Kepuasan Pasien
o Survei Kepuasan Peserta Didik
o Pemantauan Sikap Perilaku Menjaga Mutu dan Keselamatan Pasien
 Melakukan Identifikasi Pasien secara benar
 Meningkatkan komunikasi efektif
 Menerapkan prinsip keamanan pemakaian obat sesuai langkah WHO
 Menerapkan Pencegahan Resiko Infeksi
 Mengurangi resiko jatuh
 Melaporkan insiden keselamatan pasien
Elemen Penelitian IPKP 1
1. Ada penetapan rumah sakit pendidikan yang masih berlaku.
2. Ada kerjasama antara rumah sakit dengan institusi pendidikan yang sudah
terakreditasi
3. Jumlah penerimaan peserta didik sesuai dengan kapasitas rumah sakit harus
dicantumkan dalam perjanjian kerjasama.
Tujuan IPKP
Rumah sakit memiliki regulasi yang mengatur :
1. Kapasitas penerimaan peserta didik sesuai dengan kapasitas rumah sakit yang
dicantumkan dalam perjanjian kerjasama.
2. Persyaratan kualifikasi pendidik/dosen klinis
3. Peserta pendidikan klinis di rumah sakit
Rumah Sakit harus mempunyai dokumentasi :
a. Surat keterangan peserta didik dari institusi pendidikan;
b. Ijazah, surat tanda registrasi (STR) dan surat izin praktek (SIP) yang menjadi
persyaaratan sesuai peraturan perundang-undangan;
c. Klasifikasi akademik
d. Identifikasi kompetensi pesrta pendidikan klinis dan
e. Laporan pencapaian kompetensi
Elemen Penelitian IPKP 2
1. Ada regulasi tentang pengelolaan dan pengawasan pelaksanaan pendidikan klinis
yang telah disepakati bersama meliputi 1) sampai dengan 3) dimaksud dan tujuan.
2. Ada daftar lengkap memuat nama semua peserta pendidikan klinis yang saaat ini ada
di rumah sakit
3. Untuk setiap peserta pendidikan klis, terdapat dokumentasi yang berisi paling sedikit
butir a) sampai e) di maksud dan tujuan.
Elemen Penelitian IPKP 3
1. Ada perhitungan rasio peserta pendidiakan dan staf yang memberikan pendidikan
klinis untuk seluruh peserta di setiap program pendidikan profesi yang disepakati oleh
rumah sakit dan institusi pendidikan sesuai peraturan perundang-undangan.
2. Dokumentasi perhitungan peserta didik yang diterima di rumah sakit per periode
untuk proses pendidikan disesuaikan dengan jumlah pasien untuk menjamin mutu dan
keselamatan pasien.
Elemen Penelitian IPKP 4
1. Ada penetapan staf klinis yang memberikan pendidikan klinis dan penetapan
penugasan klinis serta kewenangan klinis dari rumah sakit.
2. Ada daftar staf klinis yang memberikan pendidikan klinis secara lengkap (akademik
dan profesi) sesuai dengan pendidikan yang dilaksanakan di rumah sakit.
3. Ada uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang dan untuk setiap staf yang
memberikan pendidikan klinis.
4. Ada bukti staf klinis yang memberikan pendidikan klinis mengikuti pendidikan
keprofesian berkelanjutan.

Supervisi Peserta Didik


Rumah Sakit memastikan adanya pelaksanaan supervisi yang berlaku untuk setiap jenis dan
jenjang pendidikan klinis di rumah
Maksut dan tujuan supervisi
- Supervisi dalam pendidikan menjadi tanggung jawab staf klinis yang memberikan
pendidikan klinis untuk menjadi acuan pelayanan rumah sakit agar pasien, staf
dan peserta didik terllindungi secara hukum. Supervisi diperlukan untuk
memastikan asuhan pasien yang aman dan merupakan bagian proses belajar bagi
peserta pendidikan klinis, seusai dengan jenjang pembelajaran dan level
kompetensinya.
- Setiap peserta pendidikan klinis di rumah sakit mengerti proses supervisi klinis,
meliputi siapa yang melakukan supervisi dan frekuensi supervisi oleh staf klinis
yang memberikan pendidikan klinis. Pelaksanaan supervisi didokumentasikan
dalam log book peserta didik dan staf klinis yang memberikan pendidikan klinis.
Dikenal 4 (empat) tingkatan supervisi yang disesuaikan dengan kompetensi dan kewenangan
peserta didik yang ditetapkan oleh institusi pendidikannya sebagai berikut :
a. Supervisi Tinggi : Kemampuan asesmen peserta didik belum sahih, sehingga
keputusan dalam membuat diagnosa dan rencana asuhan harus dilakukan oleh
DPJP. Pencatatan pada berkas rekam medis harus oleh DPJP
b. Superivisi Moderat Tinggi : kemampuan asesmen peserta didik sudah dianggap
sahih namun kemampuan membuat keputusan belum sahih, sehingga rencana
asuhan yang dibuat peserta didik harus disupervisi oleh DPJP. Tindakan media
dan operatif dapat dikerjakan oleh peserta didik dengan supervisi langsung
(onsite) oleh DPJP. Pencatatan pada berkas rekam medis oleh peserta didik dan
diverifikasi dan divalidasi oleh DPJP.
c. Supervisi Moderat : kemampuan melakukan asesmen sudah sahih, kemampuan
membuat keputusan belum sahih betul, sehingga keputusan rencana asuhan harus
mendapat persetujuan DPJP sebelum dijalankan, kecuali pada kasus gawat
darurat. Tindakan media dan operatif dapat dilaksanakan oleh peserta didik
dengan supervisi tidak langsung oleh DPJP (dialporkan setelah pelaksanaan).
Pencatatan pada berkas rekam medis oleh peserta didik dengan verifikasi atau
validasi oleh DPJP.
d. Supervisi Rendah : kemampuan asesmen dan kemampuan membuat keputusan
sudah sahih, sehingga dapat membuat diagnosa dan rencana asuhan, namun
karena belum mempunyai legitimasi tetap harus melapor pada DPJP. Tindakan
medis dan operatif bisa dilakukan dengan supervisi tidak langsung oleh DPJP.
Pencatatan pada berkas rekam medis oleh peserta didik dengan validasi oleh
DPJP.
Penetapan Tingkat Supervisi Peserta Didik
Penetapan tingkat supervisi peserta didik dilakukan oleh staf klinis yang memberikan
pendidikan klinis, setelah melakukan evaluasi kompetensi peserta didik menggunakan
perangkat evaluasi pendidikan yang dibuat oleh institusi pendidikan.
Beberapa alat evaluasi antara lain :
 Bed site teaching
 Mini Clinical Evaluation Exercise for trainee (Mini-CEX)
 Case Based Discusion (CBD)
 Procedure Based Assesment (PBA)
Elemen Penilaian Supervisi
1. Ada tingkat supervisi yang diperlukan oleh setiap peserta pendidikan klinis di rumah
sakit untuk setiap jenjang pendidikan
2. Setiap peserta pendidikan klinis mengetahui tentang tingkat, frekuensi, dan
dokumentasi untuk supervisinya.
3. Ada format spesifik untuk mendokumentasikan supervisi, yang sesuai dengan
kebijakan rumah sakit, sasaran program, serta mutu dan keselamatan asuhan pasien.
4. Ada batasan kewenangan peserta pendidikan yang mempunyai akses dalam mengisi
rekam medis.
Orientasi Peserta didik
DPJP diharapkan:
 Memahami isi orientasi (akses web)
 Memantau hasil orientasi diantara peserta didik
 Indikator menjaga Mutu dan Keselamatan Pasien
 Survei Kepuasan Pasien Atas Keterlibatan Peserta Didik Dalam Pelayanan
A. Orientasi Umum
 Manajemen RS
 Akreditasi dan IPKP
 Pelatihan Dasar Akreditasi (BHD, Ppi, K3, Keselamatan Pasien, Pelayanan Prima dan
Zona Integritas), Akses Rekam Medis Peserta Didik, Manajemen Obat
B. Orientasi Khusus
KSM masing-masing
Variabel Survei kepuasan pasien atas keterlibatan peserta didik dalam pelayanan
 Empaty yaitu respon efektif dan kognitif peserta didik terhadap distress emosional
pasien
 Responsiveness yaitu kesigapan peserta didik terhadap pasien
 Assurance yaitu perilaku peserta didik terhadap pasien
 Reliablity yaitu kinerja dan profesionalisme peserta didik
 Tangible yaitu penampilan peserta didik

b. Judul: Ethical Clearance


Narasumber: dr. M. Saifulhaq Maududi, M.Si.Med, Sp.A

Tujuan adanya EC
 Menjaga agar pelaksanaan penelitian sesuai dengan kode etik RS.
 Mengetahui rencana dan jenis penelitian yang akan dilakukan.
 Mengetahui keuntungan dan resiko yang mungkin timbul akibat dilaksanakannya
penelitian tersebut
Prosedur mengurus EC
1. Peneliti mengajukan SURAT PERMOHONAN Ethical Clearance dilampiri proposal
penelitian (yg sudah disetujui pembimbing, beserta kelengkapan penelitian (informed
concent, kuesioner, dll)) ke DIREKTUR RSUD Kota Salatiga, melalui sub bag TU.
2. Melalui sub bag TU, disposisi Direktur akan diberikan pada Wadir Umum dan
Administrasi untuk dikaji dan diproses lebih lanjut.
3. Wadir Umum dan Administrasi akan menugaskan Sub Bag Diklat RS untuk
melakukan kajian dan proses lebih lanjut.
4. Sub Bag Diklat akan berkoordinasi dengan Komite Etik dan Penelitian RS, serta
meminta peneliti membayar biaya administrasi.
5. Komite Etik dan Penelitian RS akan mengeluarkan lembar penjelasan etik (Ethical
Clearance), memberikan form permintaan Ethical Clearance untuk diisi oleh peneliti,
serta menentukan reviewer untuk mengkaji proposal penelitian tersebut.
6. Reviewer mengkaji proposal penelitian untuk ditindaklanjuti (kadang diperlukan
pertemuan dengan tim peneliti).
7. Hasil review akan diberikan kepada peneliti melalui sub bag Diklat, untuk kemudian
dibuatkan surat izin (EC) atau penolakan penelitian.
Langkah Pengurusan EC
Kelengkapan Berkas EC

Catatan:
 Waktu : Sekitar 2 minggu
 Penelitian yg melakukan intervensi pasien, harus dilakukan pertemuan tim peneliti
dengan komite etik untuk menjelaskan tentang penelitiannya secara rinci, ada
informed concent penelitian, serta harus ada koordinasi dengan DPJP dan unit terkait.
 Penelitian tanpa intervensi pasien (melihat rekam medik, kuesioner, dll), tidak perlu
presentasi dari tim peneliti, dan tanpa informed concent.
Rincian Biaya

Form Permohonan EC

Anda mungkin juga menyukai