Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang terletak pada jalur gempa pasifik. Oleh
karena itulah negara Indonesia diberi julukan sebagai Ring Of Fire nya asia pasifik,
sehingga frekuensi untuk terjadiny gempa sangatlah sering bahkan bisa dibilang
setiap waktu pasti terjadi gempa, hanya skala magnitute nya kecil sehingga tidak
terasa sampai permukaan bumi. Hal ini sangat berpengaruh dalam lingkup teknik
sipil yang erat kaitannya dengan perencanaan desain struktur bangunan.
Gempa bumi merupakan peristiwa alam yang dimana gempa merupakan
pelepasan energi yang berasal dari kerak bumi menuju ke permukaan bumi. kekuatan
gempa bumi ini maha dahsyat, karena semakin lama frekuensi terjadinya gempa
maka semakin besar pula energi yang akan dilepaskan. Gempa yang terjadi di
Indonesia telah banyak memakan korban jiwa yang jumlahnya sangat banyak dan
menimbulkan kerusakan yang sangat parah. Hal ini bisa ditinjau dari kejadian gempa
selama kurun waktu 10 tahun. Gempa Aceh (2004), Yogyakarta (2006) dan gempa
Padang (2009) dan yang terbaru adalah gempa Nepal (2015) yang menelan korban
jiwa sebesar 8.500 jiwa. Banyaknya korban jiwa sebanarnya bukan disebabkan oleh
gempa yang terjadi melainkan dari bangunan itu sendiri, terutama di wilayah
Indonesia. Hampir semua korban tersebut terkena reruntuhan bangunan yang
digunakan sebagai perlindungan, hal ini tentu menjadi pelajaran bagi para Engineer
untuk bisa mendesain bangunan yang aman setidaknya untuk menyelamatkan nyawa
di dalamnya ketika gempa terjadi.
Dalam hal desain konsep perencanaan gedung sendiri telah mengalami
perubahan dan perkembangan seiring banyaknya kejadian kegagalan struktur akibat
gempa tersebut. Konsep desain lama yang berdasarkan kekuatan rencana (Forced
Based Design) telah berkembang menjadi konsep yang berbasis pada kinerja struktur
(Performance Based Design). Performance Based Design merupakan konsep
perencanaan berdasarkan kinerja dari struktur bangunan tersebut. Salah satu metode
yang digunakan untuk meneliti atau mengamati kinerja struktur adalah dengan
analisis Pushover.

1
Pushover Analysis adalah suatu analisis statik nonlinier dimana pengaruh gempa
rencana terhadap struktur bangunan gedung dianggap sebagai beban-beban statik
yang menangkap pada pusat massa masing masing lantai, yang nilainya ditingkatkan
secara berangsur-angsur sampai melampaui pembebanan yang menyebabkan
terjadinya pelelehan (sendi plastis) pertama di dalam struktur bangunan gedung,
kemudian peningkatan lebih lanjut mengalami perubahan bentuk pasca-elastik yang
besar sampai mencapai kondisi elastik. Kemudian disusul pelelehan (sendi plastis)
dilokasi yang lain pada struktur tersebut. Analisis ini juga bisa digunakan sebagai
gambaran perilaku keruntuhan sebuah struktur. Selain hal tersebut di atas, analisis
Pushover dapat digunakan untuk retrofiting sebuah bangunan, dan perbaikan
bangunan agar kapasistasnya kembali seperti semula dengan berdasarkan pada grafik
akhir perhitungan kurva pushover.
Gedung Universitas Teknologi Yogyakarta merupakan salah satu gedung
utama yang berada di Jl. Ringroad Utara Jombor Sleman Yogyakarta. Gedung ini
dibangun pada tahun 2001 dan diresmikan pada tahun 2002. Dari segi konsep desain
tentu gedung ini sudah memakai standar lama SNI 1726-2002 sedangkan standar
perencanaan gedung dan besarnya gaya gempa sudah mengalami perubahan di tahun
2012 lalu.
Hal inilah yang menarik bagi penyusun dimana ada gap antara pedoman
peraturan yang baru dan lama. Penyusun akan mengkaji performa dari struktur
gedung tersebut dengan standar SNI 03-1726-2012 untuk ketahanan Gempa dan
standar SNI 03-2847-2013 untuk tata cara struktur beton bertulang bangunan gedung.
Dalam pelaksanaannya, perhitungan kinerja struktur menggunakan metode Analisis
Pushover dengan menitikberatkan pada Capacity Spectrum menggunakan bantuan
program Structural Analysis Program (SAP 2000) Versi 11 Student.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dikaji adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana kinerja struktur dari gedung UTY Kampus 1 setelah di
analisis dengan Pushover ?

2
b. Bagaimana pola terbentuknya sendi plastis setelah dilakukan analisis
dengan Pushover ?
c. Bagaimana langkah – langkah analisis Pushovver serta pengolahan hasil
output dari program SAP2000 ?
d. Bagaimana tingkat keamanan struktur akibat beban gempa berdasarkan
evaluasi standar SNI 03-1726-2012 ?

3. Batasan Penelitian
Dalam tugas akhir ini dalam menganalisis struktur digunakan beberapa batasan
yang digunakan, yaitu :
a. Struktur gedung merupakan gedung beton bertulang daktail penuh,
terletak di kota Yogyakarta.
b. Perilaku struktur dianalisis dengan menggunakan metode pushover
dengan bantuan program SAP 2000.
c. Momen Curvature untuk analisis plastic hinges tidak dihitung.

4. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui kinerja struktur (Performance Point) dari gedung Kampus 1
Universitas Teknologi Yogyakarta..
b. Mengetahui skema terbentuknya sendi plastis pada elemen struktur
pasca dianalisis dengan Pushover.
c. Mengetahui langkah – langkah analisis Pushover dan mengolah output
data dari program SAP2000.
d. Mengevaluasi struktur setelah di analisis Pushover apakah struktur yang
ada masih aman atau tidak tinjauan terhadap peraturan SNI 03-1726-
2012.

5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis dan
metode yang bisa digunakan dalam menganalisis kinerja seismik dari sebuah

3
bangunan gedung. Serta sebagai pengembangan ilmu bagi Mahasiswa pada khusunya
dan praktisi teknik sipil yang ingin memperdalam mengenai analisis struktur.

TINJAUAN PUSTAKA
1. Penelitian Yang Relevan
Berikut ini merupakan berbagai penelitian atau Tugas Akhir yang menjadi
acuan atau referensi penulis dalam mengerjakan Tugas Akhir ini :
1. Anindityo (2011) melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Kinerja
Seismik Struktur Beton Dengan Analisis Pushover Prosedur A Menggunakan
Program Etabs V 9.50”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
gaya geser dari evaluasi pushover pada arah x sebesar 5453,435 ton. Gaya
geser dasar tersebut lebih besar dari gaya geser rencana 2077,265 ton.
Maksimum total drift adalah 0,0017 m, sehingga gedung termasuk dalam
level kinerja Immediate Occupancy (IO). Nilai displacement maksimal adalah
0,089 m. Displacement pada gedung tidak melampaui maksimal, sehingga
gedung aman terhadap gempa rencana.
2. Nur (2010) melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Kinerja Seismik
Struktur Beton Dengan Analisis Pushover Menggunakan Program
SAP2000”. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan gaya geser efektif
428,206 ton kurang dari gaya geser dasar rencana 747,132 ton dengan
percepatan puncak batuan dasar 0,012 g kurang dari percepatan puncak
batuan dasar rencana wilayah gempa 3 yakni 0,15 g. Struktur bangunan
mampu memberikan perilaku nonlinear yang ditunjukkan fase awal dan
mayoritas terjadinya sendi sendi plastis terjadi pada elemen balok baru
kemudian elemen kolom. Level kinerja
3. Wisnumurti, dkk (2008), “Analisis Pushover Pada Gedung Tidak Beraturan
Dengan Studi Kasus Pada Gedung Fia Unibraw”. Hasil analisis pushover
didapatkan besarnya deformasi lateral pada portal A dan G sebesar 11,9 cm
dan 10,3 cm. Besarnya drift ratio untuk portal A dan G adalah 0,3%, maka
tingkat pelayanan struktur bersadarkan AMC 2001 tergolong pada kondisi

4
batas layan (Serviceability limit state), sedangkan menurut ATC-40 bangunan
pada kondisi operasional (Immediate Occupancy).

LANDASAN TEORI
1. Pengertian Pushover
Menurut SNI 03-1726-2002, analisa Pushover atau analisa beban dorong statik
adalah suatu cara analisa statik dua dimensi atau tiga dimensi linier dan nonlinier,
dimana pengaruh gempa rencana terhadap struktur gedung dianggap sebagai beban-
beban statik yang menangkap pada pusat massa masing-masing lantai, yang nilainya
ditingkatkan secara berangsur-angsur sampai melampaui pembebanan yang
menyebabkan terjadinya pelelehan (sendi plastis) pertama di dalam struktur gedung,
kemudian dengan peningkatan beban lebih lanjut mengalami perubahan bentuk
elastoplastis yang besar sampai mencapai kondisi di ambang keruntuhan. Dari
analisis statis pushover nonlinier ini didapatkan kurva kapasitas yang kemudian
diolah lebih lanjut dengan metode tertentu, salah satunya adalah Capacity Spectrum
Method (CSM) [ATC-40, 1996].
2. Analisa Pushover Dengan Metode CSM
a. Kurva Kapasitas
Hasil dari analisis statik Pushover nonlinear adalah sebuah kurva yang
menunjukkan hubungan antara gaya geser dasar (base shear) dan simpangan (drift
displacement) seperti yang terlihat pada gambar 3.5 Dari grafik tersebut akan
dipetakan menjadi suatu kurva yang dinamakan kurva kapasitas struktur.

5
atap

Gaya geser dasar, V (kN)


Perpindahan atap, atap (m)
V

Gambar 1. Contoh Kurva Kapasitas


( Sumber : ATC-40, 1996 )
Metode ini memang sangat sederhana namun informasi yang dihasilkan
sangatlah berguna karena mampu menggambarkan respon inelastic dari sebuah
bangunan. Analisis ini cukup sederhana apabila ingin mendapatkan respons nonlinier
dari sebuah struktur.
Capacity curve hasil pushover diubah menjadi Capacity Spectrum melalui
persamaan berikut (ATC-40).

V /w
a) Sa  (1)
1

 atap
b) S d  (2)
PF1 atap ,1

 N 
  wi i 1  / g 
c) PF1   i N1  (3)

  
wi i1 / g 
2

 i 1 
2
N 
 wii1  / g 
d) 1  N  i1  (4)
  
 
N

 wi / g   wii1 / g 
2

 i1   i1 

6
a. Capacity Curve ( format standar ) b. Capacity Spectrum ( format ADRS )
Gambar 2. Modifikasi Capacity Curve menjadi Capacity Spectrum
( Sumber : ATC-40, 1996 )

b. Demand Spektrum
Spektrum demand didapat dari respons elasitis yang pada umumnya dinyatakan
dalam satuan percepatan Sa (m/detik2) dan periode struktur, T (detik). Sama halnya
dengan kurva kapasitas, spektrum response ini juga perlu diubah yang semula dalam
format ADRS menjadi spektrum demand.
Gambar 3.4. menunjukkan spektrum yang sama yang ditampilkan dalam format
tradisional (Sa dan T) dan format ADRS (Sa dan Sd). Pada format ADRS, periode
struktur yang sama merupakan garis lurus radial dari titik nol. Hubungan antara Sa,
Sd, dan T, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini :

Sd
a) T  2 (5)
Sa

T 2
b) S d  ( ) Sa (6)
2

7
T1

Spektral percepatan,

Spektral percepatan,
T2

Sa (m/det2)

Sa (m/det2)
T3

T1 T2 T3 Spektral perpindahan, Sd (m)


Periode, T (detik)
Spektrum standar Spektrum ADRS

(Sa vs T) (Sa vs Sd)


Gambar 3. Spektrum respon yang ditampilkan dalam format standar dan ADRS.
( Sumber : ATC-40, 1996 )
Untuk response spektrum dengan percepatan yang konstan direduksi dengan SRA
sedangkan untuk response spektrum dengan kecepatan yang tidak konstan direduksi
dengan SRV, dimana :

63,7.k (aydy  dyapi )


3,21  0,68 ln( )5
apidpi
SR A  (7)
2,12
63,7.k (aydy  dyapi )
3,21  0,41 ln( )5
apidpi
SRv  (8)
1,65

Atau dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana


3,21  0,68 ln eef
SRA  (9)
2,12
3,21  0,68 ln eef
SRV  (10)
2,12

3. Penentuan Titik Level Kinerja Dengan ATC-40


Gaya dan deformasi setiap komponen/elemen dihitung terhadap “perpindahan
tertentu” di titik kontrol yang disebut sebagai “titik perpindahan” dengan notasi δt
dan dianggap sebagai perpindahan maksimum yang terjadi saat bangunan mengalami
gempa rencana. Kriteria evaluasi level kinerja kondisi bangunan didasarkan pada

8
gaya deformasi yang terjadi ketika perpindahan titik kontrol sama dengan target
perpindahan δt. Jadi parameter target perpindahan dangat penting peranannya bagi
perencanaan berbabis kinerja. Ada beberapa cara menentukan target perpindahan
salah satunya adalah dengan Capacity Spectrum Method atau Metode Spektrum
Kapasitas mengacu pada beberapa standar yaitu FEMA 274, 356, 440 dan ATC-40.
Dalam penelitian ini peneliti hanya mengacu peraturan ATC-40.
Dalam Metode Spektrum Kapasitas, proses dimulai dengan menghasilkan
kurva hubungan perpindahan yang memperhitungkan kondisi inelasties struktur yang
hasilnya dalam format ADRS (Acceleration Displacement Response Spectrum).
Metode ini sudah di setting khusus built-in dalam program SAP 2000. Dan juga
proses konversi dari kurva pushover dan kurva respon spektrum yang juga dalam
format ADRS dikerjakan otomatis dalam program.

Gambar 4. Penentuan Titik Kinerja menurut Metode Spektrum Kapasitas


( Sumber : ATC-40, 1996 )

Metode Spektrum Kapasitas menampilkan secara grafis 3 buah grafik yaitu


spektrum kapasitas (capacity curve), response spektrum dan spektrum demand dalam
format ADRS. Untuk mengetahui perilaku struktur yang ditinjau terhadap intensitas
gempa yang diberikan, maka kurva kapasitas kemudian dibandingkan dengan
tuntutan (demand) kinerja yang berupa respons spektrum berbagai intensitas (periode

9
ulang) gempa. Target perpindahan diperoleh melalui titik perpotongan antara
spektrum kapasitas dan spektrum demand.

4. Tingkat atau Level Kinerja Struktur menurut ATC-40


Dalam standar ATC-40 kategori atau level kinerja struktur dibedakan menjadi
4 tingkatan yaitu :
Tabel 1. Level Kinerja Struktur Menurut ATC-40

Level Kinerja Penjelasan Contoh Bangunan

Operational Tidak ada kerusakan yang berarti a. Rumah sakit


pada struktur dan non-struktur, b. Gedung sekolah
bangunan tetap berfungsi. c. Tempat perlindungan
d. Pusat energi listrik dan
fasilitas publik.
Immediate Tidak ada kerusakan yang berarti a. Bioskop
Occupancy pada struktur, dimana kekuatan b. Gedung Pertemuan
dan kekauannya kira-kira hampir c. Stadon
sama dengan kondisi sebelum d. Fasilitas Kesehatan
gempa. Komponen non-struktur Tanpa Unit Bedah
masih berada ditempatnya dan e. Penjara
sebagian besar masih berfungsi
jika utilitasnya tersedia. Bangunan
dapat tetap berfungsi dan tidak
terganggu dengan masalah
perbaikan.
Life Safety Terjadi kerusakan komponen a. Perumahan
struktur, kekakuan berkurang, b. Rumah Toko
tetapi masih di dalam ambang c. Pasar
yang cukup terhadap keruntuhan. d. Gedung perkantoran
Komponen non-struktur masih ada e. Pusat perbelanjaan/
tetapi tidak berfungsi. Dapat Mall
dipakai jika sudah dilakukan f. Pabrik
perbaikan
Collapse Kerusakan yang terjadi pada a. Fasilitas pertanian dan
Prevention komponen struktur dan non- perkebunan
struktur. Kekuatan struktur dan b. Gudang
kekauannya berkurang banyak, c. Struktur kecil lain,
bangunan hampir runtuh. seperti rumah jaga
Kecelakaan akibat kejatuhan atau semacamnya
material bangunan yang rusak
sangat mungkin terjadi

10
METODE PENELITIAN
1. Bagan Alur Penelitian
Berikut ini merupakan bagan alir penelitian dalam pengerjaan Tugas Akhir ini

START
Membuat parameter untuk
analisa pushover yakni
GRAVITY dan PUSH.

Ya
Pengumpulan data primer dan
Tidak
sekunder. Berupa asbuilt drawing/
Aman
Shop drawing dan data tanah (bila
Membuat analysis case ada).
nonlinear GRAVITY loads.

Step 2
Membuat analysis case Run Response Spektrum Analisis
nonlinear untuk beban Perhitungan beban gravitasi dan berat
pushover yakni PUSH. total bangunan, meliputi :
Beban mati
Step 1 Beban hidup
Run Static Linear Analysis Beban distribusi plat lantai
Beban kuda kuda
Step 3
Run Pushover Analysis

Input grafik response spektral ( SNI 03-


1726-2012 ). Pada menu functions
SAP2000. Membuat permodelan struktur 3D
Hasil output dari run pushover
berupa Resultant base vs Roof dengan program SAP2000 v.11.
displacement, Kurva Pushover,
Kurva Kapasitas.

meninput beban dari hasil perhitungan membuat definisi material dan profil
sebelumnya penampang.

Analisis Data output


SAP2000

Membuat Kesimpulan dari hasil


SELESAI
Analisis data

Gambar 5. Bagan Alir Penelitian

11
ANALISA DAN PEMBAHASAN
1. Pembahasan

Berikut ini adalah hasil output dari SAP2000 setelah melakukan proses
Running Analysis.

Gambar 6. Resultant base shear vs roof displacement


Kemudian memunculkan untuk memunculkan kurva pushover pilih ATC Capacity
Spectrum pada kolom plot type maka akan muncul seperti Gambar 7.

Gambar 7. Performance Point Kurva Kapasitas vs Demand Spectrum

12
Gambar 7 merupakan bentuk kurva pushover yang didapat dari analisis yang telah
dilakukan oleh program SAP2000. Selanjutnya catat nilai yang tertera di dalam
grafik tersebut untuk kembali diolah untuk menentukan hasil level kinerja menurut
ATC-40.
Secara garis besar dari hasil output SAP2000 adalah berupa data
displacement, Gaya geser dasar (Base Force) dan Kurva kapasitas. Data tersebut
ditampilkan dalam Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2 . Nilai Base vs Displacement


Displacement Base Force
Steps
(m) (kN)
0 0 0
1 0,003656 1468,629
2 0,024602 8921,267
3 0,040359 10.617,285
4 0,095255 13.670,670
5 0,124893 14.289,869
6 0,166197 14.475,205
7 0,165016 13.886,106

Untuk nilai performance point berdasarkan grafik hasil analisis SAP2000


ditampilkan dalam Tabel 3. Nilai ini marupakan hasil titik koordinat.
Tabel 3. Nilai Performance Point SAP2000
NO Jenis Koordinat Nilai Koordinat
1 V (kNm), D (m) 10.468,291 ; 0,039 m
2 Sa (g), Sd (m) 0,766 ; 0,031
3 Teff (s), βeff 0,401 ; 0,132

13
Hasil output kemudian dihitung kembali untuk menentukan level kinerja dari struktur
gedung yang ditinjau dengan persamaan di bawah ini :
a. Kinerja gedung menurut ATC-40
t 0,166
a) Maksimal Drift =   0,01110
H 14,96
Sehingga level kinerja menurut ATC-40 adalah Immediate Occupancy
t   1 0,166  0,00372
b) Maksimal In-elastic drift =   0,01085
H 14,96
Sehingga level kinerja nonlinear menurut ATC-40 adalah Damage Control
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan

Dari penelitian Tugas Akhir ini dapat diambil beberapa kesimpulan yang
terkait dari hasil penelitian, kesimpulan tersebut antara lain :
a) Dari hasil analisis maka di dapat bahwa gedung kampus 1 Universitas Teknologi
Yogyakarta ini berada di dalam level kinerja (Performance Point) Immediate
Occupancy.
Immediate Occupancy mempunyai arti bahwa gedung ini tidak mengalami
kerusakan yang cukup signifikan ketika terjadi gempa karena kekakuan dan
kestabilan strukturnya masih terjaga. Hanya terjadi kerusakan kecil yang dimana
hal tersebut tidak berpengaruh ke struktur utama bangunan.
Hal ini terbukti ketika terjadi Gempa tahun 2006 gedung ini langsung bisa
beroperasi pasca gempa.
b) Titik level kinerja terjadi pada beban 10.468,291 kN atau setara dengan 1100
Ton dengan δt ( Drift Maksimal ) 0,039 m.
c) Program SAP2000 dapat menggambarkan perilaku sendi plastis untuk sebuah
bangunan dengan metode CSM ( Capacity Spectrum Methode ) dengan acuan
standar ATC-40.
d) Dari hasil analisa Pushover dapat disimpulkan bahwa gedung masih aman dan
umur 50 tahun rencana bangunan dapat tercapai.

14
2. Saran
Penyusun mempunyai beberapa saran apabila dimasa mendatang akan
dilakukan penelitian yang hampir sama atau melakukan penelitian lanjutan :
a) Analisis Pushover masih bisa dilakukan dengan cara membandingkan dengan
metode perpindahan yang berbeda bisa dengan FEMA atau yang lainnya.
b) Perlu dilakukan perbandingan analisis Statik Non-linear (Pushover ) dengan
analisis NLTH ( Non-linier Time History ). Sebagai lingkup evaluasi kinerja
sebuah gedung.
c) Melakukan analisa Pushover dengan menggunakan beberapa software yang
berbeda seperti ETABS, STAADPRO, NISA , dll.
d) Untuk penelitian lebih lanjut bisa dilakukan perhitungan momen curvature.
e) Untuk penelitian lebih lanjut apabila ingin mengambil studi kasus yang sama,
bida ditambahkan dengan menganalisa Engineering Value dari bangunan yang
ditinjau. Untuk membandingkan biaya apabila digunakan standar SNI mulai dari
tahun 1991, 2002 dan 2012.
f) Analisa Pushover juga bisa dilakukan untuk mengevaluasi bangunan cagar
budaya.

15

Anda mungkin juga menyukai