Anda di halaman 1dari 6

HISTOFISIOLOGI RETINA

Sunny Wangko

Bagian Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado


Email: sunnywangko@yahoo.com

Bola mata orang dewasa berdiameter sekitar 2,5 cm. Dari seluruh permukaan bola mata,
hanya 1/6 bagian anterior yang tampak sedangkan 5/6 bagian posterior terletak dan
terlindung di dalam ruang orbita. Secara histologik, dinding bola mata tersusun oleh 3
lapisan yaitu tunika fibrosa, tunika vaskulosa (uvea), dan tunika nervosa (retina). Retina
merupakan tempat reseptor visual dengan tiga lapisan utama neuron retina yang dipisahkan
oleh dua zona dimana terjadi sinaps, yaitu lapisan sinaps luar dan dalam. Ketiga lapisan ini
(searah dengan input visualnya) ialah: lapisan sel fotoreseptor, lapisan sel bipolar, dan
lapisan sel ganglion. Juga terdapat sel horisontal dan sel amakrin; keduanya membentuk
jalur lateral untuk mengatur sinyal yang dihantarkan sepanjang jalur sel fotoreseptor ke sel
bipolar dan ke sel ganglion.

LAPISAN-LAPISAN BOLA MATA lengkung yang membantu mengfokuskan


Tunika fibrosa cahaya. Permukaan luarnya dilapisi oleh
epitel berlapis gepeng dengan permukaan
Tunika fibrosa merupakan lapisan rata, yang berkesinambungan dengan
terluar bola mata, terdiri dari kornea di epitel konjungtiva bulbi. Kornea sangat
bagian anterior, dan sklera dibagian kaya dengan persarafan.
posterior (Gambar 1). Sklera (bagian putih mata) merupa-
kan lapisan jaringan ikat padat yang
menutupi seluruh permukaan bola mata,
kecuali kornea. Sklera memberikan
bentuk bola mata, menjadikannya kaku,
dan melindungi dalaman mata. Pada
permukaan posteriornya terdapat foramen
optikum, yang mengelilingi nervus
optikus (nervus kranialis II). Pada tautan
antara sklera dan kornea terdapat sinus
venosus sklera yaitu kanalis Schlemm.

Tunika vaskulosa
Gambar 1. Lapisan-lapisan bola mata. Tunika vaskulosa merupakan lapisan
Potongan sagital bola mata memperlihatkan tengah bola mata, dan terdiri dari tiga
tiga lapisan utama (tunika) serta lensa sebagai bagian, dari posterior ke anterior: koroid,
pintu depan tunika vaskulosa dan retina. korpus siliaris, dan iris.
Sumber: Mescher AL, 2010. Koroid merupakan bagian posterior
tunika vaskulosa, kaya dengan vaskulari-
Kornea merupakan struktur avaskular sasi, dan menutupi sebagian besar permu-
yang bening menutupi iris, dan berbentuk kaan dalam sklera. Lapisan ini memasok

S1
S2 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen, November 2013, hlm. S1-6

bahan nutrisi ke permukaan posterior diperbesar serta pembuluh darah yang


retina. Melanosit menghasilkan pigmen berjalan pada permukaan anteriornya.
melanin dan memberikan warna coklat- Retina merupakan satu-satunya tempat di
hitam pada koroid. dalam tubuh dimana pembuluh darah
Ke arah anterior, koroid beralih dapat diamati secara langsung dan
menjadi korpus siliaris yang merupakan dievaluasi kelainan patologiknya, antara
bagian tunika vaskulosa yang paling tebal. lain pada hipertensi dan diabetes mellitus.
Korpus siliaris meluas dari ora serata Selain pembuluh darah, terdapat beberapa
(margo anterior retina) ke daerah tepat di struktur lain yang dapat diamati; diskus
posterior tautan sklerokorneal. Pada optikus (blind spot, bintik buta), tempat
korpus siliaris terdapat prosesus siliaris keluarnya nervus optikus dari bola mata,
dan muskulus siliaris. Prosesus siliaris serta arteri dan vena sentralis retina yang
merupakan tonjolan/lipatan pada berjalan bersama nervus optikus.
permukaan dalam korpus siliaris dimana Retina terdiri dari epitel pigmen
sel-sel epitelnya menyekresi humor (bagian non-visual) dan bagian neural
akueus. Muskulus siliaris merupakan otot (bagian visual). Epitel pigmen merupakan
polos berbentuk pita sirkular yang selapis sel epitel yang mengandung
mengubah bentuk lensa untuk penglihatan pigmen melanin, terletak di antara koroid
jauh atau dekat. dan bagian neural retina. Melanin pada
Iris ialah bagian berwarna bola mata koroid dan epitel pigmen menyerap
yang berbentuk donat gepeng. Iris terletak cahaya sehingga dapat mencegah pantulan
di antara kornea dan lensa, dilekatkan dan penyebaran cahaya di dalam bola
pada bagian luarnya ke prosesus siliaris. mata. Dengan demikian, bayangan yang
Iris terdiri dari serat otot polos sirkular terlihat jelas. Pada individu albino,
dan radial, dan lubang di tengahnya kekurangan pigmen melanin terdapat di
disebut pupil. Fungsi iris untuk mengatur seluruh bagian tubuh, termasuk mata.
jumlah cahaya yang masuk ke bagian Retina terdiri atas 10 lapisan, dari
posterior bola mata melalui pupil. Pada luar ke dalam: epitel pigmen, lapisan
rangsangan cahaya terang, serat saraf batang dan kerucut, membran limitans
parasimpatis merangsang otot polos eksterna, lapisan inti luar, lepisan
sirkular (muskulus sfingter/konstriktor pleksiform luar, lapisan inti dalam,
pupilae) untuk berkontraksi dan lappisan pleksiform dalam, lapisan sel
menyempitkan ukuran pupil (konstriksi). ganglion, lapisan serat saraf, dan
Pada cahaya redup, serat saraf simpatis membran limitans interna (Gambar 2).
merangsang otot polos radial (muskulus Bagian neural retina merupakan hasil
dilatator pupilae) untuk berkontraksi dan penonjolan otak. Bagian ini memroses
memperbesar ukuran pupil (dilatasi). data sebelum dihantarkan oleh impuls
Respons-respons ini bersifat refleks saraf ke hipotalamus, kemudian ke
viseral. korteks visual primer. Terdapat tiga
Otot-otot intrinsik mata yaitu muskuli lapisan utama neuron retina yang
siliaris, sfingter pupilae, dan dilatator dipisahkan oleh dua zona dimana terjadi
pupilae; ketiga-tiganya berasal dari sinaps, yaitu lapisan sinaps luar dan
ektoderm. dalam. Ketiga lapisan ini (searah dengan
input visualnya) ialah: lapisan-lapisan sel
fotoreseptor, sel bipolar, dan sel ganglion.
Tunika nervosa (retina)
Juga terdapat sel horisontal dan sel
Lapisan bola mata yang paling dalam amakrin yang membentuk jalur lateral
yaitu retina, melapisi 3/4 posterior bola untuk mengatur sinyal yang dihantarkan
mata dan merupakan awal jalur peng- sepanjang jalur sel fotoreseptor ke sel
lihatan. Dengan oftalmoskop, melalui bipolar dan ke sel ganglion.
pupil dapat terlihat bayangan retina yang Fotoreseptor dikhususkan untuk
Wangko; Histofisiologi Retina ... S3

transduksi gelombang cahaya menjadi dan jumlahnya meningkat kearah tepi


potensial reseptor. Terdapat dua jenis retina. Oleh karena itu kita bisa melihat
fotoreseptor yaitu sel batang (rod, bacili) cukup baik pada malam hari kecuali bila
dan kerucut (cone, coni). Pemberian nama melihat langsung ke obyek tertentu.
berdasarkan bentuk segmen luar sel Dari sel-sel fotoreseptor informasi
fotoreseptor yang terletak di antara diteruskan ke sel bipolar melalui lapisan
tonjolan-tonjolan sel epitel pigmen yang sinapsis luar (lapisan pleksiform luar )
berbentuk jari. Masing-masing retina dan kemudian ke sel ganglion melalui
mempunyai 6 juta sel kerucut dan 120 juta lapisan sinapsis dalam (lapisan pleksiform
sel batang. Sel batang berfungsi untuk dalam). Akson sel ganglion meluas ke
penglihatan hitam putih pada cahaya posterior, ke diskus optikus, dan keluar
remang-remang; juga untuk membedakan dari bola mata sebagai nervus optikus.
bayangan gelap atau terang dan melihat Pada daerah ini tidak terdapat sel kerucut
bentuk dan pergerakan. Sel kerucut maupun batang; kita tidak dapat melihat
berfungsi untuk penglihatan warna dan bayangan pada bintik buta. Dalam
ketepatan penglihatan pada cahaya terang. keadaan normal, adanya bintik buta ini
Sebagai contoh: pada cahaya bulan kita tidak disadari.
tidak dapat membedakan warna karena
hanya sel batang yang bekerja.
SEL FOTORESEPTOR DAN FOTO-
Sel kerucut umumnya terpusat pada
PIGMEN
fovea sentralis yaitu lekukan kecil di
tengah makula lutea yang terletak tepat Sel fotoreseptor dibedakan berdasar-
pada sumbu penglihatan. Fovea sentralis kan bentuk segmen luar, yaitu ujung
merupakan daerah dengan ketajaman distalnya yang berdekatan dengan epitel
penglihatan tertinggi karena padatnya sel pigmen. Transduksi cahaya menjadi
kerucut pada daerah tersebut. Sel batang sinyal listrik terjadi pada segmen luar.
tidak ditemukan pada fovea dan makula

A B

Gambar 2. A, Fotomikrograf retina manusia. B, Gambar skematik lapisan-lapisan retina. Sumber:


Ross MH, Pawlina W, 2011.
S4 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen, November 2013, hlm. S1-6

Segmen dalam mengandung inti sel, sampai hijau, sedangkan cone opsin
kompleks Golgi, dan banyak mitokondria. mengabsorpsi terutama biru, hijau dan
Ujung proksimal sel fotoreseptor meluas kuning sampai merah.
membentuk terminal sinaptik. Retinal terdapat dalam dua bentuk.
Tahap pertama transduksi visual ialah Dalam suasana gelap retinal berbentuk
absorpsi cahaya oleh fotopigmen (visual membengkok, cis-retinal, yang terletak
pigment). Fotopigmen adalah protein cekat pada opsin. Bila mengabsorpsi
berwarna pada membran segmen luar yang cahaya cis-retinal melurus, membentuk
mengalami perubahan struktural oleh trans-retinal. Perubahan ini disebut
absorpsi cahaya dan mengawali peristiwa isomerisasi, tahap awal transduksi. Setelah
yang menghasilkan potensial reseptor. proses isomerisasi beberapa bahan yang tak
Semua fotopigmen visual terdiri dari dua stabil dibentuk dan menghilang lagi. Dalam
bagian: glikoprotein, disebut opsin, dan sekitar 1 menit trans-retinal lengkap
derivat vitamin A, disebut retinal terpisah dari opsin. Produk akhir tampak
(retinald). Opsin sel batang disebut rod tidak berwarna, proses pemutihan
opsin (rhodopsin) sedangkan pada sel (bleaching). Dalam suasana gelap, enzim
kerucut disebut cone opsin. Cone opsin retinal isomerase dapat mengubah kem-
bersama dengan retinald disebut iodopsin. bali trans menjadi cis-retinal, berikatan
dengan opsin dan membentuk kembali
Aplikasi klinis fotopigmen yang fungsional, proses rege-
Buta senja nerasi.
Epitel pigmen menyimpan vitamin A
Buta senja (night blindness, nycta-
dalam jumlah besar dan berperan dalam
lopia) adalah ketidak sanggupan untuk
proses regenerasi sel batang. Dengan
melihat dengan baik pada cahaya remang-
demikian regenerasi rod opsin akan sangat
remang. Umumnya, hal ini disebabkan oleh
terganggu bila retina terlepas dari epitel
defisiensi vitamin A jangka panjang yang
pigmen. Fotopigmen sel kerucut beregene-
berakibat ketidaksanggupan menyintesis
rasi jauh lebih cepat dari pada sel batang
rhodopsin dalam jumlah yang cukup.
dan kurang tergantung pada epitel pigmen.
Fotopigmen merupakan protein inte-
Setelah pemutihan lengkap, diperlukan 5
gral dalam membran plasma segmen luar,
menit untuk regenerasi ½ rod opsin
tersusun berlipat-lipat. Pada sel batang,
sedangkan untuk ½ cone opsin hanya
lipatan-lipatan ini mencuat dari membran
diperlukan 1½ menit. Regenerasi penuh
plasma membentuk diskus. Setiap segmen
untuk rod opsin dicapai dalam 30-40 menit.
luar sel batang mengandung sekitar 1000
diskus, tersusun seperti uang logam.
Buta warna
Segmen luar fotoreseptor diperbaharui
dengan cepat. Untuk sel batang 1-3 diskus Buta warna (color blindness) adalah
ditambahkan pada dasar segmen luar setiap ketidaksanggupan untuk mengenal warna-
jam. Secara serentak, diskus lama dikeluar- warna tertentu diakibatkan oleh tidak
kan melalui puncak segmen luar kemudian adanya atau kekurangan salah satu foto-
difagositosis oleh epitel pigmen. pigmen sel kerucut. Jenis yang umum ialah
Retinal merupakan bagian penyerap buta warna merah-hijau dimana salah satu
cahaya dari fotopigmen visual. Pada retina fotopigmen, untuk merah atau hijau, tidak
manusia terdapat empat jenis opsin, satu ada. Individu melihat kedua warna tersebut
jenis rod opsin dan tiga jenis cone sama, hijau atau merah, tergantung pada
opsin.'Terdapat perbedaan dalam rangkai- fotopigmen yang ada. Buta warna merupa-
an asam amino sehingga sel batang dan kan keadaan yang diturunkan melalui
kerucut dapat mengabsorsi warna-warna kromosom X, sehingga terutama ditemukan
yang berbeda dari cahaya yang masuk. Rod pada laki-laki.
opsin terutama mengabsorpsi warna biru
Wangko; Histofisiologi Retina ... S5

ADAPTASI TERANG DAN GELAP batang, dan mungkin juga pada sel kerucut,
yaitu asam glutamat, menghambat (hiper-
Bila kita berpindah dari tempat yang
polarisasi) sel bipolar yang bersinaps
gelap ke yang terang maka sistem visual
dengan sel batang.
akan beradaptasi dengan menurunkan
kepekaannya selama beberapa detik (adap- Bila cahaya mengenai retina, cis-
tasi terang). Sebaliknya, bila kita berpindah retinal mengalami isomerisasi, saluran Na +
dari tempat yang terang ke tempat yang tertutup. Arus masuk Na+ berkurang,
gelap maka kepekaan visual akan mening- bagian dalam sel batang menjadi lebih
kat perlahan selama beberapa menit negatif (hiperpolarisasi) dan pelepasan
(adaptasi gelap). glutamat berkurang. Cahaya redup
Dengan meningkatnya penerangan, menyebabkan hiperpolarisasi ringan dan
maka lebih banyak fotopigmen mengalami sementara, yang secara parsial menghenti-
pemutihan sehingga lebih banyak cahaya kan pelepasan glutamat. Cahaya yang lebih
yang dibutuhkan untuk merangsang terang mengakibatkan hiperpolarisasi yang
fotopigmen sisa yang belum mengalami lebih kuat dan lama, yang secara lebih
pemutihan. Pada saat yang sama terjadi lengkap menghambat pelepasan neurotrans-
pemutihan dan regenerasi. Regenerasi rod miter. Jadi, cahaya merangsang sel bipolar
opsin terjadi lebih lambat dimana pada yang bersinaps dengan sel batang melalui
cahaya siang kecepatan pemutihan sama penghentian inhibisi neurotransmiter.
dengan kecepatan regenerasi. Oleh karena Terdapat dua enzim yang menutup dan
itu sel batang kurang berperan pada membuka kembali segmen luar. Pada
penglihatan terang. Regenerasi pigmen sel keadaan terang, enzym transdusin meng-
kerucut terjadi cepat, sehingga sebagian aktifkan enzim fosfodiesterase (PDE), yang
bentuk cis selalu tetap ada, bahkan pada memecahkan siklik GMP. Hal ini akan
cahaya yang sangat terang. mengakibatkan tertutupnya saluran Na +
Bila tingkat penerangan menurun yang menghasilkan hiperpolarisasi sel
secara cepat, mula-mula kepekaan mening- batang dan mengurangi pelepasan glutamat.
kat sangat cepat kemudian melambat. Pada Dalam keadaan gelap transdusin berbentuk
keadaan gelap, regenerasi penuh foto- tidak aktif, dan siklik GMP mem-
pigmen sel kerucut terjadi dalam 8 menit pertahankan saluran Na+ terbuka. Enzim
pertama adaptasi gelap. Dalam selang recoverin mengaktifkan guanilat siklase
waktu ini kilatan cahaya terlihat berwarna. yaitu enzim yang mengstimulasi siklik
Secara lambat, rod opsin beregenerasi dan GMP. Dengan meningkatnya kadar siklik
kepekaan visual meningkat sampai dapat GMP, saluran Na+ akan tetap terbuka dan
mendeteksi setitik berkas cahaya, kemudian aliran masuk Na+ akan meningkatkan
lebih banyak lagi cahaya remang yang pelepasan glutamat.
dapat dideteksi, dan tampak sebagai putih
kelabu. Pada cahaya remang, penglihatan JALUR VISUAL
tampak kelabu karena hanya sel batang
yang berfungsi. Pemrosesan input visual terjadi di
retina pada sinaps antara berbagai jenis sel.
Potensial reseptor Akson sel ganglion retina menghasilkan
output dari retina ke otak, dan keluar
Dalam keadaan gelap, Na+ masuk ke sebagai nervus optikus (n II).
dalam segmen luar fotoreseptor melalui
saluran Na+ yang dipertahankan terbuka Pemrosesan input visual pada retina
oleh siklik cyclic guanosine mono-
phosphate (GMP). Aliran ini disebut arus Didalam retina, bayangan input visual
gelap (dark current), yang memicu secara diperbesar sedangkan yang lainnya
kontinu pelepasan neurotransmiter dari dihilangkan. Input dari beberapa sel dapat
terminal sinaptik. Neurotransmiter pada sel terkumpul (konvergen) pada neuron pasca
S6 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen, November 2013, hlm. S1-6

sinaps yang jumlahnya lebih kurang atau ganglion. Bila sel bipolar atau amakrin
menyebar (divergen) ke jumlah yang lebih menghantarkan sinyal eksitasi ke sel
besar. Umumnya, yang mendominasi ialah ganglion, maka sel ganglion berdepolarisasi
input yang terkumpul karena hanya dan menginisiasi impuls saraf.
terdapat 1 juta sel ganglion yang melayani
126 juta sel fotoreseptor.
DAFTAR PUSTAKA
Bila terjadi potensial reseptor pada sel
batang dan kerucut, maka akan menyebar 1. Gartner LP, Hiatt JL. Color Textbook of
melalui segmen dalam sel-sel tersebut ke Histology (Third Edition).
terminal sinaps. Neurotransmiter yang Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.
dilepaskan oleh sel batang dan kerucut 2. Ham AW, Leeson TS. Histology (Fourth
menginduksi potensial lokal secara ber- Edition). Philadelphia: JB Lippincott
Co; 1961.
tahap pada sel bipolar dan sel horizontal. 6-
3. Leeson RC, Leeson TS, Paparo AA.
600 sel batang bersinaps dengan satu sel
Textbook of Histology (Fifth Edition).
bipolar pada lapisan sinaps luar sedangkan Philadelphia: WB Saunders Co, 1985.
sel kerucut umumnya bersinaps dengan 4. Marieb EN. Human Anatomy and
satu sel bipolar saja. Terkumpulnya banyak Physiology (Second Edition). Redwood
sel batang ke satu sel bipolar menyebabkan City: The Benjamin/Cummings
visi sel batang lebih peka tetapi lebih Publishing Co; 1992.
kurang cepat dari pada sel kerucut. 5. Mescher AL. Junqueira’s Basic Histology
Stimulasi cahaya pada sel batang mengek- Text & Atlas (Twelfth Edition). New
sitasikan sel bipolarnya. Sebaliknya, sel York: McGrawHill Medical; 2010.
bipolar yang bersinaps dengan sel kerucut 6. Ravaiola E. Bloom & Fawcett. A Textbook
bisa diaktifkan atau diinhibisi oleh cahaya. of Histology (Twelfth Edition). New
Sel horisontal menghantarkan sinyal York: Chapman & Hall; 1994.
inhibisi ke sel bipolar di bagian lateral sel 7. Ross MH, Pawlina W. Histology a Text and
batang dan kerucut yang terangsang. Atlas (Sixth Edition). Philadelphia:
Inhibisi lateral ini meningkatkan kontras Wolters Kluwer Lippincott Williams
pada penglihatan antara daerah retina yang & Wilkins; 2011.
distimulasi kuat dan daerah sebelahnya 8. Tortora GJ, Grabowski SR. Principles of
yang kurang distimulasi. Sel horisontal Anatomy and Physiology (Ninth
juga berperan dalam diferensiasi berbagai Edition). New York: Harper Collins;
jenis warna. Sel amakrin yang dieksitasi 2000.
oleh sel bipolar, akan bersinaps dengan sel

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen50 halaman
    Bab 3
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Ppok (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
    Ppok (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
    Dokumen14 halaman
    Ppok (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Ppok
    Ppok
    Dokumen10 halaman
    Ppok
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Epid Revisi
    Bab 2 Epid Revisi
    Dokumen16 halaman
    Bab 2 Epid Revisi
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Ppok
    Ppok
    Dokumen10 halaman
    Ppok
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Potasium, Fosfor, Calsium
    Potasium, Fosfor, Calsium
    Dokumen4 halaman
    Potasium, Fosfor, Calsium
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Pomr Hepatoma 2
    Pomr Hepatoma 2
    Dokumen4 halaman
    Pomr Hepatoma 2
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Epid
    Epid
    Dokumen23 halaman
    Epid
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Anemia Pada Penyakit Ginjal Kronis
    Anemia Pada Penyakit Ginjal Kronis
    Dokumen12 halaman
    Anemia Pada Penyakit Ginjal Kronis
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Pomr Hepatoma 2
    Pomr Hepatoma 2
    Dokumen4 halaman
    Pomr Hepatoma 2
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Epid
    Epid
    Dokumen23 halaman
    Epid
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Epid
    Epid
    Dokumen23 halaman
    Epid
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Hemoroid Interna Grade IV
    Hemoroid Interna Grade IV
    Dokumen9 halaman
    Hemoroid Interna Grade IV
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Referat Baru
    Referat Baru
    Dokumen24 halaman
    Referat Baru
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Hiperkes Bab 1
    Hiperkes Bab 1
    Dokumen14 halaman
    Hiperkes Bab 1
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Bab I Revisi
    Bab I Revisi
    Dokumen16 halaman
    Bab I Revisi
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Hiperkes Bab 1
    Hiperkes Bab 1
    Dokumen14 halaman
    Hiperkes Bab 1
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Petkon
    Petkon
    Dokumen1 halaman
    Petkon
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen21 halaman
    Bab 1
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • NASKAH PUBLIKASI PPI ONLINE FF
    NASKAH PUBLIKASI PPI ONLINE FF
    Dokumen12 halaman
    NASKAH PUBLIKASI PPI ONLINE FF
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • NASKAH PUBLIKASI PPI ONLINE 21 April 2020
    NASKAH PUBLIKASI PPI ONLINE 21 April 2020
    Dokumen12 halaman
    NASKAH PUBLIKASI PPI ONLINE 21 April 2020
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Pomr Abortus
    Pomr Abortus
    Dokumen5 halaman
    Pomr Abortus
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • BAB 6 Pembahasan
    BAB 6 Pembahasan
    Dokumen3 halaman
    BAB 6 Pembahasan
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen65 halaman
    Bab I
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • POMR Post Date
    POMR Post Date
    Dokumen4 halaman
    POMR Post Date
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen64 halaman
    Bab I
    mega rahmawati
    Belum ada peringkat