Anda di halaman 1dari 23

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS

(RKS)

Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN

1. Pekerjaan yang dilaksanakan di Kabupaten Kulon Progo antara lain :

Program : Program Pembinaan Sekolah Menengah Pertama


Kegiatan : Pengelolaan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama
Pekerjaan : Rehabilitasi Prasarana Belajar SMP (DAK) – Paket V
Rehabilitasi Ruang Laboratorium IPA Beserta Perabotnya SMP N 2 Kokap
Alamat : Segajih, Hargotirto, Kokap, Kabupaten Kulon Progo.
Dana : DAK
Tahun : 2021

2. Jenis Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :


I. PEKERJAAN PERSIAPAN
II. PEKERJAAN BONGKARAN
III. PEKERJAAN GALIAN TANAH DAN URUGAN
IV. PEKERJAAN PONDASI
V. PEKERJAAN BETON
VI. PEKERJAAN KAYU KOSEN PINTU DAN JENDELA
VII. PEKERJAAN PLAFOND
VIII. PEKERJAAN LANTAI
IX. PEKERJAAN ATAP & RANGKA ATAP
X. PEKERJAAN MEKANIKAL
XI. PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
XII. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
XIII. PEKERJAAN PENGECATAN
XIV. PEKERJAAN MEBELAIR

3. Pada akhir pekerjaan, Pihak Kontraktor Pelaksana diharapkan membersihkan lingkungan


pekerjaan dari segala kotoran dari sisa – sisa material bahan bangunan serta gundukan
tanah bekas alian dan lain sebagainya.
4. Menyediakan los – los bahan yang akan dipergunakan
5. Dalam melaksanakan pekerjaan tersebut diatas termasuk juga mendatangkan bahan –
bahan bangunan dalam jumlah yang cukup dan peralatan yang dipergunakan untuk
melaksanakan kegiatan.
6. Membuat papan nama pekerjaan dengan ukuran 80x120 cm dengan bahan flexi.

Pasal 2
ACUAN PELAKSANAAN

1. Menurut syarat-syarat, aturan-aturan dan ketentuan seperti tersebut dalam Rencana Kerja
dan Syarat–Syarat beserta Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (aanwijzing) atau
perubahan-perubahan dalam pelaksanaan (bila ada)
2. Menurut lampiran Gambar Rencana dan Gambar detail yang telah disyahkan oleh Dinas
terkait
3. Menurut aturan/petunjuk dan uraian-uraian serta penjelasan-penjelasan yang akan
diberikan oleh Konsultan Pengawas.
4. Menurut syarat-syarat AV 1941, PB 1971
5. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI 1961)
6. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonsesia (PUBI 1982)
7. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983
8. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1977) dan undang-undang Nomor : 01 tahun 1970
tentang keselamatan kerja serta peraturan lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini.
9. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung (SK SNI T-15-1991-03) dan
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971)
10. Kep Men Kimpraswil No. 441.
11. Pekerjaan harus diserahkan kepada Kepala Sekolah dalam keadaan selesai 100 % (seratus
prosen), sesuai dengan dokumen Surat Perjanjian Pelaksanaan dan Berita Acara
Perubahan Pekerjaan (bila ada).
12. PermenPU No 22 Tahun 2018, tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara.
13. SNI 03-2847–2015 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
14. Standart Industri Indonesia ( SII ).
15. Standart Nasional Indonesia (SNI) 03-1726–2012 tentang Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung.
16. Permendiknas No 24 Tahun 2007….
Pasal 3
KEAMANAN DI LOKASI PEKERJAAN

1. Kontraktor Pelaksana diharuskan menjaga keamanan semua barang dan peralatan, baik
milik Konsultan Pengawas maupun milik pihak lain yang mendukung pelaksanaan di
lapangan.
2. Apabila terjadi kehilangan bahan bangunan atau yang lainnya yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas dan atau Tim Teknis kegiatan baik yang sudah terpasang maupun
yang belum terpasang menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
3. Apabila terjadi kebakaran, maka semua tanggung jawab menjadi beban Kontraktor
Pelaksana baik berupa bahan/barang & keselamatan jiwa manusia.

Pasal 4
UKURAN POKOK DAN BATAS KERJA

1. Pada gambar rencana sudah dicantumkan semua ukuran, apabila ada gambar yang tidak
dicantumkan ukuran/kurang jelas, maka dapat ditanyakan kepada Konsultan Pengawas
secepatnya.
2. Apabila dalam gambar rencana kerja tergambar, tetapi dalam Rencana Kerja dan Syarat–
Syarat tidak tertulis, maka gambar sebagai acuan kerja/mengikat
3. Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat–Syarat tertulis, tetapi dalam gambar tidak
tergambar /tertulis, maka Rencana Kerja dan Syarat- Syarat sebagai acuan kerja/mengikat.
4. Apabila ada perbedaan antara gambar rencana kerja dan gambar detailnya, maka pihak
Kontraktor Pelaksana wajib meminta pertimbangan kepada Konsultan Pengawas
secepatnya.
5. Batas kerja yang berhubungan dengan lokasi adalah lahan yang yang telah disediakan
untuk mendirikan bangunan.
Pasal 5
PENDAMPINGAN

Pekerjaan ini didampingi oleh Tim Jaksa Pengacara Negara Kejaksaan Negeri Kulon Progo.
Pasal 6
PENCEGAHAN CORONAVIRUS DISEASE - 19

1.1.1. Pembersihan Selama Pelaksanaan

1) Protokol ini dimaksudkan sebagai panduan umum bagi Pemilik/ Pengguna/


Penyelenggara bersama Konsultan, Kontraktor, Sub-kontraktor, Vendor / Supplier
dan Fabricator, Mandor serta para Pekerja dalam mencegah wabah COVID-19 di
proyek konstruksi.

2) Protokol ini merupakan bagian dari keseluruhan kebijakan untuk mewujudkan


keselamatan konstruksi. Keselamatan konstruksi adalah keselamatan dan
kesehatan kerja; keselamatan publik; dan keselamatan lingkungan dalam setiap
tahapan penyelenggaraan konstruksi.

1.1.2. Pembentukan Satgas Pencegahan Covid-19

1) Pemilik/ Pengguna/ Penyelenggara bersama Konsultan Pengawas dan/atau


Kontraktor wajib membentuk Satuan Tugas Pencegahan COVID-19.

2) Satuan Tugas tersebut berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang terdiri dari Ketua
merangkap anggota dan 4 (empat) Anggota yang mewakili Pemilik/ Pengguna/
Penyelenggara, Konsultan, Kontraktor, Subkontraktor, Vendor, Supplier.

3) Satuan Tugas tersebut memiliki tugas, tanggung jawab dan kewenangan


melakukan:

4) Sosialisasi,

5) Edukasi,

6) Promosi teknik

I. Metoda pencegahaan COVID19

II. Pemeriksaan potensi terinfeksi kepada semua orang yang terlibat dalam
proyek, baik dari pihak para Pemilik Pekerjaan, Konsultan, Pelaksana,
karyawan / staf, mandor, pekerja dan tamu proyek.
1.1.3. Penyediaan Fasilitas Kesehatan di Lapangan

1) Kontraktor wajib menyediakan ruang klinik di lapangan dilengkapi dengan sarana


kesehatan yang memadai, seperti: tabung oksigen, pengukur suhu badan, obat-
obatan, P3K, dan petugas medis.

2) Kontraktor wajib memiliki kerjasama operasional perlindungan kesehatan dan


pencegahan COVID19 dengan rumah sakit dan/ atau pusat kesehatan
masyarakat terdekat dengan lapangan proyek untuk tindakan darurat.

3) Kontraktor wajib menyediakan fasilitas pengukur suhu badan, tempat cuci tangan
dengan sabun disinfektan, tissue, masker di kantor dan lapangan proyek bagi
para Pemilik Pekerjaan, Konsultan, Pelaksana, karyawan / staf, mandor, pekerja
dan tamu proyek.

1.1.4. Pelaksanaan Pencegahan Covid19 di Lapangan

1) Satuan Tugas memasang poster dalam bentuk digital atau fisik tentang
himbauan/ anjuran pencegahan COVID19, seperti mencuci tangan, memakai
masker, untuk disebarluaskan atau dipasang di tempat-tempat strategis di
lapangan proyek.

2) Satuan Tugas bersama penjelasan, anjuran, kampanye. promosi teknik


pencegahan COVID19 dalam setiap kegiatan penyuluhan K3 pagi hari (safety
morning talk).

3) Satuan Tugas wajib melakukan pengecekan suhu tubuh bagi setiap orang yang
akan masuk ke lokasi proyek. Petugas Medis kemudian harus menyampaikan
suhu tubuh kepada setiap orang yang diukur suhunya.

4) Petugas Medis melaksanakan pengukuran suhu tubuh kepada seluruh pekerja,


dan karyawan bersama para Satuan Pengaman Proyek (Staff) dan Petugas
Keamanan setiap pagi, siang dan sore. Petugas Medis kemudian harus
menyampaikan suhu tubuh kepada setiap orang yang diukur suhunya.

5) Satuan Tugas melarang seseorang yang sakit dengan indikasi suhu > 38 derajat
Celcius (Pemilik Pekerjaan, Konsultan, Pelaksana, karyawan / staf, mandor,
pekerja dan tamu proyek) masuk ke lokasi proyek.
6) Apabila ditemukan manager, insinyur, arsitek, karyawan/ staf, mandor dan
pekerja di lapangan proyek terpapar virus COVID19. Petugas Medis dibantu
Petugas Keamanan proyek melakukan evakuasi dan penyemprotan disinfektan
pada tempat, fasilitas, pegangan dan peralatan kerja

Pasal 7
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Pekerjaan Persiapan dilaksanakan sebelum Kontraktor Pelaksana melaksanakan kegiatan,


adapun lingkup kegiatan yang harus dilaksanakan yaitu:
a.) Bongkaran bangunan lama, pada bongkaran ini acuannya adalah gambar existing yang
dipadu dengan gambar rencana (seperti dalam gambar rencana). Jadi apabila terjadi
kelebihan bongkaran, maka menjadi tangung jawab Kontraktor Pelaksana. Disebabkan
ruang kerja Sekolah terbatas dan tidak dapat sekaligus dibongkar, maka Kontraktor
Pelaksana harus mengatur waktu khusus bongkaran gedung, sebagai pertimbangan
pengaturan ruang kerja, supaya aktifitas Pembelajaran tidak terganggu.
b.) Papan Nama Kegiatan
Papan Nama Kegiatan dibuat dengan ukuran 80 cm x 120 cm dipasang di lokasi
kegiatan, dengan menyebutkan/menuliskan kegiatan, pekerjaan, lokasi, sumber dana,
tahun anggaran, jangka waktu pelaksanaan, besar dana, nama & alamat Kontraktor
Pelaksana serta Konsultan Pengawas, Bahan pembuatan papan nama : papan dan
tiang kayu dengan print out bahan flexy.
c.) Barak Bahan
Barak bahan sebagai gudang penyimpanan bahan dan peralataan, dilakukan secara
tertib dan aman, sehingga tidak mengganggu aktifitas lain di sekitar lokasi bangunan.

Pasal 8
PEKERJAAN PEMBONGKARAN
8.1. Ruang Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, alat-alat yang diperlukan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan bongkaran seperti yang disyaratkan serta sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas.
Pekerjaan Bongkaran ini meliputi :
a. Pembongkaran Lantai Keramik Existing
b. Pembongkaran Beton Rabat Existing
c. Pembongkaran Plafond Existing
d. Pembongkaran Rangka & Penutup Atap (lama)

8.2. Syarat Syarat Umum Pelaksanaan Pekerjaan


1. Pelaksanaan dari seluruh pekerjaan bongkaran  yang ditentukan dalam uraian dan syarat-syarat  ini, harus
dilakukan secermat-cermatnya sehingga tidak mengganggu kepentingan  dan  keamanan  umum  yang
ada disekelilingnya.
2. Tidak diperkenankan pada waktu  pelaksanaan  bongkaran,  terjadi  kegaduhan yang dapat  mengganggu
ketertiban  dan  keamanan umum.
3. Kontraktor harus melokalisir areal penimbunan  sementara  dari  seluruh material bongkaran dan sampai
pembuangan agar  tidak mengganggu kepentingan umum.
4. Kontraktor wajib mengambil langkah-langkah demi pengamanan terhadap material bongkaran   yang
menurut petunjuk Konsultan Pengawas dan atau Tim Teknis harus dibongkar dengan baik/tanpa cacat/utuh,
serta setelah dibongkar harus dijaga keamanannya  bila dikehendaki/sesuai   petunjuk Konsultan Pengawas
dan atau Tim Teknis.
5. Puing-puing bekas bongkaran harus segera disingkirkan  dari  lokasi  pekerjaan dan pembuangannya
harus  dilakukan  sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kepentingan umum.
6. Semua daerah bongkaran harus dipelajari, dilihat/dikontrol secara seksama, pengaruh dan segala
kemungkinan dari akibat  pekerjaan  bongkaran,  harus diperhatikan agar tidak mengganggu aktifitas umum
dan tidak mengganggu peralatan yang ada. Kontraktor harus melakukan secara baik, benar dan tepat
dalam melakukan pekerjaan bongkaran.
7. Kontraktor wajib melakukan pengukuran dan peninjauan kondisi existing untuk penyesuaian dengan
perencanaan.
8. Kontraktor dapat mengajukan usulan-usulan teknis penyelesaian, termasuk pelaksanaan pembongkaran
bagian yang ditentukan, berdasarkan hasil termuan di lapangan.
9. Wajib untuk membuat shop drawing untuk pekerjaan pembongkaran yang memperlihatkan bagian yang
akan dibongkar serta rencana support untuk menjaga kestabilan bagian disekitarnya.
10. Kontraktor harus menyediakan seluruh peralatan untuk bongkaran dan pengadaan bahan dari mutu terbaik
yang sesuai jenisnya untuk perbaikan dan finishing.
Pasal 9
PEKERJAAN GALIAN TANAH DAN URUGAN
9.1. Ruang Lingkup Pekerjaan
Item pekerjaan yang termasuk dalam pasal ini ialah : pekerjaan galian tanah pondasi.
Urugan tanah kembali dan urugan pasir bawah pondasi.

9.2. Pelaksanaan Pekerjaan


a. Galian tanah Pondasi
Galian tanah untuk struktur pondasi digali sedemikian rupa seperti gambar yang
tertera dalam gambar rencana. Penggalian melebihi batas yang ditentukan harus
diurug kembali dan dipadatkan dengan rata
b. Urugan Tanah Kembali
Urugan tanah kembali ± ¼ galian dilakukan setelah pekerjaan pondasi dinyatakan
selesai, dan pekerjaan ini harus dipadatkan benar-benar, dengan cara pemadatan
dilakukan lapis perlapis tebal 15 cm yang diikuti dengan pasir batu.
c. Urugan Pasir
Urugan pasir dilakukan apabila penggalian tanah untuk pondasi dinyatakan selesai,
urugan pasir dilakukan dengan ketebalan 10 cm di dasar tanah galian serata
mungkin dan selanjutnya disiram dengan air secara merata sebagai langkah awal
penempatan dan pemasangan struktur pondasi

PASAL 10
PEKERJAAN PASANGAN PONDASI

10.1. Ruang Lingkup Pekerjaan


Dalam pasal ini item pekerjaan yang termasuk ialah : Pekerjaan Pasangan Pondasi Batu
Belah Hitam.
10.2. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pasangan Pondasi Batu Hitam 1pc : 4pp
Batu-batu kali besar supaya dipecah dengan ukuran 10 s/d 20 cm sebelum dipasang
sebagai pasangan pondasi, celah-celah diantara batu diberikan campuran 1pc:4pp .
Batu-batu kali yang sudah dipecah sebelum dipasang, dibersihkan dari kotoran dengan
cara disiram memakai air. Pemasangan batu harus rapi tidak berongga dan diatur secara
sempurna atau tidak boleh dijatuhkan langsung dan bukan batu gundul.
Spesifikasi material yang digunakan dalam pekerjaan ini ialah Batu Belah Hitam.
PASAL 11
PEKERJAAN BETON
11.1. PERSYARATAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
a. Portland Cement (PC) PC yang dipergunakan harus dari jenis menurut peraturan
Portland Cement Indonesia 1972/NI-2. Semen harus sampai ditempat pekerjaan
dalam kondisi baik, serta dalam kantongkantong semen asli dari pabrik dan harus 1
macam jenis produksi dalam negeri, dalam pekerjaan ini spesifikasi semen yang
digunakan ialah Semen Dynamix. Semen harus tersimpan dalam gudang yang
kedap air dan berventilasi baik, disimpan diatas lantai setinggi 20 cm.

b. Agregate (pasir beton, kerikil/batu pecah ) Agregate halus dan kasar dapat
dipergunakan agregate alami atau buatan asalkan memenuhi persyaratan PBI 1971
( NI-2). Agregate tidak boleh mengandung bahan yang dapat merusak beton dan
tulangan terhadap karat, untuk itu pemborong harus memberikan contoh-contoh
terlebih dahulu untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.
c. Air untuk campuran dan pemeliharaan beton harus dari air bersih dan tidak
mrengandung zat-zat yang dapat merusak beton, air tersebut harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal SNI 03-28341992.
d. Besi Beton Tulangan Besi beton/tulangan yang dipergunakan harus dari besi beton
dengan mutu U-24 untuk ukuran Ø12, Ø10 & Ø8 yang dipakai adalah besi polos full,
dan U-32 ukuran Tulangan > Ø12. Apabila baja tulangan oleh Konsultan Pengawas
diragukan kualitasnya, maka harus diperiksa dilembaga Penelitian Bahan Bangunan
atas biaya Kontraktor Pelaksana. Ukuran besi beton/tulangan harus disesuaikan
dengan gambar kerja, penggantian dengan diameter lainnya hanya diperkenankan
atas persetujuan Konsultan Pengawas.
e. Bekisting (acuan) Bahan bekisting atau acuan untuk Sloof menggunakan bekisting
papan kayu kelas III, pemasangan acuan (bekisting) harus rapih dan kaku setelah
beton dibongkar membentuk bidang yang rata dan pada saat pengecoran
diusahakan air semen tidak keluar. Tiang-tiang penyangga (perancah) dari kayu
dolken atau bambu atau balok kayu kelas II.
11.2. MACAM PEMBETONAN
a. Jenis Pembetonan yang dilakukan pada pekerjaan ini meliputi :
Sloof Beton ukuran : 15 x 20 cm
11.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Pelaksanaan pengecoran beton dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas secara tertulis.
b. Sebelum dicor seluruh bekisting harus dibersihkan dari kotoran dan disiram
hingga permukaannya basah seluruhnya dan sengkang tidak boleh melekat pada
bekisting, untuk itu agar dibuatkan beton decking tebal 1,5 cm.
c. Pengadukan, pengangkutan, pengecoran dan perawatan beton harus dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang disyaratakan SNII 03-2834-1992, terutama yang
harus diperhatikan adalah :
1) Pengadukan semua beton harus diusahakan dengan mollen mixer untuk
mendapatkan mutu beton sesuai yang disayaratkan.
2) Pemadatan beton harus diusahakan dengan menggunakan beton vibrator
(mesin penggetar).
d. Pembongkaran bekisting (acuan) serta perancah dilaksanakan apabila umur
beton telah cukup, sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam PBI 1971.

Pasal 12
BESI TULANGAN

1. Besi tulangan yang digunakan dalam kegiatan ini seperti yang ada dalam gambar-
gambar rencana yang sudah diperhitungkan oleh Konsultan Pengawas dengan
perhitungan yang bersifat struktur.
2. Semua ketentuan-ketentuan dan persyaratan dalam penulangan ini mengacu pada
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) dan SKSNI 1991
3. Toleransi pada pemotongan dan pembengkokan tulangan
a) Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang ditunjukkan
dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransi yang disyaratkan oleh
Konsultan Pengawas. Apabila tidak ditetapkan oleh Konsultan Pengawas, pada
pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi seperti
tercantum dalam ayat-ayat berikut
b) Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran dan terhadap
panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi
sebesar ± 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan dalam ayat (c) dan (d).
Terhadap panjang total batang yang diserahkan menurut sesuatu ukuran
ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan – 25 mm.
c) Terhadap jarak turun dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi sebesar ±
6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk jarak lebih dari
60 cm
d) Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan toleransi
sebesar ± 6 mm
4. Pemasangan tulangan
a) Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling dan karat lepas, serta
bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat
b) Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama
pengecoran tidak berubah tempatnya
c) Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton.
Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton
dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor. Penahan-
penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus
dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap m2 cetakan atau lantai kerja.
Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata
5. Toleransi pada pemasangan tulangan
a) Batang tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan yang ditentukan
dalam gambar-gambar rencana. Apabila tidak ditetapkan lain oleh Konsultan
Pengawas pada pemasangan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi seperti
dalam ayat-ayat berikut
b) Terhadap kedudukan di arah ukuran konstruksi yang terkecil ditetapkan toleransi
sebesar ± 6 mm untuk ukuran 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk
ukuran lebih dari 60 cm
c) Terhadap kedudukan bengkokan di arah memanjang ditetapkan toleransi
sebesar ± 50 mm, kecuali pada bengkokan akhir
d) Terhadap kedudukan bengkokan akhir dari batang ditetapkan toleransi sebesar ±
25 mm, dengan syarat tambahan bahwa tebal penutup beton di ujung batang
memenuhi yang disyaratkan
e) Terhadap kedudukan batang-batang tulangan plat dan dinding ditetapkan
toleransi di dalam tulangan sebesar ± 50 mm
f) Terhadap kedudukan dari sengkang-sengkang, lilitan-lilitan spiral dan ikatan-
ikatan lainnya ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm

Pasal 13
CETAKAN/ BEKISTING

1. Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan
batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar-gambar rencana dan
oleh uraian pekerjaan. Cetakan harus kokoh dan cukup rapat sehingga dapat dicegah
kebocoran adukan. Cetakan harus diberi ikatan-ikatan secukupnya, sehingga dapat
terjamin kedudukan dan bentuknya yang tetap. Cetakan dam acuan harus terbuat dari
bahan-bahan yang baik yang tidak mudah meresap air dan direncanakan sedemikian
rupa hingga mudah dapat dilepaskan dari beton tanpa menyebabkan kerusakan pada
beton. Pada pelaksanaan pemasangan bekisting harus ada jaminan bahwa air beton
benar-benar tidak terserap oleh cetakan. Untuk itu maka cetakan-cetakan dapat
dilapisi dengan plastrik atau bahan-bahan lain sejenis.
2. Pada cetakan kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan perlengkapan-
perlengkapan untuk menyingkirkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan-potongan
kawat pengikat, dan lain-lain
3. Apabila acuan harus memikul beban-beban yang besar dan atau harus mengatasi
bentang-bentang yang besar atau memerlukan bentuk yang khusus, maka dari acuan
tersebut harus dibuat perhitungan-perhitungan dan gambar-gambar kerja khusus. Dalam
perencanaan acuan ini harus ditinjau hal-hal berikut :
a) Kecepatan dan cara pengecoran beton
b) Beban-beban pelaksanaan, termasuk beban-beban vertikal, horisontal dan kejutan-
kejutan
c) Syarat-syarat bentuk khusus yang diperlukan pada pelaksanaan konstruksi selaput, plat-
plat lipatan, ornamen-ornamen dan unsur-unsur sejenis. Disamping kekuatan dan
kekakuan acuan, juga stabilitas perlu diperhitungkan dengan baik
4. Tiang-tiang acuan dari kayu harus dipasang di atas papan kayu yang kokoh dan harus
mudah dapat disetel dengan baji. Tiang-tiang acuan tersebut tidak boleh mempunyai
lebih dari satu sambungan yang tidak disokong ke arah samping. Bambu tidak boleh
digunakan sebagai tiang acuan, kecuali apabila diijinkan oleh Konsultan Pengawas
5. Pembongkaran cetakan dan acuan
a) Cetakan dan acuan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut dengan
sistem cetakan dan acuan yang masih ada telah mencapai kekuatan yang cukup untuk
memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan yang bekerja padanya. Kekuatan
ini harus ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan benda uji yang disebut dan dengan
perhitungan-perhitungan. Konsultan Pengawas baru memberikan persetujuan
pembongkaran cetakan dan acuan setelah ia memeriksa hasil-hasil pemeriksaan benda
uji dan perhitungan–perhitungan tersebut. Apabila unrtuk menentukan saat
pembongkaran cetakan dan acuan tidak dibuat benda-benda uji seperti ditentukan,
maka bila tidak ditentukan lain, cetakan dan acuan baru boleh dibongkar setelah beton
berumur 3 minggu. Apabila dalam hal ini ada jaminan bahwa setelah cetakan dan acuan
dibongkar, beban yang bekerja pada bagian konstruksi itu tidak akan melampaui 50 %
darii beban rencana total, maka pembongkaran cetakan dan acuan itu dapat dilakukan
setelah beton berumur 2 minggu. Jika tidak ditentukan lain, cetakan samping dari balok,
kolom dan dinding boleh dibongkar setelah 3 hari
b) Pada bagian-bagian konstruksi dimana akibat pembongkaran cetakan dan acuan akan
bekerja beban-beban yang lebih tinggi daripada beban rencana dan atau akan terjadi
keadaan yang lebih berbahaya dari pada keadaan yang diperhitungkan, maka cetakan
dan acuan dari bagian-bagian konstruksi itu tidak boleh dibongkar selama keadaan
tersebut tetap berlangsung. Pembongkaran cetakan dan acuan dari konstruksi-
konstruksi yang langsung akan memikul praktis seluruh beban rencana, seperti pada
atap-atap atau busur-busur, harus dilakukan dengan sangat hati-hati
c) Cetakan-cetakan balok dapat dibongkar setelah dari semua kolom-kolom penunjangnya
telah dibongkar cetakannya dan dari penglihatan ternyata baik pembetonannya
d) Bagian-bagian konstruksi dimana terjadi sarang-sarang kerikil harus diperbaiki dengan
penuh keahlian

Pasal 14
PEKERJAAN PLESTERAN
14.1. STANDAR ACUAN PEKERJAAN DINDING & PLESTERAN
a. SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan
Plasteran). Atau Produk lokal yang telah memenuhi standar uji material.
b. Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plasteran Dinding).
c. SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
d. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam).
e. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan dan
Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen).

14.2. PERSYARATAN MATERIAL PEKERJAAN


a. Semen
1). Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) Dynamix.
2). 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
3). Semen harus didatangkan dalam zak yang utuh/tidak pecah, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
4). Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
5). Penyimpanan semen tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu
semen, dengan menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan tetutup
rapat.
6). Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji sebelum
digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
b. Batu bata
1). Batu bata merah yang digunakan batu bata yang mempunyai warna merah
menyala yang menunjukkan kesempurnaan pada waktu pembakaran.
2). Batu bata tidak boleh retak diuji dengan memukulkan dua buah batu bata, suara
yang nyaring menunjukkan batu bata tidak retak.
3). Batu bata harus keras, tidak mudah tergores, dan padat (tidak banyak pori-pori).
4). Sisi-sisinya bersudut tajam dan kuat tidak dapat dikorek dengan tangan,
berpermukaan rata dan tidak menampakkan retak-retak merugikan.
5). Tidak boleh mengandung garam yang dapat larut sedemikian banyaknya
sehingga pengkristalannya dapat mengakibatkan lebih dari 40% permukaan
bata tebal oleh bercak-bercak putih.
c. Pasir
1). Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
2). Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya,
jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.

14.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN


a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, Kontraktor Pelaksana
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pasangan bata meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan,
serta contoh material yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas selaku pengawas pekerjaan, di sertai gambar shop
drawing.
b. Konsultan Pengawas harus memeriksa detil-detil denah, ketinggian dinding,
dikoordinasikan dengan gambar pekerjaan-pekerjaan ME.
c. Sebelum melaksanakan pekerjaan harus jelas terlebih dahulu mengenai bagian
pekerjaan yang akan dilaksanakan:
1) Tinggi dan lebar bukaan untuk pintu dan jendela.
2) Perkuatan tambahan untuk opening yang lebar
d. Opening untuk access panel, ducting, dll.
e. Pasangan bata yang digunakan adalah pasangan ½ bata dan pasangan 1 bata
(ditunjukkan pada gambar kerja dan mengacu pada volume item pekerjaan yang
ada).
f. Campuran spesi 1 PC : 6 Ps untuk pasangan bata biasa, ketebalan adalah 1
bata dan ½ bata, sesuai dengan gambar rencana.
g. Pengadukan spesi boleh dilakukan dengan molen pengaduk spesi.
h. Bata harus di rendam agar jenuh air agar tidak menyerap air dari campuran.
i. Kontraktor Pelaksana harus menjamin pasangan bata horizontal dengan alat
bantu profil kayu lot pengukur ketegakan pasangan dan benang.
j. Ketebalan spesi diusahakan sama pada arah vertikal dan horisontal.
k. Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
l. Bidang dinding yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan kolom dan
balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan
pokok 4 diameter 12 mm, beugel diameter 8 mm jarak 15 cm. Kolom praktis di
cor pada setiap ketinggian 1 m.
m. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
n. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5 %.
Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.
o. Setelah bata terpasang, nad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.

14.4. PELAKSANAAN PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN


a. Sebelum diplester bidang dinding harus dibasahi terlebih dahulu sampai jenuh, agar
adukan dapat melekat dengan baik.
b. Untuk pekerjaan plesteran dinding kamar mandi/ kedap air dipergunakan adukan 1 pc :
3 ps.
c. Untuk plesteran dinding bata dan beton dipergunakan 1 pc : 6 ps, setelah dipermukaan
beton yang akan diplester dikasarkan terlebih dahulu dan disiram dengan air semen.
d. Semua pekerjaan plesteran dikerjakan dengan teknik sempurna, bidang-bidangnya rata,
tegak lurus/siku terhadap bidang lainnya kemudian diaci atau dihaluskan permukaannya
dengan digosok sampai licin. Agar didapat bidang plesteran yang rata permukaannya
maka dalam pelaksanaannya pemborong harus menginstruksikan kepada tukang batu
agar membuat kepala-kepala plesteran setiap bidangnya.
e. Pada setiap plesteran yang bertemu dengan kusen pintu dan jendela / bouvenlight agar
dibuat tali air dengan lebar dan dalam 1 cm.
f. Pengacian dilakukan dengan PC setipis mungkin, rata dan rapih, pengacian dilakukan
dengan raskam kayu sehingga seluruh permukaan rata dan halus.

Pasal 15
PEKERJAAN KAYU KUSEN PINTU DAN JENDELA

15.1. LINGKUP PEKERJAAN KUSEN

a. Pekerjaan Kusen Pintu/Jendela ini meliputi:


 Kusen Pintu PJ1 (sesuai gambar)
 Kusen Pintu PJ2 (sesuai gambar)
 Kusen Jendela J1 (sesuai gambar)
 Daun pintu Serta Daun Jendela (Sesuai Gambar)
b. Untuk pekerjaan kusen pintu / jendela / bouvenlight digunakan kayu bengkirai dengan
ukuran 6/12 cm.
c. Untuk daun pintu dan daun jendela digunakan kayu bengkirai
d. Ukuran kayu yang dipergunakan menyesuaikan gambar

15.2. PEKERJAAN KACA

a. Semua jenis kaca yang dipergunakan untuk jendela adalah kaca bening dengan tebal 5
mm, dipasang pada Jendela.
b. Semua list kaca dipasang dengan kuat dan kokoh, pada spooning agar diberi dempul.
c. Mengingat sifat kaca akan memuai disaat terkena sinar matahari maka dalam
pelaksanaan pemasangan agar diberi jarak antara list dengan kaca beberapa millimeter

15.3. PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

a. Untuk engsel pintu dan jendela dipakai engsel pintu dengan merk Solid, dipasang
sebanyak 3 buah untuk daun pintu dan 2 buah untuk setiap daun jendela. Dengan
ukuran kusen sesuai dengan gambar rencana.
b. Seluruh pintu dipasang kunci tanam dengan merk Tanaya dan dipasang grendel dengan
kualitas baik bermerk Solid.
c. Untuk angkur kusen pintu/ jendela dipasang dari besi beton 10 mm.

Pasal 16
PEKERJAAN KAYU RANGKA ATAP & PENUTUP ATAP
16.1. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan alat bantu yang
diperlukan, sehinggan konstruksi selesai dilaksanakan. Bagian pekerjaanya adalah :
Konstruksi Kuda kuda kayu, Gording, Usuk, Reng serta Genteng sebagai penutup atap

16.2. PERSYARATAN BAHAN


Lingkup pekerjaan rangka atap dan penutup atap adalah sebagai berikut :
a. Konstruksi Kuda Kuda Kayu menggunakan ukuran 8/12 dengan bahan Kayu
Bengkirai
b. Rangka usuk dengan ukuran 5/7 cm dengan bahan Kayu Bengkirai
c. Reng dengan ukuran 2/3 cm Kayu Jati Lokal
d. Genteng yang digunakan ialah Genteng Sokka Magas Kebumen

16.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN


a. Semua kayu untuk konstruksi kuda kuda dan gording diawetkan dengan residu.
Pengecatan dengan residu harus dilakukan 2x sehingga menghasilkan warna yang
merata pada seluruh permukaan kayu.
b. Konstruksi rangka harus dibuat sesuai gambar detail, ukruan kayu maupun cara
penyambungannya.
c. Sambungan kayu harus dibuat dengan rapi/presisi dan penuh keahlian
denganmemperhatikan peraturan yang disyaratkan dalam SNI 7973 2013 Spesifikasi
Desain Untuk Konstruksi Kayu
d. Konstruksi sambungan konstruksi kuda-kuda harus dilengkapi baut dan besi strip/plat
4 x 0,4 cm
e. Rangka Atap Rangka atap dilaksanakan dengan kayu ukuran 5/7 dan 2/3 cm.
Dipasang dengan ukuran yangditetapkan dalam gambar. Hasil akhir pasangan harus
rata dan tidak bergelombang.
f. Ukuran kayu untuk rangka badan digunakan 8/12 cm Kayu Bengkirai dengan
kualitas baik (Tanpa Cacat).
g. Konstruksi sambungan kayu harus rapi, tidak longgar, ikatan perkuatan
harusmenggunakan baut, pen kayu keras yang sebelumnya bidang sambungan ini
harus dilumuri dengan lem kayu, agar sambungannya dapat melekat dengan baik
h. Untuk Penutup atap menggunakan Genteng Sokka Magas Kebumen dengan Kualitas
Baik.

Pasal 17
PEKERJAAN PLAFOND

17.1 LINGKUP PEKERJAAN


Dalam pekerjaan ini meliputi : pembuatan rangka plafond, dan kemudian pemasangan
plafond sesuai dengan keterangan RAB dan Gambar Kerja.

17.2. PERSYARATAN BAHAN


a. Rangka plafond menggunakan kayu Kruing dengan Ukuran 6/12 untuk bentang
panjang dan Ukuran 5/7 untuk bentang pendek.
b. Sambungan Klos menggunakan kayu Kruing dengan ukuran 2/3 cm
c. Semua kayu yang digunakan harus kayu dengan kualitas baik (tanpa cacat). Bila
ada kecacatan maka Konsultan Pengawas berhak meminta material tersebut
diganti.

17.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN


a. Untuk pekerjaan plafond menggunakan eternit Kalsiboard dengan ketebalan 4 mm.
Plafond finishing dengan cat Catylac.
b. Pola pemasangan langit langit disesuaikan dengan pembagian ceiling Gambar
rencana, rangka penggantung dari kayu Kruing. Sedangkan sisi yang menempel
pada plafond dipasah dengan halus.
c. Rangka plafond menggunakan kayu kruing dengan ukuran rangka atau
penggantung 300x100 cm.
d. Untuk bentang lebih dari 3 meter maka menggunakan Kayu ukuran 6/12 cm
e. Untuk bentang kurang dari 3 meter maka menggunakan Kayu ukuran 4/6 cm.
f. Sebelum pemasangan lembaran plafond, maka pastikan rangka penggantung harus
cukup kuat dengan dipasang klos dan mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
Pasal 18
PEKERJAAN LANTAI
1. Dasar lantai adalah Rabat beton atau beton tumbuk dengan campuran 1 pc:3 pp: 5 kr
dengan ketebalan 10 cm sesuai dengan gambar.
2. Memasang penutup lantai keramik selasar ukuran 40/40 cm dengan bahan material
PLATINUM di pasang dengan perekat 1 pc: 4 pp dan dikolot dengan Semen.
3. Semua pasangan keramik setelah dikolot dengan semen putih/warna menyesuaikan,
setelah rapi dan kering dibersihkan (dipel dengan menggunakan obat pembersih lantai)
4. Semua bahan yang akan digunakan harus mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
5. Kontraktor Pelaksana sebelum memasang bahan-bahan tersebut diatas agar
memberikan contoh terlebih dahulu pada Konsultan Pengawas dan atau Tim Teknis
untuk mendapatkan persetujuan.

Pasal 19
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
19.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang harus dilaksanakan meliputi pemasangan instalasi penerangan, titik
lampu Downlight Slim LED Phillips 19 Watt (bergaransi) untuk bagian dalam dan Lampu
Downlight Slim LED Phillips 8 watt (bergaransi) untuk luar ruangan serta stop kontak,
saklar dengan merk Brocco sesuai dengan Gambar Kerja.

19.2. GAMBAR DAN LABEL


a. Gambar kerja dikerjakan oleh instalatir, namun sebelum melaksanakan pekerjaan
harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
b. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar revisi atau gambar instalasi yang
sesuai dengan instalasi yang sebenarnya.
c. Setiap panel dan papan pembagi harus diberi label dengan jelas mengenai fungsi
pada tiap bagiannya.
19.3. MATERIAL
a. Kontraktor Pelaksana wajib menunjukkan contoh material yang akan digunakan
untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas dan atau Tim Teknis.
b. Material yang digunakan harus baru dan berkualitas baik menurut standar standar
yang berlaku.

19.4. PELAKSANAAN PEKERJAAN


a. Pemasangan instalasi listrik dan lampunya didasarkan atas tegangan 220 Volt.
b. Semua system dipasang sampai menyala.
c. Pengujian instalasi listrik dapat diterima 100% selesai jika mendapat pemeriksaan baik
dari Instalatir.
d. Kabel yang digunakan type NYM dari produksi kabelindo, metal SPLN.
e. Pemasangan kabel, pipa, grounding pada setiap feeder apalbila menembus tembok
harus diberi selubung.
f. Kabel (feeder) yang ditanam dalam tanah / lantai harus diberi pelindung letak dan
kedalamanannya sesuai dengan standar yang berlaku.
g. Setap penyambungan kabel harus menggunakan sepatu kabel sesuai dengan ukuran
kabel yang akan disambung kemudian dipatri atau di press, sambungan dan taps
diberi isolasi dengan baik.
h. Saklar lampu yang digunakan dengan merk Brocco. Saklar lampu dipasang 1.5m
diatas muka lantai.
i. Semua saklar dipasang rata dengan tembok.
j. Stop kontak untuk pasang baru menggunakan merk Brocco.
k. Stop kontak harus dengan pentanahan (Grounding).
l. Pemasangan Stop Kontak disesuaikan dengan Gambar Kerja. Dan semua stop kontak
dipasang rata dengan tembok.
m. Pemasangan kawat pentanahan untuk stop kontak sama dengan pemasangan kawat
fase.

Pasal 20
PEKERJAAN PENGECATAN

1. Semua dinding, kolom, eternit, lisplank, maupun atau bahan dari kayu yang lain dicat atau
seuai dengan RAB
2. Sebelum dicat, supaya digosok bersih kemudian didempul/plamir untuk tembok/dinding dan
di meni untuk kayu serta didempul baru kemudian pekerjaan pengecatan dilaksanakan.
3. Untuk dinding menggunakan cat Decolite, untuk Plafond menggunaan cat Catylac dan kayu
menggunakan cat Emco
4. Untuk tembok baru bagian dalam maupun luar sebelum dicat harus diplamir terlebih dahulu
sesuai dengan kualitas dan merk catnya. Pengecatan hingga rata Proses pengecatan
dilakukan setelah tembok kering.
5. Pekerjaan mebelair finishing menggunakan politer.

Pasal 21
PEKERJAAN MEBELAIR

1. Dalam Pekerjaan mebelair yang digunakan ialah sesuai Permendikbud No 24 Tahun 2007
dan Peraturan Bupati Kulon Progo No 26 Tahun 2020.
2. Pengadaan mebelair baru di sesuaikan dengan Rincian Anggaran Biaya (RAB) yang telah
dibuat.
3. Pengadaan Mebelair menggunakan bahan dasar Kayu Jati (Sesuai dengan RAB).
4. Perbaikan Mebelair finishing menggunakan Politur.

Pasal 22
PENUTUP

Apabila dalam spesifikasi teknis ini masih terdapat kekurang lengkapan, maka akan
disempurnakan di kemudian hari.

Kulon Progo, 03 April 2020

Mengetahui : Di buat Oleh


Konsultan Pengawas Kepala Sekolah P2S
SMP Muh 2 Kalibawang SMP Muh 2 Kalibawang SMP Muh 2 Kalibawang

Rachmat Sulistyawan, ST Eni Nurhayati, S.Pd. Suhayati Isti Lestari,S.Pd.


Menyetujui :
Pejabat Pembuat Komitmen

JUJUR SANTOSO, S.Pd. M.Hum.


NIP. 19730129 199802 1 001

Anda mungkin juga menyukai