(RKS)
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
Pasal 2
ACUAN PELAKSANAAN
1. Menurut syarat-syarat, aturan-aturan dan ketentuan seperti tersebut dalam Rencana Kerja
dan Syarat–Syarat beserta Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (aanwijzing) atau
perubahan-perubahan dalam pelaksanaan (bila ada)
2. Menurut lampiran Gambar Rencana dan Gambar detail yang telah disyahkan oleh Dinas
terkait
3. Menurut aturan/petunjuk dan uraian-uraian serta penjelasan-penjelasan yang akan
diberikan oleh Konsultan Pengawas.
4. Menurut syarat-syarat AV 1941, PB 1971
5. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI 1961)
6. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonsesia (PUBI 1982)
7. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983
8. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1977) dan undang-undang Nomor : 01 tahun 1970
tentang keselamatan kerja serta peraturan lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini.
9. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung (SK SNI T-15-1991-03) dan
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971)
10. Kep Men Kimpraswil No. 441.
11. Pekerjaan harus diserahkan kepada Kepala Sekolah dalam keadaan selesai 100 % (seratus
prosen), sesuai dengan dokumen Surat Perjanjian Pelaksanaan dan Berita Acara
Perubahan Pekerjaan (bila ada).
12. PermenPU No 22 Tahun 2018, tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara.
13. SNI 03-2847–2015 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
14. Standart Industri Indonesia ( SII ).
15. Standart Nasional Indonesia (SNI) 03-1726–2012 tentang Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung.
16. Permendiknas No 24 Tahun 2007….
Pasal 3
KEAMANAN DI LOKASI PEKERJAAN
1. Kontraktor Pelaksana diharuskan menjaga keamanan semua barang dan peralatan, baik
milik Konsultan Pengawas maupun milik pihak lain yang mendukung pelaksanaan di
lapangan.
2. Apabila terjadi kehilangan bahan bangunan atau yang lainnya yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas dan atau Tim Teknis kegiatan baik yang sudah terpasang maupun
yang belum terpasang menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
3. Apabila terjadi kebakaran, maka semua tanggung jawab menjadi beban Kontraktor
Pelaksana baik berupa bahan/barang & keselamatan jiwa manusia.
Pasal 4
UKURAN POKOK DAN BATAS KERJA
1. Pada gambar rencana sudah dicantumkan semua ukuran, apabila ada gambar yang tidak
dicantumkan ukuran/kurang jelas, maka dapat ditanyakan kepada Konsultan Pengawas
secepatnya.
2. Apabila dalam gambar rencana kerja tergambar, tetapi dalam Rencana Kerja dan Syarat–
Syarat tidak tertulis, maka gambar sebagai acuan kerja/mengikat
3. Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat–Syarat tertulis, tetapi dalam gambar tidak
tergambar /tertulis, maka Rencana Kerja dan Syarat- Syarat sebagai acuan kerja/mengikat.
4. Apabila ada perbedaan antara gambar rencana kerja dan gambar detailnya, maka pihak
Kontraktor Pelaksana wajib meminta pertimbangan kepada Konsultan Pengawas
secepatnya.
5. Batas kerja yang berhubungan dengan lokasi adalah lahan yang yang telah disediakan
untuk mendirikan bangunan.
Pasal 5
PENDAMPINGAN
Pekerjaan ini didampingi oleh Tim Jaksa Pengacara Negara Kejaksaan Negeri Kulon Progo.
Pasal 6
PENCEGAHAN CORONAVIRUS DISEASE - 19
2) Satuan Tugas tersebut berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang terdiri dari Ketua
merangkap anggota dan 4 (empat) Anggota yang mewakili Pemilik/ Pengguna/
Penyelenggara, Konsultan, Kontraktor, Subkontraktor, Vendor, Supplier.
4) Sosialisasi,
5) Edukasi,
6) Promosi teknik
II. Pemeriksaan potensi terinfeksi kepada semua orang yang terlibat dalam
proyek, baik dari pihak para Pemilik Pekerjaan, Konsultan, Pelaksana,
karyawan / staf, mandor, pekerja dan tamu proyek.
1.1.3. Penyediaan Fasilitas Kesehatan di Lapangan
3) Kontraktor wajib menyediakan fasilitas pengukur suhu badan, tempat cuci tangan
dengan sabun disinfektan, tissue, masker di kantor dan lapangan proyek bagi
para Pemilik Pekerjaan, Konsultan, Pelaksana, karyawan / staf, mandor, pekerja
dan tamu proyek.
1) Satuan Tugas memasang poster dalam bentuk digital atau fisik tentang
himbauan/ anjuran pencegahan COVID19, seperti mencuci tangan, memakai
masker, untuk disebarluaskan atau dipasang di tempat-tempat strategis di
lapangan proyek.
3) Satuan Tugas wajib melakukan pengecekan suhu tubuh bagi setiap orang yang
akan masuk ke lokasi proyek. Petugas Medis kemudian harus menyampaikan
suhu tubuh kepada setiap orang yang diukur suhunya.
5) Satuan Tugas melarang seseorang yang sakit dengan indikasi suhu > 38 derajat
Celcius (Pemilik Pekerjaan, Konsultan, Pelaksana, karyawan / staf, mandor,
pekerja dan tamu proyek) masuk ke lokasi proyek.
6) Apabila ditemukan manager, insinyur, arsitek, karyawan/ staf, mandor dan
pekerja di lapangan proyek terpapar virus COVID19. Petugas Medis dibantu
Petugas Keamanan proyek melakukan evakuasi dan penyemprotan disinfektan
pada tempat, fasilitas, pegangan dan peralatan kerja
Pasal 7
PEKERJAAN PERSIAPAN
Pasal 8
PEKERJAAN PEMBONGKARAN
8.1. Ruang Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, alat-alat yang diperlukan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan bongkaran seperti yang disyaratkan serta sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas.
Pekerjaan Bongkaran ini meliputi :
a. Pembongkaran Lantai Keramik Existing
b. Pembongkaran Beton Rabat Existing
c. Pembongkaran Plafond Existing
d. Pembongkaran Rangka & Penutup Atap (lama)
PASAL 10
PEKERJAAN PASANGAN PONDASI
b. Agregate (pasir beton, kerikil/batu pecah ) Agregate halus dan kasar dapat
dipergunakan agregate alami atau buatan asalkan memenuhi persyaratan PBI 1971
( NI-2). Agregate tidak boleh mengandung bahan yang dapat merusak beton dan
tulangan terhadap karat, untuk itu pemborong harus memberikan contoh-contoh
terlebih dahulu untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.
c. Air untuk campuran dan pemeliharaan beton harus dari air bersih dan tidak
mrengandung zat-zat yang dapat merusak beton, air tersebut harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal SNI 03-28341992.
d. Besi Beton Tulangan Besi beton/tulangan yang dipergunakan harus dari besi beton
dengan mutu U-24 untuk ukuran Ø12, Ø10 & Ø8 yang dipakai adalah besi polos full,
dan U-32 ukuran Tulangan > Ø12. Apabila baja tulangan oleh Konsultan Pengawas
diragukan kualitasnya, maka harus diperiksa dilembaga Penelitian Bahan Bangunan
atas biaya Kontraktor Pelaksana. Ukuran besi beton/tulangan harus disesuaikan
dengan gambar kerja, penggantian dengan diameter lainnya hanya diperkenankan
atas persetujuan Konsultan Pengawas.
e. Bekisting (acuan) Bahan bekisting atau acuan untuk Sloof menggunakan bekisting
papan kayu kelas III, pemasangan acuan (bekisting) harus rapih dan kaku setelah
beton dibongkar membentuk bidang yang rata dan pada saat pengecoran
diusahakan air semen tidak keluar. Tiang-tiang penyangga (perancah) dari kayu
dolken atau bambu atau balok kayu kelas II.
11.2. MACAM PEMBETONAN
a. Jenis Pembetonan yang dilakukan pada pekerjaan ini meliputi :
Sloof Beton ukuran : 15 x 20 cm
11.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Pelaksanaan pengecoran beton dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas secara tertulis.
b. Sebelum dicor seluruh bekisting harus dibersihkan dari kotoran dan disiram
hingga permukaannya basah seluruhnya dan sengkang tidak boleh melekat pada
bekisting, untuk itu agar dibuatkan beton decking tebal 1,5 cm.
c. Pengadukan, pengangkutan, pengecoran dan perawatan beton harus dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang disyaratakan SNII 03-2834-1992, terutama yang
harus diperhatikan adalah :
1) Pengadukan semua beton harus diusahakan dengan mollen mixer untuk
mendapatkan mutu beton sesuai yang disayaratkan.
2) Pemadatan beton harus diusahakan dengan menggunakan beton vibrator
(mesin penggetar).
d. Pembongkaran bekisting (acuan) serta perancah dilaksanakan apabila umur
beton telah cukup, sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam PBI 1971.
Pasal 12
BESI TULANGAN
1. Besi tulangan yang digunakan dalam kegiatan ini seperti yang ada dalam gambar-
gambar rencana yang sudah diperhitungkan oleh Konsultan Pengawas dengan
perhitungan yang bersifat struktur.
2. Semua ketentuan-ketentuan dan persyaratan dalam penulangan ini mengacu pada
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) dan SKSNI 1991
3. Toleransi pada pemotongan dan pembengkokan tulangan
a) Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang ditunjukkan
dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransi yang disyaratkan oleh
Konsultan Pengawas. Apabila tidak ditetapkan oleh Konsultan Pengawas, pada
pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi seperti
tercantum dalam ayat-ayat berikut
b) Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran dan terhadap
panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi
sebesar ± 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan dalam ayat (c) dan (d).
Terhadap panjang total batang yang diserahkan menurut sesuatu ukuran
ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan – 25 mm.
c) Terhadap jarak turun dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi sebesar ±
6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk jarak lebih dari
60 cm
d) Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan toleransi
sebesar ± 6 mm
4. Pemasangan tulangan
a) Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling dan karat lepas, serta
bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat
b) Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama
pengecoran tidak berubah tempatnya
c) Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton.
Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton
dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor. Penahan-
penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus
dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap m2 cetakan atau lantai kerja.
Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata
5. Toleransi pada pemasangan tulangan
a) Batang tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan yang ditentukan
dalam gambar-gambar rencana. Apabila tidak ditetapkan lain oleh Konsultan
Pengawas pada pemasangan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi seperti
dalam ayat-ayat berikut
b) Terhadap kedudukan di arah ukuran konstruksi yang terkecil ditetapkan toleransi
sebesar ± 6 mm untuk ukuran 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk
ukuran lebih dari 60 cm
c) Terhadap kedudukan bengkokan di arah memanjang ditetapkan toleransi
sebesar ± 50 mm, kecuali pada bengkokan akhir
d) Terhadap kedudukan bengkokan akhir dari batang ditetapkan toleransi sebesar ±
25 mm, dengan syarat tambahan bahwa tebal penutup beton di ujung batang
memenuhi yang disyaratkan
e) Terhadap kedudukan batang-batang tulangan plat dan dinding ditetapkan
toleransi di dalam tulangan sebesar ± 50 mm
f) Terhadap kedudukan dari sengkang-sengkang, lilitan-lilitan spiral dan ikatan-
ikatan lainnya ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm
Pasal 13
CETAKAN/ BEKISTING
1. Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan
batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar-gambar rencana dan
oleh uraian pekerjaan. Cetakan harus kokoh dan cukup rapat sehingga dapat dicegah
kebocoran adukan. Cetakan harus diberi ikatan-ikatan secukupnya, sehingga dapat
terjamin kedudukan dan bentuknya yang tetap. Cetakan dam acuan harus terbuat dari
bahan-bahan yang baik yang tidak mudah meresap air dan direncanakan sedemikian
rupa hingga mudah dapat dilepaskan dari beton tanpa menyebabkan kerusakan pada
beton. Pada pelaksanaan pemasangan bekisting harus ada jaminan bahwa air beton
benar-benar tidak terserap oleh cetakan. Untuk itu maka cetakan-cetakan dapat
dilapisi dengan plastrik atau bahan-bahan lain sejenis.
2. Pada cetakan kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan perlengkapan-
perlengkapan untuk menyingkirkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan-potongan
kawat pengikat, dan lain-lain
3. Apabila acuan harus memikul beban-beban yang besar dan atau harus mengatasi
bentang-bentang yang besar atau memerlukan bentuk yang khusus, maka dari acuan
tersebut harus dibuat perhitungan-perhitungan dan gambar-gambar kerja khusus. Dalam
perencanaan acuan ini harus ditinjau hal-hal berikut :
a) Kecepatan dan cara pengecoran beton
b) Beban-beban pelaksanaan, termasuk beban-beban vertikal, horisontal dan kejutan-
kejutan
c) Syarat-syarat bentuk khusus yang diperlukan pada pelaksanaan konstruksi selaput, plat-
plat lipatan, ornamen-ornamen dan unsur-unsur sejenis. Disamping kekuatan dan
kekakuan acuan, juga stabilitas perlu diperhitungkan dengan baik
4. Tiang-tiang acuan dari kayu harus dipasang di atas papan kayu yang kokoh dan harus
mudah dapat disetel dengan baji. Tiang-tiang acuan tersebut tidak boleh mempunyai
lebih dari satu sambungan yang tidak disokong ke arah samping. Bambu tidak boleh
digunakan sebagai tiang acuan, kecuali apabila diijinkan oleh Konsultan Pengawas
5. Pembongkaran cetakan dan acuan
a) Cetakan dan acuan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut dengan
sistem cetakan dan acuan yang masih ada telah mencapai kekuatan yang cukup untuk
memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan yang bekerja padanya. Kekuatan
ini harus ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan benda uji yang disebut dan dengan
perhitungan-perhitungan. Konsultan Pengawas baru memberikan persetujuan
pembongkaran cetakan dan acuan setelah ia memeriksa hasil-hasil pemeriksaan benda
uji dan perhitungan–perhitungan tersebut. Apabila unrtuk menentukan saat
pembongkaran cetakan dan acuan tidak dibuat benda-benda uji seperti ditentukan,
maka bila tidak ditentukan lain, cetakan dan acuan baru boleh dibongkar setelah beton
berumur 3 minggu. Apabila dalam hal ini ada jaminan bahwa setelah cetakan dan acuan
dibongkar, beban yang bekerja pada bagian konstruksi itu tidak akan melampaui 50 %
darii beban rencana total, maka pembongkaran cetakan dan acuan itu dapat dilakukan
setelah beton berumur 2 minggu. Jika tidak ditentukan lain, cetakan samping dari balok,
kolom dan dinding boleh dibongkar setelah 3 hari
b) Pada bagian-bagian konstruksi dimana akibat pembongkaran cetakan dan acuan akan
bekerja beban-beban yang lebih tinggi daripada beban rencana dan atau akan terjadi
keadaan yang lebih berbahaya dari pada keadaan yang diperhitungkan, maka cetakan
dan acuan dari bagian-bagian konstruksi itu tidak boleh dibongkar selama keadaan
tersebut tetap berlangsung. Pembongkaran cetakan dan acuan dari konstruksi-
konstruksi yang langsung akan memikul praktis seluruh beban rencana, seperti pada
atap-atap atau busur-busur, harus dilakukan dengan sangat hati-hati
c) Cetakan-cetakan balok dapat dibongkar setelah dari semua kolom-kolom penunjangnya
telah dibongkar cetakannya dan dari penglihatan ternyata baik pembetonannya
d) Bagian-bagian konstruksi dimana terjadi sarang-sarang kerikil harus diperbaiki dengan
penuh keahlian
Pasal 14
PEKERJAAN PLESTERAN
14.1. STANDAR ACUAN PEKERJAAN DINDING & PLESTERAN
a. SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan
Plasteran). Atau Produk lokal yang telah memenuhi standar uji material.
b. Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plasteran Dinding).
c. SNI 03-6387-2000 (Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan Bangunan).
d. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam).
e. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan dan
Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen).
Pasal 15
PEKERJAAN KAYU KUSEN PINTU DAN JENDELA
a. Semua jenis kaca yang dipergunakan untuk jendela adalah kaca bening dengan tebal 5
mm, dipasang pada Jendela.
b. Semua list kaca dipasang dengan kuat dan kokoh, pada spooning agar diberi dempul.
c. Mengingat sifat kaca akan memuai disaat terkena sinar matahari maka dalam
pelaksanaan pemasangan agar diberi jarak antara list dengan kaca beberapa millimeter
a. Untuk engsel pintu dan jendela dipakai engsel pintu dengan merk Solid, dipasang
sebanyak 3 buah untuk daun pintu dan 2 buah untuk setiap daun jendela. Dengan
ukuran kusen sesuai dengan gambar rencana.
b. Seluruh pintu dipasang kunci tanam dengan merk Tanaya dan dipasang grendel dengan
kualitas baik bermerk Solid.
c. Untuk angkur kusen pintu/ jendela dipasang dari besi beton 10 mm.
Pasal 16
PEKERJAAN KAYU RANGKA ATAP & PENUTUP ATAP
16.1. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan alat bantu yang
diperlukan, sehinggan konstruksi selesai dilaksanakan. Bagian pekerjaanya adalah :
Konstruksi Kuda kuda kayu, Gording, Usuk, Reng serta Genteng sebagai penutup atap
Pasal 17
PEKERJAAN PLAFOND
Pasal 19
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
19.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang harus dilaksanakan meliputi pemasangan instalasi penerangan, titik
lampu Downlight Slim LED Phillips 19 Watt (bergaransi) untuk bagian dalam dan Lampu
Downlight Slim LED Phillips 8 watt (bergaransi) untuk luar ruangan serta stop kontak,
saklar dengan merk Brocco sesuai dengan Gambar Kerja.
Pasal 20
PEKERJAAN PENGECATAN
1. Semua dinding, kolom, eternit, lisplank, maupun atau bahan dari kayu yang lain dicat atau
seuai dengan RAB
2. Sebelum dicat, supaya digosok bersih kemudian didempul/plamir untuk tembok/dinding dan
di meni untuk kayu serta didempul baru kemudian pekerjaan pengecatan dilaksanakan.
3. Untuk dinding menggunakan cat Decolite, untuk Plafond menggunaan cat Catylac dan kayu
menggunakan cat Emco
4. Untuk tembok baru bagian dalam maupun luar sebelum dicat harus diplamir terlebih dahulu
sesuai dengan kualitas dan merk catnya. Pengecatan hingga rata Proses pengecatan
dilakukan setelah tembok kering.
5. Pekerjaan mebelair finishing menggunakan politer.
Pasal 21
PEKERJAAN MEBELAIR
1. Dalam Pekerjaan mebelair yang digunakan ialah sesuai Permendikbud No 24 Tahun 2007
dan Peraturan Bupati Kulon Progo No 26 Tahun 2020.
2. Pengadaan mebelair baru di sesuaikan dengan Rincian Anggaran Biaya (RAB) yang telah
dibuat.
3. Pengadaan Mebelair menggunakan bahan dasar Kayu Jati (Sesuai dengan RAB).
4. Perbaikan Mebelair finishing menggunakan Politur.
Pasal 22
PENUTUP
Apabila dalam spesifikasi teknis ini masih terdapat kekurang lengkapan, maka akan
disempurnakan di kemudian hari.