Anda di halaman 1dari 64

Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum

Gedung Kantor Camat Kembangan Jakarta Barat dalam perencanaan awalnya beban

pelat lantai yang digunakan untuk perkatoran beban hidup sebesar 2.4 kN/m2.

Apabila terjadi pengalih fungsian pada pelat lantai untuk penggunaan taman maka

beban hidup pelat lantai akan bertambah sebesar 4,79 kN/m2 dari beban awal.

Analisis ulang dilakukan terhadap struktur untuk mendukung beban baru guna

memberikan keamanan bagi pengguna.

4.2 Data Bangunan

4.2.1 Dimensi bangunan

Untuk data dimensi bangungan di dapatkan dari as built drawing Kantor Camat

Kembangan Jakarta Barat, maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Dimensi Struktur Bangunan Existing.

Struktur + 4.45 mm

K-350x350
Kolom mm
K-650x650

B-200x350
B-200x400
Balok B-250x500 mm
B-300x600
B-500x1000
IV - 1
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Pelat 120 mm

Struktur + 8.41 mm
K-350x350
Kolom mm
K-650x650

B-200x350
B-200x400
Balok B-250x500 mm
B-300x600
B-500x1000

Pelat 120 mm

Struktur + 12.37 mm
K-350x350
Kolom mm
K-650x650

B-200x350
B-200x400
Balok B-250x500 mm
B-300x600
B-500x1000

Pelat 120 mm

Struktur + 15.92 mm
K-350x350
Kolom mm
K-500x500

RB.200x300
Balok RB.250x500 mm
RB.300x700

IV - 2
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

4.2.2 Kuat Tekan Beton

Untuk data kuat tekan beton bangungan di dapatkan dari as built drawing Kantor

Camat Kembangan Jakarta Barat, maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat di

Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Kuat Tekan Beton Existing.

Kuat Tekan
Struktur Mutu Beton
Beton (Mpa)
Kolom K-300 24.90
Balok K-300 24.90
Pelat K-300 24.90

Kuat beton existing , fc’ = 24.9 Mpa

Modulus elastisitas beton, Ec = 4700 √𝑓𝑐′ = 4700 √24.9 = 23025203.58 kN/m2

Angka poison, µ = 0,2

Modulus geser, G = Ec / [2(1+ µ)] = 9593834.826 kN/m2

4.2.3 Kuat Tekan Beton

Mutu baja yang digunakan dalam evaluasi kekuatan struktur ditentukan

berdasarkan data di dapatkan dari as built drawing Kantor Camat Kembangan

Jakarta Barat. Bahwa tulangan yang digunakan diameter 12 mm menggunakan

baja tulangan polos BJTP 24 dengan tegangan leleh, fy = 240 Mpa dan diameter

> 10 mm menggunakan tulangan ulir BJTD 39 dengan tegangan leleh, fy = 390

MPa.

IV - 3
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

4.3 Analisa Pembebanan

4.3.1 Kombinasi Pembebanan

Struktur bangunan dirancang mampu menahan beban mati, hidup dan gempa

sesuai peraturan SNI gempa 03-1726-2012 pasal 4.1.1 dimana gempa rencana

ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya

terbatas pada 10 % selama umur gedung 50 tahun. Kombinasi pembebanan yang

digunakan mengacu pada SNI Beton 03-2847-2013 sebagai berikut :

Kombinasi = 1.4 D

Kombinasi = 1.2 D +1.6 L + 0.5 (Lr atau R)

Kombinasi = 1.2 D + 1.6 (Lr atau R) + (1.0L atau 0.5 W)

Kombinasi = 1.2 D + 1.6 (Lr atau R) + (1.0L atau 0.5 W)

Kombinasi = 1.2 D + 1.0 E + 1.0 L

Kombinasi = 0.9 D + 1.0 W

Kombinasi = 0.9 D + 1.0 E

Keterangan :

D : beban mati (dead load), meliputi berat sendiri gedung (self weight, SW)

dan beban mati tambahan (Superimposed dead load, D).

L : beban hidup (live load), tergantung fungsi gedung.

Lr : beban hidup yang boleh di reduksi dengan factor pengali 0.5

Dalam perencanaan menurut SNI 1726-2012 Pasal 7.4.2 kombinasi beban

gempa harus disesuaikan dengan memperhatikan pengaruh beban gempa vertical

sebagai berikut :

IV - 4
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

E = Eh + Ev = Digunakan untuk menambah pengaruh gaya tekan

E = Eh – Ev = Digunkan untuk menabah pengaruh gaya tarik.

Keterangan :

E = Pengaruh beban gempa

Eh = Pengaruh beban gempa horizontal seperti didefinisikan dalam 7.4.2.1

Ev = Pengaruh beban vertical seperti didefinisikan dalam 7.4.2.2

Sedangkan untuk mencari nilai Eh dan Ev dihitung dengan persamaan sebagi

berikut :

Eh = p Qe

Ev = 0.2 SDS D

Keterangan :

p = Faktor reduadasi struktur

Qe = Pengaruh gaya gempa horizontal dari distribusi beban gempa

SDS = Parameter percepatan spectra desain pada perioda pendek

Berikut parameter untuk mencari kombinasi pembebanan :

Faktor redudasi p , menurut SNI 1726-2012 Pasal 7.3.4.2 untuk katagori desain

seismic D sampai F, p harus sama dengan 1.3.

Katagori desain seismic bangunan D maka digunakan p = 1.3.

Nilai periode pendek SDS untuk lokasi bangunan = 0.607 g.

IV - 5
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Sehingga Kombinasi pembebanan yang digunakan pada kasus ini adalah :

Comb 1 : 1.4 DL + 1.4 SD

Comb 2 : 1.2 DL + 1.2 SD + 1.6 LL

Comb 3 : (1.2 + 0.2 SDS ) DL + 1.2 SD + 1.0 LL + p Ex + 0.3 p Ey

Comb 4 : (1.2 + 0.2 SDS ) DL + 1.2 SD + 1.0 LL + p Ex - 0.3 p Ey

Comb 5 : (1.2 + 0.2 SDS ) DL + 1.2 SD + 1.0 LL - p Ex - 0.3 p Ey

Comb 6 : (1.2 + 0.2 SDS ) DL + 1.2 SD + 1.0 LL - p Ex + 0.3 p Ey

Comb 7 : (1.2 + 0.2 SDS ) DL + 1.2 SD + 1.0 LL + 0.3 p Ex + p Ey

Comb 8 : (1.2 + 0.2 SDS ) DL + 1.2 SD + 1.0 LL + 0.3 p Ex - p Ey

Comb 9 : (1.2 + 0.2 SDS ) DL + 1.2 SD + 1.0 LL - 0.3 p Ex - p Ey

Comb 10 : (1.2 + 0.2 SDS ) DL + 1.2 SD + 1.0 LL - 0.3 p Ex + p Ey

Comb 11 : (0.9 - 0.2 SDS ) DL + 1.2 SD + p Ex + 0.3 p Ey

Comb 12 : (0.9 - 0.2 SDS ) DL + 1.2 SD + p Ex - 0.3 p Ey

Comb 13 : (0.9 - 0.2 SDS ) DL + 1.2 SD - p Ex - 0.3 p Ey

Comb 14 : (0.9 - 0.2 SDS ) DL + 1.2 SD - p Ex + 0.3 p Ey

Comb 15 : (0.9 - 0.2 SDS ) DL + 1.2 SD + 0.3 p Ex + p Ey

Comb 16 : (0.9 - 0.2 SDS ) DL + 1.2 SD + 0.3 p Ex - p Ey

Comb 17 : (0.9 - 0.2 SDS ) DL + 1.2 SD - 0.3 p Ex - p Ey

Comb 18 : (0.9 - 0.2 SDS ) DL + 1.2 SD - 0.3 p Ex + p Ey

IV - 6
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Sehingga Kombinasi pembebanan untuk input ETABS didapat :

Comb 1 : 1.4 DL + 1.4 SD

Comb 2 : 1.2 DL + 1.2 SD + 1.6 LL

Comb 3 : 1.3 DL + 1.3 SD + 1.0 LL + 1.3 Ex + 0.39 Ey

Comb 4 : 1.3 DL + 1.3 SD + 1.0 LL + 1.3 Ex - 0.39 Ey

Comb 5 : 1.3 DL + 1.3 SD + 1.0 LL – 1.3 Ex - 0.39 Ey

Comb 6 : 1.3 DL + 1.3 SD + 1.0 LL – 1.3 Ex + 0.39 Ey

Comb 7 : 1.3 DL + 1.3 SD + 1.0 LL + 0.39 Ex + 1.3 Ey

Comb 8 : 1.3 DL + 1.3 SD + 1.0 LL + 0.39 Ex - 1.3 Ey

Comb 9 : 1.3 DL + 1.3 SD + 1.0 LL - 0.39 Ex - 1.3 Ey

Comb 10 : 1.3 DL + 1.3 SD + 1.0 LL - 0.39 Ex + 1.3 Ey

Comb 11 : 0.7 DL + 1.0 SD + 1.3 Ex + 0.39 Ey

Comb 12 : 0.7 DL + 1.0 SD + 1.3 Ex - 0.39 Ey

Comb 13 : 0.7 DL + 1.0 SD - 1.3 Ex - 0.39 Ey

Comb 14 : 0.7 DL + 1.0 SD - 1.3 Ex + 0.39 Ey

Comb 15 : 0.7 DL + 1.0 SD + 0.39 Ex + 1.3 Ey

Comb 16 : 0.7 DL + 1.0 SD + 0.39 Ex - 1.3 Ey

Comb 17 : 0.7 DL + 1.0 SD - 0.39 Ex - 1.3 Ey

Comb 18 : 0.7 DL + 1.0 SD - 0.39 Ex + 1.3 Ey

IV - 7
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

4.3.2 Beban Mati

Beban mati adalah beban dari semua elemen gedung yang bersifat permanen

termasuk peralatan tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

gedung.

Tabel 4.3 Jenis Beban Mati Pada Gedung.

IV - 8
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Beban mati yang dipakai untuk gedung ini dapat dilihat pada tabel 4.4 :

Tabel 4.4 Tabel Beban Mati

No Beban Mati Berat


1 Keramik dan spesi 2.20 kN/m2
2 Plafon 0.07 kN/m2
3 Penggantung langit-langit 0.20 kN/m2
4 Mekanikal elektrikal 0.25 kN/m2
5 Dinding ½ bata 2.50 kN/m2
6 Facade 0.098 kN/m2

4.3.3 Beban Hidup

Beban mati adalah beban dari semua elemen gedung yang bersifat permanen

termasuk peralatan tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

gedung.

Beban hidup yang dipakai untuk gedung ini meliputi :

Tabel 4.5 Tabel Beban Hidup

No Beban Hidup Berat


1 Ruang kantor / Ruang Internal 2,40 kN/m2
2 Fungsi untuk taman 4,79 kN/m2

IV - 9
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Tabel 4.6 Jenis Beban Hidup Pada Gedung SNI 1727:2013

IV - 10
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

IV - 11
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

IV - 12
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

4.3.4 Analisa Beban Gempa

Parameter-parameter yang berpengaruh dalam menentukan respon spektrum

dalam Tugas Akhir ini berdasarkan sumber dari website resmi Pusat Penelitian

dan Pengembangan Pemukiman-Kementrian Pekerjaan Umum (PUSKIM) di

http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_Indonesia_2011/.

Berdasarkan perhitungan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan

non gedung ( SNI 03-1726-2012) dengan tahapan sebagai berikut :

a) Menentukan Katagori Resiko Bangunan dan Faktor Keutamaan

Berdasarkan Pasal 4.1.2 SNI 03-1726-2012 disebutkan bahwa gedung

perkantoran termasuk dalam katagori resiko IV dengan faktor keutamaan

gedung Ie sebesar 1,5.

b) Menentukan Kelas Situs

Cara penetapan kelas situs melalui penyelidikan tanah dilakukan dengan

memperoleh data N-SPT sesuai SNI gempa 03-1726-2012 pasal 5.1. Hasil

data tanah berdasarkan nilai SPT ( Soil Penetrasion Test ) dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

Dimana :

N : nilai hasil test penetrasi standar rata – rata

ti : tebal lapisan tanah ke-i.

IV - 13
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Ni : hasil test penetrasi standar lapisan tanah ke-i.

Tabel 4.7 Nilai N-SPT Laporan Soil Investigation

∑𝐻 30
Nilai rata-rata N = = = 5.16
∑𝑁 5.813

Berdasarkan SNI gempa 03-1726-2012 pasal 5.3, nilai rata-rata N sebesar

5.16 ke dalam katagori tanah lunak (SE) sesuai pada Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8 Klarifikasi Situs

IV - 14
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

c) Menentukan Parameter Percepatan Gempa (SS, SI)

Parameter-parameter yang berpengaruh dalam menentukan respon spektrum

dalam Tugas Akhir ini berdasarkan sumber dari website resmi Pusat

Penelitian dan Pengembangan Pemukiman-Kementrian Pekerjaan Umum

(PUSKIM).

Web : http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_Indonesia_2011/.

Gambar 4.1 Input Desain Spektra pada Website puskim.pu.go.id

IV - 15
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Gambar 4.2 Output Desain Spektra pada Website puskim.pu.go.id

Hasil output percepatan gempa ( SS,SI ) untuk lokasi gedung di kota

Kembangan, Jakarta Barat adalah sebesar SS = 0.676 g dan SI = 0.298 g.

d) Menentukan Koefisien Situs dan Parameter Respon Spectra Percepatan

Gempa

Dari http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

didapatkan nilai parameter spectrum respons percepatan pada periode

pendek (SMS) dan periode 1 detik ( SM1).

Gambar 4.3 Parameter Respon Spektrum

IV - 16
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Hasil parameter spectrum respons percepatan pada periode pendek (SMS) dan

periode 1 detik (SM1) untuk lokasi gedung di kota Kembangan, Jakarta Barat

adalah sebesar SMS = 0.911 g dan SM1 = 0.837 g.

e) Menentukan Spectrum Respon Desain

Penentuan respons spectrum desain berdasarkan website resmi Dinas PU di

link http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/ yang

ditunjukan sebagai berikut.

Gambar 4.5 Respon Spektrum Berdasarkan Website puskim.pu.go.id

f) Menentukan Katagori Desain Seismic

Penentuan katagori desain seismic (KDS) berdasarkan katagori resiko dan

parameter respons spectral percepatan desain sesuai SNI Gempa 03-1276-

2012 pasal 6.5 sebagai berikut.

IV - 17
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Tabel 4.9 Katagori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons

Percepatan pada Perioda Pendek.

Tabel 4.10 Katagori Desain Seismik Berdasarkan Respon Percepatan pada

Perioda 1 detik.

Berdasarkan perhitungan sebelumnya didapatkan nilai percepatan respons

spectral pada perioda pendek, SDS = 0.607g dan parameter percepatan

respons spectral pada periode 1 detik, SDI = 0.558g, maka termasuk katagori

resiko D.

g) Pemilihan Sistem Struktur dan Parameter Sistem

Berdasarkan SNI gempa 03-1726-2012 pasal 7.2.2 pemilihan sistem struktur

untuk berbagai tingkat kegempaan.

IV - 18
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Jenis struktur gedung yang ditinjau masuk pada katagori tingkat resiko

gempa tinggi (D), sehingga digunakan sistem gempa SRMK ( Struktur

Rangka Momen Khusus ) dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11 Faktor R, Cd, Ω0 untuk Sistem Penahan Gempa

h) Menghitung Periode Struktur (T)

Waktu getar struktur adalah peristiwa bergetarnya dan bergoyang struktur

dalam 1 periode. Peristiwa tersebut dimodelkan sebagai massa terpusat.

Gambar 4.6 Peristiwa Bergetarnya Struktur dalam 1 Periode

IV - 19
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Perioda fundamental pendekatan Ta (detik) ditentukan dari persamaan,

Ta = Ct . hxn.

Dimana :

hn : ketinggian struktur (m) di atas dasar sampai tingkat tertinggi

struktur.

Ct dan x : ditentukan sesuai SNI Gempa 03-1726-2012 Pasal 7.8.2.1.

Tabel 4.12 Nilai Parameter Pendekatan untuk Ct dan x

Perhitungan perkiraan periode struktur untuk rangka beton pemikul momen

sebagai berikut.

Ta=Ct x hnx = 0.0466 x 160.9 = 0.565 detik.

Pada program ETABS waktu getar alami (Tc) dapat diketahui secara

otomatis dari hasil ragam getar. Waktu getar struktur Mode 1 (Tcy) pada arah

Y adalah sebesar 0.9034 detik, berarti struktur gedung kemungkinan akan

mengalami gerakan ke arah Y setiap 0.9034 detik dapat dilihat seperti

gambar 4.7.

IV - 20
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Gambar 4.7 Waktu Getar Struktur Mode 1 (arah Y) dengan T1=0.9034 detik.

Waktu getar struktur Mode 2 (Tcx) pada arah X adalah sebesar 0.7925 detik,

berarti struktur gedung kemungkinan akan mengalami gerakan ke arah X

setiap 0.7925 detik dapat dilihat seperti gambar 4.8.

Gambar 4.8 Waktu Getar Struktur Mode 2 (arah X) dengan T2=0.7925 detik.
IV - 21
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Nilai waktu fundamental struktur bangunan (Tc) yang di dapatkan dari hasil

analisis model program struktur di batasi tidak boleh melebihi hasil koefisien

untuk batasan atas pada perioda yang dihitung (Cu) dari SNI gempa 2012 dan

perioda fundamental pendekatan Ta.

Tabel 4.13 Koefisien Batas Atas Periode yang Dihitung.

Dari perhitungan yang telah dilakukan di dapat nilai SD1 sebesar 0.558 g dan

Ta 0.563 detik, maka besarnya periode maksimum adalah sebagai berikut :

Tmaks = Cu x Ta

= 1.4 x 0.565 = 0.791 detik.

Kontrol batasan waktu getar :

Tcx < Tmaks

0.79250.791 …… Ok, Batasan periode terpenuhi.

Tcy < Tmaks

0.9034 < 0.791 …… Ok, Batasan periode terpenuhi.

i) Cek Ketidak Beraturan Torsi

Berdasarkan SNI 1726:2016 pasal 7.3 tabel 10, untuk mengetahui tipe

ketidak beraturan torsi pada suatu struktur dapat melihat simpangan antar

IV - 22
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

lantai tingkat maksimum terhadap sumbu dan simpangan antar lantai rata-

rata antar kedua ujung struktur dangan ketentuan sebagai berikut :

1. Tidak memiliki ketidak beraturan torsi apabila ∆max < 1,2 ∆avg

2. Ketidakberaturan torsi, 1a apabila 1,2∆avg < ∆max > 1,2 ∆avg

3. Ketidakberaturan torsi berlebih, 1b apabila ∆max > 1,4 ∆avrg

Keterangan :

∆max : Simpangan maksimum antar lantai

∆avrg : Rata – rata simpangan antar lantai

Dalam tugas akhir ini simpangan antar lantai ditinjau akibat kombinasi

pembebanan gempa spectrum respons yaitu COMB5 untuk arah X dan

COMB5 untuk arah Y.

Gambar 4.9 Denah titik simpanagan antar lantai yang di tinjau.

Dari gambar simpangan antar lantai yang di tinjau akibat beban arah X (∆x)

yaitu titik 6 dan 3, sedangkan akibat beban arah Y (∆y) yaitu titik 6 dan 26.

IV - 23
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Tabel 4.14 Simpangan antar lantai titik 6 arah X (existing)

𝜹i ∆i ∆a
Tinggi 𝜹ei
Lt (Cd.𝜹ei)/Ie 𝜹i- 𝜹i-1 0.025h Cek
(m) (mm)
(mm) (mm) (mm)
Atap 3.55 0.1153 0.63 0.06 88.75 Ok
4 3.96 0.1041 0.57 0.51 99.00 Ok
3 3.96 0.1970 1.08 0.28 99.00 Ok
2 4.45 0.1452 0.80 0.80 111.25 Ok

Tabel 4.15 Simpangan antar lantai titik 3 arah X (existing)

𝜹I ∆i ∆a
Tinggi 𝜹ei
Lt (Cd. 𝜹ei)/Ie 𝜹i- 𝜹i-1 0.025h Cek
(m) (mm)
(mm) (mm) (mm)
Atap 15.92 0.3577 1.97 0.51 88.75 Ok
4 12.37 0.4502 2.48 0.71 99.00 Ok
3 8.41 0.3213 1.77 0.72 99.00 Ok
2 4.45 0.1905 1.05 1.05 111.25 Ok

Tabel 4.16 Simpangan antar lantai titik 6 arah Y (existing)

𝜹i ∆i ∆a
Tinggi 𝜹ei
Lt (Cd.𝜹ei)/Ie 𝜹i- 𝜹i-1 0.025h Cek
(m) (mm)
(mm) (mm) (mm)
Atap 15.92 0.3768 2.07 0.86 88.75 Ok
4 12.37 0.5333 2.93 1.29 99.00 Ok
3 8.41 0.2989 1.64 1.20 99.00 Ok
2 4.45 0.0801 0.44 0.44 111.25 Ok

IV - 24
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Tabel 4.17 Simpangan antar lantai titik 3 arah Y (existing)

𝜹i ∆i ∆a
Tinggi 𝜹ei
Lt (Cd.𝜹ei)/Ie 𝜹i- 𝜹i-1 0.025h Cek
(m) (mm)
(mm) (mm) (mm)
Atap 15.92 0.3768 2.07 0.86 88.75 Ok
4 12.37 0.5333 2.93 1.29 99.00 Ok
3 8.41 0.2989 1.64 1.20 99.00 Ok
2 4.45 0.0801 0.44 0.44 111.25 Ok

Simpangan antar lantai tersebut digunakan untuk perhitungan nilai

ketidaktentuan torsi dari tabel 4.14 dan tabel 4.15 untuk perhitungan nilai

ketidakberaturan torsi arah X, sedangkan tabel 4.16 dan tabel 4.17 untuk

perhitungan nilai ketidakberaturan torsi arah Y.

Tabel 4.18 Perhitungan ketidakberaturan torsi arah X.

∆y (mm) ∆avg
Lt 1.2∆avg 1.4∆avg Cek
6 3 (mm)

1,2 ∆avg < ∆xmax <


Atap 0.06 0.51 0.285 0.342 0.399
1,4 ∆avg
1,2 ∆avg < ∆xmax <
4 0.51 0.71 0.610 0.732 0.854
1,4 ∆avg
1,2 ∆avg < ∆xmax <
3 0.28 0.72 0.500 0.600 0.700
1,4 ∆avg
1,2 ∆avg < ∆xmax <
2 0.80 1.05 0.925 1.110 1.295
1,4 ∆avg

IV - 25
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Tabel 4.19 Perhitungan ketidakberaturan torsi arah Y.

∆y (mm) ∆avg
Lt 1.2∆avg 1.4∆avg Cek
6 3 (mm)

0.86 0.86 1,2 ∆avg < ∆xmax <


Atap 0.860 1.032 1.204
1,4 ∆avg
1.29 1.29 1,2 ∆avg < ∆xmax <
4 1.290 1.548 1.806
1,4 ∆avg
1.20 1.20 1,2 ∆avg < ∆xmax <
3 1.200 1.440 1.680
1,4 ∆avg
0.44 0.44 1,2 ∆avg < ∆xmax <
2 0.440 0.528 0.616
1,4 ∆avg

Dari tabel 4.18 dapat dilihat bahwa terdapat simpangan antar lantai

maksimum yang lebih dari 1.2 simpangan atar lantai rata-rata (∆ymax < 1,2

∆avg ). Maka bangunan termasuk ketidak beraturan torsi 1a.

IV - 26
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

j) Prosedur analisis yang boleh digunakan

Sesuai dengan peraturan gempa SNI 1726-2012 untuk melakuakan analisis

terhadap beban gempa harus sesuai dengan :

Tabel 4.20 Prosedur Analisis yang boleh digunakan.

T = 0.791 detik, 3.5Ts = SD1 /SDS = 3.5 x (0.558/0.607) = 3.21 detik.

Bangunan Kantor Camat Kembangan dengan katagori desain seismik D,

Ketidakberatuaran torsi 1a dan T < 3.5 Ts sehingga dapat digunakan

analisis gaya lateral ekivalen.

IV - 27
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

4.3.5 Gempa Statik Ekuivalen

Beban gempa static ekuivalen adalah penyederhanaan dari perhitungan beban

gempa yang sebenarnya, dengan asumsi tanah dasar dianggap (tidak bergetar),

sehingga beban gempa diekuivalenkan menjadi beban lateral static yang bekerja

pada pusat massa struktur tiap lantai bangunan.

Gambar 4.10 Ilustrasi dari Analisis Gempa dengan Metode Statik Ekuivalen

a) Menghitung Berat Struktur

Gambar 4.11 Tampak samping bangunan.


IV - 28
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Gambar 4.12 Tampak depan bangunan.

Berat gedung (W) akibat berat sendiri secara otomatis dapat dihitung dengan

ETABS dengan cara menyeleksi luasan masing – masing lantai dapat dilihat

dari tabel 4.21.

Tabel 4.21 Berat dan Massa Bangunan Tiap Lantai dari Output ETABS.

Berat
No Keterangan
(kN)
1 Lantai 2 3722.75
2 Lantai 3 3098.83
3 Lantai 4 3098.83
4 Atap 1244.24
Total 11164.65

IV - 29
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

1. Menghitung Beban Hidup

Gambar 4.13 Layout struktur lantai 2

Gambar 4.14 Area Alih fungsi pada area selasar belakang lantai 2.

Gambar 4.15 Area Alih fungsi pada area koridor tengah lantai 2.
IV - 30
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Beban Merata

Untuk beban hidup merata pada pelat lantai dapat dilihat pada tabel 4.22 :

Tabel 4.22 Beban hidup merata.

Beban
No Keterangan
(kN/m2)
1 Beban hidup untuk fungsi taman / Proposed 4.79
2 Beban hidup untuk internal / kantor 2.40

Maka beban hidup untuk tiap lantai seperti tabel 4.23 :

Tabel 4.17 Beban hidup untuk setiap lantai.

Beban
Luas Beban Total Berat tereduksi
No Lantai 25%
(m2) (kN/m2) (kN)
(kN)
288 4.79 1379.52 -
1 Lantai 2
336 2.40 806.40 201.60
2 Lantai 3 474 2.40 1137.60 284.40
3 Lantai 4 474 2.40 1137.60 284.40
4 Atap 66 1.00 66 -

IV - 31
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Beban Taman Horizontal

Gambar 4.16 Tampak horizontal garden.

Gambar 4.17 Horizontal garden dengan façade.

IV - 32
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Maka beban hidup untuk taman horizontal satu sisi tiap lantai seperti :

Tabel 4.24 Perhitungan beban hidup untuk taman Horizontal.

Panjang Lebar Berat Total Berat


No Lantai
(m) (m) (kN/m2) (kN)
1 Lantai 2 4 6 4.79 114.96
2 Lantai 3 4 6 4.79 114.96
3 Lantai 4 4 6 4.79 114.96
Total 344.88

2. Menghitung Beban Mati Tambahan

Beban Merata

Untuk beban merata pada pelat lantai 2 – 4 seperti :

Tabel 4.25 Beban mati untuk lantai 2 - 4

Berat
No Keterangan
(kN/m2)
1 Beban pasir t: 1 cm = 0.01m x 16 kN/m3 0.16
2 Beban spesi t: 3 cm = 0.03m x 22 kN/m3 0.66
3
3 Beban keramik t: 1 cm = 0.01m x 22 kN/m 0.22
4 Berat plafond dan penggantung 0.20
5 Beban instalasi ME 0.25
Total 1.49

IV - 33
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Untuk beban merata pada pelat Atap seperti :

Tabel 4.26 Beban mati untuk atap

Berat
No Keterangan
(kN/m2)
1 Waterproofing 0.28
2 Berat plafond an penggantung 0.20
3 Beban instalasi ME 0.25
Total 0.73

Maka beban mati untuk tiap lantai adalah :

Tabel 4.27 Perhitungan beban mati untuk setiap lantai

Luas Berat Total Berat


No Lantai
(m2) (kN/m2) (kN)
1 Lantai 2 624 1.49 929.76
2 Lantai 3 474 1.49 706.26
3 Lantai 4 474 1.49 706.26
4 Atap 66 0.73 48.18
Total 2390.46

Beban Dinding

Untuk beban dinding pada balok lantai 2 –Atap meliputi :

Tabel 4.28 Beban dinding untuk lantai 2 – Atap.

Berat
No Keterangan
(kN/m2)
1 Beban Dinding 2.5

IV - 34
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Maka beban mati untuk tiap lantai adalah :

Tabel 4.29 Perhitungan beban dinding untuk setiap lantai.

Tinggi Panjang Berat Total Berat


No Lantai
(m) (m) (kN/m2) (kN)
1 Lantai 2 3.96 94 2.5 930.60
2 Lantai 3 3.96 94 2.5 930.60
3 Lantai 4 3.55 94 2.5 834.25
4 Atap 1.50 24.50 2.5 91.87
Total 2787.32

Beban Facade

Gambar 4.18 Tampak facede samping dan depan.

IV - 35
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Gambar 4.19 Model facede 1 atau bagian samping.

Gambar 4.20 Model facede 2 atau bagian depan.

IV - 36
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Untuk beban facade pada balok seperti tabel 4.30 :

Tabel 4.30 Beban facade untuk lantai 2 – Atap.

Berat
No Keterangan
(kN/m2)
1 Façade Model 1 0.098
2 Façade Model 2 0.147

Maka beban facade model 1 untuk satu sisi di tiap lantai adalah :

Tabel 4.31 Perhitungan beban façade model 1 untuk setiap lantai.

Panjang Lebar Berat Total Berat


No Lantai
(m) (m) (kN /m2) (kN)
1 Lantai 2 4 6 0.098 2.35
2 Lantai 3 4 6 0.098 2.35
3 Lantai 4 4 6 0.098 2.35
Total 7.05

Maka beban façade model 2 untuk satu sisi di tiap lantai adalah :

Tabel 4.32 Perhitungan beban façade model 2 untuk setiap lantai.

Panjang Lebar Berat Total Berat


No Lantai
(m) (m) (kN/m2) (kN)
1 Lantai 2 4 6 0.147 3.53
2 Lantai 3 4 6 0.147 3.53
3 Lantai 4 4 6 0.147 3.53
Total 10.59

IV - 37
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Berdasarkan SNI gempa 03-1726-2012 pasal 7.7.2 Berat seismik efektif

struktur, harus menyertakan seluruh beban mati dan beban lainnya yang

terdapat dibawah ini :

1. Dalam daerah yang digunakan untuk penyimpanan : minimum sebesar 25 %

beban hidup lantai ( beban hidup lantai di garasai publik dan struktur

parkiran terbuka, serta beban penyimpanan yang tidak melebihi 5 % dari

berat seismik efektif pada suatu lantai, tidak perlu disertakan).

2. Jika ketentuan untuk partisi disyaratkan dalam desain beban lantai: diambil

sebagai yang terbesar di antara berat partisi atau berat daerah lantai

minimum sebesar 0.48 kN/m2.

3. Berat operasional total dari peralatan permananen

4. Berat lansekap dan beban lainnya pada taman atap dan luasan sejenis

lainnya.

Berat seismik merupakan jumlah total berat dari berat struktur, beban mati

tambahan dan beban hidup seperti tabel 4.33.

Tabel 4.33 Total beban hidup dan mati untuk setiap lantai

Beban mati
Berat Beban hidup Total
tambahan
Lantai Sendiri Beban
Pelat Balok Pelat Balok
((kN) (kN)
(kN) (kN) (kN) (kN)
Lantai 2 3722.75 929.76 942.36 1581.12 229.92 7405.91
Lantai 3 3098.83 706.26 942.36 284.40 229.92 5261.77
Lantai 4 3098.83 706.26 846.01 284.40 229.92 5165.42
Atap 1244.24 48.18 91.87 66.00 16.50 1466.79
Total 19299.89

IV - 38
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

b) Menghitung Koefisien Respon Seismik

Koefisien respon seismik dihitung berdasarkan SNI Gempa 1726-2012

Pasal 7.8.1.1.

Keterangan :

Cs = Koefisien respons seismik

SDS = Parameter percepatan spectrum respon desain dalam rentang

periode pendek seperti yang di tentukan dalam SNI Gempa 1726-

2012 Pasal 7.8.1.1

Ie = Faktor keutamaan gempa seperti yang ditentukan dalam SNI

Gempa 1726-2012 Pasal 4.1.2

R = Faktor modifikasi respons dalam SNI Gempa 1726-2012 tabel9

Maka nilai Cs,

Berdasarkan hasil di atas nilai Cs diperoleh sebesar 0.114 g.

Berdasarkan SNI Gempa 03-1726-2012 pasal 7.8.1.1 nilai koefisien respon

seismic tidak boleh kurang dari :

IV - 39
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Csmin = 0.044 SDS Le ≥ 0.01

= 0.044 x 0.607 x 1.5 ≥ 0.01

= 0.0401 ≥ 0.01

Keterangan :

Cs = Koefisien respons seismik

SD1 = Parameter percepatan spectrum respons desain pada perioda

sebesar 1.0 detik, seperti yang ditentukan dalam SNI Gempa

1726-2012 Pasal 6.10.4.

Ie = Faktor keutamaan gempa seperti yang ditentukan dalam SNI

Gempa 1726-2012 Pasal 4.1.2

T = Perioda fundamental struktur (detik) yang ditentukan dalam

SNI Gempa 1726-2012 Pasal 7.8.2

Maka nilai Csmaks,

Maka nilai Csmaks X didapat sebesar 0.132 g sedangkan nilai Csmaks Y

didapat sebesar 0.116 g.

IV - 40
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

c) Menghitung Gaya Geser Dasar

Perhittungan nilai gaya dalam arah yang ditetapkan dihitung berdasarkan

SNI Gempa 1726-2012 Pasal 7.8.1 sebagai berikut :

V = CS x W

Keterangan :

V = Geser dasar seismik ditentukan dalam SNI Gempa 1726-2012

Pasal 7.8.1

Cs = Koefisien respons seismic

W = Berat seismic efektif

Maka nilai gaya geser dasar,

Vx = Csx x W

= 0.132 x 19299.89 = 2547.58 kN

Vy = Csy x W

= 0.116 x 19299.89 = 2235.17 kN

Maka nilai Vx didapat sebesar 2289.85 kN sedangkan nilai Vy didapat

sebesar 2012.29 kN.

d) Menghitung Distribusi Beban Gempa

Perhitungan gaya gempa menggunakan sesuai SNI gempa 03-1726-2012

Pasal 7.8.3 sebagai berikut :

Fx = Cvx V

IV - 41
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Keterangan :

Cvx = Faktor distribusi vertical

V = Gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur,

dinyatakan dalam kilonewton (kN)

wi danwx = Bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang

ditempatkan atau dikenakan pada tingkat i atau x.

hi dan hx = Tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x dinyatakan

dalam meter (m)

k = Eksponen yang terkait dengan perioda sebesar 0.5 detik

atau kurang, k = 1.

Untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 2.5 detik atau lebih, k = 2.

Untuk struktur yang mempunyai perioda antara 0.5 dan 2.5 detik, k harus

sebesar 2 atau harus ditentukan dengan interpolasi linier antara 1 dan 2.

Maka distribusi beban gempa yang bekerja pada struktur seperti tabel 4.34 :

Tabel 4.34 Perhitungan Gaya Gempa Tiap Lantai.

Total
Tinggi W x hk Fx Fy
Level Beban
(m) (kN) (kN) (kN)
(kN)
Lantai 2 6066.14 4.45 26994.32 869.58 762.83
Lantai 3 4956.64 3.96 19628.28 632.30 554.68
Lantai 4 4923.74 3.96 19498.00 628.10 551.00
Atap 1400.80 3.55 4972.84 160.19 140.53

IV - 42
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Simulasi arah pengaruh gempa rencana terhadap struktur gedung harus

ditinjau arah utama dianggap penuh (100%) dan untuk arah tegak lurusnya

(30%).

Besarnya beban gempa yang di input ke pusat massa seperti tabel 4.35 :

Tabel 4.35 Perhitungan Gaya Gempa arah X dan Y

Perhitungan gempa 100% arah yang ditinjau dan 30% arah


Level tegak lurus
Fx (kN) 30% Fx (kN) Fy (kN) 30% Fx (kN)
Lantai 2 869.58 260.88 762.83 228.85
Lantai 3 632.30 189.69 554.68 166.40
Lantai 4 628.10 188.43 551.00 165.30
Atap 160.19 48.06 140.53 42.16

e) Pusat Massa dan Pusat kekakuan ( Center mass and rigid )

Letak pusat massa dan pusat rotasi struktur gedung, tidak selalu terletak

pada tempat yang sama. Letak pusat massa dapat ditentukan dengan

program ETABS.

Nilai pusat massa dan rotasi bangunan dapat diperoleh dari hasil ETABS.

Tabel 4.36 Nilai Pusat Rotasi (XCR dan YCR) tiap Lantai.

IV - 43
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

f) Torsi tak terduga

Gambar 4.21 Perhitungan nilai torsi tak terduga

Untuk perhitungan eksentrisitas rencana tiap lantai seperti tabel 4.37 di

bawah ini.

Tabel 4.37 Perhitungan Eksentrisitas Rencana (ed) Tiap Lantai

Gambar 4.22 Perbesaran torsi tak terduga

IV - 44
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Koordinat titik pusat massa yang telah diketahui kemudian dimasukkan ke

ETABS dan berdsarkan SNI gempa 1726:2012 pasal 12.5.5 tentang

distribusi vertikal gaya dimana setiap tingkat x, gaya Fx dan Fy, harus

diterapkan diseluruh daerah struktur sesuai dengan distribusi massa

ditingkat tersebut. Jadi gaya geser gempa (Fx dan Fy) yang sudah dihitung

kemudian dimasukkan ke dalam ETABS seperti tabel 4.38 dibawah ini.

Tabel 4.38 Koordinat Pusat Massa pada setiap Lantai

IV - 45
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

4.4 Analisa Struktur

Analisa struktur terhadap bangunan gedung Kantor Camat Kembangan Jakarta Barat

ini, menggunakan asumsi bahwa struktur yang di terapkan adalah Sistem Rangka

Pemikul Momen Khusus. Oleh karena itu balok dan kolom dirancang sebagai suatu

model elemen yang harus memberikan respons atas pembebanan yang berupa gaya

normal, gaya lintang, dan gaya momen.

Gambar 4.23 Model 3D dari Aplikasi ETABS.

Model pembebanan gravitasi load pada elemen balok dimodelkan sebagai uniform

load yang diterima oleh elemen pelat. Simulasi pembebanan akibat gempa di tinjau

secara analisis static ekivalen yang bekerja pada pusat massa masing – masing

lantai.

IV - 46
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Hasil analisa struktur (output) yang diharapkan dari proses analisa struktur diatas

adalah berupa gaya – gaya dalam (gaya aksial, gaya lintang, dan gaya momen).

4.5 Evaluasi Kekuatan Struktur

4.5.1 Evaluasi Kekuatan Balok

Gambar 4.24 Struktur lantai 2 dari Aplikasi ETABS

Elemen – elemen struktur balok yang terdapat pada kontruksi gedung kantor

camat kembangan, Jakarta Barat berdasarkan jenis pembesian dikatagorikan

menjadi type balak beton bertulang conventional reinforcement. Dari hasil

analisa untuk penambahan pembeban yang terjadi pada balok maka di dapatkan

perkiraan untuk balok yang mengalami kegagalan dan selanjutnya akan di

lakuakan desain perkuatan dalam setiap titiknya.

IV - 47
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Gambar 4.25 Struktur lantai 2 yang mengalami perlemahan struktur.

Semua type balok dihitung momen kapasitasnya dan kapasitas gesernya,

kemudian dibandingkan dengan momen ultimate dan geser akibat beban. Balok

dapat dikatakan aman apabila :

∅Mn penampang berdasarkan tulangan terpasang > Mu akibat beban yang

didapat dari hasil running ETABS dan ∅Vn penampang berdasarkan tulangan

terpasang > Vu akibat beban yang didapat dari hasil running ETABS.

IV - 48
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Berdasarkan gambar Gambar 4.6 untuk balok (B2/B.250x500) dengan data

sebagai berikut :

Tabel 4.39 Gaya dalam dari running ETABS struktur balok B2.

Vu Mu
Load Loc
kg Kg.m
COMB3 0.175 31433.0 -19745.6
COMB3 0.588 -12337.7 -9623.09
COMB3 1 -12176.6 -4567.03
COMB3 1 -8500.11 -3143.54
COMB3 1.5 -8304.9 1057.716
COMB3 2 -8109.69 5161.363
COMB3 2 -5867.39 5305.273
COMB3 2.5 -5672.18 8190.166
COMB3 3 -5476.97 10977.45
COMB3 3 4033.11 10973.8
COMB3 3.5 4228.32 8908.439
COMB3 4 4423.54 6745.474
COMB3 4 6622.87 6632.357
COMB3 4.5 6818.08 3272.119
COMB3 5 7013.3 -185.726
COMB3 5 10921.5 -1555.01
COMB3 5.413 11082.55 -6093.34

Gambar 4.26 Balok B2.

IV - 49
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Tabel 4.40 Bahan dan spesifikasi struktur balok B2.

Bahan Struktur
Kuat tekan fc’ 24.90 Mpa
Tegangan leleh baja ulir untuk tulangan lentur fy 400 Mpa
Tegangan leleh baja polos untuk tulangan geser fy 240 Mpa
Dimensi Balok
Lebar balok b 250 mm
Tinggi balok h 500 mm
Diameter tulangan ulir yang terpasang D 19 mm
Diameter sengkang polos yang terpasang Øs 10 mm
Tebal bersih selimut beton Cc 30 mm
Jarak tulangan sengkang untuk lapangan s 150 mm
Jarak tulangan sengkang untuk tumpuan s 100 mm

Gambar 4.27 Diagram tegangan dan regangan balok.

Pehitungan balok B2 / B.250x500 menggunakan ketika tulangan tekan sudah

luluh.

1. Perhitungan tulangan

Periksa tulangan tekan sudah luluh atau belum:

𝐴𝑠 = 6 (283.385) = 1700 mm2

IV - 50
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

𝐴𝑠 1700
𝜌= = = 0.136
𝑏𝑑 250x500

𝐴′𝑠 = 4 (283.385) = 1134 mm2

𝐴′𝑠 1134
𝜌′ = = = 0.090
𝑏𝑑 250x500

𝐴𝑠 − 𝐴′𝑠 = 1700 − 1134 = 566 mm2

𝜌 − 𝜌 = 0.136 − 0.090 = 0.046

Agar tulangan tekan sudah luluh, maka harus dipenuhi persyaratan :

𝑓𝑐 𝑑′ 600
𝜌 − 𝜌 ≥ 0.85. 𝛽. ( ).( ).( )=𝐾
𝑓𝑦 𝑑 600 − 𝑓𝑦

d = h - Cc - Øs – ( 0.5.D)

= 500 – 30 – 10 – 9.5

= 450.5 mm

d’ = Cc + Øs + ( 0.5.D)

= 30 + 10 + 9.5

= 49.5 mm

24.9 49.5 600


𝐾 = 0.85.0.85. ( ).( ).( ) = 0.015
400 450.5 600 − 400

(𝜌 − 𝜌′ ) = 0.046 ≥ 0.015 (tulangan tekan sudah luluh)

2. Perhitungan momen nominal balok

𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 566 𝑥 400
𝑎= = = 42.78 𝑚𝑚
0.85. 𝑓𝑐 . 𝑏 0.85 𝑥 24.9 𝑥 250

Maka nilai ØMn

𝑎
∅𝑀𝑛 = ∅𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 . (𝑑 − ) + 𝐴′ 𝑠 . 𝑓𝑦 . (𝑑 − 𝑑 ′ )
2
42.78
= 0.90 𝑥 566 𝑥 400 (450.5 − ) + (1134𝑥400𝑥401). 10−4
2

= 26932.9 kg. m
IV - 51
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Syarat ∅𝑀𝑛 = 26932.9 > Mu = 19745.6 kg.m …………. Oke

3. Perhitungan kuat geser nominal balok lapangan

Kuat geser beton

1
𝑉𝑐 = √𝑓 . 𝑏𝑤. 𝑑
6 𝑐
1
= √24.9 𝑥 250 𝑥 450.5 = 93666.27 N
6

Kuat geser baja tulangan

Jarak sengkang 150 mm


3.14
𝐴𝑣 = 𝑛𝑠 .∗ 𝜋/4. 𝑃2 = 2 𝑥 𝑥102 = 157 𝑚𝑚
4

𝐴𝑣. 𝑓𝑦. 𝑑 157 𝑥 240 𝑥450.5


𝑉𝑠 = = = 113165.6 N
𝑠 150

Kuat geser nominal balok

𝑉𝑛 = 𝑉𝑐 + 𝑉𝑠 = 93666.27 + 113165.6 = 206831.87 N = 20683.1 kg

Faktor reduksi kekuatan geser 𝜃 = 0.75

𝜃𝑉𝑛 = 0.75 𝑥 20683.1 = 15512.3 kg

Syarat 𝜃𝑉𝑛 = 15512.3 kg > Vu = 31433.0 kg …………. Not Oke

Tabel 4.41 Perhitungan tulangan dan monen nominal balok

Dimensi
Tulangan ØMn Mu Syarat
Type (mm) Lantai ØMn >
Terpasang kg.m kg.m Mu
b h
B1 500 1000 13 D22 93804.9 86143.5 Ok
B2 250 500 10 D19 26932.9 19745.6 Ok
B3 200 400 Lt.2 6 D19 10235.8 9570.0 Ok
B4 300 600 7 D19 22562.2 18737.4 Ok
B5 200 350 5 D19 8619.4 4467.6 Ok
IV - 52
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Tabel 4.41 Lanjut Perhitungan tulangan dan monen nominal balok

B1 500 1000 13 D22 93804.9 62542.2 Ok


B2 250 500 10 D19 26932.9 18121.3 Ok
Lt.3
B3 200 400 6 D19 10235.8 884.354 Ok
B5 200 350 5 D19 8619.4 2188.6 Ok
B1 500 1000 13 D22 93804.9 62833.4 Ok
B2 250 500 10 D19 26932.9 12978.7 Ok
Lt.4
B3 200 400 6 D19 10235.8 647.4 Ok
B5 200 350 5 D19 8619.4 1455.6 Ok

Tabel 4.42 Perhitungan geser nominal balok

Dimensi
(mm) 𝜃Vn Vu
Type Lantai Syarat Mn > Mu
( kg ) ( kg )
b h
B1 500 1000 93804.9 73804.9 Ok
B2 250 500 15512.3 31433.0 Not Ok
B3 200 400 Lt.2 12518.3 10515.3 Ok
B4 300 600 14562.3 12512.3 Ok
B5 200 350 13512.3 12562.3 Ok
B1 500 1000 93804.9 79804.9 Ok
B2 250 500 15512.3 11433.0 Ok
Lt.3
B3 200 400 12518.3 10795.3 Ok
B5 200 350 9557.8 5557.8 Ok
B1 500 1000 93804.9 69604.9 Ok
B2 250 500 15512.3 10613.0 Ok
Lt.4
B3 200 400 12518.3 9795.3 Ok
B5 200 350 9557.8 4557.8 Ok

IV - 53
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

4.5.2 Evaluasi Kekuatan Kolom

Evaluasi kolom dapat melihat rasio kolom dari program ETABS jika rasio

kurang dari 1.00 maka kolom dinyatakan aman dan apabila kolom rasio lebih

dari 1 maka dinyatkan struktur kolom tidak aman. Berdasarkan hasil analisa

struktur dapat dilihat nilai rasio untuk kolom C1/C.650x650 yaitu sebesar 2.153

> 1.00 untuk batas rasio yang di izinkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa

struktur kolom bangunan tidak aman .

Gambar 4.28 Rasio kolom dengan program ETABS.

IV - 54
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Perhitungan Kolom.

1. Tulangan Utama Kolom

Gambar 4.29 Penampang kolom.

Detail dari luas tulangan utama kolom yang terpasang pada bangunan ini

adalah 12 D25, maka untuk As = 5887 mm2. Untuk lebih lengkapnya data

kolom dapat dilihat di tabel 4.43.

Tabel 4.43 Bahan dan spesifikasi struktur Kolom C1.

Bahan Struktur
Kuat tekan fc’ 24.90 Mpa
Tegangan leleh baja ulir untuk tulangan lentur fy 400 Mpa
Tegangan leleh baja polos untuk tulangan
fy 240 Mpa
geser
Dimensi Kolom
Lebar balok b 650 mm
Tinggi balok h 650 mm
Diameter tulangan ulir yang terpasang D 25 mm
Diameter sengkang polos yang terpasang Øs 10 mm
Jarak tulangan sengkang s 150 mm

IV - 55
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

2. Berdasarkan SNI Beton 03-2847-2013 pasal 21.5.1.1 komponen struktur

yang menerima kombinasi lentur dan aksial pada sistem rangka pemikul

momen khusus harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Gaya aksial terfaktor maksimal yang bekerja pada kolom Pu tidak boleh

melebihi Ag.fc/10

Cek : ( 650mm x 650mm ) x 24.9 N/mm2/10 = 1052025 N = 1052.025 kN

Dari hasil analisa ETABS diperoleh nilai Pu sebesar 1979.89 kN.

Jadi 1979.89 > 1052.025 …………… Not Ok.

b. Sisi terpendek kolom tidak boleh kurang dari 250mm

Cek : Lebar penampang kolom 600 mm > 250 mm …………… Ok.

c. Rasio dimensi tidak boleh kurang dari 0.4

𝑏 650
Cek : Rasio ℎ = 650 = 1 > 0.4 …………… Ok.

d. Persyaratan tulangan geser

Tulangan geser / sengkang kolom yang terpasang harus memenuhi

persyaratan sesuai SNI Beton 03-2847-2013 pasal 21.6.4.3 bahwa jarak

maksimum sengkang yang terkecil diantaranya :

 ¼ dimensi penampang kolom terkecil.

Untuk jarak sengkang pada kolom 650x650 adalah Ø10 – 150mm

Cek : Jarak sengkang 150 mm < ¼ x 650 = 162.5 mm …………… Ok.

 Jarak sengkang tidak boleh lebih dari 6Dutama.

Cek : Jarak sengkang 150 mm < 6 x 25 = 150 …………… Ok.

IV - 56
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

e. Diagram interaksi kolom

Berdasarkan kombinasi beban kolom tengah menyatakan bahwa tulangan 12 D

25 kurang untuk menahan gaya – gaya dalam yang terjadi seperti terlihat di

gambar 4.7 dalam sebuah diagram interaksi yang dibuat menggunakan PCA

COLUMN dengan memasukan nilai Pu = 1979.89 kN dan Mu = 1323.997 yang

di dapat dari hasil running ETABS untuk gaya dalam diperoleh dari hasil

running ETABS didapat nilai seperti tabel 4.44.

Tabel 4.44 Gaya Dalam dari hasil ETABS untuk kolom C1.

Pu Vu Mux Muy
Load
kN kN kN.m kN.m
COMB3 1979.89 427.39 663.703 1323.997

Selanjutnya nilai dari Pu dan Mu terbesar di inputkan ke dalam program

pcaColumn untuk memperoleh rasio tulangan kolom dengan prosentase

penulangan kolom harus di antra 1% - 6% dan diagram interaksi kolom.

Gambar 4.30 Input data pada program pcaColumn.

IV - 57
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Gambar 4.31 Diagram interaksi pada program pcaColumn.

Selanjutnya kolom dikelompokan sesuai dengan hasil yang didapat dari analisa

dan tulangan terpasang seperti tabel 4.45.

Tabel 4.45 Rasio Aktual Kolom.

Dimensi
Tulangan Aktual Limit Syarat
Type (mm) Lantai
Rasio Rasio Aktual <
Terpasang Limit
b h
K1 650 650 12 D25 2.15 1.00 Not Ok
K2 350 350 Lt.2 12 D19 1.26 1.00 Not Ok
K3 350 350 10 D19 1.41 1.00 Not Ok
K1 650 650 13 D22 1.324 1.00 Not Ok
K2 350 350 Lt.3 13 D22 1.324 1.00 Not Ok
K3 350 350 10 D19 1.244 1.00 Not Ok
K1 650 650 13 D22 0.735 1.00 Ok
K2 350 350 Lt.4 10 D19 0.410 1.00 Ok
K3 350 350 6 D19 0.801 1.00 Ok
IV - 58
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

4.6 Evaluasi Perkuatan Struktur

4.6.1 Denah Kegagalan Struktur Bangunan.

Berdasarkan kesimpulan dan evaluasi dari hasil analisa struktur bangunan seperti

balok, kolom dan pelat lantai maka adapuan peta kegagalan yang ditemui pada

struktur bangunan tersebut adalah seperti gambar berikut.

3000
6000

Void

3000
3
18000
6000

6000
Void

3000
6000

Void

3000
1
7000 5000 6000 6000 6000 6000 5000 5000

46000

A B C D E F G H I

Gambar 4.33 Denah perkuatan untuk lantai 2 penambahan profil baja dan

jacketing pelat pada kolom.

4
3000
6000

Void
3000

3
18000
6000

6000

2
3000
6000

Void
3000

1
1500 5000 6000 6000 6000 6000 1500

29000

B C D E F G

IV - 59
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Gambar 4.34 Denah perkuatan untuk lantai 3 jacketing Kolom.

Untuk perkuatan struktur lantai digunakan pada bangunan ini balok

B2/B.250x500 menggunakan pernambahan profil C-Channel 150x75x6,5

sedangakan untuk kolom K1/K.650x650 dan kolom K2.K.350x350

menggunakan perkuatan metode jacketing pelat baja tebal 20mm.

4.6.2 Evaluasi Perkuatan Balok

Berdasarkan hasil analisis running ETABS didapat kan rasio balok B2.B-

250x500 dengan menambahkan profil C-Channel 150 x 75 x 6.5 sebesar 0.753

sedangkan batas maksimum rasio adalah 1.00. Maka untuk rasio B2.B-250x500

0.753 < 1.00 dapat disimpulkan bahwa balok ini kuat untuk menerima beban –

beban yang bekerja.

Gambar 4.35 Rasio balok perkuataan B2.

IV - 60
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

Perkuatan dilakuakan pada balok induk ukuran B2.B-250x500 dengan

menggunakan profil Channel 150x75x6.5 dipasang dengan menggunkan

chemical anchor untuk Mu diperoleh dari running ETABS nilai Mu dapat dilihat

di tabel 4.44

Perhitungan kuat lentur nominal.

1. Desain penampang balok tambahan.

𝑀𝑢 = 27369.83 kg. m = 2.736983x109

𝑀𝑢
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =
𝑑 𝑎
∅. 𝑓𝑦 . ( 2 + 𝑡 − 2)

Untuk t=120mm dan a sama dengan 25 mm, maka

1 1
𝑡− 𝑎 = 120 − .25 = 107.5 mm
2 2

2.736983x109
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = = 735.1 mm2
0.85 𝑥 240 𝑥 (75 + 107.5)

Selanjutnya menentukan lebar efektif, bE, diambil nilai terkecil dari :

1 1
𝑏𝐸 = 𝑥𝐿 = (8.425) = 2.100 m
4 4

𝑏𝐸 = 𝑏𝑜 sehingga diambil sama dengan 2.100 m.

Sumbu netral plastis berada di balok beton, sehingga :

d = h - Cc - Øs – ( 0.5.D)

= 500 – 30 – 10 – 9.5

= 450.5 mm

𝐴𝑠 = 6 (283.385) = 1700 mm2

IV - 61
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

𝐴𝑠 1700
𝜌= = = 0.136
𝑏𝑑 250x500

𝐴′𝑠 = 4 (283.385) = 1134 mm2

𝐴′𝑠 1134
𝜌′ = = = 0.090
𝑏𝑑 250x500

𝐴𝑠 − 𝐴′𝑠 = 1700 − 1134 = 566 mm2

566 𝑥 240
𝑎= = 3.05 mm < 120 mm
0.85 𝑥 24.9 𝑥 2100

Kuat lentur nominal dihitung sebagai berikut :

𝑑 𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 ( + 𝑡 − )
2 2

450.5
= 566𝑥400 ( + 107.5) = 75334600 N. mm = 7533.46 kg. m
2

∅. 𝑀𝑛 = 0.85. 𝑀𝑛 = 0.85 𝑥 7533.46 = 6403.441 kg. m

∅𝑀𝑛 total = ∅𝑀𝑛 balok + ∅𝑀𝑛 baja

∅𝑀𝑛 total = 26932.9 + 6403.441 = 33336.341 kg.m

Syarat ∅𝑀𝑛 total = 33336.341 kg.m > ∅𝑀𝑛 = 27369.83 kg.m …… Ok

2. Menghitung Jumlah Anchor atau stud

Menurut Agus setiawan dalam bukunya yang berjudul perencanaan struktur baja

dengan metode LRFD.

𝑉ℎ = 0.85. 𝑓𝑐 . 𝑎. 𝑏𝐸 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 = 566𝑥240 = 135840 N

Gunakan stud atau anchor bolt ½”, kuat geser satu buah stud diambil dari nilai

yang terkecil diantara :

IV - 62
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

𝜋𝑥𝑑2 𝜋𝑥12.72
𝐴𝑠𝑐 = = = 126.73 mm2
4 4

𝑄𝑛 = 0.5. 𝐴𝑠𝑐 √𝑓𝑐 . 𝐸𝑐 = 0.5𝑥126.7𝑥√24.9 𝑥 9772 = 31249 N

𝐴𝑠𝑐 . 𝑓𝑢 = 126.73 𝑥 400 = 50692 N > 31249 N

Ambil Qn = 31.249 N

Jumlah stud yang dibutuhkan :

𝑉ℎ 135840
𝑁= = = 4.3 = 5 buah
𝑄𝑛 31249

Untuk keseluruhan bentang dipasang stud , jika tiap penampang melintang

dipasang satu buah stud, maka jarak antar stud adalah :

𝐿 8425
𝑠= = = 1685 mm = 1.685 m
𝑁 5

𝑠𝑚𝑖𝑛 = 6𝑑 = 6𝑥12.7 = 76.2 mm = 0.72 m

𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 = 8𝑡 = 8 𝑥 250 = 2000 mm = 2.000 m

Maka anchor bolt yang di pakai adalah M12 jarak per 0.72 m

3. Menghitung kuat geser penampang

∅𝑉𝑛 = 0.9 (0.6. 𝑓𝑦 ). ℎ. 𝑡𝑤 = 0.9𝑥 0.6 𝑥 240 𝑥 137 𝑥 6.5 = 115408.8 N

= 11540.88 kg

∅𝑉𝑛 total = ∅𝑉𝑛 balok + ∅𝑉𝑛 baja

∅𝑉𝑛 total = 15512.3 + 11540.88 = 27053.18 kg.m

Syarat ∅𝑉𝑛 total = 27053.18 kg.m > 𝑉𝑢 = 12529.15 kg.m …… Ok

IV - 63
Bab VI – Hasil Dan Pembahasan

4.6.3 Evaluasi Perkuatan Kolom

Berdasarkan hasil analisis running ETABS didapat kan rasio balok K1.K-

650x650 dengan menambahkan profil pelat baja tebal 20mm sebesar 0.729

sedangkan batas maksimum rasio adalah 1.00. Maka untuk rasio K1.K-650x650

0.729 < 1.00 dapat disimpulkan bahwa kolom ini kuat untuk menerima beban –

beban yang bekerja dapat dilihat di gambar 4.36.

Gambar 4.36 Rasio kolom perkuataan K1.

IV - 64

Anda mungkin juga menyukai